KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya tak lupa pula
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap teman telah memberi
bantuan dari segi penyusunan dan pengetikan makalah ini dengan sumbangan baik
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini dapat menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Akhlaq
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
Kelompok 2
iii
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlaq merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam
dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik
yang disebut akhlak yang mulia dan perbuatan buruk atau akhlaq tercela.
Ajaran islam mengatur segenap dimensi kehidupan manusia yang meliputi segi
ekonomi, budaya, politik, seni dan lainnya. Artinya, islam tidak hanya mengatur
masalah keyakinan serta ibadah kepada Allah SWT seperti halnya sholat, puasa,
zakat, dan haji, akan tetapi islam juga mengatur bagaimana cara seseorang
berinteraksi dan berperilaku kepada Allah, rasul, sesama manusia serta alam semesta.
Al-Qur’an sebagai dasar (rujukan) ilmu akhlak yang pertama, hal ini di mulai
Mengingat Al-Qur’an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan baginya
Perbuatan baik dan buruk sudah dijelaskan didalamnya. Hanya saja, ada yang perlu
Hadist (sebagai Asbabun Nuzul suatu ayat) dan Al-Aqlu (penalaran akal). Sejauh
manakah campur tangan kedua dasar tersebut pada persoalan ilmu akhlak. Pastinya
2
al-Hadis dan al-Aqlu tidak akan merubah pesan yang ingin disampaikan oleh Al-
Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sumber ajaran akhlak?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Sumber Ajaran Akhlaq
BAB 2
PEMBAHASAN
Sumber akhlak adalah suatu alat akur atau dasar untuk menilai baik dan buruk
atau mulia dan tidaknya manusia. Sumber tersebut adalah al-Qur’an dan al-Sunnah,
bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat1. Dalam ajaran Islamiah berasal dari
al-Qur’an dan hadits serta sunnah Rasulullah SAW, al-Qur’an sebagai dasar (rujukan)
ilmu akhlak yang pertama hal ini dinilai karena konteksnya yang lebih tinggi,
Tuhan, sehingga tidak ada keraguan baginya untuk dijadikan sebagai dasar atau asas.
Yang dimaksud dengan sumber ajaran akhlak adalah yang menjadi ukuran baik
dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran Islam, dasar
sumber akhlak adalah al-Qur’an dan sunnah.2 Tingkah laku Nabi Muhammad SAW
merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia semua. Hal ini ditegaskan oleh
َواِنَّ َك لَ َع ٰلى ُخلُق َع ِظيْم. َواِ َّن لَ َك ََلَجْ رًا َغ ْي َر َم ْمنُ ْو ٍۚن
Artinya: “Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak
putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu (Nabi Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung”.3 (al- Qalam: 3-4).
SAW, memiliki pahala dan kebajikan yang tidak pernah putus- putusnya. Dan
1
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang. 1982).
2
Yunhar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007), 10.
3
QS. al-Qalam (63): 3-4.
4
Muhammad Saw. itu benar-benar memiliki akhlak yang paling agung. Karena itulah,
Sumber akhlaq adalah wahyu (al-Qur’an dan al-Hadits). Sebagai sumber akhlak,
manusia, melainkan firman Allah SWT yang Maha Pandai lagi Maha Bijaksana. Oleh
sebab itu, setiap muslim berkeyakinan bahwa isi al-Qur’an tidak dapat dibuat dan
َّ ان ي َ ْر ُج و
َ َّللا َ َّللا ِ أ ُ ْس َو ة ٌ َح
َ س ن َ ة ٌ ل ِ َم ْن َك َّ ان ل َ ُك ْم ف ِي َر سُو ِل َ ل َ ق َ ْد َك
َّ َو الْ ي َ ْو َم ْاْل ِخ َر َو َذ َك َر
َّللا َ َك ث ِ ي ًر ا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.5 (Q.S. Al-Ahzab: 21)
ketetapan dan tingkah laku Rasulullah SAW. Dasar akhlaq dari Al-Hadits dijelaskan
4
Nasharudin, Akhlak: Ciri Manusia Paripurna, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015), 104.
5
Q.S. Al-Ahzab (33): 21
5
scbagaimana salah satu fungsi al-Qur’an yaitu sebagai penentu keputusan juga
sebagai pengarah mana akhlak yang sebaiknya dilakukan. Karenanya ajaran akhlak
yang berdasarkan al- Qur’an bersifat absolut dan universal serta mutlak, yakni tidak
dapat ditawar-tawar lagi dan akan berlangsung sepanjang zaman demikian juga
dengan al-Hadits.
Ketika Aisyah ditanya oleh sahabat tentang akhlak Rasulullah ia menjawab al-
untuk menjelajahi dan menundukkan hatinya. Serta tidak tergesa-gesa untuk puas
pada aktifitas dan ritual yang bersifat lahiriah. Seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an,
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati
mereka mengingat Allah dan kapada kebenaran yang telah turun (kepada mereka).
Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya diurunkan Al-Kitab
kepada-Nya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mareka, lalu hati mareka
6
HR.Al-Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubrâ’ (no. 20782), al-Bazzar dalam Musnad-nya (no.
8949) Imam Bukhari dalam Al Adaab Al Mufraad hal 42, Ahmad 2/381, Al Hakim 2/613, Ibnu Saad
dalam Thabaqaatul Kubra (1/192), Al Qudhaa’iy dalam Musnad Asysyihaab No.1165
6
menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mareka adalah orang-orang yang fasik”7
(Q.S. Al-Hadid: 16).
dan sangat penting. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hadis yang berkaitan dengan
akhlak, di antaranya yaitu hadits tentang Keharusan seorang yang kecil menghormati
yang besar. Penelusuran dalam kitab Mu’jam Mufahras li Alfaz al-Hadis al-Nabawi,
bahwa hadis tersebut didapati dalam kitab Sahih al-Bukhari dan Sunan Ibnu Majah.
7
Q.S. Al-Hadid (57): 16
8
Q.S. At-Tahrim (66): 8
7
Demikian juga ada beberapa Hadis yang menjadi dasar akhlak, diantaranya riwayat
di Gua Hira untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati serla hakikal
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada
kami Sufyan dari Shalih dari Asy-Sya biy dari bu Burdah dari Abu Musa Al-Asy’ariy
radlialahu ‘anhu berkata, Nabi shailallahu alaihi wasallam bersabda: “Siapa saja
dari seseorang yang memiliki seorang budak wanita lalu mendidiknya dengan
sebaik- baik pendidikan, kemudian dibebaskannya lalu dinikahinya maka baginya
mnendapat dua pahala, dan siapa saja dari seorang hamba yang menunaikan hak
Allah dan hak tuanya maka baginya mendapat dua pahala”.10 (HR. Bukhari)
9
Secara etimologi, tahannuts berarti menyendiri, menyepi ke suatu tempat yang sunyi, bertapa,
atau menjauhkan diri dari keramaian untuk berkontemplasi. Ahmad bin Faris dalam
bukunya Maqayis al-Lughat mengertikan tahannuts dengan beribadah (ta’abbud).
Dalam Kamus Arab-Indonesia ditemukan arti tahannuts: 1) beribadah dalam waktu beberapa malam,
2) menjauhkan diri dari berbuat dosa, dan 3) meninggalkan menyembah berhala. Pengertian tersebut
mengacu dan didasarkan pada sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra, “Nabi pergi ke
Gua Hira’ setiap malam kemudian melakukan ibadah di dalam gua itu dalam jumlah yang tak
terhitung,” (HR. Bukhari). Sementara itu, menurut Nicholas Drake, tahannuts berarti upaya pencarian
Tuhan yang dilakukan oleh seorang hamba dengan cara menghindarkan diri dari dunia ramai dan
gangguan-gangguan yang ada dalam jiwa.
10
Hadits Shahih Al-Bukhari-Kitab membebaskan Budak No.2361
8
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. akhlak dalam Islam yang bersumber dari al-Qur’ an dan Hadis bukanlah moral
yang mutlak. Nilai-nilai baik dan buruk, berlaku kapan dan di mana saja
2. konsep pendidikan akhlak yang bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub
dalam al-Qur’an dan Hadis merupakan pedoman bagi kehidupan umat Islam,
suatu kenicayaan, karena konsep dasar Islam tentang akhlak terlihat arah
Selain itu juga bersifat mendalam dan menyeluruh, tidak terikat pada suatu
pendidikan manapun.
yaitu fungsi preventif dan kuratif. Fungsi preventif mengarah pada usaha dini
9
untuk menghiasi anak didik dengan akhlak dan mencegah dari tingkah laku
yang buruk. Fungsi ini bisa dimaksimalkan pada masa pembentukan tingkah
laku dan watak anak. Sedangkan fungsi kuratif mengemban misi pembenahan
atau perbaikan, yailu berusaha memperbaiki moral anak dari moral negatlif
B. Saran
Semoga dalam makalah ini kita dapat memahami dan mengetahui sumber ajaran
akhlak. Bagi kami sendiri semoga materi yang disampaikan dalam makalah ini dapat
di pahami dengan benar dan dapat berguna di kehidupan sehari-hari, untuk kami,
kami ini tentunya kami masih dalam bealajar, oleh karena itu berbagai kritik dan
saran kiranya disampaikan kepada kami agar kedepannya dalam membuat makalah
DAFTAR PUSTAKA
http://umemsindonesia.blogspot.com/2012/06/pengertian-tahannuts.html
http://santrisuwung.blogspot.com/2013/10/sumber-sumber-akhlak.html?m=1
Wathoni, Lalu Muhammad Nurul, 2020. Akhlak tasawuf. Nusa tenggara barat: Forum
pemuda aswaja.
Abuddin Nata,2005 Pendidikan dalam prespektif hadits. Jakarta: Uin Jakarta
Mansur, 2005. Pendidikan anak usia dini dalam islam. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Munawar, 2003. Aktualisasi nilai nilai qurani dalam system pendidikan islam.
Jakarta: ciputat press