Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mempelajari agama Islam dari berbagai sudut pandang diperlukan

pendekatan yang secara operasional konseptual dapat memberikan pandangan

bahwa Islam itu sangat luas. Kita yakini sepenuh hati, bahwa konsep apapun

didalam Islam akan membawa pada kemaslahatan hidup di dunia dan jaminan

kebahagiaan di akhirat, termasuk dalam konsep pendidikan. Dalam hal ilmu

pengetahuan dan teknologi pada dasarnya Islam merupakan agama terdepan yang

menganjurkan manusia untuk menjadi manusia yang berilmu di samping itu, Al-

Qur’an telah memandang bahwa pendidikan merupakan persoalan pertama dan

utama dalam membangun dan memperbaiki kondisi umat manusia di muka bumi

ini.

Pendidikan Islam yang memiliki titik tekan berbeda dengan pendidikan

pada umumnya kemudian harus melihat dengan cara berbeda pula agar konsepnya

kemudian benar-benar dipahami secara utuh oleh semua orang. Dalam konteks

filsafat, Islam merupakan kepercayaan , nilai dan praktek yang mencakup aspek

spiritual, moral, sosial dan hukum. Dalam kajian filsafat, Islam sering dipahami

melalui konsep-konsep seperti keadilan, kebebasan, kebenaran dan tujuan hidup

manusia. Mendiskusikan Islam dalam konteks filsafat, penting untuk memahami

bagaimana ajaran agama ini diartikan dan diinterpretasikan oleh para filsuf.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Islam?

2. Bagaimana mengkaji Islam?

3. Apa saja yang termasuk dalam kriteria kebenaran dalam Islam

4. Apa peran dan fungsi pengetahuan dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu Islam

2. Untuk mengetahui tentang bagaimana mengkaji Islam dalam filsafat

3. Untuk tahu apa saja yang termasuk dalam criteria kebenaran dalam Islam

4. Apa peran dan fungsi pengetahuan dalam Islam dari segi filsafat

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam

Dalam studi Islam hal mendasar yang perlu dipahami adalah definisi Islam

itu sendiri. Islam, menjadi agama yang mayoritas dianut oleh orang-orang di

Indonesia. Islam merupakan way of life, yang menjamin kebahagiaan hidup

pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Islam mempunyai satu sendi utama

yang esensial, berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya.

Menurut ilmu bahasa (etimologi), Islam berasal dari bahasa Arab yaitu

kata salima yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari asal kata itu dibentuk

kata aslama, yuslimu, Islaman, yang berarti memelihara dalam keadaan selamat

sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Seseorang

yang bersikap sebagaimana maksud pengertian Islam tersebut dinamakan muslim,

yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan

tunduk kepada Allah SWT.1

Pengertian Islam yang demikian itu, sejalan dengan tujuan ajaran Islam,

yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga

terwujud keselamatan, kedamaian, aman, dan sentosa serta sejalan pula dengan

misi ajaran Islam yaitu menciptakan kedamaian di muka bumi dengan cara

mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan. Islam dengan misi

yang demikian itu ialah Islam yang dibawa oleh seluruh para Nabi, dari sejak

1 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran Dan


Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet.2, h.91

3
Adam AS hingga Muhammad SAW.2 Harun Nasution mengatakan bahwa Islam

adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat

manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. 3 Sedangkan pengertian

Islam menurut Syekh Mahmud Syaltut yaitu agama Allah yang diperintahkan

untuk mengajarkan pokok-pokok dan peraturan-peraturannya kepada Nabi

Muhammad SAW dan menugaskan untuk menyampaikan agama itu kepada

seluruh manusia, lalu mengajak mereka untuk memeluknya.4

Dengan demikian, kata Islam secara istilah adalah mengacu kepada agama

yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah, bukan berasal dari manusia.

Posisi Nabi dalam agama Islam diakui sebagai utusan Allah untuk menyebarkan

ajaran Islam tersebut kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama

Islam, Nabi terlihat dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan contoh

praktiknya. Menurut Adams, sangat sulit dicapai sebuah rumusan yang dapat

diterima secara umum mengenai apakah yang disebut Islam itu?. Islam harus

dilihat dari perspektif sejarah sebagai sesuatu yang berkembang dan selalu

berubah, berkembang dan terus berkembang dari generasi kegenerasi dalam

merespon secara mendalam realitas dan makna kehidupan ini. Islam adalah “an

on going process of experience and its expression, which stands in historical

continuity with the message and influence of the Prophet.” (sebuah proses,

2 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2017), cet. 4, h.
27
3 Mulyadi, Islam dan Tamadun Melayu, (Riau: DOTPLUS Publisher,2021), Jilid 1, h.4.
4 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam Pokok-Pokok Pikiran tentang paradigma
dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), cet. 1, h. 40.

4
pengalaman yang sedang berlangsung, berkesinambungan dengan sejarah, pesan

dan pengaruh Nabi.5

Muhammad Alim mengatakan secara terminology pengertian Islam adalah

Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah

SWT. Kepada manusia melalui seorang Rasul, atau lebih tegas lagi Islam adalah

ajaran-ajaran melalui Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul dan Islam bukan saja

berbicara dari satu segi dan bidang saja tetapi Islam paada hakekatnya membawa

ajaran-ajaran yang bukan hanya dari satu segi, tetapi mengenai berbagai segi

kehidupan manusia.6

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama Allah yang

diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya untuk diajarkan kepada manusia. Dibawa

secara berantai dari satu generasi ke generasi selanjutnya, dari satu angkatan ke

angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayah, dan petunjuk bagi manusia

dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah SWT.

B. Mengkaji Islam

Memahami ajaran Islam dengan lebih baik, diperlukan pendekatan yang

berbeda-beda yang dapat diambil dari berbagai bidang ilmu. Satu perspektif yang

diterapkan dalam mempelajari agama, termasuk Islam adalah melalui pendekatan.

Kajian filsafat dalam Islam menjadi topik yang memicu banyak perdebatan dan

kontroversi di antara para ahli dan umat Islam. Ada yang memandang filsafat

sebagai sesuatu yang merusak ajaran Islam, sementara yang lainnya melihatnya

5 Peter Connolly, Approaches to the Study of Religion (Introduction), (New York:


Continuum, 2001), h.12
6 Imam Khanafie Al-Jhauharie, Tema-Tema Pokok Filsafat Islam, (PT. Nasya Expanding
management: Jawa tTengah,2020), Cet.2, h.4

5
sebagai sebuah metode intelektual yang berguna untuk memperdalam pemahaman

tentang Islam dan memecahkan masalah-masalah keagamaan yang kompleks.

Sebagian orang menerima filsafat dalam studi keIslaman sebagai alat untuk

berpikir secara rasional, transparan, kritis, objektif, mengikuti perkembangan

zaman. Manfaat yang bisa diperoleh ketika seseorang menggunakan pendekatan

secara filosofis dalam mengkaji Islam adalah agar hikmah, hakikat dan inti dari

ajaran agama dapat dipahami dan dimengerti dengan baik.

Dapat memberi makna dan mengambil hikmah terhadap segala sesuatu

dilakukan yang merupakan bagian dari ajaran agama maupun yang dijumpainya

seperti mengerjakan ibadah maupun perintah yang lain tidak mengalami

kemunduran spiritualitas yang dapat menimbulkan kebosanan, akan tetapi dapat

membentuk pribadi yang selalu berpikir kritis (critical thought), adanya

kebebasan intelektual (intellectual freedom) dan membentuk pribadi yang

toleran.7

Pendekatan filosofis dalam mempelajari Islam memberikan solusi dan

pemecahan masalah melalui metode kritis analitis dan spekulatif analisis.

Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang mendalam dan

komprehensif tentang ajaran dan dogma dalam Islam, serta mengungkapkan

makna dan hikmah di balik ritual dan ajaran tersebut. Dengan demikian, orang

tidak hanya mengamalkan agama secara formalistik, tetapi juga memahami makna

yang sebenarnya.8 Islam setelah menjadi agama yang dianutoleh banyak


7 Omar Mohammad Al Toumy Al Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam (Hoboken, NJ:
JA Macfadden-Bartell Book, 1979), h. 35
8 Nuthpaturrahman, Metodologi filsafat sebagai pendekatan studi Islam, (Dosen Tetap
STAI Al-Washliyah Barabai Kalimantan Selatan, 2023 ) , Jurnal ilmiah ilmu kependidikan dan
kedakwahan.

6
masyarakat, Islam sepanjang sejarah tidaklah mudah menjawab pertanyaan

tentang bagaiman ajaran Islam tersebut. Ada yang berpendapat bahwa ajaran

Islam itu hanya yang tertera dalam kitab suci dan hadits Nabi, sehingga Islam

bersifat normatif.

Ada pula yang berpendapat selain Islam yang normative itu, Islam juga

berifat historis. Dalam mengkaji Islam, diperlukan adanya pemahaman yang

mendalam dan seimbang dari berbagai aspek ajaran agama ini, termasuk

pemahaman tentang wahyu (Al-Quran dan Hadits), ranakal (rasionalitas dan

penalaran) dan indera (pengalaman dan pengamatan) sebagai sumber pengetahuan

dalam mengkaji Islam . Dengan memadukan sumber pengetahuan ini, umat Islam

dapat meraih pemahaman yang lebih komperhensif tentang ajaran agama Islam.

1. Wahyu

Wahyu memberikan pedoman spiritual dan moral bagi umat islam. Al-

Qur’an sebagai kitab suci dan Hadits sebagai catatan ucapan dan perbuatan Nabi

Muhammad SAW.dalam konteks mengkaji islam wahyu merujuk kepada ajaran-

ajaran ilahi yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Wahyu adalah sumber

utama ajaran islam dan dianggap sebagai petunjuk lansung dari allah SWT

kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an berisi petujuk

moral, etika, hokum dan ajaran spiritual yang menjadi landasan utama bagi umat

Islam dan Hadits memberikan konteks tambahan dan penjelasan terhadap ajaran

Al-Qur’an, untuk membantu umat islam memahami bagaimana ajaran islam

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

7
Dalam filsafat Islam, wahyu dianggap sebagai sumber pengetahuan yang

paling otentik dan mendalam, memberikan panduan untuk menjalani kehidupan

dengan benar dan meraihkebahagiaan akhirat. Wahyu juga menggarisbawahi

pentingnya ketaatan manusia terhadap Allah dan prinsip-prinsip agama Islam

dalam semua aspek kehidupan mereka. Menurut al-Farabi, wahyu yang

disampaikan Allah kepada Nabi bersumber pada intelek aktif yaitu Allah. Seorang

filosof mampu mencapai intelek perolehan (al-‘aql al-mustafid) melalui proses

intelektual dan latihan sungguh-sungguh. Pengetahuan hasil dari bernalar mereka

dapatkan dari pertemuannya denganintelek aktif, yang sama-sama menjadi sumber

wahyu kenabian. Dalam hal ini, baik secara sebstansi dan materi, hasil renungan

filosofis tidak berbeda dengan wahyu.9

Dalam mengkaji islam, memahami wahyu melibatkan beberapa aspek penting:

a. Tafsir Al-Qur’an

b. Studi Hadits

c. Memahami hikmah

d. Menghubungkan dengan konteks modern

2. Akal

Akal dalam konteks islam mengacu pada kemampuan rasional dan

intelektual manusia. Dalam ajaran Islam, akal dianggap sebagai anugrah Allah

yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Manusia diberi kecerdasan

dan kemampuan berpikir untuk merenungkan, memahami dan mengambil

keputusan.

9 Atika Zuhrotus Sufiyana dan Adi Sudrajat, Sumber Filsafat Islam: Wahyu, Akal dan
Indera (Universitas Islam Malang : Malang, 2023), h.77

8
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal mempunyai beberapa

pengertian yang berbeda, yaitu (1) daya pikir ( untuk mengertidan sebagainya);

(2) daya,upaya cara melaukan sesuatu; (3) tipu daya, muslihat; dan (4)

kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungan.10 Secara etimologis, kata

akal dalam bahasa arab berasal dari kata kerja aqala-ya’qilu-aqlan. Kamus-

kamus Arab memberikan arti ‘aql (secara harfiah) dengan pengertian al-msak

(menahan), al-ribath (ikatan), al-hijr ( menahan) , al-nahy ( melarang), man’u

(mencegah). Orang yang berakal (al-aqil) adalah orang yang mengekang dirinya

dan menolak keinginan hawa nafsunya. Secara filosofis, akal mencakup

kemampuan rasionalitas manusia, yaitu kemampuan untuk berpikir secara logis,

mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh . dalam konteks ini

akal melibatkan penalaran, imajinasi, dan daya ingat serta kemampuan untuk

memahami konsep-konsep abstrak seperti kebenaran, keadilan dan moralitas.

Beberapa aspek penting tenntang akal dalam mengkaji Islam:

a. Penafsiran ajaran agama

b. Kaitan antara wahyu dan akal

c. Etika dan moralitas

d. Ijtihad (penalaran hukum)

e. Pertautan dnegan ilmu pengetahuan

f. Kritikalisasi dan refleksi

g. Menerima keberagaman pemahaman

3. Indera

10 Ardian Husaini et. al., Filsafat Ilmu: Perspektif barat dan Islam, ( Gema insani:
Depok, 2019) cet.11, h.105.

9
Dalam islam, penggunaan indera dipandang sebagai cara untuk

memahami dan menghormati penciptaan Allah, serta mengakui kebijaksanaan

dan keindahan dibalik segala sesuatu yang diciptakan. Dalam bahasa Arab,

indera manusia disebut al-hāssah ; jamaknya adalah al-hawwās maka panca

indera disebut al-hawwās al-Khamsah. Diambil dari kata ‘hassa-yahussu’

bermakna juga ‘mengetahui’, ‘merasakan’, juga ‘menemukan’ melalui

inderanya,atau juga ‘persepsi inderawi’ atas benda-benda yang berelasi dengan

wujud fisik. Kata ‘persepsi’ merupakan kata serapan dari bahasa Inggris

‘perception’. Persepsi sendiri berarti apresiasi, cerapan, impresi, kesan, sensasi,

tanggapan, pemahaman, pengenalan, pengertian, atau rekognisi.

Dalam kajian filsafat Islam, indera bukan hanya anggota badan berupa

fisik yang melekat pada badan manusia; namun terdapat pula indera ‘dalam’ yang

bersifat spiritual dan berfungsi terkait dengan indera luarnya. Artinya, Islam

mengafirmasi aspek spiritual dan fisik manusia. Sebagaimana penginderaan

manusia (perception) terhubung dengan jiwa manusia, demikian pula indera ‘luar’

atau ‘eksternal’ terhubung erat dengan indera ‘batin’ atau yang internal.11

indera yang digunakan untuk menjadi sumber filsafat Islam adalah indera

eksternal dan indera internal. Keduanya harus berjalan seimbang, sehingga

kebenaran nalar tidak terhalangi oleh suatu kekurangan apapun. Sumber filsafat

Islam melalui indera ini sebagai pengantar/pendukung menuju sumber wahyu dan

11 Ali Reza Soltani, “An Overview on Perception and Its Principles fromAvicenna’s
Point of View,” dalam Journal of Education and Practice, Vol 6, No. 20, (T.K: International
Knowledge Sharing Platform, 2015), 7.

10
akal. Jika sumber indera kurang atau tidak memberikan dukungannya dengan

sempurna maka hasil dari kajian filsafat Islam pun menjadi kurang maksimal.

Dalam mengkaji islam, memahami indera perlu melibatkan beberapa hal, yaitu:

a. Penghayatan dan pengalaman

b. Pemahaman terhadap Al-Qur’an

c. Penggunaan rasionalitas

d. Penyaringan informasi

e. Pertimbangan etika

Dengan memadukan ketiga sumber pengetahuan ini , umat islam dapat

meraih pemahaman yang lebih mendalam tentang agama islam. Selain dari itu

diprlukan juga kesadaran terhadap konteks social, budaya dan sejarah dimana

ajaran agama islam berkembang. Oleh karna itu,dalam mengkaji islam diperlukan

keterbukaan, rasa ingin tahu dan kerangka berpikir yang ingklusif. Dengan

demikian , umat islam dapat dapat memahami agama islam dengan baik dan

menghormati akan adanya keberagaman dalam berpandangan.

C. Kriteria Kebenaran Dalam Islam

Pandangan islam akan ukuran kebenaran merujuk kepada landasan

keindahan dan keyakinan terhadap keadilan yang bersumber kepada Al-Qur’an.

Dalam epistemology Islam, kebenaran dipahami sebagai hasil dari kombinasi

wahyu ilahi, akal manusia, pertimbangan kepentingan umum dan lain sebagainya.

Secara umum Kriteria keebenaran cenderung menekankan salah satu atau lebih

dari tiga pendekatan yaitu:

1. Yang benar adalah memuaskan keinginan kita

11
2. Yang benar adalah yang dapat dibuktikan dengan eksperimen

3. Yang benar adalah yang membantu perjuangan hidup biologis

Harun Nasution, meragukan kemutlakan kebenaran lmiah karena data

yangbelum terungkap lebih banyak dari pada data yang sudah terungkap. Dengan

demikian,kebenaran ilmiah tidak dapat dikatakan sebagai kebenaran yang telah

sampai pada hakekat sesuatu, tetapi hanya mendekati hakekatnya. Karena itu,

menurut Harun, kebenaran ilmiah juga tidak mendatangkan keyakinan yang

mutlak.

Fathurrahman Djamil menyatakan bahwa etika manusia berpikir adalah

bukti kebenaran manusia. Manusia berpikir berarti membedakan dirinya dari

mahkluk lain. Ketika manusia berpikir dalam dirinya timbul pertanyaan. Dan

apabila orang bertanya tentang sesuatu, berarti dia memikirkan sesuatu tersebut.

Bertanya merupakan refleksi pemikiran untuk mencari jawaban. Jawaban yang

diharapkan adalah suatu kebenaran.12

Dalam kajian epistemology islam ditemukan beberapa teori tentang kebenaran,

ada tiga teori kebenaran, yaitu:

1. Teori korespodensi

Menurut teori ini, kebenaran merupakan kesesuaian antara data atau

statmen dengan fakta atau realita. Sebagai ilustrasi pernyataan bahwa

Muhammad adalah putra Abdullah dinyatakan benar apabila Abdullah benar-

benar punya anak yang bernama Muhammad. Teori korespondensi diragukan

oleh sementara kalangan. Salah satu kritik menyatakan bahwa apabila kebenaran

itu merupakan persesuaian antara ide dengan fakta, bagaimana keduanya dapat
12 Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Logos : Ciputat, 1997), Cet.II h. 23

12
dibandingkan?. Untuk membandingkan antara data dengan fakta terlebih dahulu

harus diketahui faktanya. Apabila fakta atau realitas objektif telah diketahui,

mengapa harus diadakan perbandingan. Memiliki fakta sama artinya dengan

memiliki kebenaran.

2. Teori Koherensi,

Teori ini menyatakan bahwa kebenaran ditegakkan atas hubungan

keputusan baru dengan keputusan-keputusan yang telah diketahui dan diakui

kebenarannya terlebih dahulu. Suatu proposisi dinyatakan benar apabila ia

berhubungan dengan kebenaran yang telah ada dalam pengalaman kita dengan

demikian teori ini merupakan teori hubungan semantic, teori kecocokan atau

teori konsistensi

3. Teori Pragmatis

Dalam teori ini, sebuah proposisi dinyatakan sebagai suatu kebenaran

apabila berlaku, berfaedah dan memuaskan. Kebenaran dibuktikan dengan

kegunaannya, hasilnya dan akibat-akibatnya. Contoh agama itu benar bukan

disebabkan karena tuhan itu ada dan disembah oleh penganut agama, tetapi

agama itu benar karena ia mempunyai dampak positif bagi masyarakat.

Dalam Islam, kebenaran diukur berdasarkan beberapa kriteria utama:

a. Al-Quran sebagai Kriteria Utama

Al-Quran dianggap sebagai sumber utama kebenaran dalam Islam.

Kebenaran diukur sejalan dengan ajaran-ajaran Al-Quran. Segala sesuatu yang

sesuai dengan Al-Quran dianggap benar.

b. Sunnah (Tradisi Nabi Muhammad)

13
Hadis atau tradisi Nabi Muhammad adalah sumber lain dari ajaran

Islam Kebenaran diukur dengan membandingkan suatu perbuatan atau

pernyataan dengan tindakan dan kata-kata Nabi Muhammad yang tercatat

dalam hadis.

c. Ijma (Konsensus Umat)

Kebenaran juga dapat ditentukan melalui konsensus umat Muslim.

jika suatu ajaran atau praktek diterima oleh mayoritas umat Muslim, itu

dianggap benar.

d. Qiyas (Analogi)

Qiyas memungkinkan ulama untuk membuat keputusan hukum

berdasarkan analogi dengan hukum yang sudah ada dalam Al-Quran dan Hadis

untuk situasi yang baru dan belum diatur.

e. Aql (Pemikiran Rasional)

Islam menghargai akal manusia (aql) dan menggunakan pemikiran

rasional dalam memahami dan mempertimbangkan kebenaran. Pemikiran

rasional digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep keagamaan dan moral

dalam Islam.

Dengan mempertimbangkan kombinasi Al-Quran, Sunnah, analogi, dan

akal, Islam menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk menilai

kebenaran dalam berbagai konteks kehidupan. Dengan demikian kesimpulannya

bahwa kebenaran merupakan suatu keputusan atau fakta. Untuk putusan yang

tidak bias dibandingkan dengan fakta atau realitas, maka jalan yang ditempuh

adalah menghubungkan keputusan tersebut dengan keputusan-keputusan yang lain

14
yang telah dipercaya kebenaran dan kesahihannya, setelah itu keputusan tersebut

diuji berdasarkan kegunaan dan akibat-akibat praktis dari putusan tadi.

Kesimpulannya dari materi yang ada mengenai kebenaran yakni, manusia adalah

makhluk pencari kebenaran.

D. Fungsi dan Peran Pengetahuan Dalam Islam

Dalam Islam, pengetahuan memiliki peran yang sangat penting.

Pengetahuan dianggap sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah,

memahami kebijaksanaan-Nya, dan mencapai tujuan hidup yang sebenarnya.

Pengetahuan dalam Islam tidak hanya terbatas pada pengetahuan agama, tetapi

juga mencakup ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan praktis yang

bermanfaat bagi individu dan masyarakat.

Fungsi pengetahuan dalam Islam melibatkan pengembangan akal,

kecerdasan, dan pemahaman terhadap alam semesta sebagai tanda kebesaran

Allah. Islam mendorong umatnya untuk belajar, mengajar, dan mengembangkan

ilmu pengetahuan sebagai bentuk ibadah. Pengetahuan juga dianggap sebagai alat

untuk memerangi kebodohan, ketidakadilan, dan kesesatan. Selain itu,

pengetahuan juga memiliki peran dalam memandu perilaku manusia. Dengan

pengetahuan yang benar, umat Islam diharapkan dapat menjalani kehidupan

sesuai dengan ajaran agama, mempraktikkan nilai-nilai keadilan, menghargai

keragaman, dan mencari solusi atas berbagai masalah yang dihadapi dalam

kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks pendidikan, Islam memberi penekanan besar pada

pentingnya pengetahuan. Nabi Muhammad sendiri menekankan pentingnya

15
mencari ilmu pengetahuan, bahkan sampai ke negeri-negeri jauh. Oleh karena itu,

pengetahuan dalam Islam dianggap sebagai cahaya yang membimbing manusia

menuju kebenaran dan kebijaksanaan. Dalam Islam, pengetahuan memiliki peran

dan fungsi yang sangat penting. Pengetahuan dianggap sebagai jalan untuk

mendekatkan diri kepada Allah dan memahami kebijaksanaan-Nya. Perolehan

pengetahuan, baik yang bersifat agama maupun ilmu pengetahuan umum, dihargai

tinggi dalam Islam.

Peran Pengetahuan dalam Islam meliputi :

1. Pendekatan kepada Allah: Pengetahuan membantu umat Islam memahami

ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan ketaatan

yang benar.

2. Pemahaman Al-Quran: Pengetahuan diperlukan untuk memahami dan

menginterpretasikan Al-Quran dengan benar, karena pemahaman yang dalam

memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab, sejarah, dan

konteks.

3. Pembimbing Etika: Pengetahuan memandu umat Islam dalam

mengembangkan etika dan moralitas yang baik, membimbing mereka untuk

hidup dengan integritas dan kejujuran.

4. Pendidikan dan Pengajaran: Islam memberi penekanan besar pada pendidikan.

Pengetahuan digunakan untuk mengajar dan memperoleh ilmu pengetahuan

yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat.

Dalam inti ajarannya, Islam memandang pengetahuan sebagai alat untuk mencari

kebenaran dan menunjukkan jalan menuju pencerahan spiritual dan sosial.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya untuk

diajarkan kepada manusia. Dibawa secara berantai dari satu generasi ke generasi

selanjutnya, dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat,

hidayah, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat

rahman dan rahim Allah SWT.

17
2. Dalam mengkaji Islam, diperlukan adanya pemahaman yang mendalam dan

seimbang dari berbagai aspek ajaran agama ini, termasuk pemahaman tentang

wahyu (Al-Quran dan Hadits), ranakal (rasionalitas dan penalaran) dan indera

(pengalaman dan pengamatan) sebagai sumber pengetahuan dalam mengkaji

Islam.

3. Islam menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk menilai

kebenaran dalam berbagai konteks kehidupan. Dengan demikian kesimpulannya

bahwa kebenaran merupakan suatu keputusan atau fakta. Untuk putusan yang

tidak bias dibandingkan dengan fakta atau realitas, maka jalan yang ditempuh

adalah menghubungkan keputusan tersebut dengan keputusan-keputusan yang

lain yang telah dipercaya kebenaran dan kesahihannya, setelah itu keputusan

tersebut diuji berdasarkan kegunaan dan akibat-akibat praktis dari putusan.

Pengetahuan dianggap sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada

Allah, memahami kebijaksanaan-Nya, dan mencapai tujuan hidup yang

sebenarnya. Pengetahuan dalam Islam tidak hanya terbatas pada pengetahuan

agama, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan praktis

yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat.

4. Fungsi pengetahuan dalam Islam melibatkan pengembangan akal,

kecerdasan, dan pemahaman terhadap alam semesta sebagai tanda kebesaran

Allah. Islam mendorong umatnya untuk belajar, mengajar, dan mengembangkan

ilmu pengetahuan sebagai bentuk ibadah. Pengetahuan juga dianggap sebagai

alat untuk memerangi kebodohan, ketidakadilan, dan kesesatan.

18
19

Anda mungkin juga menyukai