Anda di halaman 1dari 15

AMTSAL QURAN A.

Pendahuluan Hakikat-hakikat yang tinggi makna dan tujuannya akan lebih menarik jika diungkapkan dalam kerangka ucapan yang baik dan mendekat kepada pemahaman, melalui analogi dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin. Tamsil (membuat permisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap di dalam pikiran, betapa banyak makna-makna yang dapat dijadikan lebih indah menarik dan mempesona dengan menggunakan kalimat tamsil. Karena itu maka tamsil lebih dapat mendorong jiwa untuk memahami makna dan menerima makna yang dimaksudkan sehingga membuat akal merasa puas dengannya. Tamsil dalam bahasa al-quran adalah merupakan suatu uslub dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dari segi-segi kemukjizatannya. Dikarenakan oleh keunikan yang dapat dirasakan melalui alunan bahasa yang digunakan beberapa ayat dari al-quran sehingga ada sejumlah ulama yang membahasnya secara khusus ayat tentang al-quran perumpamaan-perumpamaan yang menukilkan yang disebutkan dalam al-quran.1 Hal ini dapat juga didorong oleh beberapa penyerupaan, perbandingan dan kesamaan yang diperoleh dalam masalah hokum. Sebagaimana dari beberapa ayat berikut yang dapat menggugah pemahaman manusia untuk menemukan maksud dari perumpamaan-perumpamaan itu, yakni diantaranya: Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk
1

Abul Hasan Ali bin Habib asy-Syafii, Adabud Dunya wad Din dan Alahkamus Sulthaniyah

terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (al-Hasyar :21) Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orangorang yang berilmu. (al-Ankabut:43) Sesungguhnya Telah kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran Ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. Berdasarkan hal, diriwayatkan dari ali bahwa rasulullah Saw Bersabda: Sesunggguhnya Allah menurunkan Quran sebagai perintah, dan larangan, tradisi yang telah lalu dan perumpamaan yang dibuat.2 Dari beberapa pembahasan tersebut mengisyaratkan bahwa terdapat beragam rahasia yang mungkin diungkapkan oleh manusia dalam kapasitas sebagai makluk yang memiliki jasad, akal, qalbu dan hati untuk mengungkapkan kebesarankebesaran ilahi di balik sesuatu yang nampak dan tersembunyi dalam kehidupan realitas. Oleh karena itu, melalui kajian singkat ini marilah sama-sama menggali pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang beberapa bentuk permisalan yang menjadi bahan diskusi pada mata kuliah ilmu tafsir. B. Definisi Amsal Amsal adalah bentuk dari kata matsal. Kata masal, misl dan masil adalah sama syabah, syibah dan syabih, baik lafadz maupun maknanya.3 Dalam sastra, masal adalah suatu ungkapan perkataan yang dihikayaatkan dan sudah popular dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam
2 3

Al-itqan Fi Ulumil Quran, hlm. 131 Ahmad .Warson. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pogresif, 2002), hlm. 1309

perkataan itu diucapkan. Maksudnya, menyerupakan suatu (seorang, keadaan) dengan apa yang terkandung dalam perkataan itu. Misalnya: (betapa banyak lemparan panah yang mengenai tanpa sengaja). Artinya betapa banyak lemparan panah yanga mengenai sasaran itu dilakukan seorang pelemparyang biasanya tidak tepat lemparannya. Secara terminologi matsal adalah ungkapan perkataan yang dihikayatkan dan sudah populer untuk menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu dengan sesuatu yang karenanya perkataan diucapkan. Menurut Ibnu Qayyim, Amtsalul Quran adalah penyerupaan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang kongkrit. Orang pertama yang mengucapkan matsal ini adalah AlHakam bin Yagus An-Nagri. Matsal ini ia katakana kepada orang yang biasanya berbuat salah yang kadang-kadang ia berbuat benar. Atas dasar ini matsal harus mempunyai Maurid (sumber) yang kepadanya suatu yang lain diserupakan. Kata matsal digunakan pula untuk menunjukkan arti keadaan dan kisah yang menakjubkan. Dengan pengertian inilah ditafsirkan kata-kata Masal dalam sejumlah besar ayat. Tamsil (membuat pemisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan maknamakna dalam bentuk yang hidup dan mantap didalam pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan hadir, yang abstrak dengan konkrit, dan dengan menganalogikan suatu dengan hal yang serupa. Ibnu Qayyim, mendeinisikan amsal quran dengan menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya, dan mendekatkan yang abstrak dengan yang indrawi

atau mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan menganggap makna yang satunya itu lebih sebagai indah, yang lain.4 dan Berdasarkan hal ini maka dapat kita pahami bahwa betapa banyak baik, dijadikan menarik mempesona oleh tamsil. Karna itulah maka Tamsil lebih dapat mendorong jiwa untuk menerima makna yang dimaksudkandan membuat merasa puas dengannya. Dan Tamsil adalah salah satu Uslub Quran dalam mengugkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatan. C. Macam-Macam Amsal dan Contohnya Amsal dalam Al-Quran ada tiga macam, antaranya adalah: amsal musarrahah, amsal kaminah, dan amsal mursalah. 1. Amsal Amsal Musarrahah Musarrahah ialah Amsal yang didalammya

dijelaskan dengan lafaz Masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam Al-Quran. Sebagai contoh dalam surat (Al-Baqarah : 17-20)

Ibnu Qayyim, Aqsamul Quran,


Artinya: Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api[5], Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat. Mereka tuli, bisu dan buta[6], Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati[7]. dan Allah meliputi orangorang yang kafir[8].Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. Di dalam ayat ini Allah membuat dua perumpamaan (masal) bagi orang yang munafik, yakni masal yang berkenaan dengan Api seperti dalam firmannya Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, karena dalam api itu juga terdapat undur cahaya, dan (masal) yang berkenaan
5

[1] Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, Karena sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat tersebut di atas. [2] Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta oleh Karena tidak dapat menerima kebenaran. [3] Keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang mengandung peringatan, adalah seperti orang yang ditimpa hujan lebat dan petir. mereka menyumbat telinganya Karena tidak sanggup mendengar peringatan-peringatan Al Quran itu. [4] Maksudnya pengetahuan dan kekuasaan Allah meliputi orangorang kafir.

dengan Air Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit, karena di dalam air terdapat materi kehidupan (Wajaalna minal mai kullu syaii hayyun), dan wahyu dari langit bermaksud untuk menerangi hati dan menghidupkannya. Allah menyebutkan juga kedudukan dan fasilitas orang munafik pada kedua keadaan. Yakni di suatu sisi mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan dan manfaat, namun di sisi yang lain tidak memberikan pengaruh nur terhadap hati mereka karena Allah menghilangkan cahaya yang ada dalam api itu dan membiarkan unsur itu membakar padanya. Berdasarkan hal ini, sebagaimana penafsiran Muhammad Quraisy Shihab dalam Jurnal studi Al-Quran yang dikutip dari kitab Misykat al-anwar berdasarkan pemahamannya dalam (QS. Al-Nur : 35) Pemaknaan terhadap Nar/Nurcahaya dimaknai sebagai suatu yang terang dan tampak (az-zahir) pada dirinya dan bisa membuat yang lain terang (al-muzhhir). Ungkapan terhadap cahaya ini merupakan gaya bahasa majazi oleh karena itu al-ghazali menyandingkan cahaya tersebut kepada istilah seperti Misykat, Mishbah, Zujajah, Syajarah Almubarakah dan az-zayt. Hal ini merujuk kepada daya indrawi manusia yang memiliki jiwa indrawi (hissi), imajinasi (khayali), rasional (aqli), reflektif (fikri) dan nabawi. Maka nyatalah bahwa apabila ke lima daya indrawi manusia dapat di fungsikan maka senantiasa mereka akan mencapai kepada petunjuk (kebenaran) manakala hanya menggunakan aqliyah saja maka ia hanyak akan menyala dan padam, sehingga tidak akan pernah akan terbimbing kepada cahaya kecuali bagi siapa yang dikehendaki. Pada permisalan yang kedua yaitu berkenan dengan Air, Allah menyerupakan mereka dengan keadaan yang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan kilat sehingga

terkoyaklah kekuatan mereka dan ia meletakkan jari-jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan mata karena takut petir manimpanya. Ini mengingatkan bahwa al-quran dengan segala peringatan, perintah, larangan dan khitabnya tak ubah seperti petir yang menyambar. Senada dengan ini dalam ayat yang lain Allah juga dalam (QS. ar-rad : 17), Allah Telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan[9]. Wahyu yang diturunkan Allah untuk kehidupan hati diserupakan dengan air hujan yang diturumkannya untuk kehidupan bumi dan tumbuh-tumbuhan, dan hati diserupakan dengan lembah atau arus air yang mengalir di lembah yang membawa buih dan sampah. Begitu juga hidayah dan ilmu bila mengalir di hati akan menghilangkan pengaruh terhadap nafsu dan syahwat. Adapun permisalan tentang api yang dikemukaakn dalam firmannya dan dari apa yang mereka leburkan dalam Api logam, emas, perak, besi yang ketika dituangkan ke dalam api maka tidak akan meninggalkan kotoran atau karat. Begitu juga syahwat akan dihilangkan oleh hati seorang mukmin seperti

[5] Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. yang benar sama dengan air atau logam murni yang bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi manusia.
9

arus

air

yang

menghanyutkan

sampah

dan

api

yang

menghilangkan karat logam. 2. disebutkan dengan Amsal Kaminah, lafaz tamsil (pemisalan) tetapi ia

Amsal Kaminah adalah Amsal yang didalamnya tidak menunjukkan dengan makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya, untuk masal ini mereka mengajukan sejumlah contoh, diantaranya surat AlBaqarah: 68:


Artinya: Mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar dia menerangkan kepada Kami; sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu". Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan dari itu. 3. Amsal Mursalah,

yaitu Kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas. tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal. Sebagai contoh dalam surat Al-Mudassir: 38:


Artinya : 38.

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah

diperbuatnya, Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa ynang telah diperbuatnya. Para ulama berbeda pendapat terhadap ayat-ayat Amsal Mursalah ini, apa atu bagai mana hukum mempergunakan sebagai masal. D. Al-Quran Memuat Segala Macam Perumpamaan Jauh sebelum ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti dewasa ini Al-Quran telah mendorong umat manusia untuk melakukan kajian terhadap seluruh ala mini berikut segala yang ada didalamnya, dengan ditampilkan tamsil yang cukup banyak. Diantara tamsil yang dihadirkan Al-Quran adalah mengilustrasikan fenomena alam, karakter manusia, tingkah laku, status, amalan, siksa, pahala an idiologi umat manusia selama hidup didunia. Oleh karena itu Al-Quran memuat segala macam perumpamaan dari berbagai visi. Semua ini adalah untuk kepentingan umat manusia agar mereka menyadari kalau kebenaran yang hakiki nhanyalah dating dari sisinya. Sebagai mana bisebutkan dalam surat Az-Zumar ayat 27 :


Artinya:

Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam alQuran ini setiap macam dalam perumpamaan supaya mereka mendapat pelajaran. Tidak pernah ada satu kitab pun didunia ini yang memuat tamsil yang kesempurnaannya sebanding dengan Al-Quran, apalagi melebihinya. Oleh karenanya Allah menentang mereka melalui firmannya maka datangkanlah satu ayat yang serupa dengannya, dan panggillah orang-orang yang engkau akui keilmuannya kecuali Allah jika engkau termasuk orang-orang yang benar E. Perumpamaan samara Ketika Allah SWT ingin menjelaskan sesuatu masalah yang masih samar bagi sebagian manusiam, Dia menerangkannya dengan perumpamaan yang mereka ketahui, karena itulahAllah SWT membuat perumpamaan tersebut. Perumpamaan adalah mendatangkan sesuatu yang telah terjadi, kemudian hal itu diucapkan dengan perkataan yang indah , padat dan deskriptif. Selanjutnya ucapan tadi diambil dan dipergunakan pada setiap situasi yang mempunyai kemiripan dengan keadan ketika perumpamaan itu diucapkan. Sinonim kata dan ini adalah dan yang artinya adalah perumpamaan dan seperti. Maksudnya adalah sesuatu yang masih samar dalam pikiran pendengar, ingin dijelaskan oleh pembicara dengan sesuatu yang telah diketahui. Ketika sesuatu yang rasional itulebih tersembunyi atau samar dari sesuatuyang dapat dipersepsi melalui indra, maka pembicara berusaha menjelaskan sesuatu yang rasional dengan sesuatu yang dapat diraba dengan indra. Misalnya, seorang sebagai penjelas sesuatu yang

penyair ingin menggambarkan kepada kita yentang retaknya hati setelah hati itu pernah saling kasih-mengasihi, ia berkata: # jika hati telah kehilangan rasa kasih sayangnya seperti kaca pecah yang akan sangat sulit menyatukannya. Maksudnya, tidak dapat dipaksa. Anda tidakm dapat melihat pertentangan yang terjadi antara dua hati. Ini adalah masalah ghaib, yang jauh dari jangkauan indra, karena apa yang terjadi dari kedua belah pihak tersebut tidak dapat dilihat. Keretakan hati tidak dapat dilihat karena ia merupakan masalah ghaib. Hal itu oleh penyair dijelaskan dengan sesuatu yang dapat digambarkan. F. Hikmah Mengetahui Amsal 1. Menonjolkan sesuatu maqul (yang hanya bisa dijangkau, abstrak) dalam bentuk kongkrit yang bisa dirasakan manusia sehingga akal bisa menerimanya dengan mudah. Contohnya: Allah SWT. memberikan contoh tentang orang yang menafkahkan hartanya dengan jalan riya dimana orang tersebut tidak akan mendapat pahala sedikitpun dari jalan tersebut. Maka perumpamaan itu seperti batu licin yang diatasnya terdapat tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah ia bersih, mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan. (al-Baqoroh: 264). 2. Menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak Seakan-akan sesuatu itu tampak. Contohnya: Mereka yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti

berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. (al-Baqoroh: 275) 3. Mengumpulkan makna yang menarik lagi indah dalam ungkapan yang padat, seperti amsal kaminah dan amsal mursalah dalam ayat-ayat diatas. 4. Mendorong orang yang diberi masal untuk berbuat sesuai dengan isi masal, jika ia Merupakan sesuatu yang disenangin jiwa. Contohnya: Allah SWT. membuat masal di tentang orang yang menafkahkan Allah. hartanya jalan

Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Ia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui. (al-Baqoroh: 261) 5. Menjauhkan (tanfir, kebalikan no. 4) jika isi masal berupa sesuatu yang dibenci jiwa. Contohnya: dan janganlah sebagian kamu, menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik kepadanya. (al-Hujurat: 12) 6. Untuk memuji orang yang diberi masal. Seperti firman-Nya tentang para sahabat: demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat dan perumpamaan mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena

Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang Mukmin). (al-Fath: 29) 7. Untuk banyak. menggambarkan Contohnya: dan sesuatu janganlah yang kamu memounyai sifat yang dipandang buruk oleh Orang mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (al-Isra: 32) 8. Amsal lebih berpengaruh peringatan pada dan jiwa, lebih lebih dapat efektif dalam memberikan nasehat lebih kuat Dalam memberikan memuaskan hati. Allah banyak menyebut amsal di dalam alQuran untuk peringatan dan pelajaran. Ia berfirman: dan sungguh kami telah membuat bagi manusia di dalam al-Quran ini setiap macam perumpamaan (masal) supaya mereka mendapat pelajaran. (az-Zumar: 27) Kesimpulan Masal ialah menonjolkan sesuatu makna yang abstrak dalam bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik. 1. Para orang tidak menyukai penggunaan suatu ayat-ayat al-Quran ayat amsal dalam dan sebagai masal, mereka tidak memandang perlu bahwa harus membacakan demi menjaga Kitabullah ketika ia menghadapi urusan keagungan duniawi. Ini al-Quran

dikarenakan

kedudukannya dalam jiwa orang-orang mukmin. 2. Amsal ada tiga macam: 1) Amsal Musarrahah, ialah Amsal yang didalammya dijelaskan dengan lafaz Masal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih,

2) Amsal Kaminah, yaitu Amsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan lafaz tamsil (pemisalan), 3) Amsal Mursalah, yaitu Kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih secara jelas.

Daftar Pustakaan Al-Qattan, Manna Kholil. 2007. Studi Ilmu-Ilmu Quran. Jakarta: Litera Halim Jaya As-Suyuthi,Jalaluddin. Al-Itqanfi Ulum Al-Quran, Dar-AlFik: Beirut, t.t Syekh M. Mutawalli Asy-SyaRawi Anwar, Rosihon.2000.Ilmu Tafsir.Bandung.Pustaka Sastra Izzan, Ahmad.2009.Ululul Qur'an: Telaah Tekstual dan Kontekstual Al Qur'an. Bandung.Tafakur Antarnusa

Anda mungkin juga menyukai