Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI SYARIAH

Kedudukan Akidah, Akhlak, dan Syariah Dalam Ekonomi

Dosen Pengampu : Anang Wahyu E.,SHI.,ME.,Sy.

Bella Eka Ratri (0002006443)

Prodi Ekonomi Syariah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ‘ULAMA

PACITAN

2018
KATA PENGANTAR

As-salaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang di limpahkan-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa saya tercurahkan atas
junjungan umat muslim Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan
para penerus risalah-Nya.

Adapun yang menjadi judul makalah saya adalah “Kedudukan Akidah,


Akhlak, dan Syariah Dalam Ekonomi” yang di dalamnya membahas kedudukan
Akhlah Ekonomi Islam dan Akhlah Kepada Manusia. Tujuan utama penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu saya, Anang Wahyu
E.,SHI.,ME.,Sy. Dalam mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Syariah.

Jika dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan


maka kepada para pembaca, saya memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi-
koreksi yang terlah di lakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu
evaluasi dalam pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan dengan adanya
pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang
baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Pacitan, 11 Oktober 2018

Bella Eka Ratri

NISN. 0002006443

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... 2

Daftar Isi ................................................................................................................ 3

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4

BAB II Pembahasan

A. Akhlak Ekonomi Islam ............................................................................. 5


B. Akhlak Kepada Manusia ........................................................................... 8

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Penutup .................................................................................................... 12

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 13

3
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Agama Islam terdapat 3 ajaran yang sangat di tekankan oleh Allah
dan Rasul-Nya, yang harus di amalkan dan di benarkan dalam hati. Yaitu iman
(Akidah), ihsan (Akhlak), dan Islam (Syariah). Dalam sistem ekonomi Islam yang
berlandaskan al-Qur'an dan al-Hadits sebagai pedoman yang sangat kompleks dan
sempurna. Sistem ekonomi Islam ini muncul bukan hanya mencari keuntungan
yang sebanyak-banyaknya lalu bisa menghalalkan segala secara, tetapi untuk
mencari tujuan hidup yang lebih baik dan mencari keridhoan Allah SWT. dan
keuntungan adalah sebagai hadiah yang diberikan Allah untuk kita.

Tata susun ajaran Islam yang meliputi Akidah, Akhlak, dan Syariah di
akan di jelaskan lingkup muamalah dan salah satu aspeknya ialah ekonomi. Dari
situ dapat di jelaskan bahwa ketiganya ini menjadi saling berkait antara satu sama
lainnya yang dapat mendukung untuk memunculkan sistem ekonomi Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana akhlak dalam ekonomi Islam?


2. Bagaimana hubungan akhlak terhadap sesama manusia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui beberapa akhlak dalam ekonomi Islam.


2. Untuk mengetahui etika yang baik dalam berbisnis.
3. Untuk mengetahui hubungan akhlak terhadap sesama manusia.

4
BAB II

Pembahasan

A. Akhlak Dalam Kegiatan Ekonomi

Semakin berkembangnya dunia perekonomian, Islam sudah sejak dulu


membahas dunia perekonomian. Ini terbukti dari bangsa Arab yang melakukan
kegiatan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka, Islam
mengarahkan mekanisme berbasis moral spiritual dalam pemeliharaan keadilan
sosial pada aktivitas ekonomi.

Perekonomian sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, semakin


banyak materi yang di miliki maka manusia itu akan hidup bahagia tapi di sisi lain
moral Islam mengarahkan pada kenyataan bahwa hak milik harus berfungsi
sebagai pembebas manusia dari sifat materialistis. Dalam Islam legistimasi hak
milik akan bergantungan dan erat sekali dengan pesan moral untuk menjamin
keseimbangan kehidupan, konsep akhlak sangat erat sekali kaitannya dengan
hukum Allah SWT. yang bersangkut paut dengan halal haram. Allah SWT.
menciptakan harta untuk umatnya tapi tidak untuk di salah gunakan, manusia
merupakan perantara pemanfaatan harta yang di berikan oleh Allah SWT. dan
pemanfaatannya umat dan agama.1

Ada empat nilai utama yang berhubungan dengan akhlak dan ekonomi
yang berlandaskan Islam yaitu :

1. Rabbaniyah (keTuhanan) yaitu ekonomi yang sesuai dengan


tuntunan Allah dan untuk mencari ridha Allah SWT.
2. Akhlak ekonomi yaitu dalam melakukan kegiatan ekonomi kaum
muslim tidak boleh meninggalkan akhlak seperti aktivitas
pariwisata kaum muslimin tidak boleh mengizinkan membawa
minuman khamr atau menjadikan rumahnya sebagai tempat berjudi
serta menghalalkan yang haram lainnya.

1
Mustofa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Prenada Media Grup Hlm. 120-124

5
3. Ekonomi Kemanusiaan yaitu manusia harus bekerja keras dan
berkreasi untuk mendapatkan perekonomian yang baik.
4. Pertengahan yaitu adanya keseimbangan antara individu dan
masyarakat.2

Akhlak ekonomi juga merupakan tindakan ekonomi yang mencampur


adukkan antara ranah ekonomi dan hukum agama yang merupakan penentuan
kebijakan ekonomi yang di tujukan kepada umat muslim yang melekat pada
watak manusia.3

Akhlak ekonomi sumber daya yang di gunakan secara rasional sesuai


kebutuhan tidak boleh berlebih-lebihan, dalam kegiatan sehari-hari tanpa di sadari
sebenarnya kita telah melakukan kegiatan ekonomi.4

Akhlak ekonomi dalam Islam yang di gunakan untuk mencegah hal-hal


yang di larang dalam Islam. Di dalam melakukan kegiatan ekonomi kita harus
tahu aturan-aturannya mana yang di perbolehkan.

Dalam ekonomi bisnis Islam kita harus memiliki akhlak atau etika yang
baik, dengan kata lain pelaku ekonom harus memiliki prinsip yang baik dalam
bertransaksi, berperilaku, berhubungan dengan pelaku ekonom lain agar dapat
mencapai tujuan-tujuan bisnisnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip moralitas
yang mencakup pada: aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, benar atau salah,
wajar atau tidak wajar, pantas atau tidak pantas dari semua perilaku manusia.5

Dalam berbisnis, tentu ada etika yang harus di miliki oleh seorang pebisnis
dan etika ini berperan penting dalam berbisnis karena tanpa etika yang baik bisnis
tidak akan berjalan dengan baik dengan kata lain bisnis tidak akan berjalan seperti
apa yang di harapkan. Berikut ini beberapa sikap yang harus di terapkan oleh
pelaku bisnis antara lain sebagai berikut :

2
Thonthowi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Robbani Press Jakarta Hlm. 23,25,27,64,83
3 Aris Hoestoro, Ekonomi Islam, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Hlm. 210
4 Google, IPI, Journal Akhlak Ekonomi Islam
5 Drs. Faisal Badreon. dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2006, Hlm. 70

6
1. Kejujuran, sikap jujur sangat penting dalam bisnis karena dapat
menghindari kegiatan tipu-menipu demi meraup keuntungan,
masih banyak yang melakukan tindakan kecurangan, maka dari itu
sikap jujur ini sangat perlu di terapkan dalam bisnis karena akan
menimbulkan rasa saling percaya.6
2. Sikap otonomi, yaitu sikap atau kemauan seseorang dalam
mengambil keputusan secara sadar tanpa paksaan orang lain, agar
tidak ada kekecewaan dari salah stau pihak pelaku bisnis.7
3. Keadilan, dalam berbisnis setiap orang di tuntut untuk bersikap
adil, semua di perlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu dalam
kegiatan bisnisnya perlu di lakukan sesuai dengan haknya masing-
masing, agar tidak ada salah satu pihak yang di rugikan.
4. Saling percaya, sikap ini menuntut agar bisnis bisa berjalan
sedemikian ragu tanpa ada keraguan dari salah satu pihak. Karena
tanpa saling percaya bisnis tidak akan berjalan sesuai dengan apa
yang di harapkan.8
5. Bertanggung jawab, seseorang harus bertanggung jawab atas
segala apa yang dia kerjakan dalam berbisnis, agar tidak ada
kekecewaan antara pihak yang satu dengan yang lain.9
6. Saling menghargai, dengan saling menghargai seseorang akan
terhindar dari kesalah pahaman antara rekan bisnis.

Dalam peningkatan akhlak ekonomi bisnis Islam, sikap-sikap di atas sangatlah


penting dalam berbisnis, tanpa kita menerapkan sikap-sikap di atas dalam
berbisnis mungkin bisnis yang kita jalankan tidak akan sesuai dengan apa yang
kita harapkan.

6 Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak,LPPI UMY, Yogyakarta. Hlm. 17


7 Aziz, Abdul. Journal Akhlak Ekonomi Suatu Tinjauan Teonomik, IPI, Hlm. 7
8 Naqvi, Syed Nawab Haider. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009, Hlm. 20
9 Muhammad. Fauroni, R. Lukman. Visi al-Qur’an tentang etika dan Bisnis, Salemba Diniyah, 2002, Hlm. 2

7
B. Akhlah Kepada Manusia

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang mana dalam


menjalankan kehidupannya ia tidak bisa terlepas dari bantuan orang lain. Manusia
yang satu dengan manusia yang lain seharusnya bisa saling berkontribusi agar
terciptanya suatu kehidupan rukun dan harmonis.

Salah satu hal yang menjadi peran penting dalam pelaksanaan hubungan
sosial antar sesama adalah dengan adanya akhlak. Seperti yang diketahui bahwa
akhlak yang tidak lain adalah budi pekerti merupakan sebuah aspek dalam jiwa
seseorang yang memicu untuk melakukan suatu perbuatan tanpa perencanaan.
Akhlak merupakan hal yang peranannya sangat penting karena akhlak merupakan
pembeda antara manusia dengan hewan atau makhluk lainnya. Oleh karena itu,
dalam kehidupan akhlak mempunyai andil yang besar.

Dalam kehidupannya, antar manusia pasti akan saling kerkesinambungan


dan berhubungan karena pada kenyataannya manusia di kelilingi oleh manusia
lain. Seorang manusia harus berbuat baik kepada orang lain agar manusia yang
lain pun dapat memberikan timbal balik yang baik juga. Agar timbal balik yang
kita terima itu baik tentunya kita harus mempunyai dan menjaga akhlak mulia
kepada sesama manusia. Lalu bagaimanakah bentuk akhlak yang baik kepada
sesama itu? Beberapa bentuk akhlak yang baik kepada sesama itu di antaranya :

1. Husnudzan.
Secara bahasa husnudzan berasal dari lafadz “husnun” yang artinya
baik dan “adzonu” prasangka, sehingga husnudzan berarti prasangka,
perkiraan, atau dugaan yang baik. Menurut istilah husnuzan adalah cara
pandang sesesorang yang membuatnya melihat sesuatu secara positif.
Seseorang yang memiliki sikap husnuzan memandang semua orang
baik dan akan mepertimbangkan sesuatu dengan pikiran jernih, hatinya
bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya sehingga tidak
menimbulkan kekacauan dalam pergaulan.

8
Pentingnya husnudzan terhadap sesama manusia, dalam hidupnya
akan memiliki banyak teman, di sukai kawan, dan di segani lawan.
Husnuzan terhadap sesama manusia juga merupakan kunci sukses dalam
pergaulan, baik pergaulan di sekolah, keluarga, maupun di lingkungan
masyarakat. Sebab tidak ada pergaulan yang harmonis tanpa adanya
prasangka baik antara satu individu dengan individu lainnya. Dengan
begitu hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik,
terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama dan selalu
senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.10
2. Tawadhu’
Tawadhu’ secara bahasa adalah "‫ "لُل التَّذ‬ketundukan dan "‫شع التَّخَا‬
ُ "
rendah hati. Secara terminologis Tawadhu’ adalah ketundukan kepada
kebenaran dan menerimanya dari siapapun datangnya baik ketika suka
atau dalam keadaan marah. Orang yang tawadhu’ adalah orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan dan tidak menampakkan kemampuan
yang dimiliki.11 Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sesungguhnya Allah memberi wahyu kepadaku agar engkau semua
saling tawaduk, sehingga tidak ada orang yang bersikap sombong kepada
yang lain dan tidak ada yang menganiaya seseorang terhadap yang lain”.12
Sesungguhnya orang yang tawadhu’ dan lemah lembut, keduanya
itulah yang mendapatkan ketenangan serta kasih sayangnya diatas bumi,
yang mana kepada saudara-saudara mereka sesama mukmin mereka
berlaku lemah lembut dan penuh kasih sayang. Sementara kepada orang
kafir musuh-musuh Islam mereka bersikap keras dalam artian tegas.13
Tawadhu’ dapat dikatakan jalan ynag mengantarkan manusia bersatu dan
damai dalam pergaulan, dan sebagai sikap untuk membina persaudaraan.

10 Baljon, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), Halm. 16.
11 Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 177.
12 H. R. Abu Daud., 4897.
13 Masan al Fat, Aqidah Akhlak, (Semarang: Adi Cita, 1994), 126.

9
3. Tasamuh
َ َ ‫سا َم َح – ت‬
Tasamuh berasal dari kata ‫سا َم َح‬ َ َ ‫ َيت‬yang artinya toleransi.
Tasamuh berarti sikap tenggang rasa saling menghormati saling
menghargai sesama manusia untuk melaksanakan hak-haknya. Kita wajib
menghormati karena manusia dapat merasakan bahagia apabila hidup
bersama manusia lainnmya. Pada hakikatnya, sikap seperti ini telah
dimiliki oleh manusia sejak masih usia anak-anak, namun perlu dibimbing
dan diarahkan.14
Tasamuh dapat menjadi pengikat persatuan dan kerukunan,
mewujudkan suasana yang harmonis, dapat menjalin dan memperkuat tali
silaturrahmi kepada sesama, mempererat tali persaudaraan dengan semua
kalangan, menjalin kasih sayang antar umat beragama, dan memperoleh
banyak kemudahan.
4. Ta’awun
Ta’awun berasal dari bahasa arab َ‫تَعَ َاون‬- ُ‫ َيتَعَ َاون‬- ‫ تَ َع ُاونًا‬yang berarti
tolong menolong, gotong royong, atau bantu membantu dengan sesama.
Ta’awun adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri,
kenyataan membuktikan bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang
membutuhkan pihak lain pasti tidak akan dapat dilakukan sendiri oleh
seseorang meski dia memiliki kemampuan dan pengetahuan.15
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri dalam
masyarakat tanpa bantuan dan kerjasama dengan manusia lain dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari baik yang sifatnya material maupun non
material. Orang kaya membantu yang miskin dalam hal materi dan harta,
sementara orang miskin membantu yang kaya dalam hal tenaga dan jasa.
Saling menolong tidak hanya dalam hal materi tetapi dalam berbagai hal
diantaranya tenaga, ilmu, dan nasihat. Suatu masyarakat akan nyaman dan
sejahtera jika dalam kehidupan masyarakat tertanam sikap ta’awun dan
saling membantu satu sama lain. Seperti penjelasan dalam Al-Qur’an :

14 Ibid. 186.
15 Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), 153.

10
‫َوالعُد َوا ُن ا ِلث ِم تَعَ َاونُوا َعلَى َولَ البِ ِ ِّر َوالتَّق َوى َوتَعَ َاونُوا َعلَى‬
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa dan jangan tolong menolong kamu dalam berbuat dosa dan
kesalahan”.16
Pentingnya menerapkan sikap ta’awun tolong menolong pekerjaan
akan dapat terselesaikan dengan lebih sempurna, melahirkan cinta dan
belas kasih antar orang yag saling menolong, mengurangi berbagai macam
fitnah, dapat menghilangkan kecemburuan sosial, dan menghapus jurang
pemisah antar orang yag mampu dan orang yang tidak mampu karena
yang satu dengan yang lain saling melengkapi.

16 QS. 5: 2.

11
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

a. Empat nilai utama yang berhubungan dengan akhlak dan ekonomi yang
berlandaskan Islam yaitu, ekonomi yang sesuai dengan tuntunan Allah dan
untuk mencari ridha Allah, tidak boleh meninggalkan akhlak seperti
aktivitas pariwisata dengan menghalalkan yang haram, manusia harus
bekerja keras dan berkreasi, dan adanya keseimbangan antara individu dan
masyarakat.
b. Akhlak ekonomi dalam Islam yang di gunakan untuk mencegah hal-hal
yang di larang dalam Islam. Di dalam melakukan kegiatan ekonomi kita
harus tahu aturan-aturannya mana yang di perbolehkan.
c. Dalam berbisnis sendiri terdapat etika yang harus di terapkan oleh pelaku
bisnis yaitu, kejujuran, sikap otonomi, keadilan, dan saling percaya.
d. Beberapa bentuk akhlak yang baik kepada sesama yaitu, husnudzan
(berprasangka baik), tawadhu’ (rendah hati), tasamuh (toleransi), dan
ta’awun (tolong menolong).
e. Seorang manusia harus berbuat baik kepada orang lain agar manusia yang
lain pun dapat memberikan timbal balik yang baik juga. Agar timbal balik
yang kita terima itu baik tentunya kita harus mempunyai dan menjaga
akhlak mulia kepada sesama manusia.

B. Saran

Dan di harapkan, dengan di selesaikannya makalah ini, baik pembaca


maupun penyusun dapat menerapkan akhlak baik dan sesuai dengan ajaran Islam
terutama dalam bidang ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak
sesempurna Nabi Muhammad SAW. setidaknya kita termasuk ke dalam golongan
kaumnya. Bismillah...

12
Daftar Pustaka

Mustofa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Prenada Media


Grup

Thonthowi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Robbani Press
Jakarta.

Aris Hoestoro, Ekonomi Islam, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas


Brawijaya.

Google, IPI, Journal Akhlak Ekonomi Islam.

Drs. Faisal Badreon. dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2006.

Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlak,LPPI UMY, Yogyakarta.

Aziz, Abdul. Journal Akhlak Ekonomi Suatu Tinjauan Teonomik, IPI.

Naqvi, Syed Nawab Haider. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Yogyakarta:


Pustaka Belajar, 2009.

Muhammad. Fauroni, R. Lukman. Visi al-Qur’an tentang etika dan Bisnis,


Salemba Diniyah, 2002.

Baljon, Bimbingan Remaja Berakhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991).

Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004).

H. R. Abu Daud.

Masan al Fat, Aqidah Akhlak, (Semarang: Adi Cita, 1994), 126

Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990)

Al-Qur’an

13

Anda mungkin juga menyukai