Anda di halaman 1dari 6

Nama : Lisi Windarti

Nim : 1831710182
Prodi : Ekonomi Syari’ah 5
Matkul : Metodologi Studi Islam

Islam dan Dunia Kontemporer

A. Definisi Islam dan Posisi Islam dengan Agama lainnya


Menurut ilmu asal-usul kata (etimologi), Islam adalah kata benda yang
berasal yang terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) dari kata
kerja salima, dari akar kata ini berbentuk kata-kata salm, silm, dan sebagainya.
Dan yang berarti perkataan islam itu adalah penyerahan diri, kepatuhan,
kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan.
Sebagai ajaran, agama islam adalah ajaran dari Allah Swt yang mencakup
berbagai aspek kehidupan, ditinjau dari dimensi keyakinan (akidah), dimensi
hukum (syariah), dimensi rohaniah atau spiritual (tasawuf, mistisisme), dll.
Sebagai agama wahyu, menurut keyakinan umat islam, islam adalah
kulminasi dari agama-agama wahyu sebelumnya yaitu Yahudi dan Nasrani.
Disamping persamaan, terdapat perbedaan antara islam dengan kedua agama
wahyu tersebut.
Mengenai posisi islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Dapat dilihat dari ciri khas agama islam yang paling menonjol, yaitu
bahwa islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai
bahwa sekalian agama yang dibawa oleh para rasul sebelumnya diturunkan
dan diwahyukan oleh Allah. Salah satu rukun iman ialah bahwa orang harus
beriman kepada sekalian nabi yang diutus sebelum Nabi Muhammad Saw.
2. Agama islam memberikan kedudukan istimewa di antara sekalian agama
atau bisa dikatakan islam juga merupakan pernyataan kehendak Ilahi yang
sempurna.
3. Agama islam juga memberikan peran yang sangat berarti bagi dunia.
Dalam hubungan ini agama islam memiliki tugas besar, yaitu : mendatangkan
perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan di antara sekalian agama
di dunia, menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang
telah ada sebelumnya, memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh
para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke dalam
agamanya itu, dll.
4. Adanya unsur pembaruan di dalam agama islam. Dengan datangnya
islam, agama memperoleh arti yang baru. Seperti islam berupaya
mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna
dan semangat baru di dalamnya.
5. Hubungan islam dengan agama lain dapat dilihat pada ajaran moral atau
akhlak yang mulia yang ada di dalamnya.

B. Islam dan Dunia Kontemporer


Konsep al-Alam al-Islamiy (Dunia Islam/Muslim world) belum digunakan
pada praksis kehidupan umat Islam pada masa klasik. Istilah-istilah yang lebih
dikenal pada masa itu berdekatan makna dengan al-ummah al-islamiyyah (umat
islam), dar al-islamiy (negeri perdamaian), al khilafah al-Islamiyyah
(kekhalifahan Islam), dan sulthanah islamiyyah (kerajaan/imperium Islam),
Istilah dunia Islam secara literer sesungguhnya lebih merujuk kepada negara-
negara dengan penduduk muslim mayoritas yang signifikan. Namun, dalam
pemakaiannya istilah itu juga sering kali digunakan untuk pengertian umat islam
itu sendiri yaitu kelompok orang yang meyakini keimanan yang sama yang
dibawa Nabi Muhammad Saw. Jadi, istilah itu merujuk kepada batasan
ide/keyakinan daripada batasan geografis.
Dunia islam yang dimaksud seperti bagian dunia yang mencakup wilayah
Spanyol dan sebagian Perancis namun tidak mencakup Asia Tenggara. Pada masa
yang lain, Dunia Islam meliputi Asia Tenggara, bahkan sebagian India dan China
namun tidak mencakup wilayah Spanyol. Hal itu terkait dengan perjalanan
sejarah Islam yang secara garis besar.
Islam lahir dan berkembang di Makkah dan Madinah yang kemudian
menyebar ke hampir seluruh Jazirah Arab pada masa Nabi. Dengan demikian,
cakupan dunia islam pada akhir masa Nabi hanyalah Jazirah Arabia yang saat ini
dihuni sekitar tujuh Negara yaitu Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab,
Oman, Yaman, dan Kuwait.
Dunia islam kontemporer sekarang ini meliputi wilayah yang sebagian besar
relatif menyatu membentang mulai dari Indonesia di Asia Tenggara hingga
Maroko di Arab Barat. Sebagian besar dunia islam berada di wilayah dunia
selatan yang biasa disebut juga dengan dunia ketiga. Sebagian kecil saja dari
bagian dunia islam berada di luar bentangan wilayah itu baik yang berada di
benua Eropa, Asia, maupun Amerika. Namun, tidak seluruh wilayah yang
membentang dari Indonesia ke Maroko itu juga merupakan dunia islam atau tidak
semua dihuni oleh kaum islam.
Sesungguhnya islam tak luput memperhatikan masalah modernisasi dan
perkembangan. Bukti-bukti yang mencakup modernisasi menurut islam sebagai
berikut :
1. Jika dipandang dari esensi ajarannya, islam mampu menyumbangkan
banyak hal kepada kehidupan untuk berbagai zaman dan kondisi yang
mengelilinginya.
2. Dipandang dari bukti-bukti sejarah, islam tidak pernah mengalami
stagnasi ketika harus berhadapan dengan perkembangan, pertumbuhan, dan
dinamika sejarah.
Islam sangat menghargai kemodernan, perkembangan, dinamika sejarah, dan
keterbukaan. Islam mengakui keberadaan dan manfaat modernisasi selama tidak
keluar dari aturan dan hukum-hukum yang berlaku. Namun, islam tetap waspada
sekaligus menghindari kerusakan masyarakat dan penyelewengan akibat
modernisasi. Fleksibelitas, toleransi, dan sikap moderat islam terbatas pada
aplikasi, tanpa melampaui batas-batas konsepsi dan ajaran islam.

C. Islam dalam Tradisi di Indonesia Sekarang


Islam, telah datang dan berkembang di Indonesia lebih dari lima abad. slam
ada di sini sejak kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu di Aceh yang dikenal
dengan kerajaan Samudera Pasai. Meskipun Islam telah lama kita ketahui dan
dianut oleh masyarakat Indonesia, tetapi pemahaman dan penghayatan
keagamaannya masih cenderung sinkretik ; tarik-menarik atau bercampur antara
nilai-nilai luhur islam dengan budaya lokal.
Muhammad Abduh, salah seorang pembaharu dari Mesir, sebagaimana
dikemukakan Harun Nasution, misalnya mengemukakan ide-ide pembaruan
antara lain dengan cara menghilangkan bid’ah yang terdapat dalam ajaran Islam,
atau kembali pada aturan ajaran Islam yang sebenarnya, dengan dibukanya
kembali pintu ijtihad, menghargai pendapat akal, dan menghilangkan sifat
dualism (dalam bidang pendidikan).
Yang menjadi persoalan adalah apakah budaya yang dilakukan oleh para
pendahulu kita sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya atau tidak, seperti
budaya slametan yang berhubungan dengan kelahiran, contoh: tingkepan,
brokoan, pasaran, pitonan, telonan, selapanan, dan taunan (Cliford Geerta dalam
Atang dan Mubarok, 2010:190).
Selain itu masih banyak lagi budaya yang dilakukan oleh orang-orang
terdahulu, yang faktanya hingga sekarang masih terdapat masyarakat Islam di
Indonesia yang mengamalkan budaya tersebut. Meskipun zaman sudah modern,
tetapi sebagian dari mereka enggan melepaskan budaya leluhur mereka. Karena
mereka menganggap bahwa budaya itu harus tetap dilestarikan, meskipun banyak
lembaga yang tidak sepakat dengan pengamalan budaya tersebut.
Namun menurut banyak pendapat baiknya jika sesuatu yang tidak di dasari
dengan sunnah Rasul maka sebaiknya jangan dilaksanakan. Dikhawatirkan orang-
orang yang kurang paham (awwam), mengira bahwa tradisi seperti itu dinilai
sebagai ibadah, padahal tidak ada contoh dari Rasulullah Saw dan hanya
persangkaan belaka.

D. Reaksi Pemikiran Islam terhadap Globalisasi


Pemikiran umat islam senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan
umat islam itu sendiri. Umat islam berkembang karena situasi dan kondisi yang
mengelilinginya berkembang pula.
Adanya globalisasai menyebabkan zaman semakin maju, dan pemikiran
Islam pun mengalami kemajuan juga untuk mengikuti kemajuan zaman yang
pada dasarnya tidak keluar dari sumber hukum Islam.
Umat Islam pada zaman dahulu mengalami kejayaan yang luar biasa dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan yang paling menguasai
pengetahuan seluruh dunia. Secara umum, reaksi globalisasi dari pemikiran
tersebut dapat dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut :
1. Tradisionalis
Pemikiran tradisionalis percaya bahwa kemunduran umat islam
adalah ketentuan dan rencana tuhan. Sebagai makhluk, kita dapat tidak
mengetahui gambaran besar tentang skenario tuhan, dari perjalanan
panjang umat manusia. (Mansour Fakih dalam Ulumul Qur’an, 1997:11).
Cara berpikir tradisionalis ini bersandar pada aliran Ahlus Sunnah Wal
jama’ah, bahwa manusia harus menerima ketentuan dan rencana tuhan
yang telah dibentuk sebelumnya.
2. Modernis
Pemikiran modernis beranggapan bahwa keterbelakangan umat
islam lebih banyak disebabkan oleh kesalahan sikap mental, budaya, atau
teologi mereka. Sehingga mendorong mereka untuk melakukan
perubahan-perubahan, karena pada dasarnya paham-paham atau institusi-
institusi lain dinilai tidak relevan. Pandangan ini merujuk pada
pemikiran aliran Muktazilah, yaitu manusia dapat menentukan
perbuatannya sendiri. Artinya asumsi dasar mereka bahwa
keterbelakangan umat islam berasal dari diri mereka sendiri.
3. Revivalis-Fundamentalis
Menurut revivalis, umat islam terbelakang karena mereka
menggunakan ideologi lain atau “isme” sebagai dasar pijakan daripada
menggunakan Al-qur’an sebagai acuan dasar. Di samping itu, mereka
juga memandang “isme” lain, seperti marxisme, kapitalisme, dan
zionisme sebagai ancaman, karena bagi mereka isme merupakan salah
satu agenda Barat konsep non-islami yang di paksakan pada masyarakat
muslim. Mereka menolak kapitalisme dan globalisasi karena keduanya
di nilai berakar pada paham liberalisme. (Mansour Fakih dalam Ulumul
Quran dalam Atang dan Mubarok (2010:197).
4. Transformatif
Mereka (penggagas transformatif) percaya bahwa keterbelakangan
umat islam disebabkan oleh ketidakadilan sistem dan struktur ekonomi,
politik, dan kultur. Agenda mereka adalah melakukan transformasi
terhadap hal-hal yang mengakibatkan keterbelakangan umat islam dan
melakukan perubahan-perubahan yang dapat membawa kemajuan bagi
umat islam dalam berbagai bidang. Mereka lebih cenderung melakukan
transformasi sosial. Menurut mereka agama islam adalah agama
pembebasan bagi yang tertindas, serta mentransformasi sistem
eksploitasi menjadi sistem yang adil.

E. Tendensi Kaum Modernis


Untuk mengejar ketertinggalan uamt islam ,perlu adanya perubahan pola
pikir di kalangan umat islam. Yakni, dari tradisi berpikir konvesional yang jauh
tertinggal dari kemajuan zaman, diubah menajdi pola pikir yang berorientasi
kepada kemajuan perekembangan zaman yang dilandasi oleh nilai islami islam.
1. Memberikan pandangan dan pengetahuan umat islam yang memiliki
keterikatan kepada salah satu mazhab utnuk kembali pada sumber hukum
asli, yakni Al-Qur’an dan hadis.
2. Memeberikan pandangan dan pengetahauan bahwa ajaran islam
menekankan keseimbangan antara persoalan duniawi dan ukhrawi.
3. Menyesuaikan fikih islam terhadap kebutuhan masyarakat, sebab fikih
sebagai produk pemikiran manusia.
4. Memperhatikan dalam bidang pendidikan, sebab dalam pendidikan
masyarakat tersebut merupakan suatu proses yang memiliki hubungan timbal
balik dengan berbagai aspek kehidupan.
5. Memberikan pandangan bahwa pendidikan berfungsi sebagai inovasi dan
modernisasi bagi perubahan masyarakat.
6. Pendidikan Islam harus mampu berperan aktif, konstruktif, dan direktif
menuju kearah pembinaan SDM. Serta selektif dalam menghayati tata nilai
yang baru.
7. Umat islam harus dibekali pemikiran-pemikiran teologi yang mendorong
untuk maju. Berusaha sekuat tenaga dan menyerahkan hasilnya dengan
berdoa kepada Allah Swt.
8. Umat islam harus dibekali rasa ukhuwah islamiyah agar tidak saling
baku hantam. Dan, diberikan suri teladan yang baik kepada kalangan
intelektual atau pembaharu agar tidak saling mencerca dan memfitnah.

Anda mungkin juga menyukai