Dosen Pengampu :
Ahmad Rais, M. Pd
Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kenikmatan
yang telah diberikan oleh-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
Makalah kami yang berjudul Akhlak Terhadap Non - Muslim.
Yang disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Agama.
Makalah ini di susun dengan materi yang diambil dari sumber yang
relevan. Dengan makalah ini diharapkan akan dapat membantu untuk
memberikan informasi dan pengetahuan tentang Akhlak Terhadap
Non - Muslim. Kami juga berharap semoga makalah ini
dipergunakan secara bijaksana.
Makalah ini tentu mempunyai banyak kekurangan,maka dari itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk membuat
makalah ini menjadi lebih baik. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................
ii DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ...............................................................................................11
B. SARAN ...........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengertian Akhlak Terhadap Non - Muslim?
2. Bagaimana Pembagian Kelompok Non - Muslim?
3. Bagaimana Kaidah Berakhlak Terhadap Non - Muslim?
4. Bagaimana Sikap Terhadap Non - Muslim?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Pengertian Akhlak Terhadap Non - Muslim
2. Untuk Mengetahui Pembagian Kelompok Non - Muslim
3. Untuk Mengetahui Kaidah Berakhlak Terhadap Non - Muslim
4. Untuk Mengetahui Sikap Terhadap Non - Muslim
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi akhlak kepada non muslim adalah tabiat, tingkah laku atau perlakuan
kita kepada orang yang tidak seiman baik itu orang non muslim asli atau murtad
sesuai dengan syaria’at islam. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-
Mumtahanah ayat 8-9:
" Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil. Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu
karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim."
3
2. Pembagian Kelompok Non - Muslim
Suatu kesalahan fatal yang terjadi pada sebagian kaum muslimin adalah
menyikapi semua orang kafir atau non muslim dengan sikap yang sama. Padahal
Allah dan Rasul-Nya membedakan orang kafir menjadi beberapa kelompok
sebagaimana dijelaskan para ulama:
Kafir harbiatau kafir muharib, yaitu orang kafir yang berada dalam
peperangan dan permusuhan terhadap kaum muslimin.
Kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang hidup di tengah kaum muslimin di
bawah pemerintah muslim dan mereka membayar jizyah setiap tahun.
Kafir mu’ahhad, yaitu orang kafir yang sedang berada dalam perjanjian
dengan kaum muslimin dalam jangka waktu tertentu.
Kafir musta’man, yaitu orang kafir yang dijamin keamanannya olehkaum
muslimin.
Adapun hak dan kewajiban yang berbeda antara lain dalam masalah keimanan dan
ibadah antara lain sebagai berikut :
1. Saling mendoakan, dalam hal ini hanya mungkin dapat dilakukan dengan
sesama muslim. Dengan orang yang berlainan iman dan agama dilarang
untuk saling mendoakan, meskipun mereka orang tua atau keluarga
sendiri.
2. Menjadi saksi, hanya orang-orang yang seiman dan sesama muslim saja
yang bisa menjadi saksi bagi tetangganya, seperti dalam upacara
pernikahan.
3. Mengurus jenazah, bila ada yang meninggal dunia maka tetangganya yang
seiman dan sesama muslim berhak dan berkewajiban membantu mengurus
jenazahnya. Pengurusan jenazah dimulai dari memandikan, mengafankan,
menshalatkan, sampai menguburkannya. Semua ini tidak mungkin dapat
dilakukan oleh non muslim.
4. Menikah, dalam Islam hanya yang seiman dan sesama muslim sajalah
yang diperbolehkan untuk menikah.
5. Saling memberi salam khususnya terhadap yang seiman dan sesama
muslim adalah saling memberi salam apabila bertemu, berpisah dan pergi
meninggalkan rumahnya.
5
2. Islam Mengajarkan Agar Muslim Berbuat Baik Kepada Non Muslim
Di dalam kitab shahih al-Bukhari, terdapat hadits yang diceritakan oleh
Abdullah bin Amru radhiyallahuanhuma dari Nabi shallallahualaihi
wasallam, beliau bersabda :
َم ْن قَتَ َل ُم َعاهَدًا لَ ْم يَ َرحْ َراِئ َحةَ ْال َجنَّ ِة َوِإ َّن ِري َحهَا لَيُو َج ُد ِم ْن َم ِسي َر ِة َأرْ بَ ِعينَ عَا ًما
“Barangsiapa membunuh muahad dia tidak akan mencium bau surga, padahal
baunya dapat tercium sejarak empat puluh tahun.” (Shahih al-Bukhari 3166)
Hadits di atas merupakan ancaman keras dan peringatan agar tidak berbuat zalim
terhadap orang kafir yang telah mengadakan perjanjian dan di jamin keamanannya
oleh penguasa maupun seorang muslim.
3. Akhlak Nabi Dalam Bergaul Dengan Non Muslim
Mendoakan orang kafir agar mendapatkan petunjuk. Dari Abu Musa al-
Asy’ari radhiyallahuanhu, ia berkata :
ُ م هَّللاŠُ ِدي ُكŠو ُل يَ ْهŠŠُفَيَق ُ رْ َح ُم ُك ْم هَّللاŠŠَو َل لَهُ ْم يŠŠُونَ َأ ْن يَقŠŠلَّ َم يَرْ ُجŠ ِه َو َسŠلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيŠص
َ يَتَ َعاطَسُونَ ِع ْن َد النَّبِ ِّي ْاليَهُو ُد ََكان
َويُصْ لِ ُح بَالَ ُك ْم
Orang-orang Yahudi bersin di sisi Nabi dengan keinginan agar Nabi mendoakan
kebaikan bagi mereka : yarhamukallah (Semoga rahmat Allah tercurah atasmu),
maka Nabi mendoakan : yahdikumullah wayuslihu baalakum (semoga Allah
memberi petunjuk dan memperbaiki keadaan kalian). (Sunan Abu Daud 5152)
“Aku tidak di utus untuk melaknat, sesungguhnya aku di utus sebagai rahmat.”
Bahkan terkadang Nabi membalas orang yang mendzaliminya tanpa
mengucapkan ucapan keji maupun laknat. Nabi Muhammad SAW merupakan
pemimpin yang terbaik di dunia, hal ini bukan hanya diakui oleh umat muslim
semata tapi juga oleh non-muslim. Bahkan di masa hidup beliau, kaum kafir
Quraisy yang senantiasa memusuhi beliaupun mengakui akan kepemimpinan
beliau. Sikap rendah hati, sopan santun, lemah lembut dan adil serta sabar bisa
kita temukan dalam hidup sehari-hari beliau.
7
4. Sikap Terhadap Non - Muslim
Dari sini seorang muslim meyakini bahwa setiap orang yang tidak tunduk
kepada Allah yang telah menciptakan dan memberinya rezeki, dengan menganut
Islam, maka dia disebut kafir (ingkar) yang harus disikapi dengan sikap yang telah
ditentukan syariat. Di antaranya, sebagai berikut :
ِ َّۖ ُم َح َّم ٌد َرسُو ُل هَّللا ِ ۚ َوالَّ ِذينَ َم َعهُ َأ ِش َّدا ُء َعلَى ْال ُكف
ار ُر َح َما ُء بَ ْينَهُ ْم
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka.” (QS. Al-Fath: 29).
َاَّل يَتَّ ِخ ِذ ْال ُمْؤ ِمنُونَ ْال َكافِ ِرينَ َأوْ لِيَا َء ِمن دُو ِن ْال ُمْؤ ِمنِين
ْاَّل تَ ِج ُد قَوْ ًما يُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر يُ َوا ُّدونَ َم ْن َحا َّد هَّللا َ َو َرسُولَهُ َولَوْ َكانُوا آبَا َءهُ ْم َأوْ َأ ْبنَا َءهُ ْم َأوْ ِإ ْخ َوانَهُ ْم َأو
يرتَهُ ْمَ ع َِش
“Kamu tidak akan mendapati satu kaum yang beriman pada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, sekalipun orang-orang yang menentang itu asdalah bapak-bapak,
atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (QS. Al-
Mujadilah: 22).
8
4. Bersikap adil dan berbuat baik kepadanya, selama orang kafir tersebut
bukan kafir muharib (orang kafir yang memerangi kaum muslimin).
Berdasarkan firman Allah :
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak meme-rangimu karena agama dan
tidak (pula) mengusir ka-mu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8).
Ayat yang mulia lagi sangat jelas maknanya ini membolehkan bersikap
adil dan berbuat baik kepada orang-orang kafir, kecuali orang-orang kafir
muharib (orang-orang kafir yang memerangi umat Islam). Karena Islam
memberikan sikap khusus terhadap orang-orang kafir muharib.
5. Mengasihi orang kafir dengan kasih sayang yang bersifat umum. Seperti
memberi makan jika dia lapar; memberi minum jika haus; mengobatinya
jika sakit; menyelamatkannya dari kebinasaan; dan tidak mengganggunya.
Rasulullah bersabda,
6. Tidak mengganggu harta, darah, dan kehormatan, selama dia bukan kafir
muharib. Karena itu merupakan kezhaliman yang dilarang oleh Allah ,
berdasarkan hadits qudsi berikut ini:
الظ ْل َم َعلَى نَ ْف ِسي َو َج َع ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم ُم َح َّر ًما فَاَل تَظَالَ ُموا
ُّ تُ تَبَا َركَ َوتَ َعالَى َأنَّهُ قَا َل يَا ِعبَا ِدي ِإنِّي َح َّر ْم
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi , beliau meriwayatkan dari
Allah Tabâraka wa Ta’âla berfir-man: “Wahai hamba-hambaKu,
sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, dan Aku
menjadikannya sesuatu yang diharamkan di tengah kalian, maka
janganlah kalian saling menzhalimi”. (HR. Muslim).
9. Tidak mendahului orang kafir dalam mengucap salam. Jika orang kafir
tersebut mengucapkan salam terlebih dahulu, maka cukup dijawab dengan
”Wa ‘Alaikum”. Nabi bersabda :
10. Kaum muslimin harus menyelisihi orang kafir dan tidak boleh melakukan
tasyabbuh (menyerupai) dengannya. Nabi bersabda:
KESIMPULAN
SARAN
Toleransi perlu dikembangkan agar antar umat beragama dapat
hidup berdampingan secara damai dan sikap saling terbuka sehingga sikap
saling pengertian dapat tercapai. Islam juga mengajarkan supaya muslim
dapat menghormati dan menghargai penganut agama yang berbeda dan
mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar (melakukan kebaikan dan tidak
melakukan kejahatan), mengarahkan supaya hidup rukun, hidup sejahtera
material dan spiritual. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
berkerja sama antar pemeluk agama sehingga terbina kerukunan,
mengembangkan sikap saling hormat menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, tidak
memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain dan mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
11
DAFTAR PUSTAKA
Fuad bin Abdul Aziz As-Syalhub, Ringkasan Kitab Adab, Darul Falah,
Jakarta: 2010. hlm. 34.
Khalid Afandi, Adab al-Mu’minin, Kediri, Lirboyo press, 2008, hlm, 54.
12