PENDAHULUAN
Oleh karena itu diperlukan metode dan pembaharuan pikiran agar tidak terjadi
kekeliruan dalam memahami dan mengamalkan ajaran islam. Sehingga dalam
pelaksanaannya bersesuaian dengan Al-Qur’an dan Hadis.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2016) h. 61
2
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta : Teras, 2013) h.19-20
3
Study Islam IAIN Ampel, Pengantar Study Islam, (Surabaya : Sunan Ampel Press, 2010) h.9-10
4
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta : UI Press, 1979) h.24
Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai
pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.5
5
Atho’Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011)
h.11
6
Ahmad Zarkasi, “Metode Studi Agama-Agama”, Al-AdYaN, Vol.XI, No. 1, Januari-Juni 2016
masyarakat. Berbeda dengan zaman Rasulullah dahulu dimana teknologi tidak
semarak sekarang, gawai pun tidak dapat ditemui pada saat itu. Pada zaman
Rasulullah SAW. ilmu agama menjadi suatu kebutuhan masyarakat muslim.
Kenyataan itu dapat kita ketahui melalui sejarah yang menyatakan bahwa umat
muslim senantiasa berlomba untuk mendatangi majlis ilmu yang dibuka oleh
Rasulullah SAW.
"Pada majlis dhuha, Rasulullah memberi nasihat, menerangkan hukum,
menjelaskan ayat yang baru diturunkan, bertanga jawab kepada sahabat, bahkan
jika dalam suasana perang, pada waktu-waktu inilah Nabi membahas strategi
perang bersama para sahabat."7
Dari penggalan sejarah itu dapat dilihat bersama bahwa umat muslim
terdahulu lebih antusias dalam menuntut ilmu agama dan mereka belajar dengan
kesungguhan yang penuh sehingga ilmu agama mereka menjadi baik. Ditambah
mereka belajar langsung dari Baginda Rasulullah SAW. jadi ilmu yang mereka
pelajari itu jelas adanya dan tidak ada istilah khilafiyah. Berbeda dengan umat
muslim di era globalisasi ini yang mana sudah terlalu banyak sumber untuk
belajar tentang islam, hingga menimbulkan banyak sekali paham-paham baru
yang membuat umat muslim kebingungan dalam mengadopsi paham yang sesuai
dengan Al-Quran dan Hadist.
Dalam studi islam, kajian yang dilakukan oleh umat berbeda dengan
kajian yang dilakukan oleh kalangan non muslim. Bagi umat islam, mempelajari
islam mungkin untuk memantapkan iman dan mengamalkan ajaran-ajaran yang
terkandung didalamnya, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar diskursus
ilmiah bahkan mencari kelemahan umat islam. Dengan demikian pemahaman,
pendalaman serta pembahasan terhadap ajaran-ajaran Islam supaya dapat
dilaksanakan dan diamalkan dengan benar oleh umat Islam, serta menjadikannya
sebagai pegangan dan pedoman hidup.
7
Ahmad Mukafi Arafat, Find Out Rasulullah Habits, (Bandung: All Right Reserved, 2017), h. 31
Beberapa prinsip yang terkandung dalam tujuan studi islam,
diantaranya:8
a. Universal
Pendidikan islam berdasar pada prinsip ini bertujuan untuk membuka,
mengembangkan, dan mendidik segala aspek pribadi manusia dan dayanya
sekaligus mengembangkan segala segi kehidupan dalam masyarakat, serta
ikut menyelesaikan masalah sosial dan memelihara sejarah dan kebudayaan.
b. Keseimbangan dan Kesederhanaan
Pendidikan islam dalam prinsip ini berarti mewujudkan keseimbangan
antara aspek-aspek pertumbuhan anak dan kebutuhan-kebutuhan individu,
baik masa kini maupun akan datang, secara sederhana yang berapiliasi
denagn semangat fitrah yang sehat.
c. Kejelasan
Kejelasan tujuan memberi makna dan kekuatan terhadap pengajaran
sehingga memberi jawaban yang jelas dan tegas pada jiwa, akal dalam
memecahkan masalah, tantangan dan krisis dan menghalangi terjadinya
perselisihan dalam persepsi dan interpretasi.
d. Tak Ada Pertentangan
Pendidikan sebagai sebuah proses yang bersistem, maka hendaknya
potensi-potensi pertentangan yang mungkin terjadi di dalamnya harus
dihilangkan sedemikian rupa, termasuk salah satu di antaranya adalah dalam
pengembangan tujuan pendidikan Islam.
e. Perubahan yang Diinginkan
Yaitu prinsip perubahan jasmaniah, spritual, intelektual, sosial,
psikologis dan nilai-nilai menuju ke arah kesempurnaan.
f. Prinsip dinamisme
Pendidikan islam selalu memperbarui dan berkembang, memberi respon
terhadap perkembangan individu, sosial dan masyarakat, bahkan inovasi-
inovasi dari bangsa lain di dunia.
8
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002).
hlm. 17.
Terdapat satu kutipan dari buku yang ditulis oleh Edi Susanto,
"Perbedaan ruang dan waktu, melahirkan perbedaan pemahaman oleh
masyarakat sesuai dengan setting yang mereka hadapi . Karena itu bisa
dimengerti bahwa Islam Indonesia berbeda dengan praktek islam di Timur
Tengah, baik pada tataran kognisi maupun pada tataran praksis sosial. Begitupun
Islam yang dipahami oleh generasi abad pertengahan maupun abad modern."9
Atas dasar itulah sangat urgen diperoleh pemahaman Islam secara utuh,
dengan argumen bahwa realitas perbedaan ruang dan waktu jika tidak didekati
secara tepat akan menimbulkan pemahaman yang tidak tepat terhadap islam itu
sendiri.
Pentingnya studi islam adalah untuk menjadikan ajaran-ajaran islam
sebagai wacana ilmiah secara transparan yang dapat diterima oleh berbagai
kalangan. Dengan kerangka ini, dimensi-dimensi islam tidak hanya sekedar
dogmatis teologis tetapi terdapat aspek empirik sosiologis. Studi keislaman yang
mengarah pada rasionalisasi dan adaptif adalah konstruksi terhadap studi islam
yang lebih cenderung bersifat subjektif, apologis, doktriner, dan menutup diri.
Kehidupan keagamaan dan sosial budaya umat islam yang terkesan
stagnasi dan ketinggalan zaman perlu direformulasi. Dengan menampilkan
kajian yang objektif dan ilmiah, fenomena islam diasumsikan negatif dan
kemudian tertepis. Lebih spesifik lagi, ajaran islam yang diklaim zaman tidak
sebagaimana diasumsikan para orientalis yang berasumsi bahwa islam adalah
ajaran yang menghendaki ketidakmajuan dan tidak mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman.
9
Edi Susanto, Dimensi Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 8
penindasan suatu kelompok terhadap kelompok lain yang dipandang rendah
status sosialnya. Metode yang digunakan oleh Nabi mula-mula adalah personal-
individual kemudian meluas ke arah pendekatan keluarga yang pada gilirannya
meluas kearah pendekatan sosiologis (masyarakat).
1. Masa Rasulullah SAW di Makkah
Masa ini berlangsung sejak diangkatnya beliau menjadi Rasul sampai
beliau hijrah ke Madinah dalam usia 53 tahun atau 17 Ramadhan/6 Agustus
sampai dengan 1 Rabiul Awal/16 Juli 622 atau kurang lebih 12 setengah
tahun. Pada masa ini merupakan pembangunan fondasi bagi kekuatan islam
yaitu keimanan dan akhlak.
10
Ibid, 11
Di London, studi Islam digabungkan dalam School of Oriental dan African
Studies (Fakultas Studi ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan
bahasa kebudayaan di Asia dan Afrika.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers.
Abuddin, Nata. 2016. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Study Islam IAIN Ampel. 2010. Pengantar Study Islam. Surabaya : Sunan Ampel Press.
Nasution, Harun. 1979. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta : UI Press.
Mudzhar, Atho’. 2011. Pendekatan Studi Islam Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Martin, Richarrd C. 2001. Pendekatan Kajian Islam Dalam Studi Islam. Surakarta :
Muhammadiyah University Press.
Ahmad, Arafat Mukafi. 2017. Find Out Rasulullah Habits. Bandung: All Right
Reserve.
Susanto Edi. 2016. Dimensi Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Prenadamedia Group.