Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekonomi Islam telah lahir sejak Rasulullah Saw menyebarkan ajaran
Agama Islam, kemudian dilanjutkan oleh para sahabat hingga memiliki
kemajuan yang begitu pesat pada masa Dinasti Abbasiyah dan pada
akhirnya masih juga dilakukan sampai zaman sekarang, walaupun saat ini
masih banyak campur aduk ekonomi Barat dalam aktifitas perekonomian
masyarakat khususnyaUmat Islam.
Kemunculan ekonomi Islam bukan karena ekonomi ortodok,
melainkan karena sejarah membuktikan bahwa kemunculan ekonomi Islam
sejak Rasulullah Saw hidup. Ekonomi Islam merupakan bagian integral
ajaran Islam, bukan dampak dari sebuah keadaan yang memaksa
kemunculannya, jadi bukan karena ekonomi ortodok yang memaksa
kehadiran ekonomi Islam. Ekonomi Islam juga memiliki tujuan yang sangat
penting yaitu menciptakan kesejahteraan umat manusia khususny
terpenuhinya kebutuhan setiap individu dengan cara yang disahkan oleh
Undang-Undang Pemerintah maupun hokum syariat (Agama).
Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem ekonomi
yang memiliki tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi syariah
berpedoman penuh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi
prosedur transaksinya sepenuhnya untuk kemaslahatan masyarakat, sehingga tidak
ada satu pihak yang merasa dirugikan. Kesejahteraan masyarakat dalam Ekonomi
Islam tidak hanya diukur dari aspek materilnya, namun mempertimbangkan dampak
sosial, mental dan spiritual individu serta dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan.
Syariat Islam telah mengajarkan tatacara manusia dalam menjalankan
hidupnya dari segala aspek. Tidak hanya dalam aspek religious, tetapi juga mengatur
perilaku manusia sebagai mahluk sosial, menjaga hubungan antar sesama manusia,
hubungan manusia dengan alam, dan menghindarkan dari perilaku-perilaku
menyimpang agar dapat tercipta kedamaian dan ketentraman.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas, sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Ekonomi Islam ?
2. Apa saja Dasar Ekonomi Islam?
3. Bagaimanakah konsep ekonomi dalam islam ?
4. Apakah perbedaan sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi lainnya ?
1.3. Tujuan Makalah
1.4. Manfaat Makalah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekonomi Islam


Mursyid Al-Idrisiyyah mendefinisikan ekonomi islam dengan
menggunakan kalimat-kalimat sederhana, yaitu seluruh bentuk kegiatan
ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang bersumber kepada Al
Quran dan As Sunah yang diijtihadi oleh mursyid. Kedudukan mursyid
memiliki perananan yang cukup urgen termasuk dalam memberikan curah
pemikiran mengenai konteks ekonomi islam, sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan zaman juga mampu mensosialisasikan dan memobilisasi
umat untuk berekonomi Islami dengan uswah (teladan) dan kharismanya.
Menurut Para Ahli :
1. Umer Chapra, Menjelaskan secara mendalam bahwa ekonomi Islam
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membantu manusia dalam
mewujudkan kesejahteraannya melalui suatu alokasi dan distribusi
sumber-sumber daya langka yang sesuai dengan al–‘iqtisad al–syariah
atau tujuan yang ditetapkan berdasarkan syariah, tanpa mengekang
kebebasan individu secara berlebihan, menciptakan ketidakseimbngan
makroekonomi dan ekologi, atau melemahkan solidaritas keluarga dan
sosial serta jalinan moral dari masyarakat.
2. Yusuf Qardhawi, Ekonomi Islam adalah ekonomi yang didasarkan
pada ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir
kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syari’at
Allah.
3. S.M. Hasanuzzaman, Ekonomi islam adalah pengetahuan dan
aplikasi ajaran-ajaran dan aturan-aturan syariah yang mencegah
ketidakadilan dalam pencarian dan pengeluaran sumber-sumber daya,
guna memberikan kepuasan bagi manusia dan memungkinkan mereka
melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah dan
masyarakat.
4. Muhammad Abdul Mannan, Dalam bukunya Islamic Economics,
Theory and Practice, Mengatakan, “Islamic Economics is Social
science which studies the economics problems of a people imbued
with the value of Islam”.“Ilmu ekonomi islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.”
5. Khursid Ahmad, Ekonomi Islam adalah suatu upaya sistematis yang
mencoba untuk memahami permasalahan dalam ekonomi serta
perilaku manusia dalam hubungannya dengan permasalahan tersebut
dari perspektif Islam.
2.2 Dasar dan Tujuan Ekonomi Islam
Seluruh bentuk kegiatan ekonomi harus dibangun diatas tiga pondasi,
pertama nilai-nilai keimanan (tauhid) kedua, nilai-nilai islam (syariah)
ketiga nilai-nilai ihsan (etika).
1. Pondasi nilai-nilai keimanan
Fungsi dan wilayah keimanan dalam islam adalah pembenahan dan
pembinaan hati atau jiwa manusia. Dengan nilai-nilai keimanan jiwa
manusia dibentuk menjadi jiwa yang memiliki sandaran vertikal yang kokoh

2
kepada Sang Khalik untuk tunduk kepada aturan main-Nya dengan penuh
kesadaran dan kerelaan. Pada kondisi demikian, jiwa manusia akan mampu
mempertahankan serta menggali fitrah yang diamanahkan pada dirinya dan
menempatkan dirinya sebagai hamba Allah.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuui. QS. Ar Ruum [30]: 30.
Ketika seluruh kegiatan ekonomi dibangun atas dasar nilai-nilai
keimanan maka akan berdampak positif terhadap mental dan pemikiran
pelaku ekonomi.
2. Pondasi Syariah
Fungsi syariah dalam agama untuk mengatur dan memelihara asfekasfek
lahiriyah umat manusia khusunya, baik yang berkaitan dengan
individu, sosial dan lingkungan alam, sehingga terwujud keselarasan dan
keharmonisan. Bagian kehidupan manusia yang diatur oleh syariat adalah
asfek ekonomi. Al-quran dan as-sunah sebagai sumber dalam ajaran islam
banyak memuat prinsif-prinsif mendasar dalam melakukan tindakan
ekonomi baik secara eksplisit maupun inplisit.
Diantara prinsif itu adalah sebagai berikut;
1) Ta'awun (saling membantu)
Manusia adalah makhluk social, dalam segala aktivitasnya tidak bisa
menapikan orang lain termasul dalam berbagai bentuk kegiatan ekonomi.
Dalam pandangan islam kegiatan ekonomi termasuk bagian al-bar
(kebaikan) dan ibadah, sehingga dalam pelaksanaannya diperintahkan
untuk bertaawun (saling menolong). Sebagaimana firman Allah SWT Q
S Al-Maidah [5]: 2
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat
siksa-Nya.
Ketika taawun dijadikan landasan dalam berekonomi pelaku bisnis
akan terhindar dari sikap – sikap yang merugikan orang lain termasuk
sikap monopoli. Seorang produsen ia akan menjaga kualitas produksinya
untuk membantu orang lain yang tidak mampu berproduksi, seorang
pedagang punya tujuan membantu pembeli yang membutuhkan barang
tertentu. Sehingga penjual tadi akan memberikan hak-hak bagi pembeli,
penjual jasa bertujuan membantu orang yang membutuhkan jasanya,
sehingga ia akan meningkatkan pelayanannya dan sebagainya.

2) Keadilan
Adil dalam pandangan islam tidak diartikan sama rata, akan tetapi
pengertiannya adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsinya
atau hak-haknya. Sikap adil sangat diperlukan dalam setiap tindakan
termasuk dalam tindakan berekonomi. dengan sikap adil setiap orang
yang terlibat dalam kegiatan ekonomi akan memberikan dan
mendapatkan hak-haknya dengan benar. Dalam menentukan honor,
harga, porsentase, ukuran, timbangan dan kerugian akan tepat dan
terhindar dari sifat dzulmun (aniaya). Al-Quran memerintahkan setiap

3
tindakan harus didasari dengan sikap adil, karena bentuk keadilan akan
mendekatkan kepada ketaqwaan sebagaimana firman Allah SWT dalam
Q S. al-Maidah, [5]: 8
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
3) Logis dan rasional tidak emosional
Islam adalah ajaran rasional dan senantiasa mengajak kepada umat
manusia untuk memberdayakan potensi akal dalam mempelajari ayatayat
Allah, baik ayat quraniyah maupun kauniyah. Dalam konteks ushul
fikh syariat diturunkan oleh al-Hakim hanya bagi makhluk yang berakal.
Dalam beberapa ayat sering disindir orang yang tidak memproduktifkan
akal sehatnya, termasuk dalam tindakan ekonomi, setiap kegiatan
ekonomi harus bersipat logis dan rasional tidak berdasarkan emosinal
semata. sebagai contoh, ketika ingin membangun lembaga keuangan
islam di sebuah daerah jangan dilihat hanya penduduknya yang mayoritas
muslim akan tetapi harus diperhatikan bagaimana kegiatan usaha, apa
saja transaksi-transaksi yang terjadi, dan bagaimana mekanisme pasar
yang ada.
4) Professional
Seorang muslim diperintahkan oleh Allah untuk bertindak dan
berprilaku sebagaimana berprilakunya Allah, sebagaimana Rasulullah
menyeru kepada umatnya, “berakhlaklah kalian sebagaimana akhlak
Alah”. Ada beberapa tindakan Allah yang perlu dicontoh, seperti,
memanagemen jagat raya dengan planning yang tepat, ketelitian dan
perhitungan yang akurat. Bagi muslim dalam berekonomi tentu harus
punya managemen yang kokoh, planning yang terarah, tindakan dan
perhitungan ekonomi yang cermat dan akurat yang semua itu menjadi
indicator pada propesionalime ekonomi
3. Pondasi Ihsan Etika Islam
Fungsi ihsan dalam agama sebagai alat control dan evaluasi terhadap
bentuk-bentuk kegiatan ibadah, sehingga aktivitas manusia akan lebih
terarah dan maju. Fungsi tersebut selaras dengan definisinya sendiri yaitu,
ketika engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya,
apabila engkau tidak mampu melihat-Nya maka sesungguhnya Allah
melihat (mengontrol) engkau.
Ketiga prinsip dasar ekonomi ini tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya; akan tetapi harus terintegrasi pada setiap diri pelaku ekonomi.
Ketika hal ini terwujud maka akan tercipta pelaku bisnis profesianal yang
shaleh dan tatanan ekonomi yang mapan, sehat, kondusif dan produktif.

Anda mungkin juga menyukai