PENDAHULUAN
1
bernegara, kehidupan sosial dan unsur kemanusiaan, Islam tetap menghormati dan
menjaga. Islam didasari dengan prinsip yang tentunya merupakan bersumber dari
Al-Qur’an. Salah satu prinsip Islam mengenai keharmonisan yang selalu dijaga
dan dijunjung tinggi seperti Habluminallah dan Habluminannas, dimana makna
dari Habluminallah adalah hubungan umat dengan Tuhan Yang Maha Esa,
sedangkan Habluminannas adalah hubungan antar umat, atau hubungan sesama
manusia.
Pendidikan menuurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari
tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab.
Kemudian pertanggung jawaban itu harus dituntut kalau ada aturan dan pedoman
pelaksanaan, oleh karenanya Islam tentunya memberikan garis - garis besar
tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan konsep - konsep
yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia untuk
menjabarkan dengan mengaplikasikan konsep - konsep dasar tersebut dalam
praktek kependidikan.
Pendidikan adalah keindahan proses belajar mengajar dengan pendekatan
manusianya (man centered), dan bukan sekedar memindahkan otak dari kepala-
kepala atau mengalihkan mesin ke tangan dan sebaliknya. Pendidikan lebih dari
itu, pendidikan menjadikan manusia mampu menaklukan masa depan dan
menaklukan dirinya sendiri dengan daya fikir, daya dzikir dan daya ciptanya.
Maka dari itu kita sebagai umat muslim yang ada dan kita ingin mengetahui
tentang Islam dengan gagasan yang universal. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Islam harus diajarkan kepada generasi penerus untuk memajukan peradaban umat
manusia. Cara yang tepat untuk melestarikan nilai-nilai Islam tersebut melalui
pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam di sini berlaku untuk semua
umat manusia. Setiap orang berhak untuk mendapatkan pendidikan, baik itu
melalui pendidikan formal, informal maupun nonformal. Bahkan bagi orang yang
memiliki kekurangan berhak atas pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu
wahana dalam mengembangkan potensi akal manusia. John Dewey, sebagaimana
dikutip oleh M. Arifin, berpendapat bahwa pendidikan merupakan suatu proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir
2
(intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat dan
manusia biasa.
Ahmad Tafsir berpendapat bahwa pendidikan ialah pengembangan pribadi
dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan
pribadi yaitu mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan,
dan pendidikan oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal,
dan hati. Dalam hal ini pendidikan merupakan berbagai usaha yang dilakukan
oleh pendidik terhadap peserta didik agar tercapai perkembangan yang maksimal.
Usaha itu beragam cara. Satu di antaranya ialah dengan cara mengajarnya, yaitu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu, ditempuh juga
usaha lain, yakni memberikan teladan agar ditiru, memberikan pujian dan hadiah,
mendidik dengan cara membiasakan, dan lainlain yang tidak terbatas jumlahnya.
Modernitas yang melanda dunia Islam, dengan segala efek positif dan
negatifnya, menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam di tengah kondisi
keterpurukannya. Umat Islam dituntut bekerja ekstra keras mengembangkan
segala potensinya untuk menyelesaikan permasalahannya. Tajdid sebagai upaya
menjaga dan melestarikan ajaran Islam menjadi pilihan yang harus dimanfaatkan
secara maksimal oleh umat Islam. Tantangan yang kita hadapi dewasa ini
sebenarnya bukan dalam bidang ekonomi, politik, social, dan budaya, akan tetapi
tantangan pemikiranlah yang sedang kita hadapi saat ini Sebab persoalan yang
yang ditimbulkan oleh bidang-bidang ekonomi, politik, social, dan budaya
ternyata bersumber dari pemikiran. Diantara tantangan pemikiran yang paling
serius saat ini adalah bidang pemikiran keagamaan. Tantangan yang sudah lama
kita sadari adalah tantangan internal yang berupa kejumudan, fanatisme, taklid
buta, bid‟ah, khurafat, dan sebagainya.
Kolonialisme Barat terhadap dunia Islam yang berkepanjangan
menyebabkan kehidupan kaum Muslim di permukaan bumi tercabik-cabik.
Kehidupan mereka terhiasi formalisme keberagamaan, kehidupan mistik yang
tidak sehat, tahayul menggantikan sikap orisinal Islam yang kreatif,
lenyapnya daya kritis dan keimanan terdesak menjadi ortodoksi yang sempit.
Situasi demikian meniscayakan umat Islam untuk mencari “sesuatu” sebagai
3
tempat menggantungkan harapan untuk mendapatkan rasa aman. Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah dan diyakini sebagai kebenaran
tunggal akhirnya ditafsirkan penganutnya secara berbeda dan berubah-ubah,
akibat perbedaan kehidupan sosial penganut yang juga dinamis. Dari perbedaan
penafsiran itu lahirlah kemudian pemikiran fiqh dan teologi yang berbeda.
Jika diuraikan berdasarkan kerangka ideologis, terdapat paling tidak empat
kategorisasi umat Islam; tradisionalis-konservatif, reformis-modernis, radikal-
puritan, dan nasionalis-sekuler.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam dengan gagasan yang universal ?
2. Bagaimana Islam dan modernisasi ?
3. Bagaimana Islam dalam Gerakan fundamentalisme dan radikalisme ?
4. Bagaimana Islam inklusif dan eksklusif ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Islam dengan gagasan yang universal
2. Untuk mengetahui Islam dan modernisasi
3. Untuk mengetahui Islam dalam Gerakan fundamental dan radikalisme
4. Untuk mengetahui Islam inklusif dan eksklusif
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
merupakan agama yang universalisme atau agama yang ditunjuk untuk semua
umat atau dituju kepada siapapun. Tapi berikut adalah berbagai pengertian
tentang Islam dengan gagasan yang universal.
1
Qs. At-Takwir : 27
7
maju, sehingga mempercepat pertukaran serta difusi ide, barang barang,
informasi, modal dan juga masyarakat.
d. Ciri keempat globalisasi adalah terjadinya peningkatan intensitas dan
kecepatan interaksi global yang mengakibatkan kejadian atau peristiwa
lokal di willayah yang berjauhan dapat menjadi sesuatu yang
berdampak global. Artinya masalah domestik dan masalah global
menjadi semakin berhubungan (become increasingly fluid).
8
Kritik Ibnu Taimiyah sendiri selalu menuju kearah seruan agar umat
islam kembali kepada al-Quran dan Sunnah serta memahami kembali
kedua sumber hukum Islam dengan landasan ijtihad. Namun jika dianalisa
lebih global, penulis tertarik kepada pendapat bahwa modernisme bukanlah
merupakan ataupun kekalahan antara dua orientasi kultural: antara Timur
dan Barat, atau antara Islam dengan non Islam. Namun yang sesungguhnya
adalah antara dua zaman yang berbeda. Tetapi nampaknya segi kekurangan
paling serius daripada abad modern ini ialah dalam hal yang menyangkut
diri kemanusiaan yang paling mendalam, yaitu bidang keruhanian dan
keagamaan. Hal inilah yang diantisipasi sebelumnya oleh Ibnu Taimiyah
dalam menghadapi modernisasi.
9
dari kata al-tatharuf yang berarti “berdiri di ujung, jauh dan pertengahan”.
Bisa juga diartikan berlebihan dalam menyikapi sesuatu, seperti berlebihan
dalam beragama, berfikir, dan berperilaku. Radikalis dianggap sebagai
kaum yang berpikiran sempit, bersemangat yang berlebihan, atau ingin
mencapai tujuan dengan memakai cara-cara kekerasan.
Karakteristik Fundamentalisme dan Radikalisme
Bagi kaum fundamentalisme, doktrin sebagaimana terdapat dalam Al-
Quran dan Sunnah bersifat universal dan mencakup segala aspek kehidupan.
Ketaatan mutlak kepada Tuhan, dan keyakinan bahwa Tuhan mewahyukan
kehendak-Nya secara universal kepada manusia termasuk doktrin penting
yang dipedomani oleh kaum fundamentalisme. Kelompok ini lebih
menekankan ketaatan dan kesediaan untuk menundukkan diri pada
kehendak Tuhan, dan bukan perbincangan intelektual. Oleh karena itu, bagi
mereka lebih penting adalah iman dan bukan diskusi.
Kaum fundamentalisme memiliki kecenderungan romantisisme dan
melakukan idealisasi terhadap zaman tersebut. Kelompok ini secara rigid
ingin menegakkan kembali struktur pemerintahan khilafah seperti pada
masa sahabat. Struktur ini dianggap sebagai sesuatu yang berlaku untuk
semua zaman. Berkaitan dengan pandangannya terhadap kemajemukan
(pluralisme) masyarakat, kaum fundamentalisme pada umumnya cenderung
bersikap negatif dan pesimis.
Gerakan radikalisme dalam Islam tidak akan pernah berhenti, karena
kuatnya keyakinan kaum radikalis akan kebenaran program atau ideologi
yang mereka bawa. Maka penyebab lahirnya radikalisme, adalah :
1) Lemahnya pengetahuan tentang hakikat agama.
2) Memahami nash secara tekstual
3) Mempelajari ilmu hanya dari buku dan mempelajari Al-Quran hanya dari
mushhaf.
4) Lemahnya pengetahuan tentang syariah, realitas, sunnatullah, dan
kehidupan.
Dengan faktor-faktor diatas, maka corak pemikiran radikalisme adalah :
10
1) Fanatik kepada pendapat, tanpa menghargai pendapat lain.
2) Sikap keras yang tidak pada tempatnya
3) Sikap keras dan kasar
4) Berburuk sangka pada orang lain
5) Mengkafirkan orang lain.
11
islam yang dimaksud adalah agama yang universal dan dapat diterima oleh
semua orang yang berakal sehat tanpa memperdulikan latar belakang, suku
bangsa, status sosial, dan keduniawian lainnya.
12
Adapun fatimah
mencontohkan eksklusif
dan inklusif pada buku
Muslim-
Christion Relation in the
New Order Indonesia. Ia
menyebut organisasi
Ciri - ciri Islam Eksklusif
dan Inklusif
Islam eksklusif dan
inklusif bertujuan untuk
menetapkan persepsi
muslim terhadap masalah
hubungan islam dan
kristen di Indonesia.
13
Penulis mengajukan
"muslim komprehersif"
dan "muslim
reduksionis".
Adapun fatimah
mencontohkan eksklusif
dan inklusif pada buku
Muslim-
Christion Relation in the
New Order Indonesia. Ia
menyebut organisasi
Ciri - ciri Islam Eksklusif dan Inklusif Islam
Eksklusif dan inklusif bertujuan untuk menetapkan persepsi muslim
terhadap masalah hubungan islam dan kristen di Indonesia. Penulis
mengajukan "muslim komprehersif" dan "muslim reduksionis". Adapun
fatimah mencontohkan eksklusif dan inklusif pada buku Muslim-Christion
Relation in the New Order Indonesia. Ia menyebut organisasi ekslusif di
Indonesia adalah dewan dakwah islamiyah di Indonesia, komite Indonesia
untuk solidaritas dunia Islam, sedangjan orang - orang yang membela
islam dicap ekslusif.
14
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam menghadapi era global, Islam tidak pernah menutup diri. Islam adalah
sebuah doktrin agama yang menghendaki pemeluknya untuk hidup lebih baik
dan lebih maju. Akan tetapi, Islam juga tidak menerima seluruhnya tanpa
adanya reserve. Islam akan menerima globalisasi apabila menimbulkan
15
kemaslahatan bagi manusia. Pada sisi lain, Islam akan menolak
globalisasi jika ia memberikan kerusakan bagi peradaban manusia dan
tidak selaras dengan nilai-nilai Islam. Hubungan islam dengan ilmu
pengetahuan sangat erat kaitannya karena islam tanpa ilmu pengetahuan
berarti buta. Iman tanpa ilmu dapat mengakibatkan musyrik.
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari makalah ini, apabila
terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran dari pembaca adalah
penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna
menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kodir, Koko. 2014 Metodologi Studi Islam, (Bandung: Pustaka Setia)
Nasution, Harun. 1986. Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan
Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang)
Hasan Sadily DKK. 1984. Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru)
John J. Donohue, John I. Esposito. 1993 Islam dan Pembaharuan,
Ensiklopedi Masalah-Masalah. (Jakarta : Cinta Niaga Rajawali)
M. Abduh Wahid. 2018 “Fundamentalisme dan Radikalisme Islam”, Sulesana Vol.
12 No. 1.
https://learniseasy.com/globalisasi-pengertian-globalisasi-ciri-ciri-dampak-dan-
pentingnya-globalisasi.html
17