Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fiqh Islam dalam perjalanan dan perkembangannya telah mengalami
zaman kegemilangan dengan munculnya beberapa mujtahid dan fuqoha’ besar yang
memiliki peranan penting dalam membangun kemajuan dan kesempurnaan fiqh
Islam.
Sejalan dengan munculnya para imam besar maka lahirlah beberapa madzhab fiqh
yang diberi nama sesuai dengan nama pendirinya, terikat dengan hasil ijtihad, metode
istinbat, dan kaidah-kaidah yang mereka terapkan. Pada hakikatnya, faktor
berkembangnya madzhab-madzhab tersebut bukan hanya karena sisi hukum yang
telah dibangunnya atau dari sisi figur pendirinya yang memiliki karakteristik
tersendiri dalam memberikan penjelasan yang dapat menarik simpati dari publik,
tetapi juga berkat kepiawaian para pendukung madzhab-madzhab tersebut yang siap
untuk mendokumentasikan, mempertahankan, serta menyebar luaskan pola pemikiran
dan pendapat-pendapat dari para imam madzhab meskipun tindakan ini juga
berdampak kurang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Faktor apakah yang menjadi sebab berkembangnya mazhab-mazhab ?


2. Bagaimana peran para pendukung mazhab terhadap penyebaran mazhab ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan perkembangan mazhab-mazhab
2. Menjelaskan bagaimana peran para pendukung mazhab terhadap penyebaran
mazhab

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor yang menyebabkan perkembangnya mazhab-mazhab


Diantara faktor utama yang mendorong tersebarnya madzhab-madzhab fiqh di
berbagai penjuru negeri adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya gerakan kodifikasi pola pemikiran para imam mujtahid oleh para murid
dan pendukung imam madzhab.
2. Adanya usaha para murid dan simpatisan mereka yang siap menyebarluaskan pola
pemikiran dan pendapat-pendapat dari para imam mazhab, bahkan siap
mempertahankannya, khususnya mereka yang memiliki posisi kuat dalam
organisasi sosial kemasyarakatan yang telah dibangunnya.
3. Adanya kecenderungan para penguasa dan masyarakat umum untuk memberikan
kebebasan terhadap para hakim dalam memberikan suatu keputusan yang berasal
dari mazhab yang diikutinya, sehingga dalam berpendapat tidak ada dugaan
negatif lantaran mengikuti hawa nafsu dalam memutuskan perkara yang hanya
mengikuti pandangan madzhabnya.
4. Selain dari beberapa penyebab berkembangnya madzhab-madzhab fiqh tersebut,
karya-karya dari para imam madzhab itu sendiri seperti al-Um dan al-Risalah
karya al-Syafi’i, al-Muwatha’ karya imam Malik, dan al-Musad karya imam Ibnu
hambal juga merupakan salah satu faktor utama bagi tersebarnya madzhab.

B. Peran Para Pendukung Madzhab Terhadap Penyebaran Madzhab dan Karyanya

1 Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi merupakan madzhab yang paling tua diantara empat madzhab Ahli
Sunnah yang populer. Madzhab ini dinisbatkan kepada Imam besar Abu Hanifah An-
Nu’man bin Tsabit bin Zutha At-Tamimi, lahir di Kufah tahun 80 H. dan wafat di
Baghdad pada tahun 150 H.

2
Sistem penyebaran dari suatu pemikiran seorang tokoh, dapat dilihat dari ada dan
tidaknya para murid dan pendukungnya, diantara murid-murid imam Abu Hanifah
adalah sebagai berikut:
a. Imam Zafar bin Hudzail bin Qais Al Kufi
Dilahirkan pada tahun 110 H. Mula-mula beliau ini belajar dan rajin menuntut
ilmu hadits, kemudian berbalik pendirian amat suka mempelajari ilmu akal
atau ra’yi dan menjadi murid Abu Hanifah yang terkenal dengan ahli qiyas.
Walaupun beliau belajar ilmu raýi beliau tetap aktif belajar dan mengajar ilmu
yang lain dan menyebarkan mazhab hanafi kepada murid-murid dan orang
terdekatnya. Beliau tidak mengindahkan kemewahan dunia, namun hidupnya
selalu disibukkan dengan ilmu dan mengajar sampai meninggalnya tahun 157
H.1
b. Imam Muhammad bin Hasan bin Farqad bin Asy Syaibani
Dilahirkan dikota Irak tahun 132 H. Beliau merupakan salah satu murid Abu
hanifah yang banyak sekali menyusun dan mengembangkan hasil karya Abu
Hanifah, diantaranya yang terkenal adalah “Al-Kutub al-Sittah (enam kitab).
c. Imam Al Hasan Ibnu Ziyad al-Lu’lu’iyyi (133-204 H).2
Beliau adalah seoarang murid Imam Abu Hanafi yang terkenal sebagai
seorang alim besar ahli fikih. Beliau wafat pada tahun 204 H.
d. Imam Abu Yusuf Ya’kub bin Ibrahim Al Anshari
Selain ketiga ulama’ tersebut diatas, ada satu murid emas Abu Hanifah yang
sangat berperan penting dalam penyebaran mazdhab ini. Beliau adalah Abu
Yusuf yang dilahirkan pada tahun 113 H. Beliau adalah orang yang pertama
menyusun buku-buku menurut madzhabnya (hanafiyah), mendiktekan

1
Muhammad Zuhri.,Tarjamah Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami, (Indonesia : Daarul Ihya,1980),
hal. 412-413
2
Muhammad Ma’shum Zein, Arus Pemikiran… op., cit., hal. 138-139

3
masalah-masalah dan menyiarkannya. Tersiarlah ilmu Abu Hanifah ke
penjuru dunia. Abu Yusuf rahimahullah meninggal pada tahun 183 H.3
Setelah Abu Hanifah wafat, Abu Yusuf menggantikan beliau sebagai
guru pada perguruan Abu Hanifah. Selama 16 tahun ia meneruskan tugas
gurunya. Disamping mengajar pada mejelis Imam Abu Hanifah, beliau juga
menyusun buku-buku yang masing-masing membahas sekitar berbagai bagian
detail ilmu fiqh yang beraneka ragam. Di dalamnya ia mencatat ucapan-
ucapan Abu Hanifah sendiri, serta hukum-hukum yang telah disimpulkan
dalam majelisnya. Ketika buku-buku ini tersebar di seluruh negri, tidak saja
lingkungan-lingkungan ilmiah umum yang dipengaruhinya, tetapi buku-buku
itu telah menguasai juga pikiran orang-orang kalangan peradilan dan
mahkamah-mahkamah resmi dan menarik mereka lebih dekat ke fiqih Hanafi.
Sebab pada waktu itu tidak ada ”pusaka” dalam ilmu fiqh yang tersusun rapi,
yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka seperti catatan tentang hukum
menurut madzhab Hanafi tersebut. Karena itu, sebagai akibat diselesaikannya
karya ilmiah ini oleh Abu Yusuf, maka fiqh Hanafi, sebelum masuknya Abu
Yusuf ke dalam lingkungan pemerintahan, telah sempat menguasai pikiran-
pikiran serta berbagai macam transaksi sehingga tinggal menunggu saat
dijadikan sebagai kitab undang-undang negara oleh kekuasaan politik yang
sedang memerintah.
Setelah sekian lama menjadi guru, kemudian beliau diangkat sebagai hakim.
Jabatan ini dipegangnya selama 16 tahun yang diawali pada masa
pemerintahaan Al-Mahdi hingga beliau wafat dimasa pemerintahan Harun al-
Rashid. Kedudukannya sebagai hakim agung tidak disia-siakanya untuk
menyebar luaskan Madzhab Hanafi. Ia tidak mengangkat seseorang menjadi
hakim, kecuali kalau hakim tersebut menganut Madzhab Hanafi. Dengan
dukungan kuat dari para khalifah maka tersebarlah Mazdhab Hanafi di negara-

3
Rasyad Hanan Khalil, op., cit. hal. 173

4
negara Barat sekitar tahun 400 H. hingga mendominasi di pulau Sicilia
(bagian wilayah kekuasaan Italia sekarang). Di Mesir pada awal kekuasaan
pemerintah Abbasiyah, Madzhab Hanafi tetap menjadi rujukan atau referensi
bagi lembaga peradilan di Mesir.
Peran pendukung mazdhab Hanafiyah ini sangatlah signifikan. Melalui karya-
karya dan dakwah mereka itulah, Abu Hanifah dan madzhabnya berpengaruh
sangat luas dalam dunia islam, khususnya mereka yang berhaluan sunni,
sehingga pada masa pemerintahan dipegang oleh Khalifah Bani Abbasiyyah,
madzhab abu Hanifah menjadi sebuah aliran madzhab yang paling banyak
diikuti dan dianut oleh ummat islam, bahkan pada masa kerajaan Ustmani
madzhab ini menjadi salah satu aliran madzhab resmi Negara dan sampai
sekarang tetap menjadi kelompok mayoritas disamping aliran madzhab
Syafi’i.
2. Madzhab Maliki
Imam Malik bin Anas, pendiri Madzhab Maliki, dilahirkan di Madinah tahun 93
H. beliau berasal dari Kabilah Yamania. Sejak kecil beliau telah hafal al Qur’an.
Imam Malik meninggal dunia pada usia 86 tahun. Namun demikian, madzhab
maliki tersebar luas dan dianut di banyak bagian di seluruh penjuru dunia.4
Kitab Al-Muwaththa’ merupakan salah satu faktor utama bagi tersebarnya
madzhab Maliki di negeri-negeri Islam. Hasil karya sang imam ini telah
membuat madzhabnya terkenal sejauh negeri Islam membentang.
Perkembangan madzhab Maliki tidak dapat lepas dari jasa para murid yang
telah meriwayatkan dan menyebarkan madzhabnya setelah beliau wafat.
Adapun para sahabat dan murid Imam Malik yang sangat berjasa dalam
mengembangkan madzhabnya adalah:
a. Abdurrahman bin Al-Qasim Al-Mishriy

4
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, (Jakarta : Penerbit Lentera, 2010) cet 1, hal.
xxvii

5
Beliau memiliki peranan penting dalam menulis madzhab Imam Malik,
berguru kepada Imam Malik selama hampir dua puluh tahun, meriwayatkan
kitab Al-Muwaththa’ dan periwayatannya termasuk yang paling shahih dan
wafat pada tahun 192 H.
b. Abu Hasan Ali bin Ziyad At-Thusiy
Beliau merupakan seorang pakar hukum islam di Afrika, beliaulah yang
menyebarkan mazhab maliki di Afrika.Wafat pada tahun 183 H.
c. Abu Abdillah Ziyah bin Abdurrahman al-Qurthuby (w.193 H.), pembuka
madzhab Maliki di Andalusia.
d. Isa bin Dinar al-Qurthuby al Andalusiy (pakar hukum islam di Andalusi. W.
212 H.)
e. Yahya bin Yahya bin Khatir al-Laithy (penyebar madzhab Maliki di
Andalusi. W 234 H.).
f. Sahnun Abdus Salam bin Sa’id al-Tanukhi, beliau adalah murid Imam malik
yang berperan sebagai penyusun kitab pegangan para ulama madzhab
Maliki. W. 240 H.
Itulah tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran Madzhab Maliki. Hubungan
mereka kepada Malik adalah hubungan murid kepada gurunya. Mereka hampir
tidak pernah menyelisih keculi sedikit sekali.

3. Madzhab Syafi’i
Pendiri Madzhab Syafi’i adalah Muhammad bin Idris As-Syafi’I Al-Quraisyi.
Beliau dilahirkan di Ghazzah, pada tahun 150 H.Imam Syafi’i termasuk salah
seorang imam Madzhab yang masuk ke dalam jajaran “Ahli al-sunnah wa al-
jama’ah”, yang dalam bidang “furu’iyyah” ada dua kelompok, yaitu:”Ahl al-
Hadits dan “Ahl al-Ra’yu” beliau sendiri termasuk “Ahl al-Hadits”.
Diantara teman-teman dan murid-murid imam syafi’i yang turut berperan penting
dalam penyebar luasan madzhabnya adalah sebagai berikut:
a. Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya Al-Bhuti

6
Beliau adalah murid yang paling senior di Mesir dan biasa menggantikan
Imam Syafi’i mengajar dan memberi fatwa ketika beliau berhalangan hadir.
Beliau adalah sebesar-besar teman Asy Syafi’I dari orang-orang Mesir.
Beliau belajar fiqh pada Imam Syafi’i dan meriwayatkan hadits darinya.
Beliau dijadikan pemimpin atas teman-temannya sesudah Syafi’i
wafat. Para imam yang tersebar di beberapa Negara belajar padanya, dan
mereka menyebarkan ilmu As-Syafi’i ke berbagai penjuru dunia, beliau
meninggal dunia pada tahun 231 H.
b. Abu Utsman bin Sa’id Al-Anmati
Beliaulah orang yang menyebabkan terkenalnya buku-buku Asy Syafi’i di
Baghdad dan meninggal pada tahun 288 H.
c. Hasan bin Muhammad bin Shabah Az-Za’farani Al Baghdadi.
Beliau adalah perawi madzhab qadim yang paling shahih, dan Kitab Iraqi
dinisbatkan kepadanya. Beliaulah yang melakukan pembacaan dalam majlis
As-Syafi’i. Beliau meninggal pada tahun 260 H.
Orang-orang di atas merupakan teman-teman Imam As-syafi’i yang
terkenal dan menjadi sumber dari orang-orang yang mempelajari ilmunya. Di
samping itu mereka mempunyai banyak keistimewaan lain. Seperti halnya
hubungan hubungan imam Malik dan teman-temannya, hubungan As-Syafi’I
dan teman-temannya juga jarang berselisih.

4. Madzhab Hanbali
Imam Ahmad bin Hanbal dilahirkan pada tahun 164 H. Beliau wafat pada tahun
241 H. Kalangan yang berjasa menuliskan madzhab Imam Ahmad adalah murid-
muridnya. Merekalah yang mengumpulkan pendapat dan fatwa sang imam, lalu
menyusunya sesuai dengan urutan bab fiqh.
Adapun orang yang pertama menyebarkan madzhab Imam Ahmad adalah putranya
yang bernama :
 Shalih bin Ahmad bin Hanbal (wafat 266 H).

7
Beliau menyebarkan madzhab ayahnya dengan cara mengirim surat
kepada orang yang bertanya dengan jawaban yang pernah disampaikan
oleh ayahnya, beliau pernah menjabat sebagai hakim, menukil pendapat
ayahnya dan dan diterapkan langsung.
 Dan putra Imam Ahmad yang bernama Abdullah bin Ahmad (wafat 290
H) juga melakukan hal yang sama dengan mengumpulkan kitab Al-
Musnad dan menyusunya serta menukilkan fiqh sang ayah, walaupun
beliau banyak meriwayatkan hadist.
Perlu diketahui bahwa madzhab Hanbali ini bisa dikatakan sebagai suatu
madzhab yang perkembangannya kurang begitu luas, dimana pada awalnya
berkembang di Baghdad, kemudian pada abad keempat hijriyyah dapat
berkembang di luar Irak dan pada abad keenam dapat juga berkembang di
Mesir.
Pada awalnya madzhab ini dihidupkan dan diperbaharui oleh beberapa
mujtahid, seperti Ibnu Taimiyah dan muri-murid Ibnu Qayyim, lalu pada abad
kedua belas dilakukan lagi pembaharuan oleh imam Muhammad bin Abdul
Wahhab di Naajm dengan memperbaharui system penyebarannya dalam bentuk
gerakan, yang lazim dikenal dengan sebutan “Gerakan Wahhabi”. Dari
pembaharuan system baru dalam penyebaran madzhab seperti itulah, maka
madzhab Ibnu Hanbal berkembang dan menyebar secara signifikan di berbagai
wilayah Saudi Arabiyyah, terutama pada masa kekuasaan dipegang oleh Raja
Abdul Aziz dari keluarga Sa’ud, sehingga madzhab ini sampai sekarang masih
menjadi madzhab resmi Negara dari kerajaan Arab Saudi, bahkan pengikutnya
sampai Palestina, Syiria, Irak, dan lain-lain, yang secara keseluruahn jumlahnya
tidak kurang dari tiga juta orang.
Ibnu Abdil Wahhab dengan gerakan Wahhabiyyahnya adalah seorang
mujaddid dan sekaligus pembaharu madzhab Hanbali setelah Ibnu Taimiyyah
dan Ibnu Qayyim dan termasuk juga “Ulama” salaf yang bertekad untuk
mengembangkan dan mengembalikan ajaran Islam kepada sumber aslinya yaitu

8
al-Qur’an dan al-hadist serta melenyapkan “Taqlid Buta” dengan melenyapkan
segala bentuk Bid’ah keagamaan.

5. Madzhab Dzahiri
Madzhab ini didirikan dengan prinsip bahwa sumber hukum fiqh adalah
dzahirnya nash, baik dari al-quran dan sunnah, tidak ada ruang bagi logika
dalam menentukan hukum syar’i. oleh karena itu, para pengikut madzhab ini
menolak semua jenis logika, tidak menggunakan qiyas, istihsan, dzara’i,
kemaslakhatan, maupun logika apapun bentuknya. Madzhab ini menolak qiyas
karena ia akan membuka lebar pintu ijtihad dan semua orang dapat melakukan
hal itu dalam menggali hukum. Dua orang yang menjadi pendiri dan penerang
madzhab ini yaitu Dawud al-Asyafani dan Ibnu Hasm Al –Andalusi. Madzhab
ini pertama kali muncul di Baghdad pada pertengahan abad ketiga hijriyyah.
Pada masa Dawud Al-Ashafani Madzhab dzahiri tersebar luas pada zaman
pendirinya walaupun banyak yang menentangnya, karena madzhab ini
menentang taqlid secara mutlaq. Pengikutnya hanya sedikit dan lebih banyak
menentangnya. Tersebarnya pemikiran madzhab ini tidak lepas dari hasil karya
yang ditulis oleh Dawud Ash-Zhahiri. Semua hasil karyanya berupa kitab sunnah
dan riwayat sahabat yang memuat berbagai dalil yang ditetapkan oleh
madzhabnya. Perhatian para murid untuk menyebarkan kitab dan mengajak
orang kepada madzhab ini telah memberi dampak besar dalam penyebaran
madzhab Asz-Zhahiri pada abad ketiga dan keempat hijriyah di negeri timur.
Sayang, setelah itu madzhab ini mulai hilang.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa penyebaran madzhab Dzahiri sangat
terbatas pada zaman Dawud Al-ashafani, kemudian sedikit demi sedikit hilang
dari permukaan.
Ketika Ibnu Hazm muncul pada abad kelima hijriyah, dengan segala usaha gigih
dan ijtihadnya madzhab ini muncul kembali. Imam Ibnu Hazm membangun

9
kembali madzhabnya dengan membuat dasar-dasar madzhab dan menulisnya
dalam kitab madzhab serta mengajak orang untuk menyebarkannya.
Mereka para ulama’ mazdhab yang senantiasa mencurahkan segala tenaga untuk
membela dan mempertahankan perkataan imam mazdhab. Bahkan terkadang
perkataan imamnya menjadi seperti firman Allah SWT dan mereka tiada berani
mengeluarkan fatwa tentang suatu masalah bila bertentangan dengan kesimpulan
yg telah ditarik oleh imam mereka.
Selain faktor penyebaran mazdhab yang telah disebutkan, terdapat pula faktor
lain yang mempengaruhi berkembangnya mazdhab, yakni faktor ta’asub
(fanatisme mazdhab). Hal ini pula yang mempengaruhi semangat mereka dalam
menyebarkan pemikiran imam mazdhabnya. Contoh dari adanya fanatisme ini
adalah kultus terhadap imam-imam itu demikian mencolok dan berlebihan
sampai-sampai Karkhi mengatakan “Setiap ayat atau hadits yang menyalahi
pendapat shahabat-shahabat itu kita hendaklah ditakwilkan atau dinasakh.”.
Adanya pelembagaan madzhab-madzhab ialah diantara faktor-faktor lain
yang membantu tersebarnya semangat tradisonal ini, usaha yang dilakukan oleh
para hartawan dan pihak penguasa dalam mendirikan sekolah-sekolah dimana
pengajarannya terbatas pada suatu atau beberapa mazhab tertentu yang
menyebabkan tertujunya perhatian para fuqoha’ terhadap mazhab-mazhab
tersebut.
Ada dampak yang tidak disadari dari semangat penyebaran mazdhab ini.
Dampak-dampak itu diantaranya berpalingnya minat dari berijtihad karena
mempertahankan pendapat mazdhabnya, adanya taqlid, umat Islam terpecah
belah dalam golongan-golongan hingga mereka berselisih paham, para
ulamanya hanya berkutat menghafalkan matan dan tidak mengenal kecuali
istilah-istilah atau catatan-catatan lampiran bersama pendapat-pendapat yang
dikemukakan serta sanggahannya hingga akhirnya Eropa pun menerkam dunia
Islam.

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di paparkan, dapat ditarik simpulan bahwa
perkembangan penyebaran mazdhab diantaranya karena faktor-faktor adanya gerakan
kodifikasi pemikiran para imam mazdhab, usaha pengikut mazdhab yang gigih dalam
menyebarkan mazdhab yang dianutnya, kecenderungan para penguasa dan
masyarakat umum untuk memberikan kebebasan terhadap para hakim dalam
memutuskan hukum, dan yang tidak kalah penting adalah adanya karya-karya imam
mazdhab itu sendiri.
Peran para pendukung mazdhab ini sangatlah signifikan dimana dampaknya
masih terasa sampai sekarang. Madzhab-madzhab fiqih yang berkembang di seluruh
penjuru negeri bukan hanya karena usaha dari para Imam Madzhab itu sendiri
melainkan juga atas jasa-jasa dari para murid dan pendukung-pendukung dari
madzhab-madzhab tersebut yang senantiasa rela mengorbankan waktu, harta, bahkan
jiwa mereka untuk mempertahankan dan menyebarluaskan madzhab yang mereka
anut sehingga madzhab-madzhab tersebut dapat bertahan dan bahkan masih diikuti
hingga sekarang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abutofa, Abu Yusuf, diakses dari http://abutofa.wordpress.com/2010/07/08/abu-


yusuf/ . diakses pada tanggal 23 Oktober 2012
http://www. Al-Warraq.com/ Maktabah al-Shamila/ Tarikh al-baghdadi. diakses pada
tanggal 23 Oktober 2012
Khallaf, Abd al-Wahab, 1968, Khulasah Tarikh Tashri’ Islami, Jakarta: al-Majlis A’la
al-Indunisi, li al-Da’wah al-Islamiyah
Khalil, Rasyad Hanan, 2009, Tarikh Tasyri’ al-Islamiy, alih bahasa: Nadirsyah
Hawari, Tarikh Tasyri’ Sejarah Legislasi Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Azmah
Mughniyah, Muhammad Jawad, 2010, Fiqih Lima Madzhab, Jakarta : Penerbit
Lentera
Zein, Muhammad Ma’sum, 2008, Arus Pemikiran Empat Madzhab, Jatim : Darul
Hikmah
Zuhri, Muhammad,1980, Tarjamah Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami, Indonesia: Daarul
Ihya

12

Anda mungkin juga menyukai