Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”


Untuk Memenuhi Tugas
Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:

PRODI
FAKULTAS
UNIVERSITAS
2019

i
KATA PENGANTAR

Sebagai Kata Pengantar. Pertama, saya mengucapkam syukur Alhamdulilah


yang sedalam dalamnya kepada Allah SWT. Yang mana atas berkah dan rahmatnya
dapat memberikan tuntunan jalan dan kemudahan pada kami untuk dapat menyusun
dan menyelesaikan makalah saya ini.
Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada dosen
pembimbing saya yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya dan pada kami,
sehingga dapat mempermudah kami dalam memahami materi yang diberikan.
Makalah ini tersusun dengan berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang kontruktif akan senantiasa saya nanti dalam upaya evaluasi diri demi
terciptanya makalah yang lebih baik kedepanya.
Dengan demikian saya berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan saya dan
penyusunan makalah ini bisa ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
atau bahkan hikmah bagi saya selaku penulis dan para pembaca lainnya. Amin ya
Rabbal Alamin…..

, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .................................................. Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ............................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ........................................... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

D. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah ............................................................ 3

B. Prinsip Syariah di Lembaga Keuangan Syariah ................................................. 4

C. Macam-macam Lembaga Keuangan Syariah..................................................... 5

D. Peran Lembaga Keuangan Syariah .................................................................... 9

E. Ciri-ciri dan Sifat Lembaga Keuangan Syariah ............................................... 10

F. Strategi Pengelolaan dan Pembangunan Lembaga Keuangan Syariah ............ 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai bentuk
fasilitas pembiayaan untuk lebih memperluas penyediaan pembiayaan
alternatif bagi dunia usaha dalam sistem perekonomian moderen sangatlah
dibutuhkan di masyarakat. Lembaga pembiayaan diperlukan guna
mendukung dan memperkuat sistem keuangan nasional yang
terdiversifikasi sehingga dapat memberikan alternatif yang lebih banyak
bagi pengembangan sektor usaha.
Kebijakan bagi pengembangan serta perluasan berbagi jenis
lembaga keuangan untuk pembiayaan melalui diservikasi kegiatan
pembiayaan dengan landasan operasionalnya yang telah diatur dalam
Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1998 sebagai bagaian deregulasi 20
Desember.
Lembaga keuangan bank syariah terdapat dua golongan yaitu bank
syariah dan lembaga non bank syariah, kedua lembaga tersebut tidak jauh
beda dengan lembaga keuangan konvensional, hanya sistemya saja yang
berbeda yaitu jika lembaga keuangan bank konvensional menggunkan
system bunga sedangkan lembaga keuangan syariah menggunakan
beberapa akad dalam transaksinya seperti mudharabah, musyarakah, ijarah
dan lain sebagainya.
Banyaknya lembaga keuangan di Indonesia serta perbedaan system
pembiayaannya mungkin belum semua masyarakat mengetahui, apalagi
masyarakat awam, yang belum terlalu banyak mengerti perkembangan
ekonomi islam beserta lembaga keuangan syariah serta system
pembiayaan atau permodalannya, untuk itu kami susun makalah
penjelasan atau penjabaran lembaga keuangan syariah ini sebagai
alternative pembelajaran singkat namun jelas dan bermanfaat serta diambil
dari data yang dapat di pertanggung jawabkan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lembaga keuangan syariah?
2. Apa saja prinsip-prinsip pada lembaga keuangan syariah?
3. Apa saja macam-macam lembaga keuangan syariah?
4. Apa saja peran lembaga keuangan syariah?
5. Apa saja ciri dan sifat lembaga keuangan syariah?
6. Bagaimana strategi pengelolaan & pengembangan lembaga keuangan
syari’ah?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca dapat memahami lembaga keuangan syariah
2. Agar pembaca dapat mengetahui prinsip lembaga keuangan syariah.
3. Agar pembaca dapat mengetahui macam-macam lembaga keuangan
syariah.
4. Agar pembaca dapat mengetahui peran lembaga keuangan syariah.
5. Agar pembaca mengetahui ciri dan sifat lembaga keuangan syariah.
6. Agar pembaca mengetahui strategi pengelolaan dan pengembangan
lembaga keuangan syari’ah.

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat belajar memahami pengertian dari lembaga keuangan syariah.
2. Dapat mengklasifikasikan macam-macam dari lembaga keuangan
syariah.
3. Dapat mengetahui peran lembaga keuangan syariah.
4. Dapat menerapkan ilmu yang ada dalam prinsip lembaga keuangan
syariah.
5. Menjadi lebih kritis dalam melihat perkembangan lembaga keuangan
syariah di Indonesia .
6. Dapat menambah wawasan pembaca tentang materi lembaga keuangan
bank syariah dan lembaga keuangan non bank syariah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Kuangan Syariah


Lembaga keuangan syariah menurut Dewan Pengawas Syariah
Nasional adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan
syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan
syariah (DSN-MUI,2003). Definisi ini menegaskan bahwa lembaga
keuangan syariah harus memenuhi dua unsur yaitu unsur kesesuaian
dengan syariah dari ilam dan unsur legalitas di dalam operasi sebagai
lembaga keuangan.1
Lembaga keuangan syariah menerapkan prisip syariah di dalam
operasionalnya. Prinsip syariah merupakan penyediaan uang atau
pembiayaan terhadap usaha yang membutuhkan dengan persetujuan atau
kesepakatan mengenai angsurannya dan untuk laba maupun kerugian dari
usaha tersebut di bagi rata. Pembiayaan syariah meliputi mudharabah
berdasarkan prinsip bagi hasil, musyarakah berdasarkan prinsip penyertaan
modal, murabahah berdasarkan prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan, dan ijarah berdasarkan prinsip sewa murni tanpa
pilihan.2
Lembaga keuangan bank dibutuhkan sebagai suatu lembaga
intermediary atau perantara antara pihak yang surplus dana kepada pihak
yang devisit dana. Perkembangan selanjutnya lembaga keuangan bank
maupun non bank semakin berkembang di Indonesia, menurut surat
keputusan menteri keuangan republic Indonesia No. 792 Tahun 1990,
yaitu lembaga keuangan diberi batasan sebagai badan keuangan yang
melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat
terutama untuk membiayai investasi perusahaan.

1
Riza Yaya, Aji Erlangga Matawireja, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktek
Kontemporer, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 38.
2
Muslimin H. Kara, Bank Syariah di Indonesia Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap
Perbankan Syariah, (Yogyakarta: UII Pers, 2005), 68-69.

3
B. Prinsip Syariah di Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga Keuangan Syariah sebagai bagian dari Sistem Ekonomi
Syariah, dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari
saringan Syariah. Oleh karena itu, Lembaga Keuangan Syariah tidak akan
mungkin membiayai usaha-usaha yang di dalamnya terkandung hal-hal
yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi
masyarakat luas, berkaitan dengan perbuatan mesum/ asusila, perjudian,
peredaran narkoba, senjata illegal, serta proyek-proyek yang dapat
merugikan syiar Islam. Untuk itu dalam struktur organisasi Lembaga
Keuangan Syariah harus terdapat Dewan Pengawas Syariah yang bertugas
mengawasi produk dan operasional lembaga tersebut. Dalam
operasionalnya Lembaga Keuangan Syariah menganut prinsip-prinsip:3
1. Keadilan, yakni berbagi keuntungan atas dasar penjualan riil sesuai
kontribusi dan resiko masing-masing pihak
2. Kemitraan, yang berarti posisi nasabah investor (penyimpan dana), dan
pengguna dana, serta lembaga keuangan itu sendiri, sejajar sebagai
mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan;
3. Transparansi, lembaga keuangan Syariah akan memberikan laporan
keuangan secara terbuka dan berkesinambungan agar nasabah investor
dapat mengetahui kondisi dananya;
4. Universal, yang artinya tidak membedakan suku, agama, ras, dan
golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam.
5. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi
6. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada
kewajaran dan keuntungan yang halal.
7. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya.
8. Larangan menjalankan monopoli.
9. Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis
dan perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam.

3
Maltuf Fitri, Prinsip Kesyariahan Dalam Pembiayaan Syariah, Jurnal Economica Vol. 6 No. 1,
2015, 63.

4
C. Macam-macam Lembaga Keuangan Syariah
Lembaga keuangan syariah digolongkan menjadi dua yaitu lembaga
keuangan bank syariah dan lembaga keuangan non bank syariah,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Lembaga Keuangan Bank Syariah:
a. Bank Syariah
Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai
fungsi utamanya adalah menerima simpanan uang, meminjamkan
uang, dan jasa pengiriman uang, pada awalnya istilah bank
memang tidak di dikenal di dunia islam, yang lebih dikenal adalah
jihbiz yang mempunyai arti penagih pajak yang pada waktu itu
jihbiz dikenal dengan penagih dan penghitung pajak pada benda
yang kena pajak yaitu barang dan tanah.
Di Indonesia sendiri sudah muncul gagasan mengenai bank
syariah pada pertengahan 1970 yang dibicarakan pada seminar
Indonesia-Timur Tengah tahun 1974 dan Seminar Internasional
pada tahun 1976. Bank syariah pertama di Indonesia adalah Bank
Muamalat yang merupakan hasil kerja tim Perbankan MUI yang
ditandatangani pada tanggal 1 November 1991. Secara garis besar
produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 4
1) Penyaluran Dana
a) Prinsip Jual Beli (Ba’i), ada tiga yaitu: Ba’i Al Murabahah:
Jual beli dengan harga asal ditambah keuntugan yang
disepakati antara pihak bank dengan nasabah, Ba’i
Assalam: Dalam jual beli ini nasabah sebagai pembeli dan
pemesan memberikan uangnya di tempat akad sesuai
dengan harga barang yang dipesan dan sifat barang telah
disebutkan sebelumnya, dan Ba’i Al Istishna: Merupakan

4
Yenni Annor Vivin, dan Budi Wahono, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah Dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia, Jurnal Ilmiah Riset Manajemen Vol. 6 No.
8, 2017, 20.

5
bagian dari Ba’i Asslam namun ba’i al ishtishna biasa
digunakan dalam bidang manufaktur.
b) Prinsip Sewa (Ijarah) adalah kesepakatan pemindahan hak
guna atas barang atau jasa melalui sewa tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa.
c) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah), Dalam prinsip bagi hasil
terdapat dua macam produk, yaitu: musyarakah yaitu salah
satu produk bank syariah yang mana terdapat dua pihak
atau lebih yang bekerjasama untuk meningkatkan aset yang
dimiliki bersama, dan mudharabah yaitu kerjasama dua
orang atau lebih dimana pemilik modal memberikan
memepercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan
perjanjian pembagian keuntungan.
2) Penghimpun Dana
Produk penghimpunan dana pada bank syariah meliputi giro,
tabungan, dan deposito.
3) Jasa Perbankan yaitu: Sharf (Jual Beli Valuta Asing) yaitu jual
beli mata uang yang tidak sejenis namun harus dilakukan pada
waktu yang sama dan Ijarah (Sewa) yaitu menyewakan
simpanan (safe deposit box) dan jasa tata-laksana administrasi
dokumen (custodian), dalam hal ini bank mendapatkan imbalan
sewa dari jasa tersebut.
b. Bank Pengkreditan Rakyat Syariah
Menurut undang-undang (UU) Perbankan No. 7 tahun 1992,
BPR adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang
hanya dalam bentuk deposito berjangka, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dalam bentuk itu kemudian menyalurkan dana
sebagai usaha BPR.5

5
Yenni Annor Vivin, dan Budi Wahono, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah Dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia, 20.

6
2. Lembaga Keuangan Non Bank Syariah:
a. Baitul Maal Wat-Tamwil
Baitul Maal Wat-Tamwil adalah lembaga keuangan syariah
yang melakukan penghimpunan dana zakat, infaq, shodaqoh untuh
disalurkan kepada para mustahiq, BMT juga melakukan
penghimpunan dana melauli mobilisasi dan mengembangkannya
dengan simpanan lalu menyalurkannya dengan kegiatan
pembiayaan atau permodalan usaha mikro.6
b. Lembaga Amil Zakat/ZISWAF
Lembaga amil zakat merupakan tempat dimana pengelolaan
zakat, dalam undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa
lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri yaitu Badan Amil
Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ di bentuk
pemerintah, sedangkan LAZ dibentuk oleh masyarakat.7
c. Asuransi Syariah
Asuransi syariah merupakan usaha saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang melalui dana investasi
dalam bentuk asset atau tabbaru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
sesuai dengan syariah.8
d. Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah merupakan perjanjian menahan suatu
barang sebagai jaminan dalam hutang piutang untuk memberikan
kepercayaan dan keyakinan bahwa hutang tersebut akan dibayar,
dan bila hutang tidak bisa dibayar maka barang tersebut akan dijual
tetapi tetap bergantung pada prinsip syariah.9

6
Kuat Ismanto, Pengelolaan Baitul Maal Pada Baitul Maal Wat-Tamwil (BMT) di Kota
Pekalongan, Jurnal Penelitian Vol. 12 No. 1, 2015, hlm. 25.
7
Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,2002), 130.
8
Novi Puspitasari, Sejarah dan Perkembangan Asuransi Islam Serta Perbedaannya dengan
Asuransi Konvensional, Jurnal Jeam Vol. 10 No. 1, 2011, 39.
9
Ahmad Supriyadi, Struktur Hukum Akad Rahn Di Pegadaian Syariah Kudus, Jurnal Empirik
Penelitian Islam Vol. 5 No. 2, 2012, 6.

7
e. Reksadana Syariah
Reksadana syariah merupakan sarana investasi campuran
yang menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu
produk yang dikelola oleh manajer investasi dengan
memperhatikan syariah islam.10
f. Obligasi Syariah
Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan
sukuk. Sukuk berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan
“sukuk” (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau
note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti
(claim) kepemilikan. Sebuah sukuk mewakili kepentingan, baik
penuh maupun proporsional dalam sebuah atau sekumpulan asset.
g. Pasar Modal Syariah
Sekuritas adalah promissory notes/commercial bank notes
yang menjadi bukti bahwa satu pihak mempunyai tagihan pada
pihak lain. Adapun,yang dimaksud dengan sekuritas syariah atau
efek syariah adalah efek sebagaimana dalam peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal akad, pengelolaan perusahaan,
maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.
h. Wakaf Tunai
Wakaf diambil dari kata “waqafa” yang berarti menahan
atau berhenti. Dalam hukum islam wakaf berarti menyerahkan
suatu hak milik yang tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau
nadzir (penjaga wakaf), baik berupa perorangan maupun badan
pengelola dalam hal ini bisa bank syariah maupun lembaga swasta
dalam ketentuan hasil atau manfaatnya digunakan sesuai dengan
syariat islam. Harta yang telah diwakfkan keluar dari hak milik
yang mewakafkan, dan bukan pula menjadi hak milik nadzir tetapi
menjadi hak milik Allah dalam pengertian masyarakat umum.

10
Latifah Rangkuti dan Hotmal Ja’far, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Dan Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia Sampai Dengan Tahun 2012, Jurnal
Akuntansiku Vol. 1 No. 1, 2012, 3.

8
D. Peran Lembaga Keuangan Syariah
Banyaknya perusahaan besar ataupun kecil yang ada di Indonesia
tidak luput akan kegiatan investasi dan menerima investasi, sehingga ada
beberapa peran penting dari lembaga keuangan syariah di Indonesia yaitu
sebagai berikut:
1. Fungsi dan peran lembaga keuangan bank syariah:11
a. Lembaga bank syariah sebagai pengelola terhadap dana nasabah.
b. Lembaga keuangan bank syariah sebagai investor dana nasabah
dan yang dimilikinya.
c. Lembaga keuangan bank syariah sebagai penyedia jasa keuangan
seperti bank-bank pada lazimnya.
d. Lembaga keuangan bank syariah sebagai pengelola dana zakat dan
dana sosial lainnya.

2. Fungsi dan peran lembaga keuangan non bank syariah:12


a. Lebih mendekatkan masyarakat kepada praktik ekonomi syariah.
Hal ini dibuktikan adanya sosialisasi tentang arti penting ekonomi
islam serta pelatihan-pelatihan cara bertansaksi menurut syariat,
seperti dilarang curang dalam menimbang.
b. Melakukan pembinaan serta permodalan terhadap usaha
kecil.melakukan pemibinaan, pengawasan, penyuluhan terhadap
usaha-usaha kecil atau UMK maupun perusahaan yang sudah
besar.
c. Melepaskan ketergantungan masyarakat terhadap renternir,
lembaga keuangan non bank syariah selau siap sedia melayanni
para nasabah yang membutuhkan dana.
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat, dengan melakukan
pendistribusian dana secara merata kepada para masyarakat yang
membutuhkan.

11
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Deskripsi dan Ilustrasi, Edisi 2, (Yogyakarta:
Ekonisia, 2003), 45.
12
Neni Sri Imaniyati, Aspek-Aspek Hukum BMT (Baitul Maal Wat-Tamwil), (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2010), 93.

9
E. Ciri-ciri dan Sifat Lembaga Keuangan Syariah
Ciri-ciri sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari hal-hal
sebagai berikut:
1. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah
harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah;
2. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan
Lembaga Keuangan Syariah sebagai intermediary institution,
berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur;
3. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit
orianted, tetapi juga falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan
kebahagiaan di akhirat;
4. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan
prinsip kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna
transaksi komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/ kredit) guna
transaksi sosial;
5. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan
tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam.

Dalam membangun sebuah usaha, salah satu yang dibutuhkan adalah


modal. Modal dalam pengertian ekonomi syariah bukan hanya uang, tetapi
meliputi materi baik berupa uang ataupun materi lainnya, serta
kemampuan dan kesempatan. Salah satu modal yang penting adalah
sumber daya insani yang mempunyai kemampuan di bidangnya.
Sumber Daya Insani (SDI) yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga
keuangan syariah, adalah seorang yang mempunyai kemampuan
profesionalitas yang tinggi, karena kegiatan usaha lembaga keuangan
secara umum merupakan usaha yang berlandaskan kepada kepercayaan
masyarakat.
Untuk SDI lembaga keuangan syariah, selain dituntut memiliki
kemampuan teknis perbankan juga dituntut untuk memahami ketentuan
dan prinsip syariah yang baik serta memilik akhlak dan moral yang Islami,

10
yang dapat dijabarkan dan diselaraskan dengan sifat-sifat yang harus
dipenuhi, yakni:
1. Siddiq, yakni bersikap jujur terhadap diri sendiri, terhadap orang, dan
Allah SWT
2. Istiqomah, yakni bersikap teguh, sabar dan bijaksana;
3. Fathonah, yakni professional, disiplin, mentaati peraturan, bekerja
keras, dan inovatif;
4. Amanah, yakni penuh tanggungjawab dan saling menghormati dalam
menjalankan tugas dan melayani mitra usaha;
5. Tabligh, yakni bersikap mendidik, membina, dan memotivasi pihak
lain untuk meningkatkan fungsinya sebagai kalifah di muka bumi.

F. Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Lembaga Keuangan


Syari’ah:13
1. Pemasaran antara lain membangun kerja sama dengan dealer, sinergi
bisnis dengan grup/induk perusahaan, untuk membangun captive
market.
2. Produk antara lain menciptakan produk yang sederhana dimata
konsumen dan dari mitigasi resiko masih tetap aman.
3. Keuangan antara lain bila tak memungkinkan funding mayoritas dari
bank, ada keterbatasan untuk menambah jumlah funding yang
diperoleh. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk memperoleh
pendanaan dari berbagai sumber.
4. Permodalan antara lain secara bertahap perusahaan perlu melakukan
pemupukan modal atau berusaha mendapatkan penamabahan modal
disetor dari para pemegang saham.
5. Sumber daya insani antara lain diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas agar dapat melakukan marketing, menganalisis resiko, dan
melakukan perjanjian jika terjadi resiko gagal bayar dari konsumen.

13
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), 343.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga keuangan syariah menurut Dewan Pengawas Syariah
Nasional adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan
syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan
syariah (DSN-MUI,2003). Lembaga keuangan syariah dibagi menjadi dua
yaitu lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan non bank
syariah.
Lembaga keuangan bank syariah terdiri dari bank syariah dan bank
pengkreditan rakyat syariah, sedangkan lembaga keuangan non bank
syariah terdiri dari BMT, asuransi syariah, lembaga ziswaf, reksadana
syariah, pasar modal syariah, obligasi syariah, pegadaian syariah dan lain
sebagainya. Dan lembaga keuangan bank syariah harus melakukan
transaksinya dengan prinsip syariah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Annor, Yenni, Vivin, dan Budi Wahono. 2017. “Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umum Konvensional di
Indonesia”. Jurnal Ilmiah Riset Manajemen Vol. 6 No. 8.

Fitri, Maltuf. 2015. “Prinsip Kesyariahan Dalam Pembiayaan Syariah”, Jurnal


Economica Vol. 6 No. 1.

H., Muslimin, Kara. 2005. “Bank Syariah di Indonesia Analisis Kebijakan


Pemerintah Indonesia Terhadap Perbankan Syariah”. Yogyakarta: UII
Pers.

Hafiduddin, Didin. 2002. “Zakat dalam Perekonomian Modern”. Jakarta: Gema


Insani Press.

Ismanto, Kuat. 2015. “Pengelolaan Baitul Maal Pada Baitul Maal Wat-Tamwil
(BMT) di Kota Pekalongan”. Jurnal Penelitian Vol. 12 No. 1.

Puspitasari, Novi. 2011. “Sejarah dan Perkembangan Asuransi Islam Serta


Perbedaannya dengan Asuransi Konvensional”.Jurnal Jeam Vol.10 No.1.

Rangkuti, Latifah, dan Hotmal Ja’far. 2012. “Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Reksadana Syariah di
Indonesia Sampai Dengan Tahun 2012”. Jurnal Akuntansiku Vol.1 No.1.

Soemitra, Andri. 2009. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta:


Kencana.

Sri, Neni, Imaniyati. 2010. “Aspek-Aspek Hukum BMT (Baitul Maal Wat-
Tamwil)”. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Sudarsono, Heri. 2003. “Bank dan Lembaga Keuangan Deskripsi dan Ilustrasi,
Edisi 2”. Yogyakarta: Ekonisia.

Supriyadi, Ahmad. 2012. “Struktur Hukum Akad Rahn Di Pegadaian Syariah


Kudus”. Jurnal Empirik Penelitian Islam Vol. 5 No. 2.

Yaya, Riza, Aji Erlangga Matawireja, dkk. 2009. “Akuntansi Perbankan Syariah
Teori dan Praktek Kontemporer”. Jakarta: Salemba Empat.

13

Anda mungkin juga menyukai