Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Hubungan Akhlak dengan Tasawuf dalam Islam sebagai tugas dari
mata kuliah Pancasila.
Makalah ini kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis akan mengucapkan rasa terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Pertama, kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini akan menjadi lebih
sempurna.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................... 1
Daftar Isi .............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 3
A. Latar Belakang ................................................................................................ 3
BAB II ISI ........................................................................................................... 4
A. Pengertian Akhlak ........................................................................................... 4
B. Ruang Lingkup Akhlak ................................................................................... 5
C. Akhlak Baik dan Buruk ................................................................................... 5
D. Aspek Aspek Yang Memengaruhi Akhlak ...................................................... 8
E. Pengertian Tasawuf .........................................................................................10
F. Tasawuf dan Agama Islam ...............................................................................13
H. Hubungan Akhlak dengan Tasawuf ................................................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang
penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya
suatu masyarakat tergantung bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik,
maka sejahteralah lahir dan batinnya, apabila akhlaknya rusak, maka rusaklah
lahir dan batinnya.
Kejayaan seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik
akan membuat seseorang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang
tercela. Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajibankewajibannya. Dia melakukan kewajiban kepada dirinya sendiri, terhadap Tuhan,
terhadap makhluk lain dan sesama manusia.
Sedangkan tasawuf dapat dikatakan sebagai suatu revolusi spiritual. Tidak
seperti dimensi keagamaan lainnya, tasawuf akan selalu memperbaharui dan
menyemai kekosongan jiwa manusia. Hati menjadi penopang kehidupan di dunia
ini. Para sufi adalah orang yang kaya akan hati, tetapi tidak pasif terhadap
kenyataan hidup. Kehidupan dunia bagi sufi adalah fakta yang tidak dapat
diingkari. Mereka menghadapinya secara realistis. Kedekatan sufi dengan Allah ,
membuat percaya diri dan optimis. Semangat mereka dalam beraktivitas selalu
menyala, sebab semua yang dilakukan bertujuan mencari ridha Allah.
BAB II
ISI
A. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak
yaitu
pendekatan
linguistik
(kebahasaan)
dan
pendekatan
terminologi
(peristilahan). Dari sudut kebahasaan akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa,
yang berarti kelakuan, watak dasar, kebiasaan, peradaban yang baik,agama.1
Pengertian akhlak dari sudut kebahasaan ini dapat membantu kita dalam
menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah. Akhlak diartikan sebagai
perbuatan diri yang tertampak pada lahir/fisik. Para ahli berbeda pendapat namun
intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat para ahli tersebut
dikimpulkan sebagai berikut:
1. Abdul Hamid mengatakan akhlak adalah ilmu tetntang keutamaan yang
harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan
kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga
jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.
2. Ibrahim Anis mengatakan akhlak adalah ilmu yang objeknya membahas
nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan
dengan baik dan buruknya.
3. Menurut Ahmad Amin akhlak ialah keiasaan baik dan buruk. Contoh
apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlaqul
karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah.
4. Soegrada Poerbakawatja berpendapat bahwa akhlak yaitu budi pekerti,
kesusilaan, watak, serta kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap
jiwa yang benar terhadap kholiqnya dan terhadap sesama.2
1
Ilahi. Akhlak mahmudah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik.
Akhlak madzmumah ialah segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela.
Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik yang terpendam dalam
jiwa manusia. Demikian pula akhlak madzmumah dilahirkan oleh sifat-sifat yang
tercela. Oleh karena itu, sikap dan tingkah laku yang lahir merupakan cermin atau
gambaran dari sifat batin.6
Adapun sifat-sifat mahmudah itu adalah :
a. Al amanah (setia, juur, dapat dipercaya)
b. As sidqu (benar,jujur)
c. Al adl (adil)
d. Al afwu (pemaaf)
e. Al alifah (disenangi)
f. Al wafa (menepati janji)
g. Al haya (malu)
h. Ar rifqu (lemah lembut)
i. Anisatun (bermuka manis)
Adapun sifat-sifat madzmumah adalah sebagai berikut :
a)
Ananiah (egois)
b) Al baghyu (melacur)
c)
Al buhtan (dusta)
d) Al khianah (khianat)
e)
Az aulmu (aniaya)
f)
Al ghibah (mengumpat)
g) Al hasad (dengki)
h) Al kufran (mengingkari nikmat)
i)
j)
terarah kepada suatu tujuan yang berarti bagi subjek tidak disadari langsung
secara mekanis.
3. Pola Dasar Bawahan
Manusia memiliki sifat ingin tahu, karena dia datang ke dunia ini dengan
serba tidak tahu (la talamuna syaian) . Apabila seorang mengetahui suatu hal
dan ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahui, bila diajarkan padanya
maka ia merasa sangat senang hatinya. Tingkat kesenangan itu dapat dibagi
dua, yaitu:
a. Ladzdzat, yaitu kepuasan
b. Saadah, yaitu kebahagiaan
4. Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa Arab, yaitu nafsun yang artinya niat. Nafsu
ialah keinginan hati yang kuat. Nafsu merupakan kumpulan dari kekuatan
amanah dan sahwat yang ada pada manusia. Menurut Agus Sudjanto nafsu
ialah hasrat yang besar dan kuat, ia dapat memengaruhi seluruh fungsi jiwa.
Hawa nafsu ini bergerak dan berkuasa di dalam kesadaran. Nafsu memiliki
kecenderungan dan keinginan yang kuat, ia memengaruhi jiwa seseorang,
inilah yang disebut hawa nafsu.
5. Adat dan Kebiasaan
Adat menurut bahasa (etimologi) ialah aturan yang lazim diiukti sejak
dahulu. Biasa ialah kata dasar yang mendapat imbuhan ke-an, artinya boleh,
dapat atau sering. Menurut Nasraen, adat itu ialah suatu pandangan hidup
yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh, dan benar serta
mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam
masyarakat.
6. Lingkungan
10
Disebukan
bahwa
filsuf
Yunani
dahulu
telah
11
sebagaimana kain wol sekarang. Memakai wol kasar pada waktu itu
adalah simbol kesederhanaan sebaliknya memakai sutera adalah
lawannya. Kain sutera dipakai oleh orang-orang bangsawan di
kalangan pemerintahan yang hidupnya mewah. Para penganut tasawuf
ini sederhana tetapai berhati mulia, menjauhi pakaian sutera dan
memakai wol kasar.
Dari 5 teori di atas tentang asal-usul kata tasawuf yang paling banyak
disetujui yaitu bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti kain
yang terbuat dari bulu wol.
2. Pengertian Tasawuf Secara Terminologi
Para ahli berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian tasawuf.
Berikut ini pendapat mereka :
1. Maruf Al Karkh
Tasawuf menekankan hal-hal yang hakiki dan mengabaikan segala
apa yang ada pada makhluk.
2. Abu Hamzah
Tanda sufi yang benar adalah berpikir setelah ia kaya, merendahkan
diri setelah ia bermegah-megah dan menyembunyikan diri setelah ia
terkenal. Sementara itu, tanda sufi yang palsu adalah kaya setelah ia
berpikir, bermegah-megah setelah ia merendahkan diri, dan tersohor
setelah ia bersembunyi.
3. Al Junaedi
Tasawuf ialah membersihkan hati dari yang mengganggu perasaan,
berjuang menanggalkan pengaruh insting, memadamkan kelemahan,
menjauhi seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian,
bergantung pada ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan lebih
kekal, menaburkan nasehat kepada semua manusia, memegang teguh
12
janji Allah dalam hal hakikat, serta mengikuti contoh rosululloh dalam
hal syariat.
4. Ibnu Khaldu
Tasawuf semacam ilmu syariat yang timbul kemudian di dalam
agama. Asalnya adalah tekun beribadah, memutuskan pertalian terhadap
segala sesuatu kecuali Allah, hanya menghadapNya, dan menolak
perhiasan dunia. Selain itu, membenci perkara yang selalu memperdaya
orang banyak, sekaligus menjauhi kelezatan harta dan kemegahannya.
Tambahan pula tasawuf juga berarti menyendiri menuju jalan Tuhan
dalam khalwat dan ibadah.
Dari beberapa definisi yang desebutkan oleh pakar tasawuf, ada satu asas
yang disepakati yaitu tasawuf ialah moralitas yang berasaskan islam. Artinya
pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat islam, seluruh ajaran
islam, dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral.7
F. Tasawuf dan Agama Islam
Di tinjau dari segi sejarah dan perkembangannya bahwa gerakan tasawuf
ialah hal yang tidak dapat di pisahkan dengan segala perkembangan umat Islam.
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya tasawuf ini adalah bersumbeer dari Islam
itu sendiri, walaupun terdapat pengaruh dari unsur-unsur luar Islam.
Menurut Dr. Akhmad Fuad Al Ahwani pada mulanya antara filsafat, ilmu
kalam dan tasawuf adalah satu bukan berdiri sendiri seperti sekarang. Pada abad
ke-6 H filasafat mula-mula berpisah dengan ilmu kalam, disusul kemudian
berpisahnya filsafat dengan tasawuf. Pemisahan ini sangat mendasar karena
antara filsafat dengan tasawuf terdapat perbedaan metode dan objek pabila
filsafat melihat dengan mata rasio dan berjalan di atas jalur mujahadah,
musyahadah dan berbicara dengan lidah perasaan dan pengalaman. Kalau filosof
adalah orang yang mementingkan dalil pembuktian maka sufi orang yang
mementingkan perasaan dan intuisi.
7
13
Objek filsafat adalah mengetahui tentang hakikat sesuatu dari segala macam
baik fisika, matematika, atau metafisika dan termasuklah Allah SWT. Objek ini
lebih di arahkan kepada penelitian terhadap alam semata sedang masalah manusia
di bahas dari segi akhlak dan politik. Objek tasawuf adalah mengenal Allah baik
dengan jalan syariah atau lewat ilham dan perasaan
G. Hubungan Akhlak dengan Tasawuf
Para ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf menjadi 3 bagian.
Yang pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki, dan yang ketiga tasawuf
amali. Ketiga tasawuf ini mempunyai tujuan yang sama yaitu mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan
memperbaiki diri dengan mengerjakan perbuatan terpuji. Dengan demikian dalam
proses mencapai tujuan tasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia.
Ketiga macam tasawuf ini berbeda dalam hal pendekatan yang digunakan. Dalam
tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akal pikiran
karena dalam tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang
terdapat di kalangan para filosof, seperti filsafat tentang Tuhan, manusia,
hubungan manusia dengan Tuhan dan lain sebagainya. Pada tasawuf akhlaki
pendekatan yang digunakan ialah pendekatan akhlak yang tahapnnya terdiri dari
dari takhalli (menjauhkan diri dari akhlak buruk), tahalli (menghiasnya dengan
akhlak terpuji) dan tajalli (terbukanya dinding penghalang atau hijab) yang
membatasi manusia dengan Tuhan, sehingga cahaya Tuhan nampak jelas
padanya. Sedangkan tasawuf amali menggunakan pendekatan amaliyayah atau
wirid yang selanjutnya mengambil bentuk tarikat. Dengan mengamalkan tasawuf
baik yang bersifat falsafi, akhlaki, ataupun amaliya manusia dengan sendirinya
akan berakhlak baik. Perbuatan yang demikian itu, ia lakukan dengan sengaja,
sadar, pilihan sendiri, dan bukan karena tepaksa.
Hubungan antara akhlak dengan tasawuf lebih lanjut dapat kita ikuti uraian
dari Harun Nasution. Meurut beliau dalam mempelajari tasawuf ternyata pula
bahwa Al Quran dan Al Hadits mementingkan akhlak. Al Quran dan Al Hadits
menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan,
tolong menolong, keadilan, murah hati, memaafkan, sabar, baik sangka, berkata
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah perbuatan diri yang tertampak pada lahir/fisik. Sedangkan
tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang
8
15
memerangi hawa nafsu. Keduanya saling berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.
Untuk mencapai tasawuf, seseorang harus memilikiakhlak yang baik. Hakikatnya
tasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah seperti solat, puasa, zakat, dan lain
sebagainya, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf erat hubungannya dengan
akhlak. Ibadah itu erat hubungannya dengan pendidikan akhlak. Seseorang yang
memiliki akhlakul karimah (akhlak yang baik), dapat melakukan ibadah dengan
baik pula, begitu pula sebaliknya. Seseorang yang tidak tau akhlak mulian, akan
melakukan ibadah dengan buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Nata Abudin, Akhlak Tasawuf ,(Jakarta:Rajawali Pers, 2011).
Amin Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, (Jakarta:Teruna Grafica, 2012).
Abdullah Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran, (Jakarta:Sinar
Grafika Offset, 2007).
16
17