PERADILAN ISLAM
Disusun
Oleh :
KELOMPOK 3 :
KHAIRUL FATA
KHAZIANA TASYA
RINA DHAHARA
1
KATA PENGANTAR
“Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha Penyayang”
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “PERADILAN ISLAM”
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah mengarahkan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
tersusun jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini maupun penyusunan
makalah berikutnya.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
KELOMPOK 3
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
BAB III..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Sekilas tentang kerajaan Turki Usmani....................................................................3
B. Peradilan Turki Utsmani............................................................................................3
C. Sebelum Tanzimat.....................................................................................................5
D. Masa tanzimat..........................................................................................................6
E. Pasca tanzimat...........................................................................................................8
F. Kodifikasi Hukum...................................................................................................9
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. KESIMPULAN.....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu kajian dalam lapangan hukum dan peradilan islam adalah pada aspek
sejarahnya yang oleh kalangan ahli biasanya di sebut dengan al-Tarikh al-Tasyri’al-
Islami.
untuk memudahkan memudahkan pembahasan dalam makalah ini gambaran hukum dan
peradilan islam pada masa turki usmani dibagi dalam kedua periode,yaitu periode
sebelum thanzimat dan periode setelah thandimat.dalam pembagian ini ,thandimat di
tempatkan sebagai tonggak pemisah,dua periode keadaan hukum dan peradilan islam di
Turki Usmani,sebab di satu pihak Thandimat mengancam berakhirnya dominasi hukum
1
islam,sedang di pihak lain ia merupakan awal pembaharuan turki usmani dalam bidang
hukum.bahkan boleh jadi thandimatlah yang melicinkan jalan sekularisasi di turki
usmani.
2
BAB III
PEMBAHASAN
Pada tahun 1289 M,ertoghrul inilah yang dianggap pendiri kerajaan usmani.Usman
menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang di kuasainya itu pada
tahun 1300 M, ketika Sultan Alauddin(raja Seljuk Rum)terbunh oleh bangsa mongol,dan
Seljuk berpecah pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.karena penguasa pertamanya
bernana Usman(disebut juga Usman I),maka kerajaan yang berdiri ini pun dinamakan
Turki Usmani.
Sampai dengan masa kerajaan Turki Usmani di perintah oleh Sulayman al-
Qanuni(1520-1566 M),wilayahnya meliputi afrika utara ,mesir,hijszz,irak,Armenia,Asia
Kecil,kremea,Balkan,yunani,Bulgaria,bosnia,hongaria,dan Rumania.daerah kekuasaan
yang luas inilah yang menjadi ciri bahwa kerajaan Turki Usmani adalah Negara
besar(imperium).
Perkembangan hukum Islam pada masa Dinasti Utsmani, sejak Sultan Utsman I bin
Orthogol hingga meninggalnya Salim I bin Bayazid II, belum terkodifikasi dan
tersistemasikan dengan sempurna. Oleh sebab itulah pemerintahan Utsmani, pada masa
Sultan Sulaiman I bin Salim I, berupanya untuk melakukan terobosan dalam bidang
hukum, yaitu dengan mengkodifikasikannya.
3
Cikal bakal kodifikasi dan kebangkitan hukum Islam bermula dari kepemimpinan
Sulaiman Al-Qanuni. Keberhasilan ekspedisi dan pengembangan dakwah hingga ke
dataran Eropa juga diikuti dengan keinginan untuk menegakkan syariat Islam di wilayah
kekuasaannya. Sulaiman Al-Qanuni berkeinginan untuk menghimpun hukum Islam serta
memberlakukannya menjadi hukum positif yang berlaku di semua wilayah kekuasaan
Turki.
Pada awal abad ke-16 suasana kehidupan beragama di Turki, dipengaruhi oleh
ulama-ulama mazhab. Dalam penerapan hukum, rakyat Turki merujuk kepada mazhab
Hanafi dan menjadi mazhab resmi negaranya.
1.Sumber Tsayri’ Islam. Ada kekhawatiran dari para mujtahid dalam menginterpretasikan
sumber tasyri’. Jika hasil interpretasi tersebut salah, tidak sesuai Sumber Tsayri’ Islam.
Ada kekhawatiran dari para mujtahid dalam menginterpretasikan sumber tasyri’. Jika
hasil interpretasi tersebut salah, tidak sesuai dengan tuntutan syar’i. Inilah yang menjadi
penghalang untuk mengodifikasikan hukum.
4
2.Kebebasan berijtihad. Berijtihad bagi yang telah memenuhi syarat sebagai mujtahid
adalah sebuah keniscayaan. Jika hasil ijtihadnya telah dikodifikasikan berarti tidak lagi
menerima ijtihad lain padahal perubahan hukum mengikuti perubahan zaman.
1.Menetapkan madzhab resmi bagi negara. Ini mulai dilakukan oleh Sultan Salim I, yang
mengundangkan mazhab Hanafi sebagai mazhab resmi bagi negara dan harus diikuti
dalam memutuskan perkara dan berfatwa.
3.Mengkompilasikan hukum Islam dari mazhab yang berbeda. Selain berafiliasi kepada
mazhab Hanafi dalam penyusunan undang-undang yang berlaku di Turki Utsmani, juga
mengadopsi mazhab lain yang lebih relevan dengan kondisi saat itu.
C. Sebelum Tanzimat
kerajaan Turki Utsmani dipimpin oleh seorang sultan yang memiliki kekuasaan
temporal atau duniawi dan kekuasaan spiritual. Selaku penguasa duniawi digunakan
jabatan “sultan” dan sebagai kepala rohani umat Islam digunakan gelar “khalifah”.[3]
Dengan demikian, raja-raja Utsmani memiliki dua bentuk kekuasaan, memerintah negara
dan kekuasaan mensyiarkan dan membela agama Islam. Aka tetapi, tidak dijumpai dalam
beberapa literatur, sejak kapan kedua jabatan itu disematkan dan disandang oleh penguasa
Utsmani. Dalam melaksanakan kedua kekuasaan itu, sultan dibantu oleh dua pegawai
tinggi, sadrazam untuk urusan pemerintahan dan syaikh al-Islam untuk urusan
keagamaan. Keduanya tidak punya hak suara dalam pemerintahan, mereka hanya
menjalankan tugas atas perintah sultan. Ketika sultan berhalangan atau bepergian ia
digantikan oleh sadrazam dalam menjalankan pemerintahannya Syaikh al-Islam yang
mengurusi bidang keagamaan dibantu oleh qadhi askar-al-Rumali yang membawahi
5
qadhi-qadhi wilayah Utsmaniyah bagian eropa, beliau membawahi qadhi-qadhi wilayah
Utsmaniyah bagian Asia dan Mesir.
Syaikh al-Islam adalah seorang pejabat tinggi negara. Selain sebagai pengawas atas
pemberlakuan hukum islam, ia juga mengawasi kinerja para qadhi dalam menjalankan
tugasnya. Demikian juga jika ada keputusan srategis yang akan diambil oleh pihak
penguasa Utsmani, sultan akan berkonsultasi dengan Syaikh al-Islam dan meminta
pertimbangan, apakah keputusannya bertentangan dengan syari’at Islam atau tidak.
Walaupun sudah ada lembaga peradilan pada masa ini. Namun dalam praktiknya belum
berjalan secara maksimal, karena intervensi pihak pemerintah begitu kuat. Tidak hanya
itu, sistem peradilan pun dikuasai oelh kroni-kroni dan pejabat pemerintah, belum tampak
pemisahan antara urusan agama dan pemerintahan.
D. Masa tanzimat
Menurut bahasa tanzimat berasal dari bahasa nazhzhama-yunazhzhimu-tanzhiman
yang bermakna mengatur, menyusun, mensistematikan, merencanakan dan
menginformasikan. Tanzimat dalam bahasa Turki dikenal dengan tanzimat al-Khairiye,
adalah gerakan pembaharuan di Turki Utsmani yang diperkenalkan dalam sistem
birokrasi dan pemerintah yang melingkupi bidang huum, administrasi, pendidikan,
keungan, perdagangan, an lain-lain.
Pembaharuan ini dipelopori oleh Raja Utsmani, sultan Mahmud II pada abad ke-19.
Reformasi yang cukup mendasar dalam bidang pemerintahan adalah dengan
6
menggabungkan dua kekuasaan yang dipegang seorang sultan:kekuasaan sebagai
pemimpun duniawi dan sebagai pemimpin spiritual kekuasaan yudikatif yang dipegang
oleh sadrazam dialihkan kepada syaikh al-Islam.
Piagam Gulhane berisikan beberapa bentuk perubahan pada masa Turki Utsmai, yaitu:
Adapun isi pokok dari pada piagam Gulhane adalah sebabai berikut:
1.Tertuduh agar diadili secara terbuka dan hukuman mati agar tidak dilaksanakan
sebelum putusan dari pengadilan
3. Jaminan terhadap hak milik dan kebebasan menggunakan hak milik itu bagi si pemilik.
4. Terpidana masih mempunyai hak waris, dan harta tidak boleh disita.
7
Atas dasar piagam ini, maka terjadi bebeapa pembaharuan dalam berbagai institusi
kemasyarakatan Turki Usmani. Diantaranya dalam bidang ukum perdata oleh Majlis al-
Ahkam al-Adliysh dan hukum pidana. Sedang dibidang pemeintahan adanya sistem
musyawarah dan dibidang pendidikan, adanya pemisahan antara pendidikan umum dan
agama, serta kekuasaan pendidikan umum dilepaskan dari kekuasaan ulama.
E. Pasca tanzimat
Pada akhir periode Turki Utsmani, persoalan paradilan semakin banyak dan pelik.
Sumber hukum yang dipegang pun tidak hanya sebatas pada syari’at Islam, tetapi diambil
dari hukum Barat (Eropa). Hal ini diakibatkan adanya penetrasi Eropa terhadap dunia
Islam yang diwakili oleh kerajaan Utsmani, sehingga memunculkn lembaga peradilan
yang sumber hukumnya saling berbeda, yaitu:
a.Mahkamah al-Thawaif atau Qadha al-Milli, peradilan untuk suatu Kelompok (agama).
Sumbernya dari agama masing-masing.
b.Qadha al-Qanshuli, peradilan untuk warga negara asing dengan sumber undang-undang
orang asing tersebut.
e.Majlis al-Syar’i al-Syarif, mengadili perkara umat Islam khusus masalah keluarga
sumbernya fiqh Islam.
Dalam lembaga peradilan pun sudah banyak perubahan. Pada masa itu sudah ada
mahkamah biasa , banding dan mahkamah agung. Dengan demikian qadha pada masa ini
sudah bergam. Dan ini merupakan pembaharuan yang dicapai pada periode sebelum dan
sesudah tanzimat.
8
Pembaharuan yang diadakan pada masa tanzimat tidak seluruhnya mendapat
penghargaan dari pemuka masyarakat Islam, bahkan mendapat kritikan dari cendekiawan
Islam kerajaan Utsmani. Kedua piagam yang dikeluarkan kerajaan Utsmani sebagai dasar
pembaharuan tanzimat menjunjung tinggi syari’at, namun dalam praktiknya banyak
mengadopsi hukum Barat, bahkan dilanggarnya. Kritik juga ditujukan kepada tokoh-
tokoh tanzimat yang pro Barat, yang memungkinkan intervensi Barat dalam
permasalahan intrn kerajaan Utsmani. Pada gilirannya Turki Utsmani akan mengalami
kehancuran, baik secara ekonomi maupun kekuasaan.
Mustafa Kemal al-Taturk adalah tokoh utama gerakan nasionalisme. Ide pembaharuan
banyak depengaruhi oleh Barat. Dampak nyata dari pemikiran politik keagamaan.
F. Kodifikasi Hukum
Tindak lanjut dari upayamengodifikasi hukum pada masa Turki Utsmani
dilatarbelakangi oleh majunya kebudayaan Islam, pesatnya ilmu pengetahuan yang
melahirkan ilmuan dan imam-imam madzhab yang tersebar diberbagai daerah. Pada
gilirannya memunculkan ta’asub bi al-madzhab, melemahnya upaya berijtihad, dan
stagnan dalam berijtihad. Disamping itu, juga perbedaan dalam menetapkan hukum
karena madzhab yang digunakan berbeda, agar tidak terjadi perbedaan status hukum pada
permasalahan yang sama di lembaga peradilan.
9
Dengan dikeluarkannya hukum pemerintah Turki Usmani, maka undang-undamg
tersebut menjadi pegangan bagi para hakim di pengadilan-pengadilan di wilayah
kekuasaan Usmani. Kitab undang-undang hukum perdata umum (positif) ini adalah yang
pertama diadopsi dari ketentuan hukum Islam, dan berasal dari madzhab Hanafi
disamping pendapat lain yang lebih cocok dengan kondisi saat itu.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Turki Utsmani muncul setelah hancurnya kerajaan Bani Abbasiyyah dengan
ditandainya pembantaian terhadap khalifah Abbasiyyah akibat serangan dari Khulagu
Khan dan menewaskan kurang lebih 1.6000.000 penduduk sipil yang tidak berdaya.
Lembaga peradilan pada masa Turki Utsmani dibagi menjadi tiga periode:
2. Masa tanzimat
a. Peradilan perdata.
b. Peradilan agama.
3. setelah tanzimat.
11
e. Majlis al-Syar’i al-Syarif, mengadili perkara umat Islam khusus masalah keluarga
sumbernya fiqh Islam.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
e Ì!
14
% Ç2U dÐ3 V ø *ù
15
¶ú ¿¬ \F`W¢£,û« ã 4 X B Y CD Z j
16
¡ qo åp ©Ò üL!
17
9 ý·´- Eþ ÿ
18