Anda di halaman 1dari 12

ULUMUL QUR’AN

Tentang

Ilmu Muhkam dan Mutasyabih

Dosen Pembimbing : Abdurro’uf. M.Pd.I

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 7
LIDO
PUTRA NURAIMAN

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat  menyelesaikan
makalah bertema “Ilmu Muhkam dan Mutasyabih”
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapatkan begitu banyak
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih
kepada siapa saja yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam segala bentuk
belajar mengajar, Sehingga dapat mempermudah pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Namun makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu saya mengharap
kritik dan sarannya yang akan menjadikan makalah ini lebih baik.

Bengkalis, 23 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih...............................................................2
B. Karakteristik Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih................................................3
C. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih ..........................................................4
D. Contoh-Contoh Ayat Muhkam dan Mutasyabih..............................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................8
B. Saran.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami
hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan pemahaman dalam
kebahasaan. Para ulama’ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan
penelitian secara sesama terhadap nash-nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu
diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi pegangan umat Islam guna memahami
kandungan al-Qur’an dengan benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah Ilmu
muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat
ulama tentang adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain
mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an ada ayat atau surat yang tidak berhubungan.
Oleh karenanya, suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-Qur’an cukup
penting kedududkannya. Sementara itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah
kajian yang sering menimbulkan kontroversial dalam sejarah penafsiran Al-Qur’an,
karena perbedaan ’interpretasi’ antara ulama mengenai hakikat muhkam dan
mutasyabih.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan muhkam dan mutasyabih?
2. Bagaimana karakteristik al-muhkan dan al-mutasyabih?
3. Apa yang menyebabkan adanya ayat mutasyabih?
4. Sebutkan macam-macam ayat muhkam dan mutasyabih?

C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan pemahaman
mengenai materi Muhkam Wal Muasyabih.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih


Muhkam berasal dari kata Ihkam, yang berati kekukuhan, kesempurnaan,
keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan secara terminologi, Muhkam berarti ayat-
ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain.
Mutasyabih berasal dari kata tasyabuh, yang secara bahasa berarti keserupaan dan
kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal.
Sedangkan secara terminoligi Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas
maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, maknanya yang
tersembunyi dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya.
Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan
gamblang, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayatmutasyabih adalah
ayat yang maksudnya hanya dapat diketahui Allah, seperti saat kedatangan hari
kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah. (Kelompok Ahlussunnah)
Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus
diimani dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus
diimani, tetapi tidak harus diamalkan.
Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas
mengatakan, lafadz muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan
hanya satu arah/segi saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang
bisa ditakwilkan dalam beberapa arah/segi, karena masih samar.
Menurut Ibnu Abbas, Muhkam adalah ayat yang penakwilannya hanya
mengandung satu makna. Sedangkan Mutasyabihat adalah ayat yang mengandung
pengertian bermacam-macam.. Menurut Imam as Suyuthi muhkam adalah suatu yang
jelas artinya, sedangkan mutasyabih adalah sebaliknya.

2
Sedangkan menurut Manna’ Al-Qaththan, Muhkam adalah ayat yang
maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain.
Sedangkan Mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk
kepada ayat lain.
Dengan demikian muhkam adalah ayat yang terang makna serta lafaznya dan
cepat di pahami. Sedangkan Mutasyabih, ialah ayat-ayat yang bersifat global yang
memerlukan ta’wil dan yang sukar dipahami.

B. Karakteristik Al-Muhkan dan Al-Mutasyabih


Banyaknya perbedaan pendapat mengenai muhkan dan mutasyabih,
menyulitkan untuk membuat sebuah kriteria ayat yang termasuk muhkan dan
mutasyabih.
J.M.S Baljon mengutip pendapat Zamakhsari yang berpendapat barwa yang
termasuk kriteria ayat-ayat muhkam adalah apabia ayat-ayat tersebut berhubungan
dengan hakikat (kenyataan). Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah yang menuntut
penelitian.
Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kriteria ayat-ayat muhkam dan
mutasyabih sebagai berikut :
1. Muhkam
a. Yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain
b. Ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain.
c. Ayat-ayat yang mengandung kewajiban yang harus diimani dan diamalkan.

2. Mutasyabih
a. Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti tibanya hari
kiamat.
b. Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu baik dengan
hadits atau ayat muhkam.

3
c. Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya,
sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas “Ya Alloh,
karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan limpahkanlah
pengetahuan tentang ta’wil kepadanya,”1

C. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih


Sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT
menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari yang
Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih.

Imam Ar-Raghib Al- Asfihani  dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan


bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut:
1. Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
a. Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang gharib
(asing), atau yang musyatarak (bermakna ganda), dan sebagainya.
b. Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu luas.
Contoh tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas, terdapat
di dalam surah An-Nisa ayat 3:

‫ع‬ َ ‫اب لَ ُك ْم ِمنَ النِّ َسا ِء َم ْثن َٰى َوثُاَل‬


Eَ ‫ث َو ُربَا‬ َ َ‫ َما ط‬E‫َوإِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَاَّل تُ ْق ِسطُوا فِي ْاليَتَا َم ٰى فَا ْن ِكحُوا‬
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat…”
Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil terhadap
anak yatim, lalu mengapa disuruh menikahi wanita yang baik-baik, dua, tiga atau
empat. Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut terlalu singkat.

1 Sustina. 2019. Al-Muhkam Wal Mutasyabih. Link:


http://juniskaefendi.blogspot.com/2019/11/makalah-ulumul-quran-tentang-al-muhkam.html

4
2. Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat-
sifat hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat itu tidak
terjangkau oleh pikiran manusia.
3. Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima aspek,
sebagai berikut:
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus.
Contohnya, ayat 5 surah At-Taubah:

‫فا قتلوا المشر كين حيث وجد تموهم (التو بة‬:


Artinya: “Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian temukan
mereka itu”.
Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.

b. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan kewajiban


agama atau kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah Thoha:

):‫واقم الصلوة لذ كر ى (طه‬


Artinya: “Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah)”.
Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar dapat
mengingatkan kepada Allah SWT.

c. Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu perbuatan.


Contohnya, dalam ayat 102 surat Ali Imran:

):‫يايها الذين امنوا اتقوا هللا حق تقاته (ال عمران‬

  Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah


sebenar-benar taqwa kepada-Nya”.
Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang benar-benar
itu.

5
d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah,
dalam ayat 189 surah Al-Baqarah:

):‫وليس البر بآن تآتوا البيو ت من ظهور ها (البقة‬


Atinya: “ Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah, juga samar”.
Tempat mana yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga samar.2

D. Contah-Contoh Ayat Muhkam dan Mutasyabih


1. Contoh ayat muhkam

Artinya: “ hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang


laki-laki dan seorang perempuan dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”. (Al-Hujarat: 13)

Artinya: “hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan


orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 21)

Artinya: “ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.


(Al-Baqarah: 275)
2. Contoh ayat Mutasyabih

22 Tugelam Wafer.2017. Muhkam dan Mutsyabih. Link:


https://anaksuryono.blogspot.com/2017/05/makalah-muhkam-dan-mutasyabih.html

6
Artinya: “ yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy”.
(Thaha: 5)

Artinya: “ tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah”. (Al-qashash: 88)

Artinya: “tangan-tangan Allah diatas tangan mereka”. (Al-Fath: 10)3

BAB III
PENUTUP

3 Rahmawati, Ruzi. 2011. Ayat Muhkam dan Mutasyabih. Link:


http://ruzirahmawati.blogspot.com/2011/12/ayat-muhkam-dan-mutasyabih.html

7
A. Kesimpulan
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan
keterangan dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum
jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya
yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani  dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan
bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai
berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya, kesamaran
dari aspek lafal dan maknanya.

B. Saran
Dalam penulisan ini tentu terjadi banyak kesalahan. Saran dan kritikan tentu
akan di tampung guna untuk meperbaiki kesalahan tersebut. Penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini belum semua penulis jelaskan dalam
pembahasan diatas, masih terdapat banyak kekurangan dari itu penulis akan
menerima segala saran dan masukan yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

8
Rahmawati, Ruzi. 2011. Ayat Muhkam dan Mutasyabih. Link:
http://ruzirahmawati.blogspot.com/2011/12/ayat-muhkam-dan-mutasyabih.html

Sustina. 2019. Al-Muhkam Wal Mutasyabih. Link:


http://juniskaefendi.blogspot.com/2019/11/makalah-ulumul-quran-tentang-al-
muhkam.html

Tugelam Wafer.2017. Muhkam dan Mutsyabih. Link:


https://anaksuryono.blogspot.com/2017/05/makalah-muhkam-dan-
mutasyabih.html

Anda mungkin juga menyukai