Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ISLAM SEBAGAI SUMBER AJARAN

Disusun oleh :

1. Ridho Suko Laksono (173221083)


2. Maharani Dyah Ayu Setiawati (173221149)
3. Muchamad Harun Alrosjid (173221168)

S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGEI SURAKARTA
2019
ABSTRAK

Ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itulah yang kemudian
secara khusus disebut sebagai agama Islam atau Dinul Islam. Islam merupakan
agama yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan agama yang lain.
Karakteristik disini dipahami sebagai sesuatu yang memiliki karakter, sifat yang
khas, dan memiliki keistimewaan. Adapun karakteristik yang dimiliki agama islam
ada 2 yaitu kaeakteristik khusus dan karakteristik umum. Islam memilik tiga
dimensi-dimensi dalam ajarannya, yaitu dimensi kebudayaan dalam islam, dimensi
syariah dan ibadah dalam islam, serta dimensi aqidah & ahklak.
Kata kunci :

Abstract
Islamic teachings brought by the Prophet Muhammad that later was specifically
called the religion of Islam or Dinul Islam. Islam is a religion that has different
characteristics from other religions. Characteristics here are understood as
something that has character, characteristic, and has special features. There are 2
characteristics of Islamic religion, namely special characteristics and general
characteristics. Islam has three dimensions in its teachings, namely the cultural
dimension in Islam, the sharia dimension and worship in Islam, as well as the
aqidah & ahklak dimensions.
Key words :

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Manfaat dan Tujuan .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

A. Otentisitas Ajaran Islam ....................................................................... 2


B. Karakteristik Ajaran Islam.................................................................... 3
C. Dimensi Ajaran Islam ........................................................................... 6
D. Memahami Ajaran Islam Dalam Struktur Islam, Iman dan Ihsan ....... 7
E. Munculnya Aliran Pemikiran Islam .................................................. 10

BAB III PENUTUP .................................................................................... 13

A. Simpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam Sebagai Sumber
Ajaran” ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Studi Islam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


berkontribusi dalam proses penyusunan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa
masih ada kekurangan karena keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat


memberikan manfaat atau pun inspirasi kepada semua pembaca.

Surakarta, 29 Oktober 2019

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dan universal, ia berlaku sepanjang
waktu,kapanpun dan dimanapun,islam berlaku bagi semua orang dan seluruh
dunia. Dalam ajaran islam terdapat ajaran-ajaran yang dapat mengantarkan
manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Islam diturunkan bukan hanya
sebagai pelengkap hidup manusia saja namun juga mengemban beberapa misi
untuk mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Islam adalah agama samawi (langit) yang diturunkan Allah SWT kepada
utusannya,nabi Muhammad SAW.Islam merupakan agama yang menjadi
rahmat bagi seluruh alam.Nmun di zaman sekarang banyak orang-orang yang
tidak mengerti akan pengertian,karakteristik,dan misi islam itu
sendiri,sehingga banyak orang yang mengatas namakan islam untuk
kepentingan pribadi,kelompok,dan partai,bahkan yang paling ekstrim lagi
adalah mengatas namakan islam sebagai kedok untuk melakukan aksi
terorisme ,sehingga islam dianggap sebagai agama teroris (Ugi, 2017)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian islam?
2. Apa saja otentisitas ajaran islam?
3. Apa saja karakteristik ajaran islam?
4. Apa saja dimensi-dimensi ajaran islam?

C. Manfaat dan Tujuan


1. Untuk mengetahuipengertian islam.
2. Untuk mengetahui otentisitas ajaran islam.
3. Untuk mengetahui kareakteristik ajaran islam.
4. Untuk mengetahui dimensi-dimensi ajaran islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Otentisitas Ajaran Islam


Ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itulah yang
kemudian secara khusus disebut sebagai agama Islam atau Dinul Islam. Nabi
Muhammad SAW telah membakukan ajaran agama islam secara sempurna,
sehingga akan terjamin autentitas. Sistem pembakuan ajaran islam tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Membukukan secara autentik sumber dasar pokok-pokok dan prinsip-
prinsip ajaran islam sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-
quran.
b. Memberikan penjelasan contoh dan teladan pelaksanaan ajaran islam
secara operasional dalam kehidupan social-budaya umatnya.
c. Memberikan cara atau metode untuk mengembangkan ajaran islam
secara terpadu dalam kehidupan social-budaya umat manusia sepanjang
sejarah dengan system ijtihad.

Dengan system pembakuan tersebut, maka ajaran islam akan tetap bersifat
autentik, sempurna dan bersifat dinamis, yakni sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman dan tempat (Muhaimin, 2005:77-78)

Keotentikan ajaran Islam dapat dilihat dari sumber ajaranya yaitu Al-Qur’an
dan Hadist.

a. Al-Qur’an
Kata Al-Qur’an diambil dari akar kata qara’a yang berarti mengumpulkan
menjadi satu. Qara’a berarti juga berarti membaca atau menuturkan. Al-
Qur’an diartikan suatu buku yang harus dibaca sebagaimana tersimpul
dari pernyataan Rasul, bahwa Al-Qur’an itu adalah buku bacaan yang
tersebar luas diseluruh dunia. Selain itu Al-Qur’an dinamakan al-Kitabb

2
yang berarti tulisan yang lengkap tentang sesuatu yang berarti peraturan
dan penetapan (Hawi, 2014:64)
b. Hadist
Dalam melaksanakan tuga sebagai pemberi penjelasan tentang apa yang
menjadi isi ajaran Allah maka timbulnya ucapan-ucapan Rasul yang
dinamakan hadist. Sesuai dengan fungsinya sebagai penjelasan isi dari
ajaran Allah, maka sudah barang tentu kata-kata dan kalimat-kalimat
hadist itu tidak menimbulkan kesamaan maupun keraguan dan tidak pula
merupakan sesuatu yang baru. (Hawi, 2014:102)

B. Karakteristik Ajaran Islam

Islam merupakan agama yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan


agama yang lain. Karakteristik disini dipahami sebagai sesuatu yang memiliki
karakter, sifat yang khas, dan memiliki keistimewaan. Adapun karakteristik
yang dimiliki agama islam ada 2 yaitu kaeakteristik khusus dan karakteristik
umum yaitu :

a. Karakteristik khusus

Karakteristik khusus yang dimiliki agama islam menurut Hasanah


(2013:46) diantaranya:

1) Rabbaniyah
Rabbaniyah merupakan karakter khas agama islam yang
menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang bersumber
dari Allah SWT, bukan dari makhluk lain, sedangkan Nabi
Muhammad bertugas untuk menyampaikan ajaran islam dalam
kapasitas beliau sebagai nabi bukan sebagai pembuat agama.
2) Insaniyah
Ajaran islam menempatkan manusia sebagai posisi kunci dalam
struktur kehidupan. Oleh karena itu Islam adalah agama yang

3
diturunkan untuk manusia dan islam merupakan satu-satunya ajaran
yang cocok dengan fitrah manusia.
3) Tawazun
Ajaran Islam menempatkan seluruh aspek kehidupan secara
seimbang. Semua tidak ada yang berat sebelah karena semua
dimensi kehidupan merupakan hal yang sama penting. Islam ajaran
yang konsen terhadap segala urusan akhirat tetapi Islam juga
menempatkan duniawi sebagai urusan yang penting. Jadi semua
sama porsinya.
4) Al Wudhuh
Islam memiliki kejelasan dalam hal konsep, sehingga ajarannya
tidak menimbulkan kebingungan. Kejelasan konsep dapat dilihat
dari kaidah hukum yang transparan, kejelasan materi, kejelasan
konsep ibadah dan kejelasan konsep ukhuwah.
5) Syumuliyah
Islam adalah agama yang universal integralistik artinya Islam
sebagai ajaran mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia
(waktu, demografis, geografis, dll)
6) Al Wasathiyah
Islam merupakan ajaran yang meletakkan persoalan tidak hanya
pada satu aspek tertentu tetapi juga meletakkan dasar ketentuan
kehidupan yang seimbang. Hal ini karena manusia membutuhkan
realitas yang seimbang, maka Islam datang dalam konsep sunatullah
yang seimbang juga.
7) Waqi’iyyah
Islam merupakan ajaran yang realistis tetapi bukan idealis. Islam
dapat dijalankan/dianut oleh seluruh umat tanpa perbedaan sosial,
gender, budaya dll. Islam juga tidak pernah bertentangan dengan
realitas perkembangan zaman karena ajaran Islam tidak hanya
berorientasi tentang kehidupan masa lalu tetapi juga masa depan

4
sehingga Islam mampu menghadapi dampak negative dari kemajuan
zaman.

b. Karakteristik umum (bidamg kehidupan)


Karakteristik umum dalam Hasanah (2013:49) disebut juga karakteristik
bidang kehidupan, diantaranya:
1) Bidang agama secara umum

Dalam Hasanah (2013:49) Nurcholis Majid menjelaskan bahwa


Islam sebagai salah satu agama besar didunia dan mengakui adanya
pluralitas. Semangat pluralitas ini menjadi suatu kenyataan dan
aturan Tuhan (sunatullah) yang tidak dapat dipungkiri dan diubah.

Islam memiliki keistimewaan untuk dapat mengakui hak-hak


beragama bagi manusia dan mengajarkan kebaikan seperti toleran,
pemaaf dan menghargai karena dalam agama konsep pluralitas itu
sendiri terdapat unsur yang sama yaitu pengabdian kepada Tuhan.
2) Bidang ibadah
Ajaran islam tidak pernah menyulitkan seseorang untuk beribadah
tetapi justru memudahkan. Ibadah merupakan salah satu bidang yang
sangat diperhatikan dalam ajaran Islam karena ibadah memiliki
kaitan yang erat sebagai bentuk ketaatan dan kepatuhan seorang
hamba kepada Tuhannya.
Islam sangat toleran terhadap pelaksaan ibadah umatnya tetapi
dengan ketentuan dan syarat yang sesuai dengan hukum syarak.
3) Bidang akidah
Akidah bersifat murni baik isi maupun prosesnya diyakini sebagai
fitrah ilahiyah. Keyakinan tersebut berbentuk ucapan, lisan, dan
perbuatan secara integral dalam kehidupan.
4) Bidang ilmu dan kebudayaan

5
Ajaran islam bersikap terbuka dalam memahami kehidupan melalui
proses yang dipelajari secara sisetematis. Islam terbuka untuk segala
kebudayaan bahkan merangkul berbagai budaya yang ada.
5) Bidang pendidikan
Ajaran Islam memiliki karakteristik yang sangat khas dalam bidang
pendidikan. Islam menekankan kemajuan pendidikan karena dengan
sarana adanya pendidikan maka manusia memiliki bekal untuk lebih
mengenal Tuhannya.
6) Bidang Sosial
Menurut Jalaludin Rahmad dalam Hasanah (2013:51) menjelaskan
bahwa Islam ternyata lebih menekankan pada urusan muamalah
daripada ibadah.
7) Bidang Ekonomi
Kosmologi kehidupan dunia harus seimbang, karena Islam
diperuntukkan untuk seluruh umat maka diperlukan sebuah upaya
yang bijak untuk mengelola dan memanfaatkan ciptaan Allah untuk
menunjang kelangsungan hidup manusia

C. Dimensi Dimensi Ajaran Islam

Islam memilik tiga dimensi-dimensi dalam ajarannya, yaitu dimensi


kebudayaan dalam islam, dimensi syariah dan ibadah dalam islam, serta
dimensi aqidah & ahklak (WahabKhallaf, 1972)

1. Dimensi Kebudayaan dalam islam


Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan di dunia sebagai
khalifah. Sebagai makhluk duniawi sudah pasti manusia hidup dengan
segala kelimpah ruwahan dunia. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
manusia dengan dunia itu tidaklah selalu diwujudkan dalam sikap pasif,
pasrah dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Tetapi
justru arus diwujudkan dalam sikap aktif, memanfaatkan lingkungan untuk

6
kepentingan hidup dan kehidupnya. Dari hubungan yang bersifat aktif itu
tumbuhlah kebudayaan (WahabKhallaf, 1972:306)
2. Dimensi syariah dan ibadah dalam islam
Syariah berarti jalan yang lurus (Thoriqotun Mustaqimatun) yang
disyariatkan dalam QS. Al-Jatsiyah:18, atau jalan yang dilalui air untuk
minum, atau juga tangga atau tempat naik yang bertingkat-tingkat.
3. Dimensi Aqidah & Ahklak dalam islma
Aqidah adalah bentuk mashdar dari kata “ ‘aqoda ya’qidu ‘aqodan”
yang artinya simpulan, ikatan , sangkutan , perjanjian dan kokoh. Sehingga
yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau tersimpul
didalam hati (WahabKhallaf, 1972:310).
Prof.Dr. Ahmad Amin memberikan penjelasan tentang akhlaq yaitu:
“ Akhlaq adalah sesuatu yang di biasakan. Artinya bahwa kehendak
itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu di sebut akhlaq”
(Mustofa, 1995:13).
Selain itu Dr. M Abdullah Dirroz mengemukakan kesimpulan dari definisi
akhlaq ialah:
“ Akhlaq adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,
kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan
pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal yang baik) atau pihak yang
jahat (dalam hal yang jahat)” (Mustofa, 1995:14)

D. Memahami Ajaran Islam Dalam Struktur Islam, Iman dan Ihsan

Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari pernah


didatangi malaikat Jibril dalam wujud seorang lelaki yang tidak dikenali
jatidirinya oleh para sahabat yang ada pada saat itu, dia menanyakan kepada
beliau tentang Islam, Iman dan Ihsan. Setelah beliau menjawab berbagai
pertanyaan Jibril dan dia pun telah meninggalkan mereka, maka pada suatu
kesempatan Rosululloh bertanya kepada sahabat Umar bin Khoththob, “Wahai
Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ?” Maka Umar

7
menjawab, “Alloh dan Rosul-Nya lah yang lebih tahu”. Nabi pun bersabda,
“Sesungguhnya dia itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk
mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim). Syaikh Ibnu Utsaimin
rohimahulloh mengatakan: Di dalam (penggalan) hadits ini terdapat dalil
bahwasanya Iman, Islam dan Ihsan semuanya diberi nama ad din/agama (Ta’liq
Syarah Arba’in hlm. 23). Jadi, agama Islam mencakup 3 tingkatan; Islam, Iman
dan Ihsan.

a. Islam
Di dalam hadits tersebut, ketika Rosululloh ditanya tentang
Islam beliau menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya Muhammad
adalah utusan Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat,
berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika engkau mampu
untuk menempuh perjalanan ke sana”. Syaikh Ibnu Utsaimin
menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini ialah
bahwa Islam itu terdiri dari 5 rukun (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 14).
Jadi, Islam yang dimaksud disini adalah amalan-amalan lahiriyah
yang meliputi rukun islam antara lain syahadat, sholat, puasa, zakat
dan haji.
b. Iman
Kemudian Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda,
“Iman itu ialah engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari akhir dan engkau beriman
terhadap qodho’ dan qodar; yang baik maupun yang buruk”. Jadi,
Iman yang dimaksud adalah mencakup hal-hal bersifat batiniyah
yang ada di dalam hati. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan:
Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah pembedaan
antara islam dan iman, ini terjadi apabila kedua-duanya disebutkan
secara bersama-sama, maka ketika itu islam ditafsirkan dengan
amalan-amalan anggota badan sedangkan iman ditafsirkan dengan

8
amalan-amalan hati, akan tetapi bila sebutkan secara mutlak salah
satunya (islam saja atau iman saja) maka sudah mencakup yang
lainnya. Seperti dalam firman Alloh Ta’ala, “Dan Aku telah ridho
Islam menjadi agama kalian.” (Al Ma’idah : 3) maka kata Islam di
sini sudah mencakup islam dan iman… (Ta’liq Syarah Arba’in hlm.
17).
c. Ihsan
Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda,
“Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-
Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah)
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu
Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits
ini adalah tentang pemahaman ihsan yaitu seorang manusia
menyembah Robbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan
keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat
ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling
sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini
maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu: menyembah
kepada Alloh dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas
dari tertimpa siksa-Nya, sebab itulah Nabi bersabda, “Jika kamu
tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” artinya
jika kamu tidak mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu
melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (Ta’liq Syarah
Arba’in hlm. 21). Jadi tingkatan ihsan ini mencakup perkara lahir
maupun batin, yaitu ibadah dengan hati yang ikhlas dan hanya
berharap kepada-Nya.

9
E. Munculnya Aliran Pemikiran Islam
a. Ilmu Kalam
Menurut Ibnu Khaldun, Ilmu kalam adalah Ilmu berisi
tentang alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan
iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan
terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan
aliran golongan salaf dan Ahli Sunah. Adapun aliran-aliran ilmu kalam
diantaranya yaitu, khawarij, murji’ah, qodariah, jabariah, dan muktazilah.
b. Ahlu sunnah wal jama’ah
Ahlu sunnah wal jama’ah terbentuk akibat dari adanya penentangan
terhadap aliran Muktazilah oleh orang Muktazilah itu sendiri, mereka
adalah Abu al-Hasan, Ali bin Ismail bin Abi basyar ishak bin Salim
bin Ismail bin abdu Allah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah Amr bin Abi
Musa al-Asy‟ari. Imam al-asy’ari (260-324 H), menurut Abu bakar isma’il
al-Qairawani adalah seorang penganut Muktazilah selama 40 tahun,
kemudian ia menyatakan keluar dari Muktazilah. Setelah itu ia
mengembangkan ajaran yang merupakan volunter terhadap gagasan –
gagasan Muktazilah. Ajaran pokok Ahlu sunnah wal jama’ah tidak
sepenuhnya sejalan dengan gagasan Imam al-Asy’ari. Para pelanjutnya
antara lain Imam Abu Manshur al-Maturidi yang kemudian mendirikan
aliran Maturidiyyah yang ajarannya lebih dekat dengan muktazilah. Imam
al-Maturidi pun memiliki pengikut yaitu al-Bazdawi yang pemikirannya
tidak selamanya sejalan dengan gagasan gurunya.
c. Aliran Fiqh
Kita telah mengenal sejumlah aliran hukum islam yaitu
Madrasah Madinah, Madrasah Kuffah, Aliran Hanafi, Aliran Maliki,
Aliran Syafi’I, Aliran Hanbali, Aliran Zhahiriyah dan Aliran Jaririyah.
Tidak ada informasi yang lengkap mengenai aliran-aliran hukum islam
karena banyak aliran hukum yang muncul kemudian menghilang karena
tidak ada yang mengembangkannya. Thaha Jabir Fayadl Al-Ulwani
menjelaskan bahwa mazdhab fiqih islam yang muncul setelah sahabat

10
dan kibar At-Tabi’in berjumlah 13 aliran, akan tetapi tidak semua aliran
itu dapat diketahui dasar dan metode istinbath hukum yang digunakannya.
d. Aliran Tasawuf
Pada dasarnya tasawuf merupakan ajaran tentang Al-Zuhd (Zuhud),
yang selanjutnya ia berkembang dan namanya diubah menjadi tasawuf
dan pelakunya disebut shufi. Zahid yang pertama adalah Al-Hasan A-
Basir. Dia pernah berdebat dengan Washil bin Atha’ dalam bidang
teologi, ia berpendapat bahwa orang mu’min tidak akan bahagia sebelum
berjumpa dengan Tuhan. Zahid dari kalangan perempuan adalah Rabi’ah
Al-Adawiyah dari Basrah, ia menyatakan bahwa ia tidak bisa membenci
orang lain, bahkan tidak dapat mencintai Nabi Muhammad SAW, karenya
cintanya hanya untuk Allah SWT.
Metode tasawuf dibagi menjadi 3 (tiga), Tahalli, adalah pengisian
diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, Takhalli yaitu
pengosongan diri sufi, sedangkan Tajalli merupakan penyatuan diri dengan
Tuhan.
e. Aliran Filsafat
a. Idealisme
Filsafat ini dikenalkan oleh Socrates dan diikuti oleh
Plato. Mengutip Plato, “Saya berpikir, oleh itu saya wujud”,
segala realiti adalah kebenaran hanya wujud dalam fikiran
manusia. Kewujudan objek-objek fisikal di alam ini hanyalah
manifestasi yang timbul dalam fikiran manusia.
b. Pragmatisme
Para tokoh filsafat aliran ini percaya bahwa pengalaman
manusia mendiskripsikan realitas. Segala yang wujud
senantiasa berubah dan tidak tetap atau kekal. Jadi, suatu
pemikiran harus dipraktikkan dahulu secara objektif untuk
mengesahkan kebenaran suatu pemikiran.
c. Realisme

11
Mayoritas tokoh filsafat ini setuju bahwa persepsi manusia
atau akal manusia direpresentasikan sebagai ”cermin” realitas
karena apa yang dilihat merupakan satu realitas yang
sebenarnya. Akal manusia hanya bisa melihat dan memahami
apa yang terdapat dalam fisikal saja. Dengan demikian, sistem
observasi dan pembuktian ilmiah bisa dibilang paling valid bagi
pengikut realisme.

12
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

B. SARAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, H. (2013). Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Hawi, A. (2014). Dasar-Dasar Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muhaimin, D. (2005). Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Prenada Media.

Mustofa, A. (1995). AkhlaqTasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Ugi, K. (2017). Islam Sebagai Sumber Ajaran. Diambil dari


https://santritua17.blogspot.com/2017/09/islam-sebagai-sumber-ajaran.html

WahabKhallaf, A. (1972). Ilmu Ushulfiqh. jakarta: Al-Majlis Al-A’la Indonesia lil


Al-Da’wah Al-Islamiyah.

Wahyudi, Ari (2008). Islam, Iman, dan Ihsan

https://muslim.or.id/425-islam-iman-ihsan.html

Hikmah, Nur. (2017). Aliran Pemikiran Islam

https://staimaarif-jambi.ac.id/wp-content/uploads/2017/08/ISI-BUKU-2.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai