A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengenal istilah-istilah atau
penamaan dalam Pemakaian Istilah dan Idiom
B. URAIAN MATERI
Istilah selanjutnya adalah eksepsi. Kata ini berasal dari bahasa Latin
exceptio. Dalam kenyataannya, kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia ‘tangkisan’, ‘sanggahan’, dan ‘sangkalan’. Arti kata-kata tersebut
apabila dipergunakan terkadang masalah perasaan turut terlibat. Oleh karena itu,
perlu dipilih kata-kata yang tepat untuk menerjemahkan istilah eksepsi.
Dalam putusan pengadilan, ada istilah "in kracht van gewijsde" atau
sering disingkat "in kracht" saja. Istilah tersebut perlu diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Untuk menerjemahkannya dengan istilah yang tepat, tentunya
diperlukan pertimbangan kebahasaan, misalnya ‘putusan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap", atau lebih singkat sebagai ‘kekuatan hukum tetap’.
“… bahwa sekitar tanggal 13 Januari 2001 sekitar jam 16.00 WIB saksi
Dody Harjito datang ke tempat terdakwa R. Mulawarman bin Sunjaya
yang bekerja di Difa Bar Senayan dan mengatakan bahwa terdakwa R.
Mulawarman sudah beli motor…” (Hidayana, 2002:101). Pernyataan
tersebut sebenarnya akan menjelaskan bahwa “pada tanggal 13 Juni 2001
Dody Harjito datang sekitar pukul 16.00 WIB ke tempat kerja R.
Mulawarman di Difa Bar Senayan dan menanyakan apakah sudah
membeli sepeda motor di Jalan Radio Dalam”, kata Tri.
Persoalan yang menarik juga terdapat pada penafsiran hukum pasal 340
KUHP yang berbunyi “Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana
(moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun (Moeljatno, 2001:123).
1 barang siapa;
2 dengan sengaja;
3 dengan direncanakan terlebih dahulu;
4 merampas nyawa orang lain.
Unsur barang siapa ditafsirkan sebagai subjek hukum, yaitu orang atau
manusia yang melakukan tindak pidana dalam keadaan sehat jasmani dan rohani
dan apa yang diperbuat dapat dipertanggungjawabkan kepadanya. Dalam
perkara itu, barang siapa ialah CS alias Tuti.
Untuk dapat diterima suatu “rencana terlebih dahulu”, maka perlu adanya
tenggang waktu pendek atau panjang dalam mana dilakukan pertimbangan dan
pemikiran yang tenang. Pelaku harus memperhitungkan makna dan akibat-akibat
perbuatannya, dalam suasana kejiwaan yang memungkinkan untuk berpikir
(H.R. 22 Maret 1409 KUHP dan KUHAP dilengkapi yurisprudensi MA dan
Hoge Raad Edisi KETIGA, R. Soenarto Soeradibroto, SH hal 297).
1 laki-laki beristri
2 berbuat Zinah
3 sedang diketahui pasal 27 KUH Perdata berlaku padanya
4 beberapa yang dipandang sebagai perbuatan berlanjut
Ad.3. Sedang diketahui pasal 27 KUH Pidana berlaku padanya; Pengertian dari
pasal tersebut bahwa seorang laki-laki hanya boleh menikahi seseorang
perempuan dan perempuan hanya boleh menikah dengan seorang laki-laki.
Karena terdakwa dan saksi Mar memeluk agama Islam dan Undang-
Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974, berlaku hal yang sama bahwa pada
asasnya seorang laki-laki hanya boleh menikahi seorang perempuan dan seorang
perempuan hanya boleh menikah dengan seorang laki-laki sehingga unsur
tersebut juga terbukti; Ad.4. Beberapa perbuatan yang dipandang sebagai
perbuatan berlanjut ; Dari fakta yang terungkap di persidangan telah terbukti
bahwa antara terdakwa dengan saksi Marinten telah melakukan persetubuhan 4
kali, yaitu pada tanggal 12, Januari, 26 Januari, 2 Februari, dan tanggal 10
Februari 2005. Oleh karena itu, maka perbuatan tersebut dapat dipandang
sebagai perbuatan berlanjut sehingga unsur ini juga telah dapat dibuktikan.
(Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Klaten Tahun 2005) Di dalam dokumen
hukum, misalnya Kitab Undang-undang Hukum Pidana, juga ditemukan
hubungan kata yang sebenarnya tidak berhubungan, tetapi dimasukkan dalam
satu kelompok. Misalnya, konsep memanjat seperti dalam pengertian yang
disebutkan dalam pasal 99 berbunyi “Yang disebut memanjat termasuk juga
masuk melalui lubang yang memang sudah ada tetapi bukan untuk masuk; atau
masuk melalui lubang di dalam tanah yang dengan sengaja digali; begitu juga
menyeberangi selokan atau parit yang digunakan sebagai batas penutup” (Pasal
99 KUHPidana, Moeljatno, 2001:39).
Selain itu, di dalam KUHP juga ditemukan beberapa istilah atau kosa
kata tindak pidana yang dapat dikategorikan melanggar kepentingan seseorang
yang dilindungi hukum (rechtbelangen). Kepentingan-kepentingan itu dapat
dikelompokkan atas kepentingan individu, kepentingan masyarakat, dan
kepentingan negara.
Setiap tindak pidana akan dijelaskan oleh praktisi hukum (hakim, jaksa,
dan penasihat hukum) dengan cara menafsirkan tindak pidana yang ditujukan
kepada terdakwa. Melalui analisis unsur tindak pidana tersebut, hasil penafsiran
makna yang diciptakan dan disepakati bersama oleh praktisi hukum akhirnya
dapat diidentifikasi dan diketahui dengan jelas.
Tindak pidana dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, antara lain tindak
pidana
1 pencurian,
2 penadahan,
3 penggelapan,
4 penipuan,
5 penganiayaan,
6 pembunuhan,
7 pemakaian narkotika,
8 perjudian,
9 perzinahan,
10 pemerkosaan,
11 korupsi,
12 pemalsuan,
13 keimigrasian,
14 penyimpangan obat, dan
15 tindak pidana pengrusakan barang.
Penjelasan masing-masing penafsiran unsur tindak pidana (peristilahan)
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. pencurian biasa,
b. pencurian berat, dan
c. pencurian ringan.
a. mengambil,
b. barang,
c. milik orang lain yang bukan haknya, dan
d. dengan melawan hukum.
1 tindakanmengambil,
2 yang diambil barang,
3 status barang itu sebagian atau seluruhnyamenjadi milik orang lain, dan
4 tujuan perbuatan itu dengan maksud untuk memiliki barang itu secara
melawan hukum (melawan hak).
8. Penafsiran makna unsur tindak pidana perjudian mengacu pada pasal 303
ayat (3) KUHP. Ada dua pasal yang berhubungan dengan perjudian, yakni
pasal 303 tentang Kejahatan Melanggar Kesopanan dan pasal 542 tentang
Pelanggaran mengenai Kesopanan. Menurut pasal 303 KUHP, ada tiga
macam kejahatan yang semuanya diancam dengan maksimum hukuman
penjara dua tahun delapan bulan atau denda enam ribu rupiah; sedangkan
menurut pasal 542, ada dua macam pelanggaran yang akan dikenai ancaman
maksimum hukuman kurungan satu bulan atau denda tiga ratus rupiah.
Selanjutnya, kosa kata yang berhubungan dengan tindak pidana perjudian
adalah barang siapa, (dengan) sengaja, menuntut pencaharian, memberi
kesempatan, main judi, turut campur, (perusahaan) main judi, dan (dengan)
tidak berhak atau tidak ada izin.
9. Penafsiran makna unsur tindak pidana perzinaan mengacu pada KUHP pasal
284. Menurut pasal itu, yang dimaksud zina adalah (1) persetubuhan yang
dilakukan oleh laki-laki atau perempuan, (2) yang telah kawin dengan
perempuan atau laki-laki yang bukan istri atau suaminya, dan (3) dilakukan
atas dasar suka sama suka.
10. Penafsiran makna unsur tindak pidana pemerkosaan mengacu pada KUHP
pasal 285. Menurut pasal itu, terdapat kriteria sebagai kosa kata
persetubuhan yang diancam hukuman maksimum 12 tahun penjara;
sedangkan menurut pasal 289 KUHP, yang menyerupai tindak pidana
pemerkosaan adalah kriteria “penyerangan kesusilaan dengan tindakan”,
yang diancam dengan hukuman maksimum 9 tahun penjara. Ciri-ciri tindak
pidana perkosaan adalah (1) memasukkan alat vital ke vagina, (2) korban
meronta kesakitan, dan (3) mengeluarkan sperma. (11) Penafsiran makna
unsur tindak pidana korupsi mengacu pada KUHP pasal 25 Perpu No. 24
tahun 1960 yang dinamakan sebagai “Peraturan Pemberantasan Korupsi”
atau yang juga bisa disebut sebagai “Undang-Undang Anti-Korupsi”.
Berdasarkan ketentuan itu, yang dikategorikan sebagai tindak pidana
korupsi adalah (a) memperkaya diri, (b) menyalahgunakan jabatan atau
kedudukan, dan (c) merugikan keuangan atau perekonomian negara.
Berhubung dengan adanya peraturan istimewa tentang pengusutan,
penuntutan, dan pemeriksaan atas tindak-tindak pidana korupsi ini termuat
dalam pasal-pasal 2 sampai dengan 12.
11. Penafsiran makna unsur tindak pidana pemalsuan mengacu pada KUHP
pasal 244. Yang bisa dikategorikan sebagai tindak pidana pemalsuan adalah
mengedarkan uang palsu dan pemalsuan dalam surat-surat (Valschheid in
Geschrift). Dalam pemalsuan uang, terdapat kosa kata membuat secara
meniru (namaken) dan memalsukan (vervalschen). Yang dapat
dikategorikan sebagai pemalsuan uang kertas jika uang kertas tulen diberi
warna lain dan termasuk dalam kategori pemalsuan uang logam jika ada
perubahan bentuk uang logam itu. Sementara itu, penafsiran makna unsur
tindak pidana pemalsuan surat mengacu pada KUHP pasal 263 ayat (1).
Sesuai dengan ketentuan ini, tindak pidana pemalsuan surat (valschheid in
geschrift) bisa dikenai ancaman hukuman maksimal 6 tahun penjara.
12. Penafsiran makna unsur tindak pidana keimigrasian mengacu pada KUHP
pasal 52 UU no. 9 tahun 1992. Selanjutnya, kosa kata khusus yang
berkenaan dengan tindak pidana keimigrasian adalah orang asing, izin
keimigrasian, habis berlaku, masih berada dalam wilayah Indonesia,
melampaui batas waktu (60 hari), dan izin yang diberi.
13. Penafsiran makna unsur tindak pidana penyimpanan obat mengacu pada
KUHP pasal 82 ayat (I) huruf d Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992.
14. Penafsiran makna unsur tindak pidana pengrusakan barang mengacu pada
KUHP pasal 406 ayat (1). Pada pokoknya perusakan barang akan memiliki
ciri (1) tindakan menghancurkan, merusakkan (membikin tidak dapat
dipakai, mengihilangkan, (2) sesuatu barang, (3) milik orang lain, dan (4)
melawan hukum.Pasal 406 ayat (1) tersebut mengancam dengan hukuman
penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-
banyaknya tiga ratus rupiah bagi siapa saja yang dengan sengaja dan dengan
melanggar hukum menghancurkan, merusakkan, membuat sehingga tidak
dapat dipakai lagi, atau menghilangkan barang yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain. Berdasarkan ketentuan itu, ancaman
hukuman bagi yang melanggar tindak pidana pengrusakan barang adalah
hukuman penjara selama-lamanya 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak-
banyaknya tiga ratus rupiah. Sementara itu, apabila barang yang dirusak
mengacu pada kepentingan umum, dengan mengacu pada KUHP pasal 408,
hukumannya diperberat menjadi penjara selamanya 4 tahun. Sebaliknya,
jika tidak ada unsur kesengajaan dalam pengrusakan barang, dengan
mengacu KUHP pasal 409, hukumannya diperingan menjadi kurungan
selamanya 1 bulan atau denda sebanyak-banyaknya seratus rupiah.
C. SOAL LATIHAN/ TUGAS
Ambil salah satu pasal dalam Undang-Undang kemudian analisa kalimat dalam
pasal tersebut
D. DAFTAR PUSTAKA