Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya ulama’-ulama’ hijaz menjadi Ahlul Hadist dan Ra’yi adalah pengaruh
pemikiran dari Ali, Ibnu Mas’ud, dan Umr bin Khatab yang sangat terkenal banyak
menggunakan ra’yu dalam menetapkan hukum suatu masalah. Dalam hal ini, di kalangan para
tabi’in banyak yang terpengaruh oleh cara istimbat hukum para sahabat tersebut, para tabi’in
di Iraq terpengaruh oleh ijtihadnuya Ali sedangkan ulama’ hijaz dipengaruhi oleh pemikiran
ibnu abbas yang tidak menggunakan ra’yu.
Timbulnya mazhab sunny adalah perkembangn dari ulama ahlul ra’yu, termaksud juga
ulama mazhab yaitu, mazhab Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbal.
Perbedaan pendapat dalam penerapan hukum-hukum syari’ah pada masa ini,
dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah faktor tempat tinggal dari keempat imam
mazhab ini.
Untuk mengetahui lebih lanjut, kami penulis akan menguraikan hal-hal yang terkait
dengan perkembangan Tarikh Tasyrik pada Masa Imam Mazhab.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dinamika Tasyri’ Pada Masa Ulama “Pembangunan Mazhab”?
2. Bagaimana Tasyri’ pada Masa Imam Mazhab?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dinamika Tasyri’ Pada Masa Ulama “Pembangunan Mazhab”


Periode ini dimulai sejak berdirinya Dinasti Abbasiyyah (750-1258 M), pada awal
abad ke 2 H dan berakhir pada pertengahan abad ke-4 H. periode ini disebut dengan periode
pembukuan dan Imam-Imam Mujtahidin, karena pada periode ini usaha penulisan dan
pembukuan terhadap hukum islam mengalami perkembangan kemajuan yang pesat.
Selain itu kemajuan ilmu pengetahuan pada zaman ini tidak hana pada bidang fiqh,
akan tetapi pada ilmu bagian lain yaitu hadits, tauhid, bahasa dan adab. Sehingga periode ini
pantas disebut dengan masa yang cerdas, yaitu kuat dan matang dalam pemikiran , kehidupan
ilmiah yang meluas pembahasan, ijtihad mutlak, kebebasan yang berani dalam nalar dan
istinbath.
Dinasti Abbasiyyah merupakan dinasti Islam yang sempat membawa kejayaan umat
islam dicapai pada masa dinasti-dinasti masa itu. Pada masa ini pula umat islam banyak
melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan. Apalagi ketika masa khaliah Al-Ma’mun
yang dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta dengan ilmu. Pada masa Al-Ma’mun inilah
Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Periode ini disebut juga sebagai periode penghimpunan dan Ulama – ulama
mujtahidin, karena selama periode ini lahirlah gerakan aktifitas penulisan dan penghimpunan,
maka berhasil di himpun : As Sunnah, Fatwa-fatwa Sahabat ahli fatwa, fatwa-fatwa Tabi’in
dan Tabi’it Tabi’in, dan berhasil disusun tafsir-tafsir Al Qur’an yang luas, dan fiqh Ulama –
ulama mujtahidin, dan juga berbagai risalah tentang ushul fiqh. Dan karena hasil-hasil karya
sejumlah besar ulama – ulama mujtahidin dan pembentuk hukum lahir dalam masa ini. Serta
bangkitlah di kalangan mereka semangat pembentukan hukum, yang mempunyai pengaruh
abadi terhadap perundang-undangan dan istinbath hukum terhadap hal-hal yang terjadi, dan
perkara-perkara yang dimungkinkan terjadi.
Perkembangan pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkem bangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai
bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak masa Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa
ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal,
yaitu :

2
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah
Al-Manshur hingga Harun Al-Rasyid. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-
ma’mun hingga tahun 300 H. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan
terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga
ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode,
penafsiran pertama, tafsir bi al-ma’tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil
interpretasi dari nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra’yi, yaitu metode rasional yang
lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadis dan para sahabat. Kedua
metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas
sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra’yi sangat dipengaruhi oleh perkembangan
pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqih dan
terutama dalam ilmu teologi Perkembangan logika di kalangan umat islam sangat
mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
Proses lahirnya madzhab adalah usaha para pengikut atau pendukung untuk
menyebarkan hasil ijtihad imamnya. Penyebaran ini dilakukan dengan metode lisan dan juga
tulis (pembukuan fiqih). Kemudian, pengikut hasil ijtihad itu semakin banyak, membentuk
suatu komunitas dan disebutlah komunitas tersebut bermadzhab imam ini dan itu.
Jika dilihat dalam sejarah tasyri Islam, madzhab lahir dari perjalanan yang
cukup panjang. Dimulai dari para sahabat Nabi saw yang fokus pada ilmu dan hukum,
sampai kepada para tabiin di setiap daerah-daerah. Pada masa tabi’in dan imam-imam
mujtahid, muncul sederetan ulama dalam jumlah yang cukup banyak. Berbagai kawasan
(negeri) Islam dipenuhi dengan ilmu dan ulama. Banyak diantara mereka yang mencapai
tingkatan mujtahid mutlak. Sebagian ulama terbaik itu membuat metode yang digunakan
untuk mengenal hukum-hukum.
Akhirnya masing-masing mempunyai murid dan pengikut yang mengikuti
metodenya. Metode ini yang kemudian dinamakan madzhab. Di Madinah misalnya, banyak
nama Tabiin yang memiliki perhatian besar terhadap hukum dan ilmu pengetahuan. Misalnya,
Said bin Musayyab, Urwah bin Zubair, Salim Ibnu Abdillah, Nafi maula Ibnu Umar, Ibnu
Syihab az-Zuhri dan lainnya. Di Makkah, tersebut nama besar seperti Ibnu Abbas Mujahid ibn
Jabir, Ikrimah dan lainnya.

3
Demikian juga kita temukan nama besar di Kufah dan Bashrah seperti ‘Alqamah bin
Qais, Anas bin Malik, Qatadah ibn Da’aman dan nama besar lainnya. Maka tidak heran kalau
dalam literature hukum Islam terdapat istilah madzhab Aisyah, madzhab Ibn Mas’ud, dan
madzhab tabiin lainnya.
Para pemilik nama besar inilah yang sangat berjasa mengembangkan kegiatan ilmiah
dan dengan pegajaran yang mereka lakukan mendorong munculnya generasi-generasi baru
yang focus pada masalah hukum. Generasi baru ini melakukan ijtihaddan istinbath hukum
sesuai kebutuhan masyarakat sekitar. Mereka menyebarkan hasilijtihadnya, menulis dan
menjadi rujukan hukum bagi yang memerlukan.
Menurut Thaha Jabir al-Ulwani generasi baru ini berjumlah 13 aliran. Namun, tidak
semua aliran itu dapat diketahui dasar-dasar dan metode istinbath hukumnya
Adapun diantara pendiri 13 aliran itu adalah sebagai berikut: Sufyan bin Uyaynah (w.
198 H) di Makkah, Malik bin Anas (w. 179 H) di Madinah, Hasan al-Bashri (w. 110) di
Bashrah, Abu Hanifah (w. 150 H) di Kufah, Sufyan al-Tsauri (w. 160 H) di Kufah, al-Auzai
(w. 157 H) di Syam, Abdullah bin Idris as-Syafii (w. 204 H) di Mesir, al-Laits bin Saad (w.
175 H) di Mesir, Ishaq bin Ruhawaih (w. 238 H) di Naisabur, Abu Tsaur (w. 240 H) di
Baghdad, Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) di Baghdad, Daud adz-Dzhahiri (w. 270) di
Baghdad, Ibn Jarir at-Thabari (w. 310) di Baghdad. (Mun’im Sirri, 1995:79-80).
Ketiga belas aliran ini pada akhirnya membentuk madzhab-madzhab tersendiri.
Mereka memiliki buku rujukan, memiliki metode istinbat dan pengikut di masing-masing
daerah. Ketiga belas madzhab ini digolongkan pada komunitas Sunni. Aliran hukum Islam
yang masih terkenal dan masih ada pengikutnya hingga kini hanya beberapa, di antaranya
Hanafiah, Malikiah, Syafi’iah, dan Hanabilah.

B. Tasyri’ pada Masa Imam Mazhab


1. Imam Abu Hanifah
a. Pengalamannya
Abu Hanifah dikenal sebagai orang yang kuat pikirannya, pernah ia tinggal dimasjid,
ia didatangi oleh sekelompok orang Khawarij dengan pedang terhunus, ia berkata “Hai Abu
Hanifah, kami akan ertanya kepada anda dua masalah. Jika engkau dapat menjawab maka
anda akan selamat jika tidak maka kami akan membunuhmu. “Ia menjawab, “Sarungkanlah
dulu pedang kalian agar saya tidak terpengaruh oleh pedang terhunus itu. “Tetapi mereka
tidak mau mengikuti perintahnya. Selanjutnya mereka boleh bertanya.

4
Ada dua jenazah di pintu. Satu orang adalah peminum khamr yang mati karena
mabuk. Satu lagi seorang wanita hamil kerana zina yang mati karena melahirkan
kendungannya dan belum sempat bertaubat. Pertanyaan, apakah mereka kafir atau
mukminkah? “ perlu diketahui bahwa mazhab yang diikuti oleh penanya adalah mengkafirkan
orang yang berbuat dosa, seperti itu. Jika Abu Hanifah menjawab kedua mereka itu mukmin
maka mereka akan membununhya. Pada akhirnya Abu Hanifah melontarkan beberapa
pertanyaan sehingga mereka menjawab sendiri jawaban dari apa yang mereka pertanyakan,
lalu akhirnya merekapun menaruh simpati kepada Abu Hanifah.
b. Metodologi Pengajarannya
Imam Abu Hanifah pada pengajarannya pada prinsip syuro (musyawarah). Beliau
menyodorkan beberapa persoalan diskusi kepada murid-muridnya untuk dibahas dan di
diskusikan. Mereka juga saling mendiskusikan problem hipotesis dan mencarikan solusinya
dengan mengandaikan sebuah persoalan yang belum terjadi, sehingganya ia dikenal dengan
kaum “bagaimana jika atau ahlu ra’yu”.
Dimasanya, dalam menetapkan hukum Islam, beliau dipengaruhi dengan kondisi
sosial Kuffah yang kurang dengan perbendaharaan hadits, selain itu Kuffah yang berada
ditengah kebudayaan Persia yang masyarakatnya sudah mencapai peradaban yang tinggi.
Oleh sebab itu banyak muncul problema kemasyarakatan yang memerlukan penetapan
hukum, serta banyaknya pemalsuan hadits, sehingga menyulitkan Imam Abu Hanifah dalam
penetapan hukum,karena hal tersebut beliau dalam menetapkan hukum Islam banyak
mengunakan ra’yi.
Adapun diantara murid-murid Imam Abu Hanifah yang membangsakan dirinya
kepadanya adalah sebagai berikut:
1) Abu Yusuf Ya’kub bin Ibrahim al-Anshori
2) Zufar bin Hudzail bin Qais al-Kufi
3) Muhammad bin Hasan bin Farqad Asy S yaibani
4) Hasan bin Zayadi al Lu’lui al –kufi maula Anshar.
e. Dasar Mazhab Imam Abu Hanifah
Sumber syari’at islam bagi Abu Hanifah adalah Al-Quran dan Al-Sunnah/Al-Hadits,
seperti juga ulama lain. Tentang al-Hadits Abu Hanifah sangat selektif dalam menerima
hadits. Tidak setiap yang disebut hadits ia langsung diterimasebagai sumber syari’at Islam. Ia
tidak menerima berita dari Rasulullah kecuali berita yang diriwayatkan oleh jama’ah dari
jama’ah. Atau berita yang disepakati oleh fuqaha suatu negeri dan diamalkan, atau berita ahad

5
yang diriwayatkan dari sahabat yang jumlahnya banyak (tetapi tidak mutawatir) yang tidak
dipertentangkan.
Selain itu, Imam Abu Hanifah memiliki cara tersendiri dalam menginsinbatkan hukum
yang tidak ada sebelumnya. Beliau pernah berkata , “Saya mengambil dari Kitab Allah, jika
tidak ada maka saya mengambil pada sunnah Rasulullah, dan jika tidak ada keduanya, maka
saya akan ambil pada pendapat sahabat. Saya memilih salah satu dan meninggalkan yang lain,
dan saya tidak akan keluar dari pendapat mereka, jika saya telah sampai pada pendapat
Ibrahim, Asy Sya’bi, Hasan, Ibnu Sirrin, dan Sa’id bin Musayyab, maka saya akan berijtihad
sebagaiman mereka berijtihad.
Sebagaimana diketahui bahwa Abu Hanifah adalah imam ahlul Ra’yu dalam
menghadapi nas al-Quran dan al-Sunnah, ia berusaha menangkap pesan dibalik nas al –
Quran. Maka ia dikenal ahli dibidang ta’lil al-ahkam dan qiyas. Dari pendiriannya itu
memunculkan teori istihsan. Salah satu contoh keputusan fiqhnya adalah ketika Abu Hanifah
ditanya” Apa pendapatmu hukum minum dengan wadah gelas yang sebagian sisinya terdapat
perak? Ia menjawab ,” tidak mengapa.”ditanya lagi, “Bukankah minum dengan wadah emas
dan perak dilarang oleh Nabi?, Ia menjawab,” Apa pendapat anda kalau melintas saluran air,
dalam keadaan haus, kemdian minum air itu dengan menciduknya dengan tanganmu yang
disalah satu jarimu ada cincin emas? “Penanya menjawab “ tidak mengapa,”Begitulah”, kata
Abu Hanifah.
2. Imam Malik
a. Pengalamanya
Pengalamanya yang begitu berkesan adalah minhah, semacam ancaman, dari khalifah
al –Manshur kepadanya. Sebuah riwayat menyebutkan, Imam Malik pernah mengeluarkan
fatwa bahw talak yang diucapkan oleh orang yang dipaksa tidak sah/ jatuh. Keputusan fiqh
semacam ini tidak mengejutkan, akan tetapi, bermasalah ketika dikiaskan dengan masalah
ba’iat.
b. Metoda Pengajaran Imam Malik
Imam Malik mempunyai dua majelis yaitu,majelis hadits dan majelis fatwa. Adapun
metode pengajaran yang dilakukan oleh Imam Malik adalah dengan didasarkan pada
ungkapan hadits dan pembahasan tentang makna-maknanya, kemudia dikaitkan dnegan
konteks permasala han ketika itu.
Diantara murid-murid dan penerus dari Imam Malik adalah Abu Abdillah Abd al-
rahman bin Al-Qasim al Utaqi, Abu Muhammad Abdulah bin Wahhab bin Muslim, Asyhab

6
ibn Abdul Aziz al-Kaisi, Abdullah ibn Abdul Hakam, Asbagh ibn Fajr al-Amawi, dan masih
banyak murid beliau yang lainnya.
c. Dasar Mazhab Imam Malik
Sebagaimana halnya imam Abu Hanifah, Imam Malik menempat kan al-Quran
sebagai sumber hukum pertama, kemudian al-Hadits, sedapat mungkin hadits-hadits yang
mutawatir atau mashyur. Namun, ia mau menggunakan hadits ahad sebagai dalil syar’i kalau
memang tidak ada lagi dalil lain yang lebih kuat, akan tetapi tetap selektif dalam memilih
hadits.
Selain itu Imam Malik, berpandangan bahwa karean sebagian masyrakat Madinah
merupakan keturunan langsung para sahabat dan Madinah sendiri menjadi tempat
Rasulullah SAW menghabiskan 10 tahun terakhir hidupnya, oleh karenanya Imam Malik
menganggap bahwa praktik umum masyarakat Madinah adalah sebagai bentuk sunnah yang
otentik.
Seperti halnya Imam Abu Hanifah, Imam Malik juga berpegang pada Ijma’para
sahabat sebagai sumber hukum, selanjutnya menggunakan Qiyas, ihtihshan dan al-Mashalih
al-Mursalah, Syaddz Adz-Dzara’I, dan al-Urf.
3. Imam Syafi’i
a. Metoda Pengajaran
Imam Syafi’I mengkombinasikan Fiqh Hijaz dengan Fiqh Irak, dan menciptakan
Mazhab baru yang ia diktekan kepada murid-muridnya dalam bentuk buku yang dinamakan
Al-Hujjah (Bukti). Buku dan keulamaan ini disebut dengan sebagai Mazhab Qadim. Dan di
Mesir ia mneyerap Fiqh dari Imam Al-Laits bin Sa’ad dan mendiktekan Mazhab Jadid
kepada murid;-muridnya dalam bukunya yang lain Al-Umm. Dan mensistematis kan prinsip-
prinsip dasar fiqh yang ia tulis dalam bukunya Al-Risalah.
Adapun murid-murid utama Imam Syafi’I yang meneruskan pemikirannya adalah
Imam Muzani, Imam Rabi dan Imam Yusuf Bin Yahya.
b. Dasar Mazhab Imam Syafi’i.
Menurut Imam Syafi’I, tat urut sumber hukum Islam adalah:
1) Al-Quran dan Sunnah
2) Bila disana ia tidak ada, ia berpindah pada Ijma’.
3) Pendapat sebagian sahabat Nabi yang tidak diperselisihkan.
4) Pendapat yang kuat dari para sahabat Nabi bila mereka berbeda pendapat.
5) Al-Qiyas.

7
Al-Sunnah disejajarkan dengan Al-Quran karena keduanya tercakup dalam pengertian
wahyu. Namun, ia mengakui bahwa as-sunnah itu sendiri tridak sekuat Al-Quran. Al-Sunnah
tidak akan pernah bertentangan dengan Al-Quran, selanjutnya Imam Syafi’I berpendapat
bahwa ayat Al-Quran hanya dapat dinasakhkan denga Al-Quran, dan al-Sunnah dihapuskan
oleh al-Sunnah juga. Al-Sunnah tidak dapat menasakhkan al-Quran, karean tugas al-Sunnah
hanya menafsirkan, bukan membatalkan.
4. Imam Ahmad Bin Hanbal
a. Metoda Pengajaran
Perhatian utama Ibnu Hanbal adalah pengumpulan, periwayatan, dan interprestasi
hadits.metode pengajarannya adalah melalui pendiktean hadits- hadits dari koleksi
lengkapnya yang dikenal sebagai Al-Musnad.
Adapun diantara sahabat dan murid-muridnya adalah Al-Atsram Abu Bakar Ahmad
bin Hani bin Hani al –Khurasani, Ahmad bin Muhammad bin al Hajjaj al Marmawi, Ibn Ishaq
al- Harbi, dsb.
b. Dasar Mazhab
1) Menurut Imam Ahmad, sumber Hukum pertama adalah al nushush, yaitu al- Quran
dan al-Hadits yang marfu’, bila jawaban atas persoaan hukum sudah didapat dalam
nas-nas tersebut, ia tidak beranjak ke sumber lain, ia tidak pula menggunakan “metode
ijtihad”.
2) Fatwa para sahabat.
3) Apabila terdapat perbedaan pendapat para sahabat maka imam Ahmad memilih
pendapat yang lebih dekat kepada ajaran al-quran dan al-Sunnah.
4) Mengambil hadits mursal dan dah’if sekiranya tidak ada dalil yang mengahalanginya.
5) Qiyas, adalah digunakan dalam keadaan darurat yaitu bila tidak ada “senjata” .
5. Maksudnya adalah, bahwa qiyas (analogis) ditempatkan nomor terbelakang dan
sifatnya darurat, dapat dimnegerti kalau Imam Ahmad bin Hanbal dan pengikutnya
dikenal dengan pemikir literalis.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Untuk periode keemasan tasyri’ Islami itu terjadi pada abad kedua Hijriyah dan
berakhir sampai abad keempat Hijriyah atau hampir 250 tahun.
Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan di dunia Islam disebabkan oleh hal-hal
berikut :
1. Banyaknya mawali yang masuk Islam
2. Berkembangnya pemikiran karena luasnya ilmu pengetahuan
3. Adanya upaya umat Islam untuk melestarikan al-Qur’an dengan dua cara, yaitu dicatat
(dikumpulkan dalam mushaf) dan dihafal.
Proses lahirnya madzhab adalah usaha para pengikut atau pendukung untuk
menyebarkan hasil ijtihad imamnya. Penyebaran ini dilakukan dengan metode lisan dan juga
tulis (pembukuan fiqih). Kemudian, pengikut hasil ijtihad itu semakin banyak, membentuk
suatu komunitas dan disebutlah komunitas tersebut bermadzhab imam ini dan itu.
Adapun mazhab yang masih eksis hingga sekarang ada empat atau juga disebut
dengan imam mazhab yang empat yaitu : Hanafiah, Malikiah, Syafi’iah, dan Hanabilah.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan serta
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sarankan agar pembaca tidak hanya mencukupkan
pengetahuan dengan materi yang telah terlampir, namun menambah wawasan dengan
menggunakan referensi yang lain. Semoga makalah ini bermanfaat dan atas kesalahan, kami
sebagai penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

9
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bik, Hudhari. Tarjamah Al-Tasyri’ Al-Islam ( Sejarah Pembinaan Hukum Islam). Darul Ikhyar
Indonesia
Khallaf, Abdul Wahab.2000.Perkembangan Sejarah Hukum Islam, Bandung: Pustaka Setia
Saleh, Abdul Mun’in.2001.Madhhab Syafi’i; Kajian Konsep al-Maslahah, Yogyakarta: Ittaqa
Press
Yanggo, Huzaimah Tahido.1997. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu
Zuhri, Muh. 1996. Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Raja Grafindo Persada

10

Anda mungkin juga menyukai