Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Agama pada hakikatnya mengajarkan kebaikan-kebaikan kepada semua
umat dan pemeluknya. Tentu agama dijadikan sebagai landasan berpijak, berpikir,
bertindak dan mengambil keputusan. Islam merupakan agama yang sempurna
yang mengatur disemua bidang kehidupan sebagaimana yang terkandung dalam
QS Al-Maidah ayat 3. Islam menyentuh seluruh segi kehidupan. Islam adalah
sebagai peradaban, perundang-perundangan, ilmu, pemikiran dan seluruh bagian.
Islam adalah agama yang universal yaitu Islam dapat melewati batas ruang dan
waktu bahkan Islam merupakan agama yang universalisme atau agama yang
ditunjuk untuk semua umat atau dituju kepada siapapun.
Agama islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam. Dengan agama Islam inilah Allah menutup agama-agama
sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hamba-Nya.
Dengan agama islam ini Allah juga menyempurnakan nikmat atas hamba-hamba-
Nya. Islam adalah agama yang terbuka dan universal yang inti dari ajarannya
selain memerintahkan menegakkan keadilan dan menghapuskan kezaliman, juga
mengajarkan perdamaian yang menghimbau kepada umat manusia agar hidup
dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang perbedaan ras, suku,
bangsa dan agama, karena manusia pada mulanya berasal dari asal yang sama.
Agama islam bersifat terbuka terhadap dunia barat, hal ini sesuai dengan
anjuran agama islam. Kita tahu bahwa kitab suci Al-Qur’an berbahasa Arab, Rasul
kita seorang Arab, dan islam tumbuh di dunia Timur (Arab), tetapi bukan berarti
bahwa islam di tujukan hanya untuk bangsa tertentu (Arab), tetapi untuk seluruh
penduduk bumi. Islam merupakan agama yang sangat fundamental. Tidak
terkecuali juga, Islam mengatur hubungan dengan agama lain ditengah
keberagaman agama. Islam bersifat eksklusif dan inklusif sesuai dengan
keadaannya. Islam merupakan agama yang paling benar tapi disamping itu, dalam
realitas beragama, kita tetap menghormati keyakinan agama lain. Dalam

1
bernegara, kehidupan sosial dan unsur kemanusiaan, Islam tetap menghormati dan
menjaga. Islam didasari dengan prinsip yang tentunya merupakan bersumber dari
Al-Qur’an. Salah satu prinsip Islam mengenai keharmonisan yang selalu dijaga
dan dijunjung tinggi seperti Habluminallah dan Habluminannas, dimana makna
dari Habluminallah adalah hubungan umat dengan Tuhan Yang Maha Esa,
sedangkan Habluminannas adalah hubungan antar umat, atau hubungan sesama
manusia.
Pendidikan menuurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari
tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab.
Kemudian pertanggung jawaban itu harus dituntut kalau ada aturan dan pedoman
pelaksanaan, oleh karenanya Islam tentunya memberikan garis - garis besar
tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan konsep - konsep
yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia untuk
menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep - konsep dasar tersebut dalam
praktek kependidikan.
Pendidikan adalah keindahan proses belajar mengajar dengan pendekatan
manusianya (man centered), dan bukan sekedar memindahkan otak dari kepala-
kepala atau mengalihkan mesin ke tangan dan sebaliknya. Pendidikan lebih dari
itu, pendidikan menjadikan manusia mampu menaklukan masa depan dan
menaklukan dirinya sendiri dengan daya fikir, daya dzikir dan daya ciptanya.
Maka dari itu kita sebagai umat muslim yang ada dan kita ingin mengetahui
tentang Islam dengan gagasan yang universal. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Islam harus diajarkan kepada generasi penerus untuk memajukan peradaban umat
manusia. Cara yang tepat untuk melestarikan nilai-nilai Islam tersebut melalui
pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam di sini berlaku untuk semua
umat manusia. Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, baik itu
melalui pendidikan formal, informal maupun nonformal. Bahkan bagi orang yang
memiliki kekurangan berhak atas pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu
wahana dalam mengembangkan potensi akal manusia. John Dewey, sebagaimana
dikutip oleh M. Arifin, berpendapat bahwa pendidikan merupakan suatu proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir

2
(intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat dan
manusia biasa.
Ahmad Tafsir berpendapat bahwa pendidikan ialah pengembangan pribadi
dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan
pribadi yaitu mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan,
dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal,
dan hati. Dalam hal ini pendidikan merupakan berbagai usaha yang dilakukan
oleh pendidik terhadap peserta didik agar tercapai perkembangan yang maksimal.
Usaha itu beragam cara. Satu di antaranya ialah dengan cara mengajarnya, yaitu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu, ditempuh juga
usaha lain, yakni memberikan teladan agar ditiru, memberikan pujian dan hadiah,
mendidik dengan cara membiasakan, dan lainlain yang tidak terbatas jumlahnya.
Modernitas yang melanda dunia Islam, dengan segala efek positif dan
negatifnya, menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam di tengah kondisi
keterpurukannya. Umat Islam dituntut bekerja ekstra keras mengembangkan
segala potensinya untuk menyelesaikan permasalahannya. Tajdid sebagai upaya
menjaga dan melestarikan ajaran Islam menjadi pilihan yang harus dimanfaatkan
secara maksimal oleh umat Islam. Tantangan yang kita hadapi dewasa ini
sebenarnya bukan dalam bidang ekonomi, politik, social, dan budaya, akan tetapi
tantangan pemikiranlah yang sedang kita hadapi saat ini Sebab persoalan yang
yang ditimbulkan oleh bidang-bidang ekonomi, politik, social, dan budaya
ternyata bersumber dari pemikiran. Diantara tantangan pemikiran yang paling
serius saat ini adalah bidang pemikiran keagamaan. Tantangan yang sudah lama
kita sadari adalah tantangan internal yang berupa kejumudan, fanatisme, taklid
buta, bid‟ah, khurafat, dan sebagainya.
Kolonialisme Barat terhadap dunia Islam yang berkepanjangan
menyebabkan kehidupan kaum Muslim di permukaan bumi tercabik-cabik.
Kehidupan mereka terhiasi formalisme keberagamaan, kehidupan mistik yang
tidak sehat, tahayul menggantikan sikap orisinal Islam yang kreatif,
lenyapnya daya kritis dan keimanan terdesak menjadi ortodoksi yang sempit.
Situasi demikian meniscayakan umat Islam untuk mencari “sesuatu” sebagai

3
tempat menggantungkan harapan untuk mendapatkan rasa aman. Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah dan diyakini sebagai kebenaran
tunggal akhirnya ditafsirkan penganutnya secara berbeda dan berubah-ubah,
akibat perbedaan kehidupan sosial penganut yang juga dinamis. Dari perbedaan
penafsiran itu lahirlah kemudian pemikiran fiqh dan teologi yang berbeda.
Jika diuraikan berdasarkan kerangka ideologis, terdapat paling tidak empat
kategorisasi umat Islam; tradisionalis-konservatif, reformis-modernis, radikal-
puritan, dan nasionalis-sekuler.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam dengan gagasan yang universal ?
2. Bagaimana Islam dan modernisasi ?
3. Bagaimana Islam dalam Gerakan fundamentalisme dan radikalisme ?
4. Bagaimana Islam inklusif dan eksklusif ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Islam dengan gagasan yang universal
2. Untuk mengetahui Islam dan modernisasi
3. Untuk mengetahui Islam dalam Gerakan fundamental dan radikalisme
4. Untuk mengetahui Islam inklusif dan eksklusif

4
5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam dengan gagasan yang universal


Ungkapan “Islam, globalisasi, dan peradaban dunia” berusaha
menjelaskan persinggungan, pertentangan, atau persamaan di antara
masing-masing muatan konsep di atas. Dengan demikian, terlebih dahulu
dijelaskan masing-masing istilah tersebut. Islam merupakan agama yang
memiliki karakter berikut.

a. Menjanjikan keselamatan dunia akhirat (Man aslama salima)


b. Penyerahan diri seorang Muslim tertuju kepada Allah SWT. Secara
mutlak. Allah SWT dikonsepsikan sebagai Tuhan Yang Mutlak dan tidak
terbatas sehingga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata (walam
yakun lahu kufuan ahad).
c. Penyelamatan yang dijanjikan Islam sedemikian sempurna,
komprehensif, global dan mendetail.
d. Islam sebagai agama yang sempurna.
e. Islam menjelaskan segala sesuatu yang semuanya untuk keselamatan
manusia.
f. Tidak ada sesuatu pun yang dibiarkan tidak diperhatikan ke dalam
Islam.
g. Tebaran penyelamatan Islam mencakup seluruh alam semesta, lebih dari
sekadar globalisme.
h. Meskipun lebih dari global, dalam waktu yang sama, Islam juga
merupakan agama eksklusif ketika harus berhadapan dengan segala
bentuk sekularisme dan kebatilan, dari sistem ketauhidan yang murni.
i. Oleh karena itu, Islam menyeru kepada siapa pun yang memilihnya
sebagai agama, untuk masuk ke dalamnya secara total.

Dalam pengetahuan yang umum diketahui Islam dengan gagasan yang


universal adalah Islam dapat melewati batas ruang dan waktu bahkan Islam

6
merupakan agama yang universalisme atau agama yang ditunjuk untuk semua
umat atau dituju kepada siapapun. Tapi berikut adalah berbagai pengertian
tentang Islam dengan gagasan yang universal.

Islam adalah agama global dan universal. Tujuannya adalah menghadirkan


risalah beradabanIslam yang sempurna dan menyeluruh, baik secara spirit,
akhlak maupun materi. Didalamnya adaaspek duniawi dan ukhrawi yang saling
melengkapi. Keduanya adalah satu kesatuan yang utuhdan integral. Universal
atau globalisasi Islam menyeru semua manusia, tanpa memandang bangsa,
warna kulit dan deferensiasi lainnya. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam Al-
Qur’an. “ Al- Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta Alam”1

Semenjak abad ke-7, Nabi Muhammad SAW, sudah menerapkan


globalisasi dalam berbagaiaspek kehidupan, musalnya ketika beliau mengirim
utusan membawa surat-surat beliau kepada para raja dan para pemimpin di
berbagai Negara tetangga. Di antara para raja dan pemimpin ituadalah raja
romawi dan kisra Persia. Dengan demikian ketika wafat maka seluruh bangsa
arabsudah mampu meneruskan globalisasi yang telah dirintis oleh beliau. Perlu
dipahami bahwaglobalisasi Islam berangkat dari kesatuan antara tataran
konseptual dan tataran aktual dan inimerupakan salah satu keistimewaan Islam

Terjadinya globalisasi dapat dikenali dengan 4 karakter perubahan,


yang dapat dikatakan sebagai ciri ciri globalisasi.

a. Ciri pertama globalisasi terjadinya pelebaran aktivitas sosial, politik,


dan ekonomi di pelosok wilayah, regional dan benua.
b. Ciri kedua globalisasi adalah terjadinya intensifikasi atau peningkatan
serta keterhubungan aliran perdagangan, investasi, keuangan, serta
migrasi dan pertukaran budaya.
c. Ciri ketiga globalisasi adalah terjadinya percepatan interaksi dan
komunikasi secara mendunia dengan terciptanya sistem transportasi

1
Qs. At-Takwir : 27

7
maju, sehingga mempercepat pertukaran serta difusi ide, barang barang,
informasi, modal dan juga masyarakat.
d. Ciri keempat globalisasi adalah terjadinya peningkatan intensitas dan
kecepatan interaksi global yang mengakibatkan kejadian atau peristiwa
lokal di willayah yang berjauhan dapat menjadi sesuatu yang
berdampak global. Artinya masalah domestik dan masalah global
menjadi semakin berhubungan (become increasingly fluid).

B. Islam dan modernisasi


Modernisme mengandung pengertian gerakan membuat suatu
perubahan paradigma berpikir dalam masyarakat suatu bangsa ke arah
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman yang sarat dengan perubahan
di bidang ilmu, teknologi, seni, politik, budaya, dan sebagainya.
Perubahan tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan
beragama dan berimbas kepada pemahaman terhadap akidah. Maka dengan
adanya pergerakan modernisasi pemikiran islam diharapkan dapat
mewujudkan kesesuaian antara kemajuan zaman dan agama.
Bagi banyak pengamat, sejarah silam di masa modern pada intinya
adalah sejarah dampak Barat terhadap masyarakat Islam, yang khusunya
sejak abad ke-13 H/19 M. mereka memandang Islam sebagai suatu massa
yang semati-matinya menerima pukulan-pukulan destruktif atau pengaruh-
pengaruh yang formatif dari Barat. Dari penggalan sejarah yang
dikemukakan, ternyata yang menjadi faktor kemunduran itu adalah
perhelatan didalam tubuh umat islam itu sendiri yang membuat
melemahnya muwahhadah umat. Dengan melihat kejadian tersebut,
tergugahlah hati Ibnu Taimiyah untuk melakukan perubahan islam pada
peralihan abad 13 dan 14 H. Sehingga dengan usahanya Ibnu Taimiyah
disebut sebagai bapak tajdid atau reformis Islam. Ia melakukan kritik
tajam tidak saja kearah sufisme dan para filosof yang mendewakan
rasionalisme.

8
Kritik Ibnu Taimiyah sendiri selalu menuju kearah seruan agar umat
islam kembali kepada al-Quran dan Sunnah serta memahami kembali
kedua sumber hukum Islam dengan landasan ijtihad. Namun jika dianalisa
lebih global, penulis tertarik kepada pendapat bahwa modernisme bukanlah
merupakan ataupun kekalahan antara dua orientasi kultural: antara Timur
dan Barat, atau antara Islam dengan non Islam. Namun yang sesungguhnya
adalah antara dua zaman yang berbeda. Tetapi nampaknya segi kekurangan
paling serius daripada abad modern ini ialah dalam hal yang menyangkut
diri kemanusiaan yang paling mendalam, yaitu bidang keruhanian dan
keagamaan. Hal inilah yang diantisipasi sebelumnya oleh Ibnu Taimiyah
dalam menghadapi modernisasi.

C. Islam dalam Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme


Fundamentalisme berasal dari kata fundamen yang berarti asas, dasar
hakikat, fondasi. Dalam bahasa Inggris disebut fundamentalis yang berarti
pokok. Dalam bahasa Arab, kata fundamentalisme diistilahkan dengan
ushuliyyah. Kata ushuliyyah sendiri berasal dari kata ushul yang artinya
pokok/dasar. Dengan demikian, fundamentalisme adalah faham yang
menganut tentang ajaran dasar dan pokok yang berkenaan ajaran keagamaan
atau aliran kepercayaan.
Fundamentalisme merupakan paham yang cenderung untuk
memperjuangkan sesuatu secara radikal. Fundamentalis ini penganut
gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner yang selalu merasa
perlu kembali ke ajaran yang asli, seperti yang tersurat dalam kitab suci.
Kaum tersebut, tidak mau menerima perubahan dalam arti mereka
menentang pembaruan. Mereka yang disebut kaum fundamentalisme sering
disebut sebagai tidak rasional, tidak moderat, dan cenderung untuk
melakukan tindakan kekerasan bila diperlukan.
Dalam beberapa kamus bahasa ada beberapa pengertian radikalisme,
yaitu; (1) paham atau aliran yang radikal pada politik; (2) sikap ekstrem di
suatu aliran politik. Menurut Yusuf Qardhawi, istilah radikalisme berasal

9
dari kata al-tatharuf yang berarti “berdiri di ujung, jauh dan pertengahan”.
Bisa juga diartikan berlebihan dalam menyikapi sesuatu, seperti berlebihan
dalam beragama, berfikir, dan berperilaku. Radikalis dianggap sebagai
kaum yang berpikiran sempit, bersemangat yang berlebihan, atau ingin
mencapai tujuan dengan memakai cara-cara kekerasan.
Karakteristik Fundamentalisme dan Radikalisme
Bagi kaum fundamentalisme, doktrin sebagaimana terdapat dalam Al-
Quran dan Sunnah bersifat universal dan mencakup segala aspek kehidupan.
Ketaatan mutlak kepada Tuhan, dan keyakinan bahwa Tuhan mewahyukan
kehendak-Nya secara universal kepada manusia termasuk doktrin penting
yang dipedomani oleh kaum fundamentalisme. Kelompok ini lebih
menekankan ketaatan dan kesediaan untuk menundukkan diri pada
kehendak Tuhan, dan bukan perbincangan intelektual. Oleh karena itu, bagi
mereka lebih penting adalah iman dan bukan diskusi.
Kaum fundamentalisme memiliki kecenderungan romantisisme dan
melakukan idealisasi terhadap zaman tersebut. Kelompok ini secara rigid
ingin menegakkan kembali struktur pemerintahan khilafah seperti pada
masa sahabat. Struktur ini dianggap sebagai sesuatu yang berlaku untuk
semua zaman. Berkaitan dengan pandangannya terhadap kemajemukan
(pluralisme) masyarakat, kaum fundamentalisme pada umumnya cenderung
bersikap negatif dan pesimis.
Gerakan radikalisme dalam Islam tidak akan pernah berhenti, karena
kuatnya keyakinan kaum radikalis akan kebenaran program atau ideologi
yang mereka bawa. Maka penyebab lahirnya radikalisme, adalah :
1) Lemahnya pengetahuan tentang hakikat agama.
2) Memahami nash secara tekstual
3) Mempelajari ilmu hanya dari buku dan mempelajari Al-Quran hanya dari
mushhaf.
4) Lemahnya pengetahuan tentang syariah, realitas, sunnatullah, dan
kehidupan.
Dengan faktor-faktor diatas, maka corak pemikiran radikalisme adalah :

10
1) Fanatik kepada pendapat, tanpa menghargai pendapat lain.
2) Sikap keras yang tidak pada tempatnya
3) Sikap keras dan kasar
4) Berburuk sangka pada orang lain
5) Mengkafirkan orang lain.

Ideologi Islam Radikal


Dalam hubungannya dengan ideologi “Islam radikal”, John L. Esposito
(1995) mengidentifikasi beberapa landasan ideologi yang dijumpai dalam
gerakan Islam radikal, yaitu sebagai berikut:
1) Mereka berpendapat bahwa Islam adalah sebuah pandangan hidup yang
komprehensif dan bersifat total sehingga Islam tidak dipisahkan dari
politik, hukum, dan masyarakat.
2) Mereka menganggap bahwa ideologi masyarakat Barat yang sekuler
dan cenderung materialistis harus ditolak.
3) Mereka cenderung mengajak pengikutnya untuk “kembali pada Islam”
sebagai sebuah usaha untuk perubahan sosial.
4) Karena ideologi masyarakat Barat harus ditolak, secara otomatis
peraturan-peraturan sosial yang lahir dari tradisi Barat juga harus
ditolak.
5) Mereka berkeyakinan bahwa upaya-upaya islamisasi pada masyarakat
Muslim tidak akan berhasil tanpa menekankan aspek pengorganisasian
ataupun pembentukan sebuah kelompok yang kuat.

D. Islam Inklusif dan Eksklusif


Pengertian ekslusif dan inklusif
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, eksklusif berarti 'terpisah dari
yang lain'. Adapun inklusif berarti 'termasuk, terhitung'. Menurut Didin
Hafinudin, Islam merupakan agama yang sangat inklusif, bukan merupakan
ajaran yang bersifat eksklusif. Akan tetapi, inklusivitas yang bermaksud
bukanlah perbedaan agama yang dipahami oleh kelompok liberal. Inklusivitas

11
islam yang dimaksud adalah agama yang universal dan dapat diterima oleh
semua orang yang berakal sehat tanpa memperdulikan latar belakang, suku
bangsa, status sosial, dan keduniawian lainnya.

Ciri - ciri Islam Eksklusif


dan Inklusif
Islam eksklusif dan
inklusif bertujuan untuk
menetapkan persepsi
muslim terhadap masalah
hubungan islam dan
kristen di Indonesia.
Penulis mengajukan
"muslim komprehersif"
dan "muslim
reduksionis".

12
Adapun fatimah
mencontohkan eksklusif
dan inklusif pada buku
Muslim-
Christion Relation in the
New Order Indonesia. Ia
menyebut organisasi
Ciri - ciri Islam Eksklusif
dan Inklusif
Islam eksklusif dan
inklusif bertujuan untuk
menetapkan persepsi
muslim terhadap masalah
hubungan islam dan
kristen di Indonesia.
13
Penulis mengajukan
"muslim komprehersif"
dan "muslim
reduksionis".
Adapun fatimah
mencontohkan eksklusif
dan inklusif pada buku
Muslim-
Christion Relation in the
New Order Indonesia. Ia
menyebut organisasi
Ciri - ciri Islam Eksklusif dan Inklusif Islam
Eksklusif dan inklusif bertujuan untuk menetapkan persepsi muslim
terhadap masalah hubungan islam dan kristen di Indonesia. Penulis
mengajukan "muslim komprehersif" dan "muslim reduksionis". Adapun
fatimah mencontohkan eksklusif dan inklusif pada buku Muslim-Christion
Relation in the New Order Indonesia. Ia menyebut organisasi ekslusif di
Indonesia adalah dewan dakwah islamiyah di Indonesia, komite Indonesia
untuk solidaritas dunia Islam, sedangjan orang - orang yang membela
islam dicap ekslusif.

14
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dalam menghadapi era global, Islam tidak pernah menutup diri. Islam adalah
sebuah doktrin agama yang menghendaki pemeluknya untuk hidup lebih baik
dan lebih maju. Akan tetapi, Islam juga tidak menerima seluruhnya tanpa
adanya reserve. Islam akan menerima globalisasi apabila menimbulkan

15
kemaslahatan bagi manusia. Pada sisi lain, Islam akan menolak
globalisasi jika ia memberikan kerusakan bagi peradaban manusia dan
tidak selaras dengan nilai-nilai Islam. Hubungan islam dengan ilmu
pengetahuan sangat erat kaitannya karena islam tanpa ilmu pengetahuan
berarti buta. Iman tanpa ilmu dapat mengakibatkan musyrik.

B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari makalah ini, apabila
terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran dari pembaca adalah
penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna
menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kodir, Koko. 2014 Metodologi Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia)
Nasution, Harun. 1986. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan
Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang)
Hasan Sadily DKK. 1984. Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru)
John J. Donohue, John I. Esposito. 1993 Islam dan Pembaharuan,
Ensiklopedi Masalah-Masalah. (Jakarta : Cinta Niaga Rajawali)
M. Abduh Wahid. 2018 “Fundamentalisme dan Radikalisme Islam”, Sulesana Vol.
12 No. 1.
https://learniseasy.com/globalisasi-pengertian-globalisasi-ciri-ciri-dampak-dan-
pentingnya-globalisasi.html

17

Anda mungkin juga menyukai