Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Hubungan Akhlak dengan Tasawuf dalam Islam sebagai tugas dari
mata kuliah Pancasila.
Makalah ini kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis akan mengucapkan rasa terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Pertama, kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini akan menjadi lebih
sempurna.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... 1
Daftar Isi .............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
A. Latar Belakang ................................................................................................ 3
BAB II ISI ........................................................................................................... 4
A. Pengertian Akhlak ........................................................................................... 4
B. Ruang Lingkup Akhlak ................................................................................... 5
C. Akhlak Baik dan Buruk ................................................................................... 5
D. Aspek Aspek Yang Memengaruhi Akhlak ...................................................... 8
E. Pengertian Tasawuf .........................................................................................10
F. Tasawuf dan Agama Islam ...............................................................................13
H. Hubungan Akhlak dengan Tasawuf ................................................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya
suatu masyarakat tergantung bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik,
maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah
lahir dan batinnya.
Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik
akan membuat seseorang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang
tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajibankewajibannya. Dia melakukan kewajiban kepada dirinya sendiri, terhadap Tuhan,
terhadap makhluk lain dan sesama manusia.
Sedangkan tasawuf dapat dikatakan sebagai suatu revolusi spiritual. Tidak
seperti dimensi keagamaan lainnya, tasawuf akan selalu memperbaharui dan
menyemai kekosongan jiwa manusia. Hati menjadi penopang kehidupan di dunia
ini. Para sufi adalah orang yang kaya akan hati, tetapi tidak pasif terhadap
kenyataan hidup. Kehidupan dunia bagi sufi adalah fakta yang tidak dapat
diingkari. Mereka menghadapinya secara realistis. Kedekatan sufi dengan Allah ,
membuat percaya diri dan optimis. Semangat mereka dalam beraktivitas selalu
menyala, sebab semua yang dilakukan bertujuan mencari ridha Allah.

BAB II
ISI
A. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak
yaitu

pendekatan

linguistik

(kebahasaan)

dan

pendekatan

terminologi

(peristilahan). Dari sudut kebahasaan akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa,
yang berarti kelakuan, watak dasar, kebiasaan, peradaban yang baik,agama.1
Pengertian akhlak dari sudut kebahasaan ini dapat membantu kita dalam
menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah. Akhlak diartikan sebagai
perbuatan diri yang tertampak pada lahir/fisik. Para ahli berbeda pendapat namun
intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat para ahli tersebut
dikimpulkan sebagai berikut:
1. Abdul Hamid mengatakan akhlak adalah ilmu tetntang keutamaan yang
harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan
kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga
jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.
2. Ibrahim Anis mengatakan akhlak adalah ilmu yang objeknya membahas
nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan
dengan baik dan buruknya.
3. Menurut Ahmad Amin akhlak ialah keiasaan baik dan buruk. Contoh
apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlaqul
karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah.
4. Soegrada Poerbakawatja berpendapat bahwa akhlak yaitu budi pekerti,
kesusilaan, watak, serta kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap
jiwa yang benar terhadap kholiqnya dan terhadap sesama.2
1

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), hal 1.

M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran (Jakarta:Sinar Grafika


Offset,2007), hal 3
2

B. Ruang Lingkup Akhlak


Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang
perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan
tersebut tergolong perbuatan yang baik atau pebuatan yang buruk. Ilmu akhlak
dapat pula disebut sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal
tingkah laku manusia kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan
tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau buruk.
Dengan demikian, obyek pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma
atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan seseorang. Jika kita
katakan baik atau buruk, maka ukuran yang harus digunakan adalah ukuran
normatif. Selanjutnya jika kita katakan sesuatu itu benar atau salah maka yang
demikian itu termsuk masalah hitungan atau akal pikiran.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah
perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah
baik atau buruk. Dalam hubungan ini, Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut :
Bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya
perbuatan tersebut ditentukan baik atau buruk.3
Pendapat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa objek pembahasan ilmu
akhlak adalah perbuatan manusia untuk selanjutnya diberikan penilaian apakah
baik atau buruk.
C. Akhlak Baik dan Buruk
Akhlak dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan,
kenikmatan yang dinilai positif oleh yang yang menginginkannya. Dikatakan
buruk apa yang dinilai sebaliknya. Jadi, nilai baik dan buruk akhlak bersifat
subjektif, karena tergantung pada individu yang menilainya. 4

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), hal 9.

M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran (Jakarta:Sinar Grafika


Offset,2007), hal 24
4

Tujuan dari setiap sesuatu walaupun berbeda-beda, semuanya bermuara pada


satu tujuan, yaitu baik dan bahagia, tujuan akhirnya sama.
Al Ghazali berpendapat bahawa sumber-sumber akhlak baik adalah :
1. Kitab suci Al Quran
2. Sunah Nabi
3. Akal pikiran
Sedangkan menurut Abu Ala Al-Maududi berpendapat bahwa sumber nilainilai akhlak islam itu terdiri dari :
1. Bimbingan Tuhan, sebagai sumber pokok. Imbingan Tuhan adalah al
Quran dan sunah Nabi Muhammad.
2. Pengalaman, rasio, dan intuisi manusia, sebagai sumber tambahan atau
sumber pembantu.5
Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar, yaitu akhlak karimah dan
akhlak madzmumah. Di samping istilah tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan
istilah munjiyat untuk akhlak mahmudah dan munhilat untuk akhlak
madzmumah. Di kalangan ahli tasawuf dikenal sistem pembinaan mental dengan
istilah takhali, tahalli, dan tajalli.
Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat
tercela, karena sifat itulah yang dapat mengotori jiwa manusia. Tahalli adalah
mengisi jiwa dengan sifat-sifat terpuji.
Jadi, dalam rangka pembinaan mental, penyucian jiwa hingga dapat berada
dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah pembersihan jiwa
dari sifat-sifat yang tercela. Setelah itu, jiwa yang bersih diisi dengan sifat-sifat
yang terpuji, hingga akhirnya sampailah pada tingkat yang berikutnya yang
disebut dengan tajalli, yaitu tersingkapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur
M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran (Jakarta:Sinar Grafika
Offset,2007), hal 25.
5

Ilahi. Akhlak mahmudah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik.
Akhlak madzmumah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela.
Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik yang terpendam dalam
jiwa manusia. Demikian pula akhlak madzmumah dilahirkan oleh sifat-sifat yang
tercela. Oleh karena itu, sikap dan tingkah laku yang lahir merupakan cermin atau
gambaran dari sifat batin.6
Adapun sifat-sifat mahmudah itu adalah :
a. Al amanah (setia, juur, dapat dipercaya)
b. As sidqu (benar,jujur)
c. Al adl (adil)
d. Al afwu (pemaaf)
e. Al alifah (disenangi)
f. Al wafa (menepati janji)
g. Al haya (malu)
h. Ar rifqu (lemah lembut)
i. Anisatun (bermuka manis)
Adapun sifat-sifat madzmumah adalah sebagai berikut :
a)

Ananiah (egois)

b) Al baghyu (melacur)
c)

Al buhtan (dusta)

d) Al khianah (khianat)
e)

Az aulmu (aniaya)

M Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran (Jakarta:Sinar Grafika


Offset,2007), hal 25.
6

f)

Al ghibah (mengumpat)

g) Al hasad (dengki)
h) Al kufran (mengingkari nikmat)
i)

Ar riya (ingin dipuji)

j)

An namimah (adu domba)

D. Aspek Aspek Yang Memengaruhi Akhlak


1. Tingkah Laku Manusia
Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanifestasikan
dalam perbuatan. Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam
perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari tetapi adanya
kontradiksi antara sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara
teoritis hal itu terjadi tetapi dipandang dari sudut ajaran Islam termasuk iman
yang tipis. Untuk melatih akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari, ada
contoh-contoh yang dapat diterapkan sebagai berikut:
a. Akhlak yang berhubungan dengan Allah
b. Akhlak terhadap diri sendiri
c. Akhlak terhadap keluarga
d. Akhlak terhadap masyarakat
e. Akhlak terhadap alam sekitarnya
2. Insting dan Naluri
Menurut bahasa (etimologi) insting berarti kemampuan berbuat pada
suatu tujuan yang dibawa sejak lahir, merupakan pemuasan nafsu, dorongandorongan nafsu, dan dorongan psikologis. Insting juga merupakan
kesanggupan melakukan hal yang kompleks tanpa dilihat sebelumnya,

terarah kepada suatu tujuan yang berarti bagi subjek tidak disadari langsung
secara mekanis.
3. Pola Dasar Bawahan
Manusia memiliki sifat ingin tahu, karena dia datang ke dunia ini dengan
serba tidak tahu (la talamuna syaian) . Apabila seorang mengetahui suatu hal
dan ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahui, bila diajarkan padanya
maka ia merasa sangat senang hatinya. Tingkat kesenangan itu dapat dibagi
dua, yaitu:
a. Ladzdzat, yaitu kepuasan
b. Saadah, yaitu kebahagiaan
4. Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa Arab, yaitu nafsun yang artinya niat. Nafsu
ialah keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan
amanah dan sahwat yang ada pada manusia. Menurut Agus Sudjanto nafsu
ialah hasrat yang besar dan kuat, ia dapat memengaruhi seluruh fungsi jiwa.
Hawa nafsu ini bergerak dan berkuasa di dalam kesadaran. Nafsu memiliki
kecenderungan dan keinginan yang kuat, ia memengaruhi jiwa seseorang,
inilah yang disebut hawa nafsu.
5. Adat dan Kebiasaan
Adat menurut bahasa (etimologi) ialah aturan yang lazim diiukti sejak
dahulu. Biasa ialah kata dasar yang mendapat imbuhan ke-an, artinya boleh,
dapat atau sering. Menurut Nasraen, adat itu ialah suatu pandangan hidup
yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh, dan benar serta
mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam
masyarakat.
6. Lingkungan

Lingkungan ialah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan


yang dapat berwujud berbeda-beda seperti air, udara, bumi, langit, dan
matahari. Berbentuk selain benda seperti insan, pribadi, kelompok, institusi,
sistem, undang-undang, dan adat kebiasaan. Lingkungan dapat memainkan
peranan dan pendorong terhadap perkembangan kecerdasan, sehingga
manusia dapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya dan sebaliknya juga
dapat merupakan penghambat yang menyekat perkembangan, sehingga
seorang tidak dapat mengambil manfaat dari kecerdasan yang diwarisi.
7. Kehendak dan Takdir
Kehendak menurut bahasa (etimologi) ialah kemauan, keinginan, dan
harapan yang keras. Kehendak yaitu, fungsi jiwa untuk dapat mencapai
sesuatu yang merupakan kekuatn dari dalam hati, bertautan dengan pikiran
dan perasaan. Kehendak merupakan salah satu fungsi kejiwaan dari kekuatan
aktivitas jiwa dalam kelompok trikhotonomi yang dinamakan konasi. Suatu
kekuatan yang dapat melakukan gerakan, kekuatan yang timbul dari dalam
diri manusia. Melakukan suatu perbuatan yang diingini maupun dihindari itu
dinamakan kehendak.
E. Pengertian Tasawuf
1. Pengertian Tasawuf Secara Etimologis
Secara etimologi kata tasawuf

berasal dari bahasa arab yaitu

tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan. Ulama berbeda pendapat dari


mana asal usulnya. Ada yang berpendapat dari kata shuf (bulu domba), shaff
(barisan), shafa (jernih), shuffah (serambi masjid Nabawi yang ditempati
oleh sebagian besar sahabat rosul).
Pemikiran maing-masing pihak itu, dilatarbelakangi oleh fenomena yang
ada pada diri para sufi. Secara etimologi, pengertian tasawuf dapat dimaknai
menjadi beberapa macam antar lain :
1. Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan ahl ashshuffah yang berarti sekelompok orang di masa rosululloh yang

10

banyak berdiam di serambi masjid dan mereka mengabdikan hidupnya


hanya untuk beribadah kepada Allah. Mereka adalah orang-orang
yang ikut pindah dengan rosululloh dari Mekah ke Madinah,
kehilangan harta, berada dalam keadaan miskin, serta tidak
mempunyai apapun. Mereka tinggal di masjid rosululloh dan duduk di
atas bangku batu dengan memakai pelana sebagai bantal.
2. Tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti suci. Kata shafa ini
berbentuk berarti sebagai nama orang bagi orang-orang yang bersih
dan suci. Jadi, maksudnya adalah mereka itu menyucikan dirinya di
hadapan Allah melalui latihan yang berat dan lama.
3. Tasawuf berasal dari kata shaff. Makna shaff ini dinisbahkan kepada
orang-orang yang ketika solat selalu berada di barisan terdepan.
Sebagaimana halnya solat di shaf pertama mendapat kemuliaan dan
pahala, maka orang-orang penganut tasawuf ini dimuliakan dan diberi
pahala oleh Allah.
4. Ada yang menisbahkan tasawuf berasal dari bahasa Yunani shopos.
Istilah tersebut disamakan maknanya dengan kata hikmah yang berarti
kebijaksanaan. Pendapat ini dikemukakan oleh Mirkas, kemudian .
diikuti oleh Jurji Zaidan dalam kitabnya adab Al Lughah
Al-Arabiyah.

Disebukan

bahwa

filsuf

Yunani

dahulu

telah

memasukkan pemikirannya yang mengandung kebijaksanaan di dalam


buku-buku filsafat. Ia berpendapat bahwa istilah tasawuf tidak
ditentukan sebelum masa penerjemahan kitab-kitab yang berbahasa
Yunani ke dalam bahasa arab. Pendapat ini kemudian didukung oleh
Noul Dik yang mengatakan bahwa dalam penerjemahan dari bahasa
Yunani ke bahasa Arab terjadi proses asimilasi. Contoh orang arab
menerjemahkan huruf sin menjadi huruf shod seperti dalam kata
tasawuf menjadi tashawuf.
5. Tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti kain yang terbuat dari bulu
wol. Namun, kain wol yang dipakai adalah wol kasar bukan wol halus

11

sebagaimana kain wol sekarang. Memakai wol kasar pada waktu itu
adalah simbol kesederhanaan sebaliknya memakai sutera adalah
lawannya. Kain sutera dipakai oleh orang-orang bangsawan di
kalangan pemerintahan yang hidupnya mewah. Para penganut tasawuf
ini sederhana tetapai berhati mulia, menjauhi pakaian sutera dan
memakai wol kasar.
Dari 5 teori di atas tentang asal-usul kata tasawuf yang paling banyak
disetujui yaitu bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti kain
yang terbuat dari bulu wol.
2. Pengertian Tasawuf Secara Terminologi
Para ahli berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian tasawuf.
Berikut ini pendapat mereka :
1. Maruf Al Karkh
Tasawuf menekankan hal-hal yang hakiki dan mengabaikan segala
apa yang ada pada makhluk.
2. Abu Hamzah
Tanda sufi yang benar adalah berpikir setelah ia kaya, merendahkan
diri setelah ia bermegah-megah dan menyembunyikan diri setelah ia
terkenal. Sementara itu, tanda sufi yang palsu adalah kaya setelah ia
berpikir, bermegah-megah setelah ia merendahkan diri, dan tersohor
setelah ia bersembunyi.
3. Al Junaedi
Tasawuf ialah membersihkan hati dari yang mengganggu perasaan,
berjuang menanggalkan pengaruh insting, memadamkan kelemahan,
menjauhi seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian,
bergantung pada ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan lebih
kekal, menaburkan nasehat kepada semua manusia, memegang teguh

12

janji Allah dalam hal hakikat, serta mengikuti contoh rosululloh dalam
hal syariat.
4. Ibnu Khaldu
Tasawuf semacam ilmu syariat yang timbul kemudian di dalam
agama. Asalnya adalah tekun beribadah, memutuskan pertalian terhadap
segala sesuatu kecuali Allah, hanya menghadapNya, dan menolak
perhiasan dunia. Selain itu, membenci perkara yang selalu memperdaya
orang banyak, sekaligus menjauhi kelezatan harta dan kemegahannya.
Tambahan pula tasawuf juga berarti menyendiri menuju jalan Tuhan
dalam khalwat dan ibadah.
Dari beberapa definisi yang desebutkan oleh pakar tasawuf, ada satu asas
yang disepakati yaitu tasawuf ialah moralitas yang berasaskan islam. Artinya
pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat islam, seluruh ajaran
islam, dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral.7
F. Tasawuf dan Agama Islam
Di tinjau dari segi sejarah dan perkembangannya bahwa gerakan tasawuf
ialah hal yang tidak dapat di pisahkan dengan segala perkembangan umat Islam.
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya tasawuf ini adalah bersumbeer dari Islam
itu sendiri, walaupun terdapat pengaruh dari unsur-unsur luar Islam.
Menurut Dr. Akhmad Fuad Al Ahwani pada mulanya antara filsafat, ilmu
kalam dan tasawuf adalah satu bukan berdiri sendiri seperti sekarang. Pada abad
ke-6 H filasafat mula-mula berpisah dengan ilmu kalam, disusul kemudian
berpisahnya filsafat dengan tasawuf. Pemisahan ini sangat mendasar karena
antara filsafat dengan tasawuf terdapat perbedaan metode dan objek pabila
filsafat melihat dengan mata rasio dan berjalan di atas jalur mujahadah,
musyahadah dan berbicara dengan lidah perasaan dan pengalaman. Kalau filosof
adalah orang yang mementingkan dalil pembuktian maka sufi orang yang
mementingkan perasaan dan intuisi.
7

Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf ,(Jakarta:Teruna Grafica,2012), hal.9.

13

Objek filsafat adalah mengetahui tentang hakikat sesuatu dari segala macam
baik fisika, matematika, atau metafisika dan termasuklah Allah SWT. Objek ini
lebih di arahkan kepada penelitian terhadap alam semata sedang masalah manusia
di bahas dari segi akhlak dan politik. Objek tasawuf adalah mengenal Allah baik
dengan jalan syariah atau lewat ilham dan perasaan
G. Hubungan Akhlak dengan Tasawuf
Para ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf menjadi 3 bagian.
Yang pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki, dan yang ketiga tasawuf
amali. Ketiga tasawuf ini mempunyai tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan
memperbaiki diri dengan mengerjakan perbuatan terpuji. Dengan demikian dalam
proses mencapai tujuan tasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia.
Ketiga macam tasawuf ini berbeda dalam hal pendekatan yang digunakan. Dalam
tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akal pikiran
karena dalam tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang
terdapat di kalangan para filosof, seperti filsafat tentang Tuhan, manusia,
hubungan manusia dengan Tuhan dan lain sebagainya. Pada tasawuf akhlaki
pendekatan yang digunakan ialah pendekatan akhlak yang tahapnnya terdiri dari
dari takhalli (menjauhkan diri dari akhlak buruk), tahalli (menghiasnya dengan
akhlak terpuji) dan tajalli (terbukanya dinding penghalang atau hijab) yang
membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga cahaya Tuhan nampak jelas
padanya. Sedangkan tasawuf amali menggunakan pendekatan amaliyayah atau
wirid yang selanjutnya mengambil bentuk tarikat. Dengan mengamalkan tasawuf
baik yang bersifat falsafi, akhlaki, ataupun amaliya manusia dengan sendirinya
akan berakhlak baik. Perbuatan yang demikian itu, ia lakukan dengan sengaja,
sadar, pilihan sendiri, dan bukan karena tepaksa.
Hubungan antara akhlak dengan tasawuf lebih lanjut dapat kita ikuti uraian
dari Harun Nasution. Meurut beliau dalam mempelajari tasawuf ternyata pula
bahwa Al Quran dan Al Hadits mementingkan akhlak. Al Quran dan Al Hadits
menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan,
tolong menolong, keadilan, murah hati, memaafkan, sabar, baik sangka, berkata

14

benar, pemurah, suci hati, keberanian, keramahan, kesucian, hemat, menepati


janji, disiplin, mencintai ilmu, menghormati dan menghargai, serta berpikiran
lurus. Nilai-nilai serupa ini yang harus dimiliki oleh setiap muslim dan
dimasukkan ke dalam dirinya dari kecil serta diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa dalam tasawuf masalah ibadah sangat
menonjol, karena bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah
seperti solat, puasa, dzikir, haji, dan lain sebagainya yang semuanya itu dilakukan
dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam
bertasawuf itu ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan akhlak. Dalam
hal ini Harun Nasution mengatakan bahwa ibadah dalam islam erat hubungannya
dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam al Quan dikaitkan dengan takwa dan
takwa berarti melaksanakan perintah Tuhan sera menjauhi larangan-Nya yaitu
orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tercela. Inilah yang dimaksud dengan
ajaran amar maruf nahi munkar, mengajak orang pada kebaikan dan mencegah
orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang
yang berakhlak mulia. Harun Nasution juga mengatakan kaum sufilah terutama
yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada pembinaan akhlak mulia dalam
diri mereka. Dalam istilah sufi hal tersebut disebut dengan al-takhalluq bi
akhlaqillah, yaitu berbudi pekerti dengan budi pekerti Allah, atau bi shifatillah,
yaitu mensifati diri dengan sifat-sifat yang dimiliki Allah.8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah perbuatan diri yang tertampak pada lahir/fisik. Sedangkan
tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang
8

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:Rajawali Pers, 2011), hal 17-19.

15

memerangi hawa nafsu. Keduanya saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.
Untuk mencapai tasawuf, seseorang harus memilikiakhlak yang baik. Hakikatnya
tasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti solat, puasa, zakat, dan lain
sebagainya, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf erat hubungannya dengan
akhlak. Ibadah itu erat hubungannya dengan pendidikan akhlak. Seseorang yang
memiliki akhlakul karimah (akhlak yang baik), dapat melakukan ibadah dengan
baik pula, begitu pula sebaliknya. Seseorang yang tidak tau akhlak mulian, akan
melakukan ibadah dengan buruk.

DAFTAR PUSTAKA
Nata Abudin, Akhlak Tasawuf ,(Jakarta:Rajawali Pers, 2011).
Amin Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, (Jakarta:Teruna Grafica, 2012).
Abdullah Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran, (Jakarta:Sinar
Grafika Offset, 2007).

16

17

Anda mungkin juga menyukai