PENDAHULUAN
Untuk itulah Dewan Syari’ah Nasional (DSN) dilahirkan pada tahun 1999
sebagai bagian dari Majelis Ulama Indonesia. Masalah Ekonomi Syariah
merupakan Wewenang Peradilan agama yang diatur dalam UU No.
7/1989 yang baru-baru ini telah diamandemen oleh DPR.
2
1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan makalah ini diantaranya adalah untuk mengetahui,
mengidentifikasi, dan menganalisis :
1. Definisi Konsep Islam tentang Ekonomi ?
2. Untuk mengetahui apa itu ekonomi islam dan prinsip apa yang
diterapkan dalam ekonomi islam ?
3. Sejarah terbentuknya perbankan syariah ?
4. Bentuk produk-produk syariah dan cara perhitungannya ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep dasar hukum perikatan islam muncul dalam ranah studi fiqih
muamalah. Dalam studi fiqih muamalah, makna perikatan sering disebut
dengan istilah akad, yang maknanya perjanjian, kontrak, atau perikatan.
Secara harfiah, akad berarti mengumpulkan dua ujung tali sehingga terikat
dan menjadi satu kesatuan tali yang utuh.
4
Seluruh bentuk kegiatan ekonomi harus dibangun diatas tiga pondasi,
pertama nilai-nilai keimanan (tauhid), kedua nilai-nilai islam (syariah),
ketiga nilai-nilai ihsan (etika).
Pertama; memiliki niat yang lurus dan visi misi yang besar
Dengan nilai keimanan, apapun bentuk ekonomi yang dilakukan
akan dipandang sebagai bentuk kegiatan ibadah, artinya aktivitas
yang diperintahkan dan diridhoi oleh Allah SWT. Pelaku ekonomi
akan menempatkan dirinya sebagai ‘abid (hamba) dihadapan Allah,
sebagaimana diinformasikan dalam Al Quran bahwa setiap
manusia pada awal kejadiannya dibangun sebagai ‘abid Sang
5
Khalik. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Q.S Adz – Dzariyaat, [51]:
56. Niat yang lurus dan kuat yang disandarkan kepada Allah SWT
dalam bekerja, akan menjadi motivasi dan ruh kekuatan dalam
setiap bentuk tindakan dan pengambilan keputusan. Setiap
permasalahan tidak akan disikapi dengan emosional, akan tetapi
disikapi secara rasional dan diputuskan secara spiritual.
6
terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi.
1) Ta'awun (saling membantu).
Manusia adalah makhluk sosial, dalam segala aktivitasnya tidak
bisa menapikan orang lain termasul dalam berbagai bentuk
kegiatan ekonomi. Dalam pandangan islam kegiatan ekonomi
termasuk bagian al-bar (kebaikan) dan ibadah, sehingga dalam
pelaksanaannya diperintahkan untuk bertaawun (saling
menolong). Sebagaimana firman Allah SWT Q S Al-Maidah [5]: 2
7
tidak mampu berproduksi, seorang pedagang punya tujuan
membantu pembeli yang membutuhkan barang tertentu.
Sehingga penjual tadi akan memberikan hak-hak bagi pembeli,
penjual jasa bertujuan membantu orang yang membutuhkan
jasanya, sehingga ia akan meningkatkan pelayanannya dan
sebagainya.
2) Keadilan
8
3) Logis dan rasional tidak emosional
Islam adalah ajaran rasional dan senantiasa mengajak kepada
umat manusia untuk memberdayakan potensi akal dalam
mempelajari ayat-ayat Allah, baik ayat quraniyah maupun
kauniyah. Dalam konteks ushul fikh syariat diturunkan oleh al-
Hakim hanya bagi makhluk yang berakal. Dalam beberapa ayat
sering disindir orang yang tidak memproduktifkan akal sehatnya,
termasuk dalam tindakan ekonomi, setiap kegiatan ekonomi
harus bersipat logis dan rasional tidak berdasarkan emosinal
semata. sebagai contoh, ketika ingin membangun lembaga
keuangan islam di sebuah daerah jangan dilihat hanya
penduduknya yang mayoritas muslim akan tetapi harus
diperhatikan bagaimana kegiatan usaha, apa saja transaksi-
transaksi yang terjadi, dan bagaimana mekanisme pasar yang
ada.
4) Professional
Seorang muslim diperintahkan oleh Allah untuk bertindak dan
berprilaku sebagaimana berprilakunya Allah, sebagaimana
Rasulullah menyeru kepada umatnya, “berakhlaklah kalian
sebagaimana akhlak Alah”. Ada beberapa tindakan Allah yang
perlu dicontoh, seperti, memanagemen jagat raya dengan
planning yang tepat, ketelitian dan perhitungan yang akurat. Bagi
muslim dalam berekonomi tentu harus punya managemen yang
kokoh, planning yang terarah, tindakan dan perhitungan
ekonomi yang cermat dan akurat yang semua itu menjadi
indikator pada propesionalime ekonomi.
9
manusia akan lebih terarah dan maju. Fungsi tersebut selaras
dengan definisinya sendiri yaitu, ketika engkau beribadah kepada
Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, apabila engkau tidak
mampu melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat
(mengontrol) engkau. Ketika tindakan ekonomi didasari dengan
ihsan maka akan melahirkan sifat-sifat positif dan produktif sebagai
berikut :
2. Sabar.
Sabar diartikan sebagai sikap tangguh dalam menghadapi
seluruh persoalan kehidupan termasuk dalam berekonomi. Sifat
ini muncul dari proses panjang aktivitas ibadah yang senantiasa
diawasi dan dievaluasi oleh Allah. Dalam seluruh proses
tindakan usaha tidak akan lepas dari kendala dan problem, maka
kesabaran mutlak dibutuhkan. Dengan sifat ini sebesar apapun
problem usaha akan disikapi dengan pikiran-pikiran positif dan
hati yang jernih. Adapun efek positif dari sifat sabar, antara lain:
Pertama, segala kendala usaha dinilai sebagai pembelajaran
untuk meningkatkan etos kerja. Kedua, akan siap menghadapi
berbagai bentuk kendala usaha dan tidak menghindarinya.
10
Ketiga, akan mampu mengklasifikasi kendala dan
menempatkannya sehingga akan mendapatkan solusi yang
tepat.
3. Tawakal.
Tawakal berasal dari bahasa arab yang akar katanya berasal
dari wakala yang mengandung arti wakil. Maka tawakal
diartikan sikap mewakilkan atau menyerahkan penuh segala
hasil usaha kepada Allah SWT. Sikap tersebut muncul dari nilai-
nilai ihsan. Islam tidak melarang pelaku bisnis mendapatkan
keuntungan dalam usahanya. Akan tetapi hasil usaha yang
dilakukan oleh seseorang masih bersifat relatif, bisa untung atau
rugi. Bagi pelaku usaha yang menyerahkan segala hasil kepada
Allah tidak punya beban mental yang berlebihan dan ketika
hasilnya untung tidak akan lupa diri dan apaila rugi tidak akan
pesimis dan putus asa. Maka bersabarlah kamu dengan sabar
yang baik. Q.S al – Ma’arij [70]: 5
4. Qanaah.
Qanaah dalam berekonomi diartikan sebagai sikap efesiensi dan
sederhana dalam tindakan usaha. Sikap ini terbentuk dari
interaksi yang kuat antara hamba dengan sang khalik. Efisiensi
dalam seluruh tindakan ekonomi sangat penting untuk
mengurangi dan menekan beban pembiayaan usaha, sehingga
kalau Usaha yang dilakukan itu bidang produksi maka akan
menghasilkan produk yang murah. Demikian pula sikap qanaah
terhadap hasil berupa keuntungan ia akan membelanjakan harta
yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan pokok terhindar dari
sikap boros dan mubadzir.
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan
11
dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. Q.S al – Israa’ [17]: 26.
5. Wara.
Wara dalam berekonomi diartikan sikap berhati-hati dalam
seluruh tindakan ekonomi. Sikap ini tumbuh dari kesadaran
penuh terhadap pengawasan Allah yang sangat ketat dan teliti.
Kehati-hatian sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha, mulai
dari membuat planning, operasional dan mengontrol usaha dan
akan menjauhkan pelaku bisnis dari sikap ceroboh. Ketiga
prinsip dasar ekonomi ini tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya, akan tetapi harus terintegrasi pada setiap diri pelaku
ekonomi. Ketika hal ini terwujud maka akan tercipta pelaku
bisnis profesianal yang shaleh dan tatanan ekonomi yang
mapan, sehat, kondusif dan produktif.
12
jawabkan kepada Allah SWT. Sehingga termasuk aktifitas
ekonomi dan bisnis. ‘Adl (Keadilan), tidak menzalimi dan tidak
dizalimi sehingga dalam kegiataan ekonomi seorang muslim
tidak boleh berbuat jahat kepada orang lain atau merusak alam
untuk memperoleh keuntungan pribadi. Nubuwwah
(Kenabiaan), setiap muslim diharuskan menelaah sifat nabi
Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari khususnya
dalam bidang ekonomi. Khilafah (pemerintahan), memastikan
bahwa perekonomian negara berjalan dengan baik tanpa
distorsi dan telah sesuai dengan syariah. Ma’at (hasil), ada
keuntungan didunia dan ada keuntungan di akhirat.
13
c. Social justice (keadilan sosial) merupakan turunan dari nilai
khilafah dan ma’ad. Dalam ekonomi islam, pemerintah
bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar
rakyatnya dan menciptakan keseimbangan sosial antara
orang-orang kaya dan orang-orang miskin.
3. Bagian Ketiga (Akhlak)
14
2.3 Sejarah Perbankan Syariah.
Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu system perbankan
yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha
pembentukan sistem perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah
suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah
(hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan
dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga
atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-
usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh
sistem perbankan konvensional. Sejarah perbankan syariah pertama kali
muncul di mesir pada tahun 1963. Sedangkan di Indonesia sendiri
perbankan syariah baru lahir pada tahun 1991 dan secara resmi
dioperasikan tahun 1992. Berbagai prinsip perbankan syariah telah
diterapkan dengan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Adapun jenis produk atau jasa perbankan syariah adalah jasa untuk
peminjam dana dan jasa untuk penyimpan dana.
15
Di Indonesia, bank syariah pertama baru lahir tahun 1991 dan beroperasi
secara resmi tahun 1992. Padahal, pemikiran mengenai hal ini sudah
terjadi sejak dasawarsa 1970-an. Menurut Dawam Raharjo, saat
memberikan Kata Pengantar buku Bank Islam Analisa Fiqih dan
Keuangan penghalangnya adalah faktor politik, yaitu bahwa pendirian
bank Islam dianggap sebagai bagian dari cita-cita mendirikan Negara
Islam (baca buku Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan karya
Adiwarman Karim – IIIT Indonesia, 2003).
16
Pakistan, Iran, dan Sudan, bahkan mengubah seluruh sistem keuangan di
negara tersebut menjadi nur-bung, sehingga semua lembaga keuangan di
negara tersebut beroperasi tanpa menggunakan bunga.
17
a. Mudhorobah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan
pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut
rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh
oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan
pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti
penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.
b. Musyarokah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model
partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi
dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi
berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak.
Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini
ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan
mudharabah tidak ada campur tangan
18
b. Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam
kurun waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap
dana nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara bank
dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.
a. Al-Wadi’ah
b. Mudharabah
19
2. Bagi Hasil
a. Al-Mudharabah
b. Al-Musyarakah
c. Al-Muzara’ah
20
produk Al-Muzara’ah tidak hanya dapat dinikmati oleh petani,
namun juga peternak dan pengusaha tambak pun dapat meminjam
modal dengan Al-Muzara’ah.
d. Al-Musaqah
3. Jual Beli
a. Bai’ Al-Murabahah
b. Bai’ As-Salam
21
Salam, pembayaran harus dilakukan di muka oleh pihak bank.
Pihak bank berperan sebagai perantara antara pembeli dan
penjual. Pada aplikasinya, Bai’ As-Salam dapat pula dilakukan
pada berbagai barang produksi yang lain.
c. Bai’ Al-Istishna’
Istilah ini berasal dari Bahasa Arab Al-ijarah yang berarti imbalan
atas sesuatu dan At-tamlik yang berarti menjadikan seseorang
memiliki sesuatu. Pada Al- Ijarah Al Muntahia Bit-Tamlik, nasabah
dapat menyewa suatu barang atau jasa (contohnya rumah), yang
kemudian di akhir perjanjian sewa, rumah tersebut berpindah hak
milik dari bank ke nasabah.
4. Jasa
a. Al-Wakalah
b. Al-Kafalah
22
jawab tersebut. Contoh produk-produk Al-Kafalah diantaranya
seperti Letter of Credit untuk kegiatan impor dan Asuransi Syariah.
(Baca juga : Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional).
c. Al-Hawalah
d. Ar-Rahn
e. Al-Qardh
23
1. Contoh rekening giro Wadiah :
Tn. Baris memiliki rekening giro wadiah di Bank Muamalat Sungailiat
dengan saldo rata-rata pada bulan Mei 2002 adalah Rp 1.000.000,-.
Bonus yang diberikan Bank Muamalat Sungailiat kepada nasabah
adalah 30% dengan saldo rata-rata minimal Rp 500.000,-. Diasumsikan
total dana giro wadiah di Bank Muamalat Sungailiat adalah Rp
500.000.000,-. Pendapatan Bank Muamalat Sungailiat dari penggunaan
giro wadiah adalah Rp 20.000.000,-.
Pertanyaan : Berapa bonus yang diterima oleh Tn. Baris pada akhir
bulan Mei 2002.
Jawab :
24
Jawab :
Keuntungan Tn. Derani = Rp 10.000.000 x Rp 40.000.000,- x 60%
Rp 10.000.000.000,- (sebelum dipotong pajak)
= Rp 24.000
Jawab:
= Rp 2.750.000
25
BAB III
3.1 Kesimpulan
Ekonomi Syariah mengajarkan kepada setiap pribadi manusia
untuk berbuat dan bertindak berdasarkan asas hukum, khususnya
hukum-hukum islam, dan secara keseluruhan ekonomi syariah
menggarap ilmu ekonomi berdasarkan tuntunan Al-Qur’an, Sunnah
dan Hadits. Ekonomi Syariah bisa menjadi salah satu sistem
ekonomi yang memiliki manfaat, tanpa harus mengkhawatirkan
adanya unsur riba, maka sudah selayaknya ekonomi syariah
diterapkan dalam aspek kehidupan berekonomi di Indonesia.
3.2 Saran
1. Adakalanya disetiap tatanan ekonomi di Indonesia sudah
sewajibnya Ekonomi Syariah menjadi salah satu sistem ekonomi
yang diterapkan, karena banyak memberi manfaat bagi
masyarakat, serta tidak mengandung unsur riba.
2. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat bagaimana cara
menerapkan ekonomi syariah, yaitu dengan pendidikan atau
pengajaran mengenai apa itu ekonomi syariah dan manfaat apa
saja yang bisa didapatkan bila masyarakat menerapkan
ekonomi syariah.
26