Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRINSIP PRINSIP DALAM EKONOMI ISLAM


DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK I
1. Tgk. MUHAMMAD ABRAR
2. Tgk. MAULIAZI
3. Tgk. SYAHRUL RAZI

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-AZIZIAH


SAMALANGA KAB. BIREUEN
1437 H/2015 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat

hidayah-Nya, kegiatan penyusunan makalah dapat terlaksana dengan baik.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu kegiatan proses belajar-

mengajar di Institut Agama Islam Al-Aziziah, dalam upaya meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan yang bernuansa

Islami. Makalah yang berjudul “Prinsip Prinsip Dalam Ekonomi Syariah” ini

menyajikan tentang bagaimana ekonomi yang sesuai dengan syari’at Islam.

Makalah ini berasal dari berbagai sumber, kemudian sedemikian rupa kami

singkat menjadi sebuah makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar yang telah

memberikan kami bimbingan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, semoga Allah meridhoi kegiatan penyusunan makalah ini dan

memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya.

Samalanga,17 November 2015

Penulis
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Maslah................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
A. Prinsip Dalam Ekonomi Syariah........................................................ 3
B. Ciri Ciri Ekonomi Syariah.................................................................. 4
C. Unsur Unsur Kebijakan Ekonomi Syariah......................................... 7
D. Operasional Kebijakan Ekonomi Syariah.......................................... 12
BAB III PENUTUP......................................................................................
14
A. Kesimpulan.........................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
15
ii

BAB I

PENDAHULUAN

A, Latar Belakang

Pandangan islam terhadap masalah kekayaan berbeda dengan pandangan

islam terhadap masalah pemanfaatan kekayaan. Menurut Islam, sarana sarana

yang memberikan kegunaan adalah masalah lain. Karena itu, kekayaan dan

tenaga manusia, dua duanya merupakan kekayaan sekaligus sarana yang biasa

memberikan kegunaan atau manfaat. Sehingga, kedudukan kedua-duanya dalam

pandangan islam, dari segi keberadaan dan produksinya dalam kehidupan,

berbeda dengan kedudukan pemanfaatan serta tata cara perolehan manfaatnya.

Prinsip utama dalam sistem ekonomi Islam yang diisyaratkan dalam Al

Qur’an : Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah, bermakna juga bahwa

tindakan-tindakan ekonomi hanyalah sekedar untuk memenuhi kebutuhan bukan

memuaskan keinginan .

Implementasi Zakat ; pada tingkat negara mekanisme zakat adalah zakat

wajib bukan zakat sukarela. Disamping itu ada juga instrumen sejenis yang

bersifat sukarela yaitu infak, shadaqah, wakaf, dan hadiah.

Menjalankan usaha-usaha yang halal dari produk atau komoditi, manajemen,

proses produksi hingga proses sirkulasi atau distribusi haruslah ada dalam
kerangka halal. Usaha-usaha tadi tidak boleh bersentuhan dengan judi dan

spekulasi atau tindakan-tidakan lainnya yang dilarang secara syariah.Meskipun

begitu ada kaidah hukum dalam Islam yang cukup menjadi rujukan dalam

beraktifitas ekonomi, yaitu pada dasarnya aktifitas apapun hukumnya boleh

sampai ada dalil yang melarang aktifitas itu secara syariah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip prinsip Ekonomi dalam Islam

2. Cakupan dalam Ciri Ciri Ekonomi Islam

3. Macam macam Unsur pokok dalam Ekonomi Islam

4. Kebijakan Ekonomi Islam

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui apa saja prinsip ekonomi dalam islam

2, Poin poin ciri Ekonomi Islam

3. Poin Poin Unsur pokok dalam ekonomi Islam

4. Kerja sama dan keadilan merupakan spirit bagi Ekonomi Islam


2

BAB II

PEMBAHASAN

PRINSIP PRINSIP DALAM EKONOMI SYARIAH

1. prinsip Ekonomi Syariah

 Prinsip ekonomi adalah :  dengan pengorbanan yang sekecil kecilnya untuk

mendapatkan hasil yang sebesar besarnya

Untuk memebuhi kebutuhan hidup, kita dihadapkan kebutuhan yang

beraneka ragam dan setiap waktu selalu bertambah, Sedang alat pemuas

kebutuhan yang tersedia terbatas. Oleh karena itu manusia bertindak dilandasi

pertimbangan pertimbangan. Terdapat dua pertimbangan, yang pertama adalah

pertimbangan saat ini atau sekarang, yang kedua adalah pertimbangan untuk masa

akan datang. TIndakan ekonomi perlu dilandasi oleh pertimbangan yang cermat

dan rasional yang disertai dengan kesediaan untuk melakukan pengorbanan

tertentu.

Barang atau jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dapat dimanfaatkan

semaksimal mungkin. Hal ini disebabkan, barang dan jasa sebagai alat pemuas

kebutuhan manusia jumlahnya sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah


kebutuhan manusia. Manusia harus dapat memilih kebutuhan mana yang

mendesak dan yang harus dipenuhi lebih dahulu, maka manusia dihadapkan pada

beberapa alternatif pilihan di antara beberapa kemungkinan kebutuhan mana yang

dapat ditunda dan mana yang tidak dapat untuk ditunda.

Untuk menentukan pilihan yang paling tepat diperlukan tindakan ekonomi,

tindakan ekonomi harus menjadi dasar dalam kegiatan ekonomi. Dalam ilmu

ekonomi kita mengenal suatu kaidah yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk

melakukan kegiatan ekonomi. Kaidah itu disebut dengan nama prinsip

ekonomi, Prinsip ekonomi merupakan pertimbangan yang disertai oleh

pengorbanan seminimal mungkin dalam rangka mencapai hasil yang sebesar

besarnya. 

Prinsip ekonomi menjadi pedoman bagi manusia dalam menentukan

tindakan dalam kegiatan ekonomi tertentu. Pertimbangan, pengorbanan, maupun

hasil yang lebih baik merupakan tiga unsur penting yang terkandung dalam

prinsip ekonomi

Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa semua kegiatan ekonomi

manusia harus berdasar pada prinsip ekonomi. Sebaiknya semua orang selalu

berpegang pada prinsip ekonomi. Berikut adalah beberapa pengertian dari prinsip

ekonomi pada umumnya:

2. Ciri Ciri Ekonomi Syariah


Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah

mengatakan ada tiga sasaran hokum Islam yang menunjukan ciri ciri ekonomi

Islam yang diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu:

1. Penyucian jiwa agar setiap muslim boleh menjadi sumber kebaikan bagi

masyarakat dan lingkungannya.

2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakupi

aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.

3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati

bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakupi lima

jaminan dasar yaitu:

a. Kamaslahatan keyakinan agama (al din)

b. Kamaslahatan jiwa (al nafs)

c. Kamaslahatan akal (al aql)

d. Kamaslahatan keluarga dan keturunan (al nasl)

e. Kamaslahatan harta benda (al mal)

Sistem Ekonomi Islam lahir dari sumber wahyu, sedang yang lain datang dari

sumber akal. Ekonomi Islam mempunyai ciri ciri khusus yang membedakannya

dari sistem ekonomi lainnya, yaitu Ilahiah dan Insaniah.

Berciri Ilahiah karena berdiri di atas dasar aqidah, syariat dan akhlaq.

Artinya, Ekonomi Islam berlandaskan pada aqidah yang meyakini bahwa harta

benda adalah milik Allah SWT semata, sedangkN manusia hanya sebagai khalifah

yang mengelolanya (Istikhlaf) guna kelangsungan hidupnya, sebagaimana


diamanatkan Allah SWT dalam surat Al-Hadiid ayat 7. Ekonomi Islam juga

berpijak pada syariat yang mewajibkan pengelolaan harta benda sesuai aturan

Syariat Islam, sebagaimana ditekankan dalam surat Al-Maa-idah ayat 48 bahwa

setiap umat para Nabi punya syariat dan sistem Serta Ekonomi Islam berdiri di

atas pilar akhlaq yang membentuk para pelaku Ekonomi Islam berakhlaqul

karimah dalam segala tindak ekonominya, sebagaimana Rasulullah SAW

mengingatkan bahwasanya beliau diutus hanya untuk menyempurnakan

kemuliaan-kemuliaan akhlaq.

Berciri Insaniah karena memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi dan

sempurna. Sistem ekonomi Islam tidak membunuh hak individu sebagaimana

Allah SWT nyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 29 bahwa semua yang ada di

bumi diciptakan untuk semua orang. Namun pada saat yang sama tetap

memelihara hak sosial dengan seimbang, sebagaimana diamanatkan dalam surat

Al-Israa ayat 29 bahwa pengelolaan harta tidak boleh kikir, tapi juga tidak boleh

boros.

Disamping itu, tetap menjaga hubungan dengan negara sebagaimana

diperintahkan dalam surat An-Nisaa ayat 59 yang mewajibkan ketaatan kepada

Allah SWT dan Rasulullah SAW serta Ulil Amri yang dalam hal ini boleh

diartikan penguasa (pemerintah) selama taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Berbeda dengan  ilmu ekonomi modern dimana masalah pilihan  sangat

tergantung pada macam-macam tingkah masing-masing individu.  Mereka

mungkin atau mungkin juga tidak memperhitungkan persyaratan-persyaratan


masyarakat.  Namun dalam ilmu ekonomi Islam, kita tidaklah berada dalam

kedudukan untuk mendistribusikan sumber-sumber semau kita. Dalam  hal  ini 

ada   pembatasan yang serius berdasarkan ketetapan kitab Suci

Al-Qur’an dan Sunnah atas tenaga individu.  Dalam Islam, kesejahteraan sosial

dapat dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi juga dialokasikan sedemikian

rupa, sehingga dengan pengaturan kembali keadaannya, tidak seorang pun lebih

baik dengan menjadikan orang lain lebih buruk di dalam kerangka Al-Qur’an atau

Sunnah. 

Dengan kedua ciri di atas, aktivitas sistem ekonomi Islam terbagi dua :

pertama, individual yaitu aktivitas ekonomi yang bertujuan mendapatkan

keuntungan materi bagi pelakunya, seperti perniagaan, pertukaran dan

perusahaan. Kedua, sosial yaitu aktivitas ekonomi yang bertujuan memberikan

keuntungan kepada orang lain, seperti pemberian, pertolongan dan perputar

3. Unsur Unsur Kebijakan Ekonomi Islam

Berdasarkan uraian mengenai Prinsip Dasar dan Prinsip Utama di atas,

dapatlah kiranya diuraikan unsur-unsur pokok yang dikandung oleh ekonomi

Islam, sebagai berikut: 

a. Unsur Spriritualitas, Moralitas dan Etika 

Dengan Prinsip Tauhid di atas, ekonomi Islam mengandung unsur

spiritualitas, sehingga bersifat transendental, tetapi tetap bertema sentral pada

fitrah manusia yang memerlukan unsur materi untuk kehidupan yang sejahtera

secara bersama dengan masyarakat yang lebih luas, dalam rangka


mencapai mashlahah bagi  seluruh umat manusia. Bersifat transedental berarti

pembangunan ekonomi Islam tidak semata-mata bersandarkan kepada

kemampuan intelektual manusia, tetapi dilaksanakan dengan menggunakan

hukum-hukum yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa (Masyuri, 2005 :

47). Unsur sprititualitas ini menjadi faktor pembeda dengan ekonomi

konvensional atau kapitalis, yang bersifat sekuler tanpa ada kaitan dengan agama,

berorientasi hanya kepada duniawi, positivisme, dan cenderung pragmatis;

sehingga melepaskan kaitannya dengan etika dan nilai-nilai moral (Pramono,

2003 : 4). Ekonomi konvensional bersifat positivisme, atau berdasarkan

pengalaman dan kajian empirik, bebas nilai, sehingga ilmu ekonominya bersifat

netral (Hasan, 2011 : 18). Ekonomi Islam, di lain pihak, bersifat sarat akan nilai.

Etika yang dipakai adalah kewajiban untuk menerapkan ketentuan-ketentuan

Tuhan, yang pada dasarnya adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri, dan

tanpa melanggar hak manusia lainnya (Hasan, 2011 : 12-13). Unsur moralitasnya

adalah, antara lain, tidak membuat kerusakan, dan tidak menimbulkan distosi

keharmonisan hubungan sesama manusia, dengan lingkungan alam, yang pada

akhirnya beribadah kepada Tuhan.

b.   Unsur Pengelolaan yang Efektif dan Efisien

Ketika manusia ditempatkan di muka bumi, Tuhan telah menyediakan bagi

manusia sumber penghidupan” (QS, 7 : 10). Kemudian ditegaskan kembali,

bahwa Tuhan telah memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan (QS, 53 :

48), dan manusia diperintahkan untuk memakan yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di dunia (QS, 2 : 168). Ini semua menyiratkan bahwa manusia telah

diberikan sumber daya yang cukup, yang diperlukan dalam menjalakan kehidupan

di dunia. Oleh karena itu, ayat-ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa masalah

ekonomi bukan masalah kelangkaan, seperti halnya dalam pengertian ilmu

ekonomi konvensional. Namun, kelangkaan di sini hanya diartikan sebagai

‘kelangkaan relatif’ dan jangka pendek. Isu sentral dari kecukupan tersebut

terletak pada dua hal yang berkaitan, yaitu: pertama, bagaimana mengelola dan

menggunakan sumber daya alam yang telah tersedia secara efisien dan efektif;

dan, kedua, bagaimana menyeimbangkan antara satu daerah dengan daerah lain

dalam hal alokasi yang diperlukan oleh satu daerah yang berkekurangan, dengan

yang berkelebihan. Dalam jangka panjang, dengan pengetahuan yang dimiliki dan

dikembangkan, sumber daya alam yang tidak terbarukan perlu dicarikan barang

substitusi nya, seperti halnya dengan enerji bio gas dan sinar matahari (P3EI, 2008

: 8).

c.   Unsur Pengetahuan dan Keahlian

Islam sangat mementingkan unsur pengetahuan dan keahlian. Ketika Ayat

Al Qur’an pertama kali diturunkan, Allah Swt melalui malaikat Jibril

memerintahkan kepada Nabi Saw untuk”iqra”atau membaca sampai beberapa

kali, walaupun Nabi Saw pada waktu itu tidak pandai membaca atau menulis (QS,

29 : 48). Kata ‘membaca’ merupakan kata yang teramat penting bagi manusia

sebagai kunci pembuka ke jalan kebahagiaan duniawi dan akhirati. Membaca

dengan ikhlas, bacaan yang baik, yang tidak bertentangan dengan “nama Allah”,
dapat mengantarkan manusia mencapai derajat yang sempurna, yang merupakan

syarat utama untuk membangun peradaban (Shihab, Quraish, 2013 : 261-267).

Firman Tuhan menyebutkan, “Allah menganugrahkan al hikmat (kefahaman yang

dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan

barang siapa yang dianugrahi al hikmat itu, ia benar-benar telah dianugrahi

karunia yang banyak”.

d.   Unsur Kerja atau Usaha

Berbeda dengan ekonomi kapitalis yang terutama bersandar pada unsur

modal (Rusyidiana, (et.al), 2009 : 38),  unsur kerja bersifat sentral dalam

perekonomian Islam; penunjang utama untuk mencapai maqasid al syariah. Allah

swt berfirman, ”Dan Kami jadikan siang untuk kamu untuk mencari

kehidupan” (QS,  78 : 11); dan, ”Maka berjalanlah di segala penjurunya, dan

makanlah sebagian dari rezeki-Nya (QS, 67 : 15), dan ”Buatlah baju besi yang

besar-besar dan ukurlah anyamannya dan kerjakan amalan yang

saleh.Sesungguhnya Aku melihat yang kamu kerjakan” (QS, 34 : 10-11). Bekerja

adalah unsur utama dalam memperoleh materi atau harta atau hak. Bekerja adalah

bagian dari ibadah dan jihad, jika sang pekerja bersikap konsisten terhadap

peraturan Allah, suci niatnya dan tidak melupakan Tuhan (Qardhawi, 1997: 107).

Tujuan diwajibkan untuk bekerja adalah untuk mecukupi kebutuhan hidup, untuk

kemaslahatan keluarga dan masyarakat, dan untuk memakmurkan bumi 

e.   Unsur Perdagangan dan Produksi Barang dan Jasa.


Kegiatan ekonomi yang disebut berulang-ulang dalam Al Qur’an adalah

kata tijarah,bay, syira dan dain, yang artinya berkisar pada jual beli, berdagangan

atau berniaga, dan Islam memang menekankan pada perdagangan dan melarang

Riba (QS, 2 : 275). Allah Swt berfirman,  “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari

10

karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu” (QS, 2 : 198). Perdagangan

mengandung arti bahwa seseorang memiliki suatu barang yang dapat dijual

kepada pembeli. Jual-beli terjadi karena penjual sepakat menjual barangnya,

sedangkan pembeli setuju untuk membeli barang tersebut pada suatu tingkat harga

yang disetujui oleh kedua pihak: di sini, terjadi ijab dan qabul. Jika secara tunai,

si pembeli menerima barang dari penjual, sedangkan penjual menerima uang

pembayaran barang yang dijualnya. Jika tidak dengan tunai, transaksi itu harus

dicatat, dan dipersaksikan dengan dua orang saksi (QS, 2 : 282). Di sini terjadi

pembiayaan Islami, yang berbeda dengan pemberian kredit dalam bank

konvensional.  

4. Operasional Kebijakan Ekonomi Syariah

Oleh karena kerja sama dan keadilan ekonomi merupakan spirit ekonomi

Islam, atau merupakan jiwa ajaran tauhid, maka perlu disusun suatu tipe

rancangan structural guna menerjemahkan spirit ini menjadi kenyataan dan

terutama agar mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan di mana saja dan kapan

saja.

Strategi Ekonomi Islam dalam Mencapai Tujuan


Dr. Chapra merumuskan untuk mengembangkan ekonomi Islam melalui

tahapan:

1. Tanamkan kesadaran syariah (S),

2. Kembangkan masyarakat sehingga terciptalah masyarakat (N) yang paham

syariah,

12

3. Meningkatkan kekayaan (W) masyarakat paham syariah,

4. Bila ini tercapai maka aspek pembangunan lainnya tidak dapat diabaikan

dan yang terpenting adalah pembangunan hukum dan keadilan (j&g). Pada tahap

ini kita memiliki masyarakat paham syariah yang kaya dan berkeadilan,

5. Tahap selanjutnya adalah menegakkan pemerintah yang kuat


13

BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Ekonomi Islam adalah suatu ilmu yang multidimensi/interdisiplin, komprehensif

dan saling terintegrasi, meliputi ilmu syariah yang bersumber dari Al-Quran dan

As Sunah, dan juga ilmu rasional (hasil pemikiran dan pengalaman manusia),

dimana dengan ilmu ini manusia dapat mengatasi masalah-masalah keterbatasan

sumber daya untuk mencapai fahalah.

. Secara umum prinsip-prinsip ekonomi menjadi 3 kelompok besar. Masing-

masing kelompok besar ini membentuk suatu bangunan yang akan menjadi

prinsip ekonomi islam.


14

DAFTAR PUSTAKA

1. Mustafa Edwin Nasution, Jangan Pinggirkan Studi Ekonomi Syariah,

Republika online, Senin, 07 Nopember 2005

2. Dr. Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam,

Robbani Press, Jakarta, 2004

3. Dan sumber bacaan lainnya (internet)

4. Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam p. 10


15

Anda mungkin juga menyukai