“HAKIKAT ETIKA”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan
Dosen Pengampu: Riska Yanawati, M. Pd.
Disusun Oleh:
PAI /B /6
Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada
junjungan kita nabi agung Muhammad Saw. Semoga kita senantiasa menjadi
umatnya dan mendapatkan syafaatnya di yaumil qiyamah, amiin ya rabbal alamin.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu penyusunan
makalah ini. Penulis berharap pada penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan
baik, dan semoga Allah Swt. selalu memberikan perlindungan dan karunia-Nya
kepada mereka yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan dari diri
penulis. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca, supaya penulis dalam penyusunan makalah dapat lebih baik
lagi. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, para pembaca, dan
masyarakat umum.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika ............................................................................................ 3
B. Tugas dan Fungsi Kode Etik Keguruan ........................................................ 5
C. Kriteria Etika ................................................................................................. 8
D. Kedudukan Etika dalam Pendidikan dan Profesi Kependidikan................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline
which can act as the performance index or reference for our control system”.
Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar
yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam
pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia,
etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan
pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk
menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum
(common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika
adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
Dalam filsafah, etika adalah suatu studi evaluasi tentang perilaku
manusia ditinjau dari prinsip-prinsip moral atau kesusilaan (Ethics in
philosophy is the study and evaluation of human conduct in the light of moral
principles). Etika yaitu tentang filsafat moral mengenai nilai, perilaku dan
yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang benar. Secara singkat dapat
dirumuskan, bahwa Etika adalah suatu sistem prinsip-prinsip kesusilaan atau
moral, yang merupakan “standard” atau norma-norma bertindak bagi orang-
orang dalam suatu profesi, misalnya dalam profesi kedokteran, keguruan, dan
sebagainya.
Etika diartikan sebagai seperangkat prinsip moral yang memebedakan
apa yang benar dan apa yang salah. Etika merupakan bidang normatif, karena
menentukan dan menyarankan apa yang seharusnya orang lakukan atau
hindarkan.1
Setiap manusia melakukan tindakan. Menurut pendapat ini,
pertimbangan etika atau morallah yang menentukan tindakan atau perilaku
1 Choirul Huda, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Majalah Ulumul Qur’an, 1997), h. 64
1
seseorang. Setiap orang akan mempertimbangkan akibat dari tindakannya
apakah baik atau buruk, benar atau salah, berakibat lebih baik atau lebih
buruk, pantas atau tidak pantas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian etika?
2. Bagaimana tujuan dan fungsi kode etik dalam keguruan?
3. Apa saja kriteria etika?
4. Bagaimana kedudukan etika dalam pendidikan dan profesi kependidikan?
C. Tujuan
Makalah yang disusun oleh penulis didasari oleh beberapa tujuan,
yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian etika.
2. Untuk mengetahui bagaimana tujuan dan fungsi kode etik dalam
keguruan.
3. Untuk mengetahui apa saja kriteria etika.
4. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan etika dalam pendidikan dan
profesi kependidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu
“Ethikos” yang artinya timbul dari suatu kebiasaan. Dimana dalam hal ini
etika memiliki sudut pandang normatif dimana objeknya adalah manusia dan
perbuatannya. Etika juga bisa diartikan sebagai suatu disiplin ilmu yang
menjelaskan sesuatu yang baik dan yang buruk, mana tugas atau kewajiban
moral, atau bisa juga mengenai kumpulan prinsip atau nilai moral.
3
kata lain, etika adalah kewaijban dan tanggungjawab moral setiap orang dalam
berperilaku di masyarakat.
Menurut Bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai
refleksi. Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma- norma moral
yang baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun
seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai praktis sama artinya dengan moral atau
moralitas yaitu apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas
dilakukan, dan sebgainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral.2
Diponegoro, 1993), h. 12
4
moral.5 Etika adalah cabang filosofi yang berkaitan dengan pemikiran dengan
pemikiran tentang benar dan salah. Simorangkir menilai etika adalah hasil
usaha yang sistematik yang menggunakan rasio untuk menafsirkan
pengalaman moral individu dan untuk menetapkan aturan dalam
mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk bisa
dijadikan pedoman hidup. Satyanugraha mendefenisikan etika sebagai nilai-
nilai dan norma moral dalam suatu masyarakat.Sebagai ilmu, etika juga bisa
diartikan pemikiran moral yang mempelajari tentang apa yang harus dilakukan
atau yang tidak boleh dilakukan. 6
Ke-1, h. 5.
8 Sofyan S Harahap, OpCit, h. 27
5
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai
berikut (R. Hermawan S, 1979):
1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi dalam hal ini kode etik
dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau
remeh terhadap profesi yang bersangkutan.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan yang di maksud
kesejahteraan disini meliputi baik kesejahteraan batin (spiritual
atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi,
kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para
anggotanya untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang
merugikan kesejahteraan para anggotanya. Kode etik juga sering
mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota
profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.
3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi tujuan lain
kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan
pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat
dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab
pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu,
kodeetik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan
para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4) Untuk meningkatkan mutu profesi untuk meningkatkan mutu
profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para
anggota profesi selalu berusaha meningkatkan mutu pengabdian
para anggotanya.
5) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi diwajibkan kepada
setiap anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina
organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang
organisasi.
b. Fungsi Kode Etik Profesi Keguruan
6
Fungsi adanya kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama
baik guru dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya
kode etik tersebut diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran-
pelanggaran terhadap kewajibannya.
Jadi substansi diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya
untuk menambah kewibawaan dan memelihara image profesi guru tetap
baik.
Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992) secara spesifik
mengemukakan empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri.
Keempat fungsi kode etik tersebut sebagai berikut.
1) Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya, karena sudah ada landasan yang
digunakan sebagai acuan.
2) Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja,
masyarakat, dan pemerintah.
3) Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih
bertanggung jawab pada profesinya.
4) Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang
menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas. (Ibid).
Fungsi kode etik seperti itu sesuai dengan apa yang dikemukakan
Gibson dan Mitchel ( 1995: 449 ), yang lebih menekankan pada
pentingnya kode etik tersebut sebagai pedoman pelaksanaan tugas
profesional anggota suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat
pengguna suatu profesi dalam meminta pertanggung jawaban jika ada
anggota profesi yang bertindak diluar kewajaran sebagai seorang
profesional.
Biggs and blocher (1986: 10) mengemukakan tiga fungsi kode
etik, yaitu:
1) Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga terhindar dari penyimpangan
profesi.
7
2) Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.Agar profesi guru
terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
3) Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat
sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat
sebagai profesi yang membantu dalam memecahkan masalah dan
mengembangkan diri.
4) Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan
pemerintah secara kurang proporsional. Guru diharapkan mampu
menjalin hubungan harmonis, dinamis, ooperatif, dengan teman
sejawat, siswa, orang tua siswa, pimpinan, masyarakat, dan
dengan misi tugasnya sendiri.
B. Kriteria Etika
8
keterampilan atau keahlian khusus yang menuntut pengemban profesi
tersebut untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuaidengan
perkembangan teknologi
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis
yang secara tegasmenyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak
benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan
apa yang benar atau salah, perbuatanapa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari.
9
ngarso sung tulodo, ing madyo mangunkarso, dan tut wuri handayani. Dari
ketiga kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin.
Kalimat-kalimat tersebut mempunyai makna yang sesuaidalam konteks
ini.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan tersendiri dalam hal
peyebutan etika, yakni “susila” atau “kesusilaan”. Kesusilaan berasal dari
bahasa Sangsekerta, yang terdiri dari dua suku kata yakni su dan sila. Kata su
berarti bagus, indah, cantik. Sedangkan silamemiliki arti adab, kelakuan,
perbuatan adab (sopan santun dan sebagainya), akhlak, moral. Dari dua arti
suku kata tersebut maka dapat disimpulkan bahwa “susila” merupakan suatu
kelakuan atau perbuatan yang baik dan sesuai dengan norma-norma maupun
kaidah yang ada dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam agama Islam, etika merupakan bagian dari akhlak. Hal ini
dikarenakan tidak hanya berkaitan dengan perbuatan manusia secara lahiriah
namun juga keterkaitannya dengan akidah, ibadah dan syari’ah oleh karenanya
memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan pengertian etika yang
dikemukakan sebelumnya.
Tujuan dari mempelajari etika tersebut adalah untuk mendapatkan
konsep mengenai penilaian baik buruk manusia sesuai dengan norma-norma
yang berlaku. Pengertian baik yaitu segala perbuatan yang baik, sedangkan
pengertian buruk yaitu segala perbuatan yang tercela. Tolak ukur yang
menjadikan norma-norma yang berlaku sebagai pedoman tidak terlepas dari
hakikat dari keberadaan norma-norma itu sendiri, yakni untuk mencipatakan
suatu ketertiban dan keteraturan dalam berpolah tindak laku seseorang dalam
bermasyarakat.
B.Saran
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran bagi
pembaca sangat dibutuhkan supaya kami dapat membuat makah dengan lebih
baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang sudah
membaca.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Kompetensi. Jakarta:Bumi
13
14