Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak adanya kehidupan manusia di permukaan bumi, hajat untuk hidup
secara kooperatif di antara manusia telah dirasakan dan telah di akui sebagai
faktor esensial agar dapat survive dalam kehidupan. Seluruh anggota manusia
bergantung kepada yang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Ketergantungan mutuaistik dalam kehidupan individu dan sosial antara
manusia telah melahirkan sebuah proses evolusi gradua dalam pembentukan
sistem pertukaran barang dan pelayanan. Dengan semakin berkembangnya
peradaban manusia dari zaman ke zaman, sistem pertukaran ini berevolusi dari
aktivitas yang sederhana kepada aktivitas ekonomi yang modern.
Bisnis atau berusaha sebagai bagian dari aktivitas ekonomi selalu
memegang peranan vital di dalam kehidupan manusia sepanjang masa,
sehingga kepentingan ekonomi akan mempengaruhi tingkah laku bagi semua
tingkat individu, sosial, regional, nasional dan internasional. Umat Islam telah
lama terlibat dalam aktivitas ekonomi, yakni sejak lima belas abad yang silam.
Fenomena tersebut bukanlah suatu hal yang aneh, karena Islam menganjurkan
umatnya untuk melakukan kegiatan bisnis (berusaha) guna memenuhi
kebutuhan sosial-ekonomi mereka. Rasulullah Shallullahu Alaihi wa Sallam
sendiri terlibat di dalam kegiatan bisnis selaku pedangan bersama istrinya
Khadijah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana arti ruang lingkup ekonomi islam?
2. Apa hakikat dan makna ekonomi dalam Islam?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui arti ruang lingkup ekonomi islam
2. Mengetahui hakikat dan makna ekonomi dalam Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti, Hakikat, dan Ruang Lingkup Ekonomi Islam


1. Arti dan Ruang Lingkup Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam
dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan
rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt
memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat
105:
  
 

 
  
 
  
 

Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya


serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu1

Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada


Rasulullah Muhammad saw: Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan
karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan.
(HR.Thabrani dan Baihaqi)
Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi islam sebagai suatu ilmu
yang memepelajari perilaku manusia dalam usaha umtuk memenuhi
kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam lingkup

1
Muhammad, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu 2007) h.101

2
syari’ah. Beberapa cendekiawan muslim juga mendefinisikan ekonomi
islam sebagai berikut:
1. Hasanuzzaman (1984) bahwa ekonomi islam adalah ilmu dan aplikasi
petunjuk dan aturan syari’ah yang mencegah ketidak adilan dalam
memperoleh dan menggunakan sumberdaya material agar memenuhi
kebutuhan manusia dan agar dapat menjalankan kewajibannya kepada
Allah dan masyarakat.
2. Muhammad Abdul Mannan (1986) mendefinisikan bahwa ekonomi
islam adalah ilmu social yang memepelajari masalah masalah ekonomi
masyarakat dalam perspektif nilai-nilai islam.
3. Khurshid Ahmad (1992) bahwa ekonomi islam adalah suatu upaya
sistematik untuk memahami masalah ekonomi dan perilaku manusia
yang berkaitan dengan masalah itu dari perspektif islam.
4. Nejatuallah Siddiqi (1992) bahwa ekonomi islam adalah tanggapan
pemikir pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada jamannya.
Dimana dalam upaya ini mereka dibantu oleh al-Qur’an dan as- Sunnah
disertai dengan argumentasi dan pengalaman empiric.
5. Khan (1994) bahwa ekonomi Islam adalah suatu upaya yang
memusatkan perhatian pada studi tentang kesejahteraan manusia yang
dicapai dengan mengorganisir sumber daya di bumi atas dasar
kerjasama dan partisipasi.
6. Chapra (1996) bahwa ekonomi islam adalah cabang ilmu yang
membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan
distribusi sumberdaya yang langka yang sejalan dengan syariah islam
tanpa membatasi kreativitas individu ataupu menciptakan suatu
ketidakseimbangan ekonomi makro atau ekologis.
Beberapa ekonom memberikan penegasan bahwa ruang lingkup
dari ekonomi Islam adalah masyarakat Muslim atau negara Muslim
sendiri. Artinya, ia mempelajari perilaku ekonomi dari masyarakat atau
Negara Muslim di mana nilai-nilai ajaran Islam dapat diterapkan. Ruang
lingkup ekonomi islam yang tampaknya menjadi administrasi kekurangan

3
sumber-sumber daya manusia dipandang dari konsepsi etik kesejahteraan
dalam islam. Namun, pendapat lain tidak memberikan pembatasan seperti
ini, melainkan lebih pada umumnya. Dengan kata lain, titik tekan ilmu
ekonomi Islam adalah bagaimana Islam memberikan pandangan dan solusi
atas berbagai persoalan ekonomi yang dihadapi umat manusia secara
umum.

B. Hakikat Ekonomi Islam


Pada hakikatnya ekonomi Islam adalah metamorfosa nilai-nilai Islam
dalam ekonomi dan dimaksudkan untuk menepis anggapan bahwa Islam adalah
agama yang hanya mengatur persoalan ubudiyah atau komunikasi vertikal
antara manusia (makhluk) dengan Allah (khaliq) nya. Dengan kata lain,
kemunculan ekonomi Islam merupakan satu bentuk artikulasi sosiologis dan
praktis dari nilai- nilai Islam yang selama ini dipandang doktriner dan
normatif. Dengan demikian, Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis
dan ajarannya tidak hanya merupakan aturan hidup yang menyangkut aspek
ibadah dan muamalah sekaligus, mengatur hubungan manusia dengan rabb-nya
(hablum minallah) dan hubungan antara manusia dengan manusia (hablum
minannas).2
Ilmu ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai suatu cabang
pengetahuan yang membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui
alokasi dan distribusi sumber-sumber daya langka yang seirama dengan
maqasid syariah yaitu menjaga agama (li hifdz al din), jiwa manusia (li hifdz al
nafs), akal (li hifdz al 'akl), keturunan (li hifdz al nasl), dan menjaga kekayaan
(li hifdz al mal) (Syatibi, tt. 12) tanpa mengekang kebebasan individu
Salah satu definisi yang mengakomodasi unsur-unsur maqasyid asy
syariah di atas adalah definisi ekonomi Islam yang dirumuskan Yusuf al
Qardhawi. Ia mengatakan ekonomi Islam memiliki karakteristik tersendiri. Dan
keunikan peradaban Islam yang membedakannya dengan sistem ekonomi lain.

2 Hoetoro, Arif, “Ekonomi Islam Pengantar Analisis Kesejarahan dan Metodologi”,

BPFE UNIBRAW, Malang. 2007)h.89

4
Ia adalah ekonomi rabbaniyah, ilahiyah (berwawasan kemanusiaan), ekonomi
berakhlak, dan ekonomi pertengahan. Sebagai ekonomi ilahiyah, ekonomi
Islam memiliki aspek transendensi yang sangat tinggi suci (holy) yang
memadukannya dengan aspek materi, dunia (profanitas). Titik tolaknya adalah
Allah dan tujuannya untuk mencari fadl Allah melalui jalan (thariq) yang tidak
bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah.
Ekonomi Islam seperti dikatakan oleh Shihab (1997) diikat oleh seperangkat
nilai iman dan ahlak, moral etik bagi setiap aktivitas ekonominya, baik dalam
posisinya sebagai konsumen, produsen, distributor, dan lain-lain maupun
dalam melakukan usahanya dalam mengembangkan serta menciptakan
hartanya.
Sebagai ekonomi kemanusiaan, ekonomi Islam melihat aspek
kemanusiaan (humanity) yang tidak bertentangan dengan aspek ilahiyah.
Manusia dalam ekonomi Islam merupakan pemeran utama dalam mengelola
dan memakmurkan alam semesta disebabkan karena kemampuan manajerial
yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Artinya, Allah telah memuliakan
anak Adam dan mendesainnya untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dengan
desain itu pula Allah menyertakan kepada manusia orientasi spiritual (ruh al
ilahiyat) sebagai aspek yang sangat fundamental dalam diri manusia yang
disebut dengan fitrah manusia sebagai "al makhluk al hanief" atau mahluk oleh
Syed Heidar Nawab Naqvi (1981) disebut "Teomorfis".
Manusia sebagai manajer yang diberi mandat untuk memakmurkan dunia
beserta isinya di dalam perspektif ekonomi Islam telah diberi jalan terbaik
untuk merealisasikan potensi dan fitrahnya sebagai makhluk teomorfis dalam
aspek ekonomi dengan selalu bersandar pada nilai moral dan spiritual. Atas
dasar maksud tersebut ekonomi Islam tidak mengizinkan adanya marginalisasi
atau alienasi spiritual lantaran aspek material.
Sebagai ekonomi pertengahan, ekonomi Islam dalam istilah Rahardjo
(1993) disebut sistem ekonomi yang mendayung antara dua karang,
kapitalisme dan sosialisme. Tapi itu bukan kapitalisme yang mengkultuskan
kebebasan dan kepentingan individu secara mutlak dalam kepemilikan. Bukan

5
pula sosialisme yang mematikan kreativitas individual lantaran adanya prinsip
sama rata dan sama rasa
1. Sumber-Sumber Hukum Ekonomi Islam
Sumber – sumber hukum Ekonomi Islam yang esensial ada dua, tapi para
ulama’ melakukan ijtihad kemudian menentukan manhaj yang berbeda –
beda. Di bawah ini adalah sumber – sumber hukum Ekonomi Islam.
2. Al-Qur’an
Al-qur’an adalah sumber pertama dan utama bagi Ekonomi Islam, di
dalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan
juga terhadap hukum – hukum dan undang – undang ekonomi dalam tujuan
Islam, di antaranya seperti hukum diharamkannya riba, dan
diperbolehkannya jual beli yang tertera pada surah Al-Baqorah ayat 275:
 
   
  
  
   
  
   
  
   
   
   
    
   
   
Artinya: “......padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang – orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari tuhannnya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba) maka baginya apa yang telah di ambilnya
dahulu (sebelum datang larangan), dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba) maka
orang itu adalah penghuni – penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.”
3. As-Sunah An-Nabawiyah
As-Sunah adalah sumber kedua dalam perundang-undangan islam.

6
Didalamnya dapat kita jumpai khazanah aturan perokonomian islam. Di
antaranya seperti sebab hadis yang isinya memerintahkan untuk menjaga
dan melindungi harta, baik milik pribadi maupun umum serta tidak boleh
mengambil harta yang bukan miliknya. “Sesungguhnya (menumpahkan)
darah kalian, (mengambil) harta kalian, (mengganggu) kehormatan kalian
haram sebagaimana haramnya hari kalian saat ini, di bulan ini, di negeri
ini.....”(H.R Bukhori)
Contoh lain misalnya As-Sunah juga menjelaskan jenis harta yang harus
menjadi milik umum dan untuk kepentingan umnum, tertera pada hadis:
“Aku ikut berperang bersama Rasulullah, ada tiga hal yang aku dengar
dari Rasulullah: Orang – orang muslim bersyarikat (sama – sama
memiliki) tempat penggembala, air dan api” (HR. Abu Dawud)
4. Ijtihad Ulama’
Istilah ijtihad adalah mencurahkan daya kemampuan untuk
menghasilkan hukum syara’ dari dalil – dalil syara’ secara terperinci yang
bersifat operasional dengan cara mengambil kesimpulan hukum (istimbat)
Iman Al-Amidi mengatakan untuk melakukan ijtihad harus sampai merasa
tidak mampu untuk mencari tambahan kemampuan. Menurut Imam Al-
Ghozali batasan sampai merasa tidak mampu sebagai bagian dari definisi
ijtihad sempurna (al ijtihad attaam)
Imam Syafi’i mengatakan bahwa seorang mujtahid tidak boleh
mengtakan “tidak tahu” dalam suatu permasalahan sebelum ia berusaha
dengan sungguh- sungguh untuk menelitinya dan tidak boleh mengatakan
“aku tahu” seraya menyebutkan hukum yang diketahui itu sebelum ia
mencurahkan kemampuan dan mendapatkan hukum itu.
Keberadaan ijtihad sebagai sebuah hukum dinyatakan dalam Al-Qur’an
dalam surat an Nisa (4) ayat 83, yang artinya : “dan apabila datang kepada
mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu
menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil
Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil

7
Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu,
tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu).
5. Kitab Fikih Umum dan Khusus.
Kitab- kitab ini menjelaskan tentang ibadah dan muamalah, di
dalamnya terdapat pula bahasan tentang ekonomi yang kemudian dikenal
dengan istilah Al-Mu’amalah Al-Maliyah, isinya merupakan hasil – hasil
ijtihad Ulama terutama dalam mengeluarkan hum – hukum dari dalil – dalil
Al-Qur’an maupun hadis yang sahih.Adapun bahasan – bahasan yang
langsung berkaitan dengan ekonomi Islam adalah: Zakat, Sedekah sunah,
fidyah, zakat fitrah, jual beli, riba dan jual beli uang, dan lain – lain.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi
manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari
dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.
Pada hakikatnya ekonomi Islam adalah metamorfosa nilai-nilai Islam dalam
ekonomi dan dimaksudkan untuk menepis anggapan bahwa Islam adalah
agama yang hanya mengatur persoalan ubudiyah atau komunikasi vertikal
antara manusia (makhluk) dengan Allah (khaliq) nya. Beberapa ekonom
memberikan penegasan bahwa ruang lingkup dari ekonomi Islam adalah
masyarakat Muslim atau negara Muslim sendiri. Artinya, ia mempelajari
perilaku ekonomi dari masyarakat atau Negara Muslim di mana nilai-nilai
ajaran Islam dapat diterapkan.
Dengan kata lain, kemunculan ekonomi Islam merupakan satu bentuk
artikulasi sosiologis dan praktis dari nilai- nilai Islam yang selama ini
dipandang doktriner dan normatif. Dengan demikian, Islam adalah suatu dien
(way of life) yang praktis dan ajarannya tidak hanya merupakan aturan hidup
yang menyangkut aspek ibadah dan muamalah sekaligus, mengatur hubungan
manusia dengan rabb-nya (hablum minallah) dan hubungan antara manusia
dengan manusia (hablum minannas).
Sumber – sumber hukum Ekonomi Islam yang esensial ada dua, tapi para
ulama’ melakukan ijtihad kemudian menentukan manhaj yang berbeda – beda.
Di bawah ini adalah sumber – sumber hukum Ekonomi Islam.
1. Al-Qur’an

9
2. As-Sunah An-Nabawiyah
3. Ijtihad Ulama’
4. Kitab – kitab Fikih Umum dan Khusus.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan baik dalam
penjelasanmaupun dalam penulisan kami mohon maaf . kami mengharap kritik
dan saranyang membangun agar dapat menjadi sumber rujukan sehingga
menjadika apa yang kami buat ini lebih baik di masa mendatang. Semoga
makalah ini dapatbermanfaat bagi kita semua. Amiin..

10
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2007


Hoetoro, Arif, 2007, “Ekonomi Islam Pengantar Analisis Kesejarahan dan
Metodologi”, BPFE UNIBRAW, Malang.
Chapra, M. Umer, 2001, “Masa Depan Ilmu Ekonomi Sebuah Tinjauan Islam”
(terjemahan dari: The Future of
Economics: An Islamic Perspective), Gema Insani Press, Jakarta.

11
12

Anda mungkin juga menyukai