Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HAKIKAT PERINTAH BELAJAR


DOSEN : Dr. Andi Abd. Muis, M.Pd.I

Oleh kelompok 2 :

 TAUFIKQURRAHMAN 220250053
 NURWAHIDA 220250047
 PUTRI AYU NENGSIH 220250047

PRODI PNDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE-PARE TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan Rahmat,
Taufiq, dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan makalah HAKIKAT PERINTAH
BELAJAR.

Makalah ini terselesaikan sesuai dengan pembelajaran mata kuliah TAFSIR TARBAWI
1. Makalah ini berisikan tentang HAKIKAT PERINTAH BELAJAR. Penulis menyadari
sepenuhnya dengan keterbatasan kemampuan pada diri penulis bahwa penulisan ini masih jauh
dengan apa yang dikatakan sempurna. Karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
dari para pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini. Penulis tak lupakan
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya
makalah ini. Semoga makalah ini benara-benar bermanfaat bagi semua pembaca. Amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................4
A. Latar belakang ..................................................................................................................4
B. Rumusan makalah ............................................................................................................4
C. Tujuan penulisan ..............................................................................................................4
BAB II ........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN .........................................................................................................................5
A. Perintah belajar dari Allah SWT .......................................................................................5
B. Manfaat Perintah Belajar ..................................................................................................6
1. Memudahkan seseorang mendapatkan surga. ................................................................6
3. Akan diangkat derajatnya oleh Allah. ...............................................................................6
4. Orang berilmu adalah orang yang paling takut dengan Allah. ...........................................7
5. Orang berilmu diberi kebaikan di dunia dan akhirat oleh Allah. ........................................7
C. Tafsir tematik syrah Al-Alaq : 1-5 dan Surah Yunus : 101 ................................................7
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 10
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belajar atau menuntut ilmu merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tanpa ilmu, manusia tidak dapat melakukan segala hal.
Untuk mencari nafkah perlu ilmu, beribadah perlu ilmu, bahkan makan dan minumpun perlu
ilmu. Dengan demikian belajar merupkan sebuah kemestian yang tidak dapat ditolak apalagi
terkait dengan kewajiban seorang sebagai hamba Allah swt. Jika seorang tidak mengetahui
kewajibannya sebagai hamba bagaimana bisa dia dapat memperoleh keselamatan di dunia dan
akhirat.

Makalah ini dapat lebih memotivasi untuk giat belajar dan mendalami ilmu terutama ilmu-
ilmu agama. Dewasa ini, semua bangsa-bangsa menyadari pentingnya ilmu. Sering didengar
slogan, “ilmu adalah kekuatan”. Juga diketahui bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang
menjunjung tinggi ilmu dan pengetahuan untuk dapat ‫ العربية إحياء‬: ‫ العدد السادسة السنة‬2 ،‫ديسمبر – يوليو‬،
2026 230 memajukan taraf hidupnya. Bangsa yang mundur adalah bangsa yang mengabaikan
ilmu dan meremehkan ilmuannya.

B. Rumusan makalah
1. Perintah belajar dari Allah SWT
2. Manfaat perintah belajar
3. Tafsir tematik syrah Al-Alaq : 1-5 dan Surah Yunus : 101

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui perintah belajar dari Allah SWT
2. Untuk mengetahui manfaat perintah belajar
4. Untuk mngetahui Tafsir tematik syrah Al-Alaq : 1-5 dan Surah Yunus : 101
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perintah belajar dari Allah SWT


“Seperti yang kita ketahui, manusia lahir ke dunia ini dalam keadaan tidak berilmu. Maka
dalam pandangan Islam, umat Islam diwajibkan belajar dan menuntut ilmu pengetahuan. Hal
tersebut berdasarkan pada sabda Rasulullah Saw yang berbunyi “Belajarlah, karena seseorang
tidak dilahirkan dalam keadaan pandai dan pemilik ilmu itu tidak sama dengan orang yang tidak
memiliki ilmu,” papar ustas Hasyim mengurai pentingnya belajar dan menuntut ilmu
pengetahuan. Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai
kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan
mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan
menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.

Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat selain wahyu pertama yang
disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw sebagai landasan utama
perintah untuk menuntut ilmu. Dijelaskannya pula sarana untuk mendapatkannya, disertai
bagaimana nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya, dan urgensinya dalam mengenal ke-Maha
Agung-an Sang Khalik dan mengetahui rahasia penciptaan serta menunjukkan tentang hakikat
ilmiah yang tetap. Sebagaimana firman-Nya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (baca tulis). Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).

Rasulullah saw menandaskan bahwa menuntut, memahami dan mendalami ilmu agama Islam
itu, merupakan kewajiban utama setiap muslim. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abi
Sufyan r.a., ia mendengar Rasulullah Saw telah bersabda : “siapa yang dikehendaki menjadi
orang baik oleh Allah, Allah akan memberikan kepahaman kepadanya dalam agama Islam”.
(H.R. Bukhari, Muslim). Memahami ilmu agama akan membuat seorang muslim, baik dan benar
dalam beribadah kepada Allah SWT, jauh dari Bid’ah atau hal-hal lain yang membatalkan ibadah
kita. Serta mampu membentengi diri dan keluarga dari aqidah berbahaya.

Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya
dalam dua bagian, yaitu

1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah.

1). Fardhu ‘ain : adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim tentang Ilmu
Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu’amalahnya lurus dan sesuai dengan
yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam Al Qur’an dan Sunah Nabi-Nya
yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya, “Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak) Melainkan Allah”. (Q.S. Muhammad [47]: 19). Juga
yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw dalam haditsnya, “ Mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim”. (H.R. Ibnu Majah). Pengertian mencari ilmu di sini, adalah mencari ilmu agama Islam,
hukumnya wajib bagi laki-laki dan perempuan;

2). Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan mempelajari,
menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmu-ilmu yang dibutuhkan umat
Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum, kedokteran, perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika
sebagian dari mereka ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya.

Banyak jalan untuk menuntut ilmu agama. Antara lain mengikuti majelis taklim yang
istiqomah mengkaji Al Qur’an dan As Sunnah sahih di berbagai tempat dan media. Ilmu agama
ada di Qur’an , Tafsir Qur’an, juga hadis-hadis sahih, yang sudah diterjemahkan. Jika kita tidak
memahami ilmu agama Islam, bagaimana kita bisa tahu mana perintah dan larangan Allah ?
Bagaimana kita bisa tahu ibadah yang kita lakukan itu sah dan diterima Allah ? Tapi umat Islam
juga jangan sembarangan menimba ilmu. Salah-salah memilih sumber ilmu, maka kelak ilmu
yang dimiliki itu akan tersesat. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi diri kita dari berbagai
kebatilan dan kemungkaran. Amin. Wallahu a’lam.

B. Manfaat Perintah Belajar


Terdapat banyak dalil dari kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya terkait keutamaan ilmu dan
pemilik ilmu. Di antaranya adalah:

1. Memudahkan seseorang mendapatkan surga.


Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Yang Artinya :

"Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

2. Ilmu sebagai amal jariyah.

Yang Artinya:

"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu,
sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim no.
1631)

3. Akan diangkat derajatnya oleh Allah.


Yang Artinya:

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah (58): 11)
Dan Allah berfirman yag artinya:

"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala." (QS. Al-
Mulk : 10)

4. Orang berilmu adalah orang yang paling takut dengan Allah.


Seperti dalam surah Fatir 28, Allah menjelaskan seseorang dengan ilmu akan lebih
memahami bagaimana kehidupan diciptakan dan mendalami pengetahuan tentang kuasa
Allah sebagai sang Maha Pencipta. Orang berilmu akan takut melakukan hal-hal yang
mengandung dosa karena ia memiliki pengetahuan akan kekuasaan dan juga kebesaran Allah
SWT.

5. Orang berilmu diberi kebaikan di dunia dan akhirat oleh Allah.


Allah SWT berfirman yang Artinya:

"Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan
memahamkan dia tentang agama." (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037)

C. Tafsir tematik syrah Al-Alaq : 1-5 dan Surah Yunus : 101


Adapun ayat Al-Qur'an yang pertama kali diterima Nabi Muhammad saw adalah Surah Al-
Alaq ayat 1-5:

Tafsir Surah Al-Alaq 1-5, Ayat Suci yang Pertama Kali Turun saat Peristiwa Nuzulul Quran

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Mulia(3), Yang mengajar (manusia) dengan pena (4), Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya (5)." (QS. Al-Alaq: 1-5).

Ayat yang turun di bulan suci Ramadan di atas, kemudian ditafsirkan oleh para ulama untuk
menemukan makna yang terkandung di baliknya.

Kata iqra’ dalam ayat di atas memiliki berbagai macam makna di antaranya membaca,
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, dan lain sebagainya.Menurut para ulama, kata
yang kemudian diikuti dengan dengan lafal bismi rabbika tersebut adalah untuk membedakan
antara orang beriman dengan kebiasaan kaum kafir Quraisy.Sebab, pada saat itu, kaum kafir
Quraisy terbiasa menyebutkan berhala sesembahan mereka ketika memulai segala sesuatu.
Misalnya, mereka kaum kafir Quraisy tersebut terbiasa menyebut bismi Allata. Syeh Abdul
Halim Mahmud berpendapat, "Dengan kalimat iqra' bismi Rabbika dalam segala aktivitas maka
seakan-akan kita telah mengatakan, 'Bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu,
bekerjalah demi Tuhanmu.'Begitupun ketika seseorang hendak berhenti dari aktivitas melibatkan
nama Allah maka itu artinya seluruh aspek kehidupan seperti sujud, cara dan tujuannya, semua
dilakukan karena Allah azza wa jalla.”

Makna perintah membaca dalam ayat di atas bukan dalam arti membaca tulisan atau sebuah
kitab, melainkan lebih dari itu. Sebab, Nabi Muhammad menurut para ulama adalah seorang
yang tidak bisa membaca dan menulis. Kendati demikian, Nabi Muhammad dikenal sebagai
seorang yang cerdas dalam membaca realitas sehingga ia memiliki jiwa sosial yang tinggi,
revolusioner, jiwa kepemimpinan, dan seterusnya.

Pada ayat ketiga, perintah membaca kembali diulangi, kali ini disandingkan dengan penegasan
bahwa Allah adalah Zat yang Maha Pemurah. Menurut Quraish Shihab, perbedaan antara
membaca pada dua ayat tersebut (ayat 1 dan 3) adalah bahwa pada ayat pertama bermakna
belajar untuk diri sendiri sedangkan yang ketiga bermakna mengajar untuk orang lain.

Selanjutnya, pada ayat ke 4 dan 5, Allah mengajar kepada manusia melalui pena yang hasilnya
adalah tulisan-tulisan. Allah juga mengajarkan suatu ilmu kepada manusia baik melalui wahyu
(pada Nabi), mimpi, ilmu laduni, dan ilmu dengan usaha dari manusia sendiri, bahwa Allah lah
yang Maha Mengajarkan dari apa yang tidak diketahui manusia.

Surah yunus ayat 101

‫س َٰ َم َٰ َوت فى َماذَا ٱنظُ ُروا قُل‬


َّ ‫ٱل َءا َٰيَتُ ت ُ أغنى َو َما ۚ َو أٱْل َ أرض ٱل‬ َ ‫يُؤأ منُو َن َّّل قَ أوم‬
‫عن َوٱلنُّذ ُ ُر أ‬

Terjemah Arti: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman".

Pada ayat 101 surat Yunus ini Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad, katakanlah
kepada mereka perhatikanlah ciptaan Allah yaitu apa saja yang ada di langit dan di bumi! jika
mereka mau menggunakan akal mereka untuk memikirkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan
Allah, tentu mereka sudah beriman.Namun mereka enggan melakukannya sehingga tidaklah
bermanfaat tanda-tanda kebesaran Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang
yang tidak beriman, karena mereka menutup hati mereka untuk menerima kebenaran.

Apabila keberadaan tanda-tanda kebesaran Allah di langit dan di bumi serta diutusnya
para rasul tidak juga menjadikan mereka beriman, maka mereka tidak menunggu-nunggu kecuali
kejadian-kejadian yang sama dengan kejadian-kejadian masa lalu, yakni azab yang menimpa
orangorang terdahulu sebelum mereka. Katakanlah, wahai nabi Muhammad maka tunggulah
kedatangan azab itu, sesungguhnya aku pun termasuk orang yang menunggu bersama kamu
untuk menyaksikan ketetapan Allah itu menimpa kamu
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Selain nikmat indrawi dan berpikir, Allah membekali manusia dengan potensi fitrah
untuk belajar dan mencari ilmu pengetahuan, kemahiran, serta pekerjaan yang dapat menambah
potensinya dalam mengemban tanggung jawab kehidupan di muka bumi. Istilah yang ‫س‬ َ ‫ دَ َر‬kata”,
mengetahui “berarti yang ‫عل َم‬ َ kata dari berasal ‫م‬ َّ
َ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫ت‬ Kata. ‫َر‬
َ ‫ك‬َ ‫ذ‬ dan, ‫س‬ ‫ر‬ ‫د‬
َ ََ َ َ
, ‫م‬ َّ ‫ل‬‫ع‬َ ‫ت‬ yaitu, belajar
berkonotasi yang an’Qur-Al digunakan yang berarti mempelajari itu dijelaskan bahwa belajar itu
adalah menerima dengan menghafalnya.
Sedangkan kata kunci yang ketiga adalah َ‫ َر َكذ‬.Kata ini memiliki makna yang cukup
banyak diantaranya menyebut, mengagungkan, mensucikan, menjaga, mengerti, mengingat,
memberi nasehat, mempelajari, ingat serta yang lain, sesuai dengan perubahan bentuk kata dasar
itu. Belajar merupakan kunci yang paling penting dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Al-Qur’an mengajarkan banyak hal kepada manusia.
Mengenai ilmu pengetahuan, Al-Qur’an memberikan wawasan dan motivasi kepada manusia
untuk memperhatikan dan meneliti alam sebagai kekuasaan Allah. Dari hasil pengkajian dan
penelitian tersebut melahirkan ilmu 80 2 pengetahuan.
Hal itu dilakukan dengan cara belajar. Banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk
belajar, dengan belajar tersebut manusia mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini,
baik dibumi maupun dilangit. Allah memerintahkan manusia untuk menggalinya dan
mempelajarinya, sehingga manusia mengetahui segala sesuatu yang terkandung didalamnya.
Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan
kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi, hakikat belajar
adalah perubahan. Dan banyak ayat-ayat yang memerintahkan manusia supaya belajar dan
menggunakan akal pikiran yang telah dianugerahkan Allah, karena justru kelebihan manusia itu
terletak pada akal pikiran itu jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1992


Abd Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy: sebuah pengantar, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Abdur Rahmah Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Menurut Al- Qur’an Serta
Implementasinya, Bandung: CV Diponegoro, 1991
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2002
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004
Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Teknologi, Jakarta: Dana
Bhakti Waqaf, 1994
Achmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir al-Maraghi, Semarang: CV Toha
Putra, 1989
Adib Bisri, AL-BISRI Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 1999
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005
Ahmad Warson Munawir, Al-munawar Kamus Arab Indonesia, Krapyak
Yogyakarta:
Al-Raghib Al-Asfahani, Al-Mu’jam al-Mufradat Alfaz al-Qur’an al-Karim, Solo:

Anda mungkin juga menyukai