Dosen Pengampu:
Mughniatul Ilma, M.H
Disusun Oleh:
Kelompok 03/MPI 2E
Salwa Zahrotul Ummah (205230024)
Muhammat Junaidi (205230036)
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji Syukur kehadiran Allah SWT. Karena berkat rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas maklah dengan judul “Islam Sebagai Sumber Ajaran”
dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tetap kami haturkan kepada Baginda Agung
Nabi Muhammad SAW, yang telah kita nantikan syafa’atnya kelak di hari kiamat.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
mata kuliah “Metodologi Studi Islam”, Ibu Mughniatul Ilma, M.H. yang telah memberikan
tugas presentasi makalah ini kepada kami dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami selaku pembuat makalah, menyadari bahwa makalah yang kami sampaikan
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, Kami memohon
maaf sebesar-besarnya kepada para pembaca. Kritik dan saran yang membangun senantiasa
kami harapkan demi memperbaiki makalah kami. Semoga makalah yang kami sampaikan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.
Kelompok 03
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 6
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Otensitas Ajaran Islam 3
B. Karakteristik Ajaran Islam 3
C. Dimensi Ajaran Islam 3
D. Memahami Ajaran Islam Dalam Struktur Islam, Iman, dan Ihsan 3
E. Munculnya Aliran Pemikiran Islam 3
BAB III PENUTUP 3
A. Kesimpulan 3
DAFTAR PUSTAKA 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa Islam berasal dari bahasa Arab dari kata salima berarti selamat,
Sentosa, dan damai. Yang kemudian berubah menjadi aslama berarti berserah diri
dalam kedamaian. Orang yang berserah diri, pauh, dan taat kepada Allah SWT disebut
sebagai muslim. Jadi secara bahasa Islam berarti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri
kepada Allah SWT dalam usaha mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat
Adapun secara terminologi Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW yang menjadi penyempurna agama-agama sebelumnya dan disebut
sebagai rahamatan lil ‘alamin, yaitu rahmat bagi seluruh alam semesta. Dalam agama
Islam terdapat ajaran untuk bertingkah laku yang terpuji dan tata cara beribadah kepada
Allah.
Ajaran agama Islam mempunyai suatu otensitas karena sumbernya adalah Allah
SWT, terbukti dengan diturunkannya wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang menyendiri di Gua Hira’ pada
malam 17 Ramadhan. Wahyu-wahyu tersebut dibukukan menjadi mushaf yang
dinamakan Al-Qur’an. Selain itu sabda Nabi Muhammad SAW juga menjadi pedoman
dalam ajaran Islam yang disebut dengan As-Sunnah. Kedua pedoman itu masih
bersifat ijmally maka diperlukan suatu ijtihad.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana otensitas ajaran Islam?
2. Apa saja karakteristik ajaran Islam?
3. Bagaimana dimensi ajaran Islam?
4. Bagaimana memahami ajaran Islam dalam struktur Islam, Iman, dan Ihsan?
5. Bagaimana munculnya aliran pemikiran Islam?
iv
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui otensitas ajaran Islam.
2. Untuk mengetahui karakteristik ajaran Islam.
3. Untuk mengetahui dimensi ajaran Islam.
4. Untuk memahami ajaran Islam dalam struktur Islam, Iman, dan Ihsan.
5. Untuk mengetahui munculnya aliran pemikiran Islam.
v
BAB II
PEMBAHASAN
1
Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hlm 143.
2
Ibid, hlm 144.
vi
dan iman akan ikut andil didalamnya, karena ilmu dan iman adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan.3
vii
4. Universal. Ajaran Islam tidak tertuju pada suatu bangsa tertentu, akan tetapi ajaran
Islam ditujukan kepada seluruh umat manusia. Agama Islam adalah rahmatan
lil‘alaamiin yang menjadi pedoman hidup manusia dalam mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.6
5. Elastis dan fleksibel. Dalam Islam terdapat disiplin-disiplin yang wajib
dilaksanakan oleh setiap individu dan apabila melanggarnya akan mendapatkan
dosa, akan tetapi dalam keadaan tertentu terdapat rukhshah atau keringanan.
Kelonggaran ini menunjukkan bahwa agama Islam itu elastis, luwes, manusiawi.
6. Tidak memberatkan. Ajaran Islam tidak memberatkan seseorang diluar batas
kemampuannya.
7. Graduasi (Berangsur-angsur). Ajaran Islam diturunkan secara berangsur-angsur,
apabila ajaran Islam diturunkan sekaligus dapat memberatkan pemeluknya.
8. Sesuai dengan fitrah manusia. Agama Islam sesuai dengan watak hakiki manusia,
dimana pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk selalu mengetahui dan
cenderung pada kebenaran , dalam Al-Qur’an disebut sebagai hanif.
9. Argumentatif filosofis. Dalam menetapkan suatu persoalan ajaran Islam tidak bisa
hanya mengandalkan dotrin lugas dan instruksi keras, dan tidak cukup jika hanya
mengandalkan hati. Akan tetapi harus menguasai segala persoalan dengan argumen
yang jelas dan alasan yang kuat.7
6
Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hlm 145.
7
Ibid, hlm 146.
8
Ibid, hlm 147.
9
Rosihon Anwar, Pengantar Studi Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hlm 147.
viii
berkembang menjadi disiplin ilmu tauhid atau ushuluddin. Ilmu tauhid
membicarakan enam rukun iman. Kajian filosofis ilmu tauhid adalah ilmu kalam
atau ilmu teologi.
Secara garis besar teologi ada dua, yaitu Jabbariah dan Qadariah. Jabbariah
menekankan posisi Tuhan sebagai dalang dan manusia sebagai wayang. Segala
sesuatu bergantung pada Tuhan dan manusia tidak memiliki kekuasaan penuh atas
dirinya, sehingga seseorang masuk surga atau neraka adalah kehendak Tuhan.
Sedangkan Qadariah menekankan sifat keadilan Tuhan, manusia mempunyai
kekuasaan penuh atas dirinya dan Tuhan yang akan mengadili perbuatan manusia
tersebut.
Secara sosial teologi Islam dibagi menjadi dua, yaitu Sunny dan Syi’ah.
Paham Sunny menganggap bahwa semua manusia itu sama dihadapan Tuhan yang
membedakan hanyalah ketakwaannya. Sedangkan paham Syi’ah menganggap
adanya hak Istimewa bagi keturunan Nabi dari Ali bin Abi Thalib, mereka
menganggap kuhlafaur rasyidin kecuali Ali bin Abi Thalib telah merampas hak-hak
politik Ali bin Abi Thalib.10
2. Syari’at
Secara Bahasa syari’at adalah jalan , bermakna jalannya suatu hukum atau
perundang-undangan. Syari’at Islam adalah jalan yang harus dipatuhi oleh setiap
muslim. Dalam kaitannya dengan Islam syari’at adalah hukum atau peraturan
dalam ajaran Islam.
Dinamakan syari’at, karena hukum tersebut mengatur perjalanan hidup
manusia. Syari’at mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan
manusia dengan sesama. Hubungan manusia dengan Tuhan meliputi ibadah.
Adapun hubungan manusia dengan sesama disebut dengan muamalah, dalam
muamalah terdapat prinsip-prinsip antara lain, saling memberi manfaat, mengarah
pada kebaikan universal, memperhatikan norma-norma kepatutan, dan mencegah
dari suatu kejahatan yang tersembunyi.11
Syari’at melahirkan ilmu fiqih dan ahli fiqih disebut fuqaha. Fiqih adalah
produk atau hasil dari ijtihad maka didalam ilmu fiqih tidak bisa dipisahkan
dengan perbedaan pendapat. Hal ini menjadi latar belakang dari adanya madzhab,
10
Ibid, hlm 148.
11
Ibid, hlm 149.
ix
seperti madzhab Hambali, Maliki, Syafi’i dan Hanafi. Kajian ilmu fiqih terus
berkembang seiring dengan perkembangan zaman.12
3. Akhlak
Secara harfiah akhlak adalah perangai atau tabiat, kebiasaan atau kelaziman,
dan adab yang baik. Sedangkan secara istilah akhlak adalah sifat yang ada dalam
diri seseorang yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
adanya pertimbangan atau pemikiran terlebih dahulu.13
Akhlak adalah bagian dari nilai syari’at Jika syari’at membahas tentang
syarat rukun, sah atau tidak sahnya suatu perbuatan. Maka akhlak membahas
tentang kualitas perbuatan tersebut. Misal sholat dilihat dari kekhusyukannya.
Pembidangan akhlak terdiri dari akhlak manusia kepada Tuhan, akhlak manusia
kepada sesama manusia, akhlak manusia kepada diri sendiri serta akhlak manusia
kepada hewan dan tumbuhan. Kajian mendalam tentang akhlak disebut ilmu
tasawuf.14
x
c. Dilaksanakan dengananggota badan.15
2. Islam
Secara bahasa Islam berasal dari kata as-salamu dan as-silmu berrarti
menyerahkan diri, pasrah, tunduk, taat, dan patuh. Sedangkan secara istilah Islam
adalah bentuk penyerahan diri seorang hamba kepada Allah SWT dengan
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya supaya
mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
Sebagai agama, Islam tidak terlepas dari unsur pembentuknya yaitu:
a. Mengucapkan dua kalimat syahadat
b. Melaksanakan sholat lima waktu
c. Menunaikan zakat
d. Puasa Ramadhan
e. Menunaikan ibadah haji16
3. Ihsan
Ihsan artinya berbuat baik. Pelakunya dinamakan muhsin. Dan perbuatannya
disebut sebagai ihsan. Dalil mengenai ihsan yaitu: Hadits Jibril , seperti yang
diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi
mengenai ihsan dan Nabi menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah
seolah-olah engkau melihat-Nya. Tapi jika engkau tidak melihat-Nya maka
sesungguhnya Allah melihatmu”.
Dalam Hadits itu menerangkan bahwa ketika seseorang melakukan ihsan
maka hendaknya memposisikan dirinya saat beribadah kepada Allah seolah-olah
kita bisa melihat Allah, dan jika belum bisa memposisikan seperti itu maka
memposisikan bahwa kita selalu diawasi oleh Allah. Dengan demikian, maka akan
memunculkan kesadaran dalam diri seseorang bahwa dalam melakukan suatu
perbuatan hendaknya selalu berbuat kebaikan.17
15
Umi Hani, Pegantar Studi Islam (Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad
Al-Banjary, 2022), hlm 74.
16
Ibid, hlm 76.
17
Ibid, hlm 77.
xi
1. Aliran Kalam
a. Aliran Khawarij
Berawal dari adanya peristiwa tahkim, maka umat Islam terbagi
menjadi tiga kelompok, yaitu: Pendukung Mu’awiyah, pendukung Ali
bin Abi Thalib, pendukung Ali bin Abi Thalib ini terpecah menjadi dua,
Syi’ah dan Khawarij.
Kelompok Khawarij pada mulanya adalah faksi politik saja,
karena pada awalnya Khawarij terbentuk dari persoalan kepemimpinan
umat Islam. Khawarij membentuk suatu ajaran baru yang menjadi ciri
khasnya yaitu, tentang pelaku dosa besar (murtakib al-kaba’ir).
Menurut Khawarij orang-orang yang terlibat dalam peristiwa
tahkim, telah melakukan dosa besar, dan dihukumi kafir sehingga darah
mereka halal, berdasar pada Hadits Nabi “man baddala dinah
faktuluh”. Mereka memutuskan untuk membunuh Ali bin Abi Thalib,
Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari, dan
sahabat lain yang terlibat dalam peristiwa tahkim. Namun yang berhasil
dibunuh hanya Ali bin Abi Thalib. Mereka membenci Usman bin Affan,
serta orang-orang yang terlibat Perang Jamal dan Perang Siffin.18
Penentuan kafir-mukmin seseorang bukan lagi berada di ranah
politik, akan tetapi sudah memasuki wilayah teologi. Jadi aliran
Khawarij adalah kelompok teologi pertama dalam Islam. Menurut
‘Amir al-Najjar penyebab dari pertumbuhan dan perkembangan aliran
kalam adalah karena adanya pertentangan dalam politik mengenai
imamah dan khilafah.19
b. Aliran Murji’ah
Dalam Murji,ah, orang Islam yang berbuat dosa besar tidak bisa
dihukumi kedudukannya dengan hukum dunia, kedudukan mereka
tidak bisa ditentukan apakah di Surga atau di Neraka, kedudukan
mereka ditentukan oleh kehidupan di akhirat. Menurut mereka
kemaksiatan tidak merusak iman, sama seperti perbuatan taat tidak
18
Atang Abd Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT Remaja Roskadarya, 2014), hlm 153.
19
Ibid, hlm 154
xii
bermanfaat untuk kekufuran. Menurut Murji’ah iman tidak bertambah
dan berkurang.20
c. Aliran Qadariyah
Dalam aliran Qadariyah menjelaskan bahwa manusia mempunyai
kebebasan dalam melakukan perbuatannya. Manusia mempunyai
kehendak dalam mewujudkan segla keinginannya.21
d. Aliran Jabbariyah
Dalam hubungan manusia, Tuhan itu berkuasa atas segalannya.
Tuhan yang menentukan kehidupan manusia dan mewujudkan
perbuatannya. Manusia tidak memiliki kehendak atas dirinya.22
e. Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah menggunakan akala atau rasional sehingga
mendapat julukan kaum rasionalis. Aliran ini didirikan dan
disebarluaskan oleh Washil bin Atha. Ajaran pokok Mu’tazilah adalah:
Keesaan Tuhan, keadilan Tuhan, janji dan ancaman, al-manzilah
bainal manzilataini, amar ma’ruf nahi munkar.23
f. Aliran Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
Ajaran pokoknya adalah Tuhan itu Maha Kuasa dan keadilan-Nya
telah tercakup dalam kekuasaan-Nya. Aliran ini lebih dekat dengan
aliran Jabbariyah. Akan tetapi, seiring dengana perkembangannya
aliran ini lebih dekat dengan aliran Mu’tazilah.24
g. Aliran Salafi
Dalam perkembangannya aliran Salafi tidak sejalan dengan gagasan
Imam al-Asy’ari . Dalam aliran Salafi menghendaki kalam yang apa
adanya tanpa dimasuki oleh pemikiran atau ra’y.25
20
Atang Abd Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT Remaja Roskadarya, 2014), hlm 154.
21
22
23
24
25
xiii
xiv