Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat
Islami. Makalah yang berjudul “Prinsip Prinsip Dalam Ekonomi Syariah” ini
Makalah ini berasal dari berbagai sumber, kemudian sedemikian rupa kami
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar yang telah
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Maslah................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Prinsip Dalam Ekonomi Syariah........................................................ 3
B. Ciri Ciri Ekonomi Syariah.................................................................. 4
C. Unsur Unsur Kebijakan Ekonomi Syariah......................................... 7
D. Operasional Kebijakan Ekonomi Syariah.......................................... 12
BAB III PENUTUP......................................................................................
14
A. Kesimpulan.........................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A, Latar Belakang
yang memberikan kegunaan adalah masalah lain. Karena itu, kekayaan dan
tenaga manusia, dua duanya merupakan kekayaan sekaligus sarana yang biasa
memuaskan keinginan .
wajib bukan zakat sukarela. Disamping itu ada juga instrumen sejenis yang
proses produksi hingga proses sirkulasi atau distribusi haruslah ada dalam
kerangka halal. Usaha-usaha tadi tidak boleh bersentuhan dengan judi dan
begitu ada kaidah hukum dalam Islam yang cukup menjadi rujukan dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
beraneka ragam dan setiap waktu selalu bertambah, Sedang alat pemuas
kebutuhan yang tersedia terbatas. Oleh karena itu manusia bertindak dilandasi
pertimbangan saat ini atau sekarang, yang kedua adalah pertimbangan untuk masa
akan datang. TIndakan ekonomi perlu dilandasi oleh pertimbangan yang cermat
tertentu.
Barang atau jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Hal ini disebabkan, barang dan jasa sebagai alat pemuas
mendesak dan yang harus dipenuhi lebih dahulu, maka manusia dihadapkan pada
tindakan ekonomi harus menjadi dasar dalam kegiatan ekonomi. Dalam ilmu
ekonomi kita mengenal suatu kaidah yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
besarnya.
hasil yang lebih baik merupakan tiga unsur penting yang terkandung dalam
prinsip ekonomi
manusia harus berdasar pada prinsip ekonomi. Sebaiknya semua orang selalu
berpegang pada prinsip ekonomi. Berikut adalah beberapa pengertian dari prinsip
mengatakan ada tiga sasaran hokum Islam yang menunjukan ciri ciri ekonomi
Islam yang diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:
1. Penyucian jiwa agar setiap muslim boleh menjadi sumber kebaikan bagi
Sistem Ekonomi Islam lahir dari sumber wahyu, sedang yang lain datang dari
Berciri Ilahiah karena berdiri di atas dasar aqidah, syariat dan akhlaq.
Artinya, Ekonomi Islam berlandaskan pada aqidah yang meyakini bahwa harta
benda adalah milik Allah SWT semata, sedangkN manusia hanya sebagai khalifah
berpijak pada syariat yang mewajibkan pengelolaan harta benda sesuai aturan
setiap umat para Nabi punya syariat dan sistem Serta Ekonomi Islam berdiri di
atas pilar akhlaq yang membentuk para pelaku Ekonomi Islam berakhlaqul
kemuliaan-kemuliaan akhlaq.
Allah SWT nyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 29 bahwa semua yang ada di
bumi diciptakan untuk semua orang. Namun pada saat yang sama tetap
Al-Israa ayat 29 bahwa pengelolaan harta tidak boleh kikir, tapi juga tidak boleh
boros.
Allah SWT dan Rasulullah SAW serta Ulil Amri yang dalam hal ini boleh
diartikan penguasa (pemerintah) selama taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Al-Qur’an dan Sunnah atas tenaga individu. Dalam Islam, kesejahteraan sosial
rupa, sehingga dengan pengaturan kembali keadaannya, tidak seorang pun lebih
baik dengan menjadikan orang lain lebih buruk di dalam kerangka Al-Qur’an atau
Sunnah.
Dengan kedua ciri di atas, aktivitas sistem ekonomi Islam terbagi dua :
fitrah manusia yang memerlukan unsur materi untuk kehidupan yang sejahtera
hukum-hukum yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa (Masyuri, 2005 :
konvensional atau kapitalis, yang bersifat sekuler tanpa ada kaitan dengan agama,
pengalaman dan kajian empirik, bebas nilai, sehingga ilmu ekonominya bersifat
netral (Hasan, 2011 : 18). Ekonomi Islam, di lain pihak, bersifat sarat akan nilai.
Tuhan, yang pada dasarnya adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri, dan
tanpa melanggar hak manusia lainnya (Hasan, 2011 : 12-13). Unsur moralitasnya
adalah, antara lain, tidak membuat kerusakan, dan tidak menimbulkan distosi
48), dan manusia diperintahkan untuk memakan yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di dunia (QS, 2 : 168). Ini semua menyiratkan bahwa manusia telah
diberikan sumber daya yang cukup, yang diperlukan dalam menjalakan kehidupan
di dunia. Oleh karena itu, ayat-ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa masalah
‘kelangkaan relatif’ dan jangka pendek. Isu sentral dari kecukupan tersebut
terletak pada dua hal yang berkaitan, yaitu: pertama, bagaimana mengelola dan
menggunakan sumber daya alam yang telah tersedia secara efisien dan efektif;
dan, kedua, bagaimana menyeimbangkan antara satu daerah dengan daerah lain
dalam hal alokasi yang diperlukan oleh satu daerah yang berkekurangan, dengan
yang berkelebihan. Dalam jangka panjang, dengan pengetahuan yang dimiliki dan
dikembangkan, sumber daya alam yang tidak terbarukan perlu dicarikan barang
substitusi nya, seperti halnya dengan enerji bio gas dan sinar matahari (P3EI, 2008
: 8).
kali, walaupun Nabi Saw pada waktu itu tidak pandai membaca atau menulis (QS,
29 : 48). Kata ‘membaca’ merupakan kata yang teramat penting bagi manusia
dengan ikhlas, bacaan yang baik, yang tidak bertentangan dengan “nama Allah”,
dapat mengantarkan manusia mencapai derajat yang sempurna, yang merupakan
dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
makanlah sebagian dari rezeki-Nya (QS, 67 : 15), dan ”Buatlah baju besi yang
adalah unsur utama dalam memperoleh materi atau harta atau hak. Bekerja adalah
bagian dari ibadah dan jihad, jika sang pekerja bersikap konsisten terhadap
peraturan Allah, suci niatnya dan tidak melupakan Tuhan (Qardhawi, 1997: 107).
Tujuan diwajibkan untuk bekerja adalah untuk mecukupi kebutuhan hidup, untuk
atau berniaga, dan Islam memang menekankan pada perdagangan dan melarang
Riba (QS, 2 : 275). Allah Swt berfirman, “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari
10
mengandung arti bahwa seseorang memiliki suatu barang yang dapat dijual
sedangkan pembeli setuju untuk membeli barang tersebut pada suatu tingkat harga
yang disetujui oleh kedua pihak: di sini, terjadi ijab dan qabul. Jika secara tunai,
pembayaran barang yang dijualnya. Jika tidak dengan tunai, transaksi itu harus
dicatat, dan dipersaksikan dengan dua orang saksi (QS, 2 : 282). Di sini terjadi
konvensional.
Oleh karena kerja sama dan keadilan ekonomi merupakan spirit ekonomi
Islam, atau merupakan jiwa ajaran tauhid, maka perlu disusun suatu tipe
saja.
tahapan:
syariah,
12
4. Bila ini tercapai maka aspek pembangunan lainnya tidak dapat diabaikan
dan yang terpenting adalah pembangunan hukum dan keadilan (j&g). Pada tahap
ini kita memiliki masyarakat paham syariah yang kaya dan berkeadilan,
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
dan saling terintegrasi, meliputi ilmu syariah yang bersumber dari Al-Quran dan
As Sunah, dan juga ilmu rasional (hasil pemikiran dan pengalaman manusia),
masing kelompok besar ini membentuk suatu bangunan yang akan menjadi
DAFTAR PUSTAKA
2. Dr. Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam,