Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Alhamdulillah puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Hadits Tentang Dosa Besar ini dengan baik
kendatipun sangat sederhana.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan limpahkan keharibaan
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. sebaik-baiknya insan lintang pemimpin bagi
umat manusia karena berkat beliaulah kita masih dapat merasakan nikmatnya Islam.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Hadits Tentang Dosa Besar .
Selanjutnya kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena tidak ada
kesempurnaan sedikitpun di dunia ini. Dengan ini kami mengharap kritik dan saran
untuk lebih memotivasi kami kedepan, terutama untuk dosen pembimbing sebagai
pembimbing kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin...

Belitang, Maret 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Menyekutukan Allah (LM:55) .................................................. 2
2.2 Tujuh Macam Dosa Besar ......................................................... 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................... 9
3.2 Saran ......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Tidak akan luput dari
masalah dan dosa. Besar kemungkinan masalah-masalah ini sebab tidak kuatnay
seseorang dalam menahan hawa nafsu, terutama nafsu yang mengajak kepada
kesesatan (Nafsu Lawwamah).

Setiap salah ataupun dosa pasti akan menjadi tanggungan bagi si pelakunya baik
di dunia maupun di akhirat kelak, karena setiap perbuatan dosa pasti akan
mendapatkan balasan (siksa). Sekecil apapun perbuatan dosa pasti akan di
pertanggung jawabkan terlebih lagi perbuatan yang termasuk ke dalam dosa besar.
Apakah dosa itu? Dan, apa saja pulakah yang tergolong dosa-dosa besar?
Berkaitan dengan hal tersebut Pada kesempatan kali ini pemakalah bermaksud
memaparkan mengenai dosa-dosa besar menurut Hadist bersasarkan Rosulallah
SAW.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sajakah macam-macam dosa besar menuurt hadist ?
2. Bagaimanakah pemaparan hadist mengenai dosa-dosa besar ?
3. Apa sajakah 7 dosa besar yang disebutkan dalam hadist ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui macam-macam dosa besar menurut hadist

2. Mengetahui penjelasan hadis mengenai dosa-dosa besar

3. Mengetahui 7 dosa besar yang disebutkan dalam hadist

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MENYEKUTUKAN ALLAH (LM:55)


. .

Arti Hadits

Hadits Anas ra. Dimana ia berkata, Nabi ditanya tentang dosa-dosa besar,
kemudian beliau menjawab: Syirik (kmempersekutukan Allah), durhaka kepada
ayah bunda, membunuh jiwa (manusia), dan saksi palsu. (Dikeluarkan oleh
Imam Al-Bukhari mentakhrijkan hadits ini dalam Kitab Syahadat bab : apa
yang dikatakan dalam saksi palsu.)

Penjelasan

Hadits Dalam hadits di atas diterangkan empat macam dosa besar, yakni
menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa manusia tanpa
hak, dan menjadi saksi palsu. Di bawah ini akan dijelaskan secara singkat.[2]

1. Syirik (Mensekutukan Allah)

Syirik adalah menyamakah selain Allah dengan Allah, Syirik ada dua macam;
pertama Syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang
mengatur alam semesta, sebagaimana Allah berfirman[3] :

Artinya : Katakanlah: " serulah mereka yang kamu anggap (sebagai Tuhan) selain
Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi,
dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi
dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.
Kedua ; Syirik dalam uluhiyyah. Yaitu beribadah atau berdoa kepada selain Allah
baik dalam bentuk doa ibdadah maupun doa masalah[4]

1Syirik dalam pembahasan ini adalah syirik besar bukan syirik kecil (riya), syirik
disini adalah mempersekutukan Allah dengan selain-Nya, yaitu memuji-muja dan

[5] Syafei Rachmat, Al-Hadist, CV Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 94


[6] Syafei Rachmat, Al-Hadist, CV Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 95
[7] Imam Adz-Dzahabi, Dosa-Dosa Besar, CV Pustaka Arafah, Solo

2
menyembah makhluk-Nya seperti pada batu besar, kayu, matahari, bulan, nabi,
kyai (alim ulama), bintang, raja dan lain-lain.[5] Syirik dikategorikan sebagai
dosa paling besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Allah SWT
berfirman:

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa: 48)

Syirik adalah mempersekutukan Allah dengan selain-Nya yang merupakan dosa


besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT. Perbuatan lain yang termasuk
juga dosa besar adalah durhaka terhadap ayah bunda, membunuh jiwa manusia,
dan menjadi saksi palsu.

2. Durhaka Terhadap Kedua Orang Tua

Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya berarti telah melakukan dan ia
akan mendapat hukuman berat di hari kiamat nanti. Bahkan, ketika hidup di dunia
pun, ia akan mendapat azab-Nya.[6]

Allah SWT mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada ibu-bapaknya.


Bagaimana pun keberadaan seseorang di muka bumi tidak terlepas dari peran ibu
dan bapaknya. Ibunya yang telah mengandung dan bapaknya yang telah bersusah
payah mencari rezeki, tanpa mengenal lebih untuk membiayai anaknya. Yang
dimaksud dengan berbuat baik kepada ibu bapak dalah berbakdi, menghiasi dan
berbuat lembut kepada keduanya, sedangkan yang dengan membentak mereka
adalah berbicara secara kasar dikala keduanya memasuki usia senja.[7]
Seyognyanya kita selalu mengasihi mereka sebagaimana mereka telah mengurus
kita. Apapun mereka tetap lebih baik bagaimana mungkin bisa sama, keduanya
telah menanggung derita kita demi mengharapkan kehidupan kita. Perkataan yang
mulia adalah perkataan yang lembut lagi santun.

Allah SWT sangat murka terhadap orang yang menyakiti orang tuanya sendiri dan
mengharamkannya untuk masuk surga meskipun ia sangat rajin beribadah.
Sebagaimana kisah seorang sahabat yang mengalami kesulitan untuk meninggal
duni2a karena ibunya murka kepadanya dan setelah ibunya memaafkan dosa

[8] Syafei Rachmat, Al-Hadist, CV Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 98

[9] Syafei Rachmat, Al-Hadist, CV Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 100

3
anaknya setelah Rasulullah saw berkata kepadanya bahwa anaknya akan dibakar,
sahabat tersebut meninggal dengan mudah. Lebih jauh dalam hadits dinyatakan
bahwa terhadap yang menyakiti orang tuanya sendiri, oleh Allah tidak akan
mengakhirkan untuk menyiksanya.[8]

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya :

Semua dosa itu azabnya ditunda oleh Allah SWT sampai hari kiamat, kecuali
orang yang durhaka kepada orang tuanya. Sesungguhnya Allah akan mempercepat
azab kepadanya; dan Allah akan menambah umur seorang hamba jika ia berbuat
baik kepada ibu bapaknya, bahkan Allah akan menambah kebaikan kepada siapa
saja yang berbuat baik kepada ibu bapaknya serta memberi nafkah kepada
mereka, jika diperlukan. (HR. Ibnu Majah)

3. Membunuh Jiwa Manusia

Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang


diharamkan tanpa hak dengan sengaja (Q.S. 25: 68 -70). Orang yang berbuat
seperti itu akan dimasukkan ke neraka jahanam dan kekal didalamnya

Dalam hadist lain, dinyatakan bahwa membunuh jiwa tanpa hak, meneybabkan
pelakunya pada kekufuran : Janganlah kamu menjadikan kafir sepeninggalku
dengan cara kamu membunuh sebagian yang lain. (HR. Bukhari) [9]

4. Kesaksian Palsu

Maksud dari kesaksian palsu adalah orang yang berdusta ketika diminta oleh
hakim untuk menerangkan suatu keadaan yang ia ketahui sehubungan dengan
pengadilan terhadap seseorang.

Kesaksian dalam suatu pengadilan sangat penting karena sangat membantu hakim
dalam memutuskan perkara sehingga keputusannya adil dan hak-hak orang lain
tidak terampas atau teraniaya. Dengan demikian, orang yang bersaksi palsu
sesungguhnya telah merusak hak orang lain untuk mendapat keadilan. Orang yang
bersaksi palsu diancam dengan siksaan pedih. Oleh karena itu, diharuskan untuk
menjauhinya, sebagaimana firman-Nya:

Artinya : Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan apa-apa


yang terhormat di sisi Allah, Maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.
dan telah Dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang
diterangkan kepadamu keharamannya, Maka jauhilah olehmu berhala-berhala
yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta

4
2.2 TUJUH MACAM DOSA BESAR

.
.

Arti Hadits

Hadits Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. dimana beliau bersabda: Jauhilah tujuh
macam dosa yang membinasakan.Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah,
apakah ketujuh macam dosa itu? Beliau menjawab: Mempersekutukan Allah,
sihir, membunuh jiwa (manusia) yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan hak,
makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat pertempuran (dalam jihad) dan
menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang selalu menjaga diri,
mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina).

Penjelasan Hadits Mengapa ketujuh dosa yang disebutkan diatas disebut dosa
besar yang membinasakan, mungkin karena dampak mudhorot yang di timbulkan
sangatlah besar, setiap kejahatan yang mudharatnya lebih besar, maka ia disebut
sebagai dosa-dosa besar yang membinasakan dan siksanya pun sangat berat.
Adapun kejahatan yang mudharatnya lebih rendah dari itu, maka ia tergolong
kepada dosa-dosa kecil yang dapat terhapus dengan jalan menjauhi dosa-dosa
besar. Allah Taala berfirman, Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara
dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-
kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat
yang mulia (surga). (QS An-Nisa 31)

Dalam penjelasan hadis di atas, pada dasarnya adalah seruan kepada agar
menjauhi tujuh dosa yang membinasakan. Tujuh dosa ini bukan berarti
pembatasan (hanya tujuh perkara) atas dosa-dosa yang membinasakan. Tetapi hal
ini sebagai peringatan atas dosa-dosa yang lainnya. Dari penjelasan hadist diatas
ada 7 macam dosa besar yang beberap pada pembahsan sebelumnya telah di
bahasa yaitu syirik dan membunuh jiwa. Berikut ini penejalasannya :

1. Sihir Apa itu sihir ?

sihir berasal dari kata sahara yaitu waktu malam yang paling akhir dan permulaan
munculnya siang, saat gelap bercampur dengan cahaya dan segala sesuatu manjadi

5
tidak kelihatan dengan jelas. Seperti itulah hakikat sihir, sesuatu yang menurut
khayalan nyata, namun sebenarnya tidak nyata. Dia bertumpu pada dua hal yaitu
menyihir mata dan membuatnya melihat sesuatu kenyataan. Akan Tetapi dia
sebenarnya tidak mengubah tabiat sesuatu. Oleh karenanya allah SWT berfirman
tetnang sihir Firaun : [10]

Artinya Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka


melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu
takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan).

Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak
rumah tangga orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta
bantuan kepada setan, [11] mengapa digolongkan kepada dosa besar karena sihir
berarti kita mempercayai adanya kekuatan yang besar selain allah. Maka pantaslah
atas balasan siksa atas sihir.

2. Memakan Harta Riba

Riba menurut Bahasa adalah tambahan, sedangkan mengenai definisi riba


menurut syara para ulama berbeda pendapat. Akan tetapi, secara umum riba
diartikan sebagai utang-piutang atau pinjam meminjam atau barang yang disertai
dengan tambahan bunga.[12]

Agama Islam dengan tegas melarang umatnya memakan riba:


Sebagaimana firman-Nya. Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. (QS. Ali-Imran: 130)

Hal itu, 3antara lain, karena riba merugikan dan mencekik pihak yang berhutang.
Ia diharuskan membayar dengan bunga yang berlipat. Seandainya terlambat
membayar, bunganya pun akin terus berlipat. Perbuatan seperti itu telah banyak
dilakukan pada zaman jahiliyyah, dan para ulama menyebutnya istilah riba nasiah.
Adapun bentuk riba lainnya adalah riba riba fadhal, yakni menukar barang dengan
barang sejenis, namun salah satunya lebih banyak atau lebih sedikit daripada yang
lainnya.

[13] Syafei Rachmat, Al-Hadist, CV Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 107

6
3. Memakan Harta Anak Yatim

Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati ayahnya ketika ia masih kecil atau
dengan kata lain ditinggal mati oleh orang yang menanggung nafkahnya. Dengan
demikian, anak kecil yang ditinggal mati oleh ibunya tidak dikatakan yatim. Ini
karena dalam Islam, penanggung jawab untuk mencari nafkah adalah ayah.
Sebutan yang lazim di kalangan masyarakat bagi anak kecil yang ditinggal mati
oleh kedua orang tuanya adalah yatim piatu.[13]

Memakan harta anak yatim dilarang apabila dilakukan secara zalim.


Seperti firman Allah SWT: Artinya :

Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,


sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS. An-Nisa: 10)

Dengan demikian apabila dilakukan dengan cara yang patut (baik), orang yang
memelihara anak yatim boleh mengambil sedikit harta anak tersebut (QS. 6: 152)
yaitu mengambil sebatas biaya pemeliharaannya. Itupun kalau si anak sudah
beranjak dewasa. Akan tetapi, apabila mampu, sebaiknya ia tidak mengambil
harta yatim tersebut (QS. 4: 6).

Islam sangat memperhatikan nasib anak yatim. Allah SWT akan memberikan
pahala yang besar kepada siapa saja yang memelihara anak yatim. Nabi akan
berada di sisi orang yang memelihara anak yatim dan jarak antara beliau
dengannya bagaikan antara dua jari. Selain itu, Allah pun akan mencukupkan
orang yang memelihara anak yatim, dan menjanjikan pahala surga. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW., Barang siapa yang menanggung makan dan minum
(memelihara) anak yatim dari orang Islam, Allah SWT akan mencukupkan dia
dan menghasurkannya masuk surga, kecuali ia melakukan dosa yang tak
terampunkan. (HR. Turmudzi)

4. Melarikan Diri Dari Perang (Jihad)

4 Islam mewajibkan umatnya untuk memelihara, menjaga,


mempertahankan, dan membela agamanya. Jika islam diserang dan diperangi
musuh, umat Islam diwajibkan berperang. (QS. 22: 39)[14]

[14] Syafei Rachmat, Al-Hadist, CV Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 108

[15] Syafei Rachmat, Al-Hadist, CV Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm 109

7
Islam melarang umatnya untuk berpaling atau melarikan diri dari medan perang,
sebagaimana firman-Nya: Artinya :

Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali


berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan
yang lain, Maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan
dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. dan Amat buruklah tempat
kembalinya. (QS. Al-Anfal: 16)

Orang yang lari dari perang (jihad) telah menipu dirinya sendiri dan telah
berkhianat kepada Allah SWT dan ia dianggap tidak lagi meyakini
kemahakuasaan Allah SWT yang senantiasa menolong setiap hamba-Nya yang
sedang berjuang menegakkan agama Allah SWT.

Oleh karena itu, meninggalkan medan jihad tanpa alasan yang dapat diterima akal
termasuk dosa besar dan pelakunya akan mendapat azab Allah SWT

5. Menuduh Wanita Mukminat Yang Baik-Baik (Berkeluarga) Dengan


Tuduhan Zina.

Perempuan baik-baik dalam Islam ialah seorang mukminat yang senantiasa taat
kepada Allah SWT dan menjaga kehormatannya dari perbuatan keji (zina).[15]

Apabila wanita seperti itu dituduh zina tanpa disertai syarat yang telah ditetapkan
syara, seperti mendatangkan empat saksi an menyaksikan dengan kepala sendiri,
maka penuduhnya wajib didera delapan puluh kali dan kesaksiannya tidak boleh
diterima selama-lamanya. Allah SWT berfirman:

Artinya : Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat


zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS.
An-Nur : 4)

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perbuatan dosa besar adalah suatu larangan dari allah dan Rosulallah dari
penjabaran hadist diatas, dosa besar itu jumlahnya ada banyak diantaranya : syirik,
durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir,
menuduh mukminat berzina, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari
dari medan perang. Dosa dosa tersrbut merupakan dosa yang besar dan pastinya
mempunyai hukuman yang berat bagi pelakunya, baik hokum di dunia maupun di
akhirat kelak yang tidak dapat seorangpun yang dapat mengelak dari hokum
Allah.

3.2 SARAN

Para ulama (semoga Allah merahmati mereka) berpendapat, "Melakukan


dosa kecil secara terus menerus dapat mengakibatkannya menjadi dosa besar".
Diriwayatkan dari Amru Ibnul Ash, Abdulah Ibnu Abbas, dan lainnya, "Tidak ada
dosa besar sama sekali dengan (melakukan) istighfar, dan tidak ada dosa kecil
sama sekali dengan terus menerus melakukannya." Artinya, bahwa dosa besar itu
bisa terhapus dengan memohon ampunan kepada Allah U, dan dosa kecil itu bisa
berubah menjadi dosa besar jika dilakukan terus menerus tanpa istighfar.
Ada juga yang berpendapat, "Yang dimaksud dengan terus menerus
melakukan dosa kecil ialah melakukannya secara berulang-ulang, karena orang
yang bersangkutan tidak memiliki rasa kepedulian yang besar terhadap agama."
Adapun al-Imam Abu Amr ash-Shalah dalam fatwa-fatwanya mengatakan
: "Dosa besar itu memiliki tanda-tanda, antara lain ; menuntut pemberlakuan
sanksi hukuman atau hadd, diancam dengan siksa neraka dan lain sebagainya
dalam al-Quran maupun as-Sunnah, sementara orang yang melakukannya disebut
fasik."

9
DAFTAR PUSTAKA

Tb Asep Subhi dan Ahmad Taufik, 2004,101 Dosa dosa Besar, Qultum media,

Jakarta Syafei Rachmat, 2000, Al-Hadist, CV Pustaka Setia, Bandung,

Yazid bin Abdul Qdir Jawas, 2006Syarah Aqidah Ahlus SunalWal Jamaah,
IIIIIIIPustaka Imam Syafi, Bogor

Imam Adz-Dzahabi, Dosa-Dosa Besar, CV Pustaka Arafah, Solo

Asy-syarawi Mutawalli M, 2000, Dosa-Dosa BEsar, Gema Insani Pers, Jakrta

10
11
5

12

Anda mungkin juga menyukai