0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
94 tayangan6 halaman
Teks tersebut membahas tentang Islam dan dunia kontemporer. Ringkasannya adalah: (1) Islam telah hadir di Indonesia selama lebih dari 500 tahun, (2) Namun pemahaman Islam di Indonesia masih bercampur dengan budaya lokal dan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, (3) Perkembangan globalisasi memengaruhi pemikiran Islam untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Teks tersebut membahas tentang Islam dan dunia kontemporer. Ringkasannya adalah: (1) Islam telah hadir di Indonesia selama lebih dari 500 tahun, (2) Namun pemahaman Islam di Indonesia masih bercampur dengan budaya lokal dan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, (3) Perkembangan globalisasi memengaruhi pemikiran Islam untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Teks tersebut membahas tentang Islam dan dunia kontemporer. Ringkasannya adalah: (1) Islam telah hadir di Indonesia selama lebih dari 500 tahun, (2) Namun pemahaman Islam di Indonesia masih bercampur dengan budaya lokal dan praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, (3) Perkembangan globalisasi memengaruhi pemikiran Islam untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Nim : 1831710182 Prodi : Ekonomi Syari’ah 5 Matkul : Metodologi Studi Islam
Islam dan Dunia Kontemporer
A. Definisi Islam dan Posisi Islam dengan Agama lainnya
Menurut ilmu asal-usul kata (etimologi), Islam adalah kata benda yang berasal yang terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) dari kata kerja salima, dari akar kata ini berbentuk kata-kata salm, silm, dan sebagainya. Dan yang berarti perkataan islam itu adalah penyerahan diri, kepatuhan, kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan. Sebagai ajaran, agama islam adalah ajaran dari Allah Swt yang mencakup berbagai aspek kehidupan, ditinjau dari dimensi keyakinan (akidah), dimensi hukum (syariah), dimensi rohaniah atau spiritual (tasawuf, mistisisme), dll. Sebagai agama wahyu, menurut keyakinan umat islam, islam adalah kulminasi dari agama-agama wahyu sebelumnya yaitu Yahudi dan Nasrani. Disamping persamaan, terdapat perbedaan antara islam dengan kedua agama wahyu tersebut. Mengenai posisi islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Dapat dilihat dari ciri khas agama islam yang paling menonjol, yaitu bahwa islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dan mempercayai bahwa sekalian agama yang dibawa oleh para rasul sebelumnya diturunkan dan diwahyukan oleh Allah. Salah satu rukun iman ialah bahwa orang harus beriman kepada sekalian nabi yang diutus sebelum Nabi Muhammad Saw. 2. Agama islam memberikan kedudukan istimewa di antara sekalian agama atau bisa dikatakan islam juga merupakan pernyataan kehendak Ilahi yang sempurna. 3. Agama islam juga memberikan peran yang sangat berarti bagi dunia. Dalam hubungan ini agama islam memiliki tugas besar, yaitu : mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan di antara sekalian agama di dunia, menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya, memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang kemudian dimasukkan ke dalam agamanya itu, dll. 4. Adanya unsur pembaruan di dalam agama islam. Dengan datangnya islam, agama memperoleh arti yang baru. Seperti islam berupaya mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat baru di dalamnya. 5. Hubungan islam dengan agama lain dapat dilihat pada ajaran moral atau akhlak yang mulia yang ada di dalamnya.
B. Islam dan Dunia Kontemporer
Konsep al-Alam al-Islamiy (Dunia Islam/Muslim world) belum digunakan pada praksis kehidupan umat Islam pada masa klasik. Istilah-istilah yang lebih dikenal pada masa itu berdekatan makna dengan al-ummah al-islamiyyah (umat islam), dar al-islamiy (negeri perdamaian), al khilafah al-Islamiyyah (kekhalifahan Islam), dan sulthanah islamiyyah (kerajaan/imperium Islam), Istilah dunia Islam secara literer sesungguhnya lebih merujuk kepada negara- negara dengan penduduk muslim mayoritas yang signifikan. Namun, dalam pemakaiannya istilah itu juga sering kali digunakan untuk pengertian umat islam itu sendiri yaitu kelompok orang yang meyakini keimanan yang sama yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Jadi, istilah itu merujuk kepada batasan ide/keyakinan daripada batasan geografis. Dunia islam yang dimaksud seperti bagian dunia yang mencakup wilayah Spanyol dan sebagian Perancis namun tidak mencakup Asia Tenggara. Pada masa yang lain, Dunia Islam meliputi Asia Tenggara, bahkan sebagian India dan China namun tidak mencakup wilayah Spanyol. Hal itu terkait dengan perjalanan sejarah Islam yang secara garis besar. Islam lahir dan berkembang di Makkah dan Madinah yang kemudian menyebar ke hampir seluruh Jazirah Arab pada masa Nabi. Dengan demikian, cakupan dunia islam pada akhir masa Nabi hanyalah Jazirah Arabia yang saat ini dihuni sekitar tujuh Negara yaitu Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, Oman, Yaman, dan Kuwait. Dunia islam kontemporer sekarang ini meliputi wilayah yang sebagian besar relatif menyatu membentang mulai dari Indonesia di Asia Tenggara hingga Maroko di Arab Barat. Sebagian besar dunia islam berada di wilayah dunia selatan yang biasa disebut juga dengan dunia ketiga. Sebagian kecil saja dari bagian dunia islam berada di luar bentangan wilayah itu baik yang berada di benua Eropa, Asia, maupun Amerika. Namun, tidak seluruh wilayah yang membentang dari Indonesia ke Maroko itu juga merupakan dunia islam atau tidak semua dihuni oleh kaum islam. Sesungguhnya islam tak luput memperhatikan masalah modernisasi dan perkembangan. Bukti-bukti yang mencakup modernisasi menurut islam sebagai berikut : 1. Jika dipandang dari esensi ajarannya, islam mampu menyumbangkan banyak hal kepada kehidupan untuk berbagai zaman dan kondisi yang mengelilinginya. 2. Dipandang dari bukti-bukti sejarah, islam tidak pernah mengalami stagnasi ketika harus berhadapan dengan perkembangan, pertumbuhan, dan dinamika sejarah. Islam sangat menghargai kemodernan, perkembangan, dinamika sejarah, dan keterbukaan. Islam mengakui keberadaan dan manfaat modernisasi selama tidak keluar dari aturan dan hukum-hukum yang berlaku. Namun, islam tetap waspada sekaligus menghindari kerusakan masyarakat dan penyelewengan akibat modernisasi. Fleksibelitas, toleransi, dan sikap moderat islam terbatas pada aplikasi, tanpa melampaui batas-batas konsepsi dan ajaran islam.
C. Islam dalam Tradisi di Indonesia Sekarang
Islam, telah datang dan berkembang di Indonesia lebih dari lima abad. slam ada di sini sejak kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu di Aceh yang dikenal dengan kerajaan Samudera Pasai. Meskipun Islam telah lama kita ketahui dan dianut oleh masyarakat Indonesia, tetapi pemahaman dan penghayatan keagamaannya masih cenderung sinkretik ; tarik-menarik atau bercampur antara nilai-nilai luhur islam dengan budaya lokal. Muhammad Abduh, salah seorang pembaharu dari Mesir, sebagaimana dikemukakan Harun Nasution, misalnya mengemukakan ide-ide pembaruan antara lain dengan cara menghilangkan bid’ah yang terdapat dalam ajaran Islam, atau kembali pada aturan ajaran Islam yang sebenarnya, dengan dibukanya kembali pintu ijtihad, menghargai pendapat akal, dan menghilangkan sifat dualism (dalam bidang pendidikan). Yang menjadi persoalan adalah apakah budaya yang dilakukan oleh para pendahulu kita sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya atau tidak, seperti budaya slametan yang berhubungan dengan kelahiran, contoh: tingkepan, brokoan, pasaran, pitonan, telonan, selapanan, dan taunan (Cliford Geerta dalam Atang dan Mubarok, 2010:190). Selain itu masih banyak lagi budaya yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, yang faktanya hingga sekarang masih terdapat masyarakat Islam di Indonesia yang mengamalkan budaya tersebut. Meskipun zaman sudah modern, tetapi sebagian dari mereka enggan melepaskan budaya leluhur mereka. Karena mereka menganggap bahwa budaya itu harus tetap dilestarikan, meskipun banyak lembaga yang tidak sepakat dengan pengamalan budaya tersebut. Namun menurut banyak pendapat baiknya jika sesuatu yang tidak di dasari dengan sunnah Rasul maka sebaiknya jangan dilaksanakan. Dikhawatirkan orang- orang yang kurang paham (awwam), mengira bahwa tradisi seperti itu dinilai sebagai ibadah, padahal tidak ada contoh dari Rasulullah Saw dan hanya persangkaan belaka.
D. Reaksi Pemikiran Islam terhadap Globalisasi
Pemikiran umat islam senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan umat islam itu sendiri. Umat islam berkembang karena situasi dan kondisi yang mengelilinginya berkembang pula. Adanya globalisasai menyebabkan zaman semakin maju, dan pemikiran Islam pun mengalami kemajuan juga untuk mengikuti kemajuan zaman yang pada dasarnya tidak keluar dari sumber hukum Islam. Umat Islam pada zaman dahulu mengalami kejayaan yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan yang paling menguasai pengetahuan seluruh dunia. Secara umum, reaksi globalisasi dari pemikiran tersebut dapat dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut : 1. Tradisionalis Pemikiran tradisionalis percaya bahwa kemunduran umat islam adalah ketentuan dan rencana tuhan. Sebagai makhluk, kita dapat tidak mengetahui gambaran besar tentang skenario tuhan, dari perjalanan panjang umat manusia. (Mansour Fakih dalam Ulumul Qur’an, 1997:11). Cara berpikir tradisionalis ini bersandar pada aliran Ahlus Sunnah Wal jama’ah, bahwa manusia harus menerima ketentuan dan rencana tuhan yang telah dibentuk sebelumnya. 2. Modernis Pemikiran modernis beranggapan bahwa keterbelakangan umat islam lebih banyak disebabkan oleh kesalahan sikap mental, budaya, atau teologi mereka. Sehingga mendorong mereka untuk melakukan perubahan-perubahan, karena pada dasarnya paham-paham atau institusi- institusi lain dinilai tidak relevan. Pandangan ini merujuk pada pemikiran aliran Muktazilah, yaitu manusia dapat menentukan perbuatannya sendiri. Artinya asumsi dasar mereka bahwa keterbelakangan umat islam berasal dari diri mereka sendiri. 3. Revivalis-Fundamentalis Menurut revivalis, umat islam terbelakang karena mereka menggunakan ideologi lain atau “isme” sebagai dasar pijakan daripada menggunakan Al-qur’an sebagai acuan dasar. Di samping itu, mereka juga memandang “isme” lain, seperti marxisme, kapitalisme, dan zionisme sebagai ancaman, karena bagi mereka isme merupakan salah satu agenda Barat konsep non-islami yang di paksakan pada masyarakat muslim. Mereka menolak kapitalisme dan globalisasi karena keduanya di nilai berakar pada paham liberalisme. (Mansour Fakih dalam Ulumul Quran dalam Atang dan Mubarok (2010:197). 4. Transformatif Mereka (penggagas transformatif) percaya bahwa keterbelakangan umat islam disebabkan oleh ketidakadilan sistem dan struktur ekonomi, politik, dan kultur. Agenda mereka adalah melakukan transformasi terhadap hal-hal yang mengakibatkan keterbelakangan umat islam dan melakukan perubahan-perubahan yang dapat membawa kemajuan bagi umat islam dalam berbagai bidang. Mereka lebih cenderung melakukan transformasi sosial. Menurut mereka agama islam adalah agama pembebasan bagi yang tertindas, serta mentransformasi sistem eksploitasi menjadi sistem yang adil.
E. Tendensi Kaum Modernis
Untuk mengejar ketertinggalan uamt islam ,perlu adanya perubahan pola pikir di kalangan umat islam. Yakni, dari tradisi berpikir konvesional yang jauh tertinggal dari kemajuan zaman, diubah menajdi pola pikir yang berorientasi kepada kemajuan perekembangan zaman yang dilandasi oleh nilai islami islam. 1. Memberikan pandangan dan pengetahuan umat islam yang memiliki keterikatan kepada salah satu mazhab utnuk kembali pada sumber hukum asli, yakni Al-Qur’an dan hadis. 2. Memeberikan pandangan dan pengetahauan bahwa ajaran islam menekankan keseimbangan antara persoalan duniawi dan ukhrawi. 3. Menyesuaikan fikih islam terhadap kebutuhan masyarakat, sebab fikih sebagai produk pemikiran manusia. 4. Memperhatikan dalam bidang pendidikan, sebab dalam pendidikan masyarakat tersebut merupakan suatu proses yang memiliki hubungan timbal balik dengan berbagai aspek kehidupan. 5. Memberikan pandangan bahwa pendidikan berfungsi sebagai inovasi dan modernisasi bagi perubahan masyarakat. 6. Pendidikan Islam harus mampu berperan aktif, konstruktif, dan direktif menuju kearah pembinaan SDM. Serta selektif dalam menghayati tata nilai yang baru. 7. Umat islam harus dibekali pemikiran-pemikiran teologi yang mendorong untuk maju. Berusaha sekuat tenaga dan menyerahkan hasilnya dengan berdoa kepada Allah Swt. 8. Umat islam harus dibekali rasa ukhuwah islamiyah agar tidak saling baku hantam. Dan, diberikan suri teladan yang baik kepada kalangan intelektual atau pembaharu agar tidak saling mencerca dan memfitnah.