Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SYARH HADITS ARBA‟IN KE-3

RUKUN ISLAM

Di Susun Oleh :

ATIYATUL HIKMAH (M12.01.0014)

ERWIN RENI FITRIANI (M12.01.0019)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MADANI YOGYAKARTA

2014

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah ‫ سبحاوً و تعالى‬yang dengan nikmat-Nya berbagai kebaikan
menjadi sempurna. Alhamdulillah wa subhanallah. Kita memuji-Nya seberat timbangan
Arsy-Nya. Maha suci Allah sesuai dengan keridhaanNya. Maha suci Allah sebanyak tinta
yang menulis kalimat-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW,keluarganya,para sahabatnya,serta seluruh pengikutnya hingga yaumil
akhir.

Tak lupa ucapan terimakasih saya kepada berbagai pihak yang telah memberi
dukungan moriil maupun materil dalam pembuatan makalah ini, semoga Allah membalas
kebaikan mereka di dunia dan diakhirat. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang bertema “SYARH HADITS ARBA‟IN KE-3” sebagai salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam di STIKes Madani Yogyakarta.

dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan, baik dari isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan, meskipun dalam
penyusunan makalah ini penulis telah mencurahkan segala kemampuan , namun penulis
menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
keterbatasan data dan referensi maupun kemampuan penulis.

Melalui makalah ini, penulis berharap adanya manfaat yang besar bagi penulis
serta pembaca agar dapat memahami pondasi dienul islam dengan thayyib dan mampu
mempraktekkannya dengan ihsan.

Demikian makalah ini kami sampaikan, semoga saran dan kritik yang membangun
dapat mengembangkan karya ini menjadi jauh lebih baik di kemudian hari.Aamiin

Bantul,17 september 2014

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................... ........................... i

KATAPENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ................................................................................................ 5
B. Penjelasan hadits ...................................................................................... 5
C. Kandungan hadits ..................................................................................... 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadits Arba’in Nawawiyah adalah kumpulan 40 hadits Nabi saw yang


dikumpulkan oleh Imam Nawawi ra. dan merupakan kitab yang tidak asing bagi kita
umat Islam, bukan hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Umat Islam
mengenalnya dan akrab dengannya, karena banyak dibahas oleh para ulama dan
menjadi rujukan dalam menyebarkan ajaran Islam kepada kaum muslimin berkaitan
dengan kehidupan beragama, ibadah, muamalah dan syariah.

Adapun manfaat mempelajari hadits sangatlah banyak , baik itu hadits yang shohih
ataupun hadits dho‟if karena dengan membaca hadits yang dho‟if kita bisa
membandingkan atau menela‟ah lebih dalam mengenai hadits – hadits shohih yang lain.
Dengan mempelajari hadits arba‟in ini dapat mengetahui ilmu – ilmu yang belum ada di
dalam al- qur‟an seperti adab – adab ataupun tata cara sholat dll .

Pembahasan hadits ke -3 ini merupakan penjelasan dari rukun islam dan unsur –
unsurnya.dimana dengan adanya penjelasan syarah hadits ke 3 ini diharapkan pembaca
dapat mengerti unsur – unsur dari rukun islam beserta konsekuensi yang harus di amalkan
sesuai dengan syari‟ah dan ittiba‟i rosul.

B. Rumusan masalah

a. Apakah yang disebut syahadatain dan bagaimana konsekuensinya ?


b. Apa itu Pengertian sholat dan bagaimana tata cara / adab – adabnya ?
c. Apa itu Pengertian zakat dan bagaimana penghitungannya ?
d. Apa itu Pengertian puasa?
e. Apa itu Pengertian haji dan adab – adab yang ada didalamnya ?

C. Tujuan

a. Mahasiswa mengerti unsur – unsur rukun islam


b. Mahasiswa mengetahui pengertian dan konsekuensi dari syahadatain
c. Mahasiswa mengetahui pengertian sholat dan tata – caranya
d. Mahasiswa memahami tentang pengertian zakat dan penghitungannya
e. Mahasiswa memahami tentang pengertian puasa.
f. Mahasiswa mengetahui pengertian haji dan adab – adab yang ada didalamnya

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hadits ketiga dari Hadist Arba‟in karangan Syaikh An-Nawawi telah di sebutkan :

ْ‫للاِْصلًْللاْوسلن‬
ْ ْ‫تْ َرسُى َْل‬ َ ْ:ْ‫للاُْعَن ُه َواْقَا َْل‬
ُْ ‫س ِوع‬ ْ ْ‫ي‬ ِْ ‫يْال َخ َّطا‬
َْ ‫بْ َر ِض‬ ُ ْ‫ي‬
ِْ ‫ع َو َْرْب‬ ِْ ‫للاِْب‬ ِْ ‫عَيْْأ َ ِبيْعَب ِْذْالرَّ ح َو‬
ْ ْ‫يْعَب ِْذ‬
َّ ‫للاِْ َو ِإقَا ُْمْال‬
َّ ْ‫صالَ ِْةْ َو ِإيتَا ُْء‬
ْ‫الزكَا ِْة‬ َّْ َ ‫للاُْ َوأ‬
ْ ْ‫ىْ ُه َحوَّذاْْ َرسُى ُْل‬ ْ َّْ‫شهَادَ ْةُْأَىْْ ْلَْ ِإلَوَْْ ِإ ْل‬
َ ْ:ْْ‫علًَْ َخوس‬ َْ ‫ْبُ ِن‬:ْ‫َيقُى ُْل‬
َ ْ‫يْا ِإلسالَ ُْم‬
)‫(رواهْالبخاريْوْهسلن‬.‫تْ َوصَى ُْمْ َر َهضَاى‬
ِْ ‫َوحَجْْالبَي‬

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob


radliallahuanhuma dia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda : Islam
dibangun diatas lima perkara, Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah
selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat bukhori dan
Muslim).

B. Penjelasan (syarh) Hadits

ْ‫ عَيْْأَبِيْْعَب ِْذْالرَّ ح َو ِي‬: dari Abu Abdurrahman (ayahnya Abdurrahman).


Itu adalah nama kunyah dari Abdullah bin Umar bin Al khathab. Beliau
juga sering disebut Ibnu Umar, anak Umar bin Al Khathab.

ْ‫للاُ ْعَن ُه َوا ْقَا َل‬


ْ ْ‫ي‬ ِْ ‫ع َو َْر ْبي ْال َخ َّطا‬
َْ ‫ب ْ َر ِض‬ ُ ْ‫ي‬
ِْ ‫للاِ ْب‬
ْ ْ ‫عَب ِْذ‬: : Abdullah bin Umar bin Al Khatthab
Radhiallahu „Anhuma berkata:
Abdullah bin Umar termasuk kalangan shigharush shahabah (sahabat
junior) dalam jajaran para sahabat nabi. Dikenal sebagai orang yang sangat ketat
keteguhannya terhadap syariat. Imam Adz Dzahabi Rahimahullah menceritakan
tentang beliau sebagai berikut:
“Dia masuk Islam saat masih kecil dan ikut hijrah bersama ayahnya saat belum
baligh. Pada perang Uhud dia masih kecil, perang pertama yang diikutinya adalah
perang Khandaq. Dia termasuk yang ikut berbai‟at di bawah pohon, bersama
ibunya, Ummul Mu‟minin Hafshah, Zainab binti Mazh‟un saudara wanita Utsman
bin Mazh‟un Al Jumahi.”.
Beliau banyak meriwayatkan ilmu yang bermanfaat dari Rasulullah
Shallallahu „Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Bilal, Shuhaib,
Amir bin Rabi‟ah, Zaid bin Tsabit, Zaid adalah pamannya, Sa‟ad, Ibnu Mas‟ud,
Utsman bin Thalhah, Hafshah (saudara perempuannya), Asalam, „Aisyah, dan
yang lainnya. (Siyar A‟lam An Nubala, 3/204. Cet. 9, 1413H -1993M. Muasasah
Ar Risalah)

Disebutkan Radhiallahu „Anhuma (semoga Allah meridhai keduanya),


maksudnya adalah dirinya dan ayahnya (Umar bin Al Khathab). Selain beliau,

5
sahabat nabi yang lainnya seperti Abdullah bin Abbas juga mendapat sebutan
Radhiallahu „Anhuma (semoga Allah meridhai keduanya) yakni dirinya dan
ayahnya, Abbas bin Abdul Muthalib, juga An Nu‟man bin Basyir, dan lainnya.

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al „Utsaimin Rahimahullah:

‫ وإذا كان الصحابً مسلما وأبىي كافرا‬،‫ رضً هللا عىهما‬:‫ إذا كان الصحابً وأبىي مسلمٍه فقل‬:‫قال العلماء‬
ً‫ رضً هللا عى‬:‫ فقل‬.
“Para ulama mengatakan: jika seorang sahabat nabi dan ayahnya adalah muslim,
maka katakana Radhiallahu „Anhuma, dan jika seorang sahabat nabi sorang
muslim sednagkan ayahnya kafir, maka katakana Radhiallahu „Anhu. (Syarh Al
Arbain An Nawawiyah, Hal. 84. Mawqi‟ Ruh Al Islam)

ْ ‫علًَْ َخو‬
‫س‬ َ ْ‫يْا ِإلسالَ ُْم‬
َْ ِ‫ بُن‬: islam didirikan atas lima (dasar).
Barang siapa yang telah melaksanakan kelima dasar ini maka islamnya menjadi
sempurna. Seperti halnya sebuah rumah, akan menjadi sempurna dengan pondasi
atau pilar-pilarnya maka demikianlah pula dengan bangunan islam yang akan
menjadi sempurna dengan kelima rukunnya, yang mana jika sebagian pilarnya itu
roboh maka bangunan itu menjadi sempurna.
Rasulullah mengumpamakan ajaran agama islam yang beliau bawa, yang
mengeluarkan manusia dari kekafiran serta mengajak manusia untuk memasuki
surga dan menjauhi neraka, seperti bangunan yang ideal. Bangunan tersebut berdiri
atas fondasi yang kuat dan kokoh. Beliau menjelaskan bahwa fondasi yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Syahadat
Syahadat ialah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah. Kesaksian berarti mengakui keberadaan dan keesaan
Allah. Kemudian diikuti dengan pengakuan terhadap kenabian dan kerasulan
nabi Muhammad, ini adalah rukun yang paling dasar dari pada rukun-rukun
yang lain. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, yang artinya:
“Aku diutus untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi
(bersyahadat), bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
dan jika mereka telah melakukan ini maka mereka terjaga dariku darah dan
harta mereka, kecuali dengan hak Islam, dan atas Allah-lah perhitungan
mereka.” (HR. Bukhari No. 25 dan Muslim No. 36)
Hadits yang mulia ini telah menegaskan pula kepada kita bahwa tujuan
Beliau diutus adalah agar manusia mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat,
dan zakat. Tentunya tidak melupakan kewajiban-kewajiban lain.

6
Syarat-syarat syahadatain:

a. Syarat-syarat "Laa ilaha illallah"


Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-
syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara
global tujuh syarat itu adalah:

1. 'Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).


2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan).
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
5. Ikhlash, yang menafikan syirik.
6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha' (kebencian).

b. Syarat Syahadat "Anna Muhammadan Rasulullah"

1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.

2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.

3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah


dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.

4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-ib, baik
yang sudah lewat maupun yang akan datang.

5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak,


orangtua serta seluruh umat manusia.

6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain


serta mengamalkan sunnahnya.

Konsekuensi syahadatain

a. Konsekuensi "Laa ilaha illallah"

Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam


yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan
beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari
penetapan illallah.

Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya.


Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa
para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya.

7
Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid'ah. Mereka menolak
para da'i yang mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah
hanya kepada Allah semata.

b. Konsekuensi Syahadat "Muhammad Rasulullah"

Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang


dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan
meninggalkan yang lain dari hal-hal bid'ah dan muhdatsat (baru), serta
mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.

2. Sholat
Rukun Islam yang paling penting setelah dua kalimah syahadah adalah
shalat. Yang dimaksud dengan sholat disini yaitu konsisten dalam mengerjakan
sholat, tepat pada waktunya dengan memenuhi syarat dan rukunnya serta
dilengkapi dengan adab-adab dan sunnah-sunnahnya. Sholat diharapkan dapat
memberi dampak positif bagi jiwa seorang muslim sehingga ia meninggalkan
perbuatan dosa dan kemungkaran, Allah Subhanahu wa ta‟ala berfirman:
“Dan dirikanlah shalat.sesungguhnya, sholat itu mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar,” (Q.S Al-ankabut [29] : 45).
Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah mensifatinya sebagai tiang
dari agama Islam. Sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits tentang
wasiat beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam kepada Mua'dz bin Jabal
radhiyallaahu 'anhu yang merupakan hadits ke dua puluh sembilan dari Hadits
Arbain ini. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam pun meberitakan bahwa shalat
merupakan perkara agama yang akan hilang. Dan perkara pertama yang akan
dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat. Silakan merujuk kepada kitab
Silsilah Hadits Ash-Shahihah karya Al-Imam Al-Albani rahimahullah no.
1739, 1358 dan 1748.
Adab-adab umum dibagi kepada Empat, yaitu:
a. Membesarkan Allah SWT dan memuliakanNya. Yakni “Hendaklah sesuatu
yang dikerjakan, disertai dengan rasa membesarkan Allah SWT yang
berhak menerima Ibadah.” Hal ini dapat kita lakukan apabila kita
mengingat benar-benar bahwa diri kita adalah hamba Allah dan Allah
adalah Khaliq yang menjadikan kita.
b. Mewujudkan khusyu‟ dan takut kepada Allah SWT. Yakni “Hendaklah
shalat itu dilaksanakan dengan Khusyu‟ dan takut akan Allah SWT” shalat
itu adalah tali perhubungan antara hamba dengan Tuhannya Allah SWT.
Karena itu menjadilah sesuatu kewajiban mewujudkan “Khusyu” dan
“Takut” Kepada Allah SWT didalamnya. Sebenarnya Khusyu‟ dan takut
akan Allah SWT bukanlah hal yang sulit kita peroleh. Dia dapat dicapai
oleh mereka yang meyakini benar-benar akan Qudarad dan IradatNya.
c. Menghadirkan hati, yaitu “Hendaklah kita hadapkan segala pikiran kita
kepada Allah SWT.

8
d. Memahamkan makna yang diucapkan dan yang di kerjakan, yakni
“Hendaklah hati memahamkan sesudah mengetahui akan makna yang
dilafadzkan oleh lidah dan makna yang dikerjakan oleh anggota jasmani
dan Rohani.
3. Zakat
Menurut bahasa, zakat berarti mengeluarkan harta dalam jumlah tertentu
yang telah mencapai nisab dengan memenuhi beberapa syarat wajib dan syarat
pelaksanaan. Zakat dikeluarkan untuk orang fakir, miskin dan lainya.
Zakat merupakan ibadah maliyah untuk menumbuhkan keadilan
(kepedulian social), ibadah zakat akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih
sayang diantara kaum muslimin.
Macam-macam zakat:
a. Zakat Profesi/Penghasilan
Zakat Profesi/Penghasilan adalah zakat yg dikeluarkan dari hasil profesi
seseorang, baik dokter, arsitek, notaris, ulama/da‟i, artis, karyawan, guru,
pegawai swasta/negeri/bumn/bumd, pengacara, hakim, akuntan, advokat,
perawat, TNI/POLRI, LSM, wiraswasta, aktivis MLM dan lainnya.
Nishab sebesar 5 wasaq atau setara dengan 653 kg bahan pangan pokok
yg (siap di konsumsi ) seperti kurma, gandum, beras dan biji jagung. Besar
zakat profesi yaitu sebesar 2,5%. Jika standar harga beras/kg sebesar
Rp5.000/kg, nilai nishab sekitar Rp3.265.000.
b. Zakat Emas/Perak
Nisab emas 85 gram, sedangkan nisab perak 595 gram. Besar atau
kadar zakatnya sebesar 2,5%. Haul satu tahun. Ketentuan Zakat
emas/perak:
1. Emas/perak yg dikeluarkan zakatnya adalah emas/perak yg tidak dipakai.
2. Emas/perak yg dipakai secara wajar dan tidak berlebihan tidak
dikeluarkan zakatnya.
Emas yg wajib dikeluarkan zakatnya = (Total emas yg dimiliki –
emas yg dipakai) x 2,5% . Pembayarannya dapat dikeluarkan dengan nilai
uang yg setara dengan harga emas saat itu.
c. Zakat Tabungan
Uang simpanan yang telah mengendap selama 1 (satu) tahun dan
mencapai nilai minimal (nishab) setara 85 gr emas, asumsi harga emas 1 gr
untuk saat ini sebesar Rp300.000, wajib dikeluarkan zakatnya 2,5%,
dengan perhitungan : (saldo akhir tahun + Bagi hasil ) x 2,5% = Zakat
Tabungan. Apabila di bank konvensional, bunga bank tidak dihitung
sebagai harta yang dizakatkan. Sedang bagi hasil di bank syariah, juga
dihitung sebagai harta yg dizakatkan.
d. Zakat Investasi
Zakat Investasi adalah zakat yg dikenakan terhadap harta yg
diperoleh dari hasil investasi. Contoh bangunan atau kendaraan yg
disewakan. Zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan, sedangkan

9
modal tidak dikenakan zakat. Besar zakat yg dikeluarkan adalah 5% untuk
penghasilan kotor dan 10% untuk penghasilan bersih.

e. Zakat Perniagaan
Zakat perniagaan adalah zakat yg dikenakan pada harta perniagaan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW memerintahkan kami agar
mengeluarkan zakat dari semua yg kami persiapkan untuk berdagang (HR.
Abu Daud)

Ketentuan :

a. Berjalan 1 tahun (haul)


b. Nishab senilai 85 gr emas
c. Besar zakat 2,5%
d. Dapat dibayar dengan uang atau barang
e. Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan.
Cara Penghitungan :
(modal diputar + keuntungan+Piutang yg dapat dicairkan ) –
(hutang+kerugian) x 2,5%
4. Puasa
Puasa menurut bahasa ialah Saum (‫ )صىم‬secara bahasa artinya menahan
atau mencegah. Menurut syariat agama Islam artinya menahan diri dari makan
dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari
terbit fajar hinggalah terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk
meningkatkan ketakwaan seorang muslim, sedangkan yang dimaksud dalam
hadits “ َ‫ضان‬ ُ َ‫ ”ت‬adalah berpuasa di bulan ramadhan, yakni tidak hanya
َ ‫ص ْى َم َر َم‬
menahan lapar dan haus, tapi juga menahan hawa nafsu negative untuk dilatih
pada bulan ramadhan dan diterapkan pada bulan-bulan selanjutnya hasil
positive dari menahan hawa nafsu buruk yang sering kita lakukan.
Dengan begitu pada bulan ramadhan lah kita berlatih menguasai diri,
memperbaiki diri dari dalam, serta mendisiplinkan diri dengan hal-hal yang
ma‟ruf dan lebih bermanfaat untuk akhirat.
. Hikmah puasa adalah pembatasan asupan kalori, pembatasan makan.
Selayaknya budaya balas dendam saat berbuka itu kita redam. Kalau kita
konsisten menjalani hal ini, mudah-mudahan hikmah mendapat kesehatan
setelah berpuasa dapat tercapai.
Telah datang dalam Shahih Muslim no. 19 hadits yang mendahulukan
puasa sebelum hajji dan hajji sebelum puasa. Di jalur periwayatan yang
pertama terdapat penegasan dari Ibnu Umar radhiyallaahu 'anhumaa bahwa
yang dia dengar dari Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah
penyebutan puasa terlebih dahulu sebelum hajji. Berdasarkan hal ini
didahulukannya penyebutan hajji sebelum puasa di sebagian riwayat termasuk
kategori perubahan yang dilakukan rawi atau periwayatan secara makna (tidak

10
kontekstual). Redaksinya pada Shahih Muslim dari Ibnu Umar dari Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda :

ِ‫ضانَ َو ْال َح ّج‬


َ ‫صٍَ ِام َر َم‬ َّ ‫ص َالةِ َو اِ ٌْت َاء‬
ِ ‫الزكَاةِ َو‬ ّ َ‫ َعلًَ ا َ ْن ٌ َُى َّحد‬: ‫ست‬
َّ ‫اللُ َو اِقَ ِام ال‬ ِْ ً
َ ‫اْلسالَ ُم علًَ َخ ْم‬ َ ِ‫بُى‬

"Islam dibangun di atas lima perkara : Di atas ketauhidan kepada Allaah,


mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan berhajji."
Seorang laki-laki berkata (kepada Ibnu Umar) : "Hajji dan puasa
Ramadhan?" Beliau menjawab : "Tidak, puasa Ramadhan dan Hajji.
Demikianlah aku mendengarnya dari Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wa
sallam.
5. haji
Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat
tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang
dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah
dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud
dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai
sepuluh hari pertama bulan Zulhijah.

Adab-adab haji :

1. Mengikhlaskan niat di dalam ibadah haji.


2. Mempelajari hukum-hukum tentang haji
3. Menghindari dari para penganggur dan orang-orang yang suka bermain-main.
4. Menghindari dari ahli bid‟ah dan khurafat
5. Hendaknya berusaha untuk ekonomis di dalam berbelanja
6. Jauhilah hal-hal yang melengahkan
7. Berusaha untuk menerapkan akhlaq yang baik dan melawan nafsu
8. Selalu berdzikir dengan dzikir pagi dan petang
9. Hendaknya dia membawa bekal lebih jika dia termasuk orang yang mampu.
10. Hendaknya dia selalu menjaga kewajiban-kewajiban syari‟ah

Kelima rukun ini disebutkan secara berurutan sesuai dengan urgensinya


masing-masing. Dimulai dengan dua kalimah syahadah yang merupakan asas bagi
setiap amal yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allaah Ta'ala.
Kemudian shalat yang dilakukan berulang-ulang sebanyak lima kali sehari
semalam. Sehingga shalat merupakan hubungan kuat antara seorang hamba dengan
Rabbnya. Kemudian zakat yang wajib dikeluarkan dari harta jika telah berlalu satu
tahun, sebab manfaatnya bisa menyebar. Kemudian puasa yang wajib dalam satu
bulan dalam satu tahun, merupakan ibadah fisik yang manfaatnya hanya bersifat
pribadi. Kemudian Hajji yang wajib sekali dalam seumur hidup.

11
C. Kandungan hadits
1. Rasulullah menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak diatas
tiang-tiang yang mantap. Penjelasan urgensi kelima perkara ini karena menjadi
pondasi bangunan Islam.
2. Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaannya, membenarkan kenabian
Muhammad, merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun
yang lainnya.
3. Dua kalimah syahadah merupakan asas pada dua kalimah itu sendiri dan
merupakan asas bagi yang lainnya. Sehingga sebuah amal tidak diterima
kecuali dibangun di atas keduanya.
4. Mendahulukan shalat atas amal yang lainnya, karena merupakan penghubung
yang kuat antara seorang hamba dengan Rabbnya.
5. Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat
rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan
buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan
munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
6. Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang syarat-syarat wajibnya
zakat sudah ada pada mereka lalu memberikannya kepada orang-orang fakir
dan yang membutuhkan.
7. Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.
8. Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya
maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma‟.
9. Nash diatas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi
perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadits.
Rasulullah bersabda: “Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang”
10. Menyerupakan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkrit agar lebih
mengena dalam fikiran.
11. Memulai dengan yang paling penting.
12. Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman
demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak diatas tiang-tiang yang
mantap. Penjelasan urgensi kelima perkara ini, yaitu syahadat, sholat,zakat, puasa
dan haji karena menjadi pondasi bangunan Islam. Jika salah satu kelima perkara
ini tidak dikerjakan, bangunan islam yang tegak dan kokoh akan runtuh.

B. SARAN

Penulis menyarankan supaya pembaca dapat memahami atas segala sesuatu


yang telah kami sampaikandalam makalah ini. Sehingga kita dapat mengetahu
pondasi agama islam, mudah – mudahan semua yang disampaikan dalam makalah
ini bias diterima pembaca dan menambah wawasan dalam ilmu keagamaan
khususnya ilmu hadits.

13
DAFTAR PUSTAKA

ّ ‫ب َر ِح َم ُه َما‬
‫الل‬ ّ ‫ْلربَ ِعٍْهَ َو تَتِ َّم ِت ْال َخ ْم ِسٍْهَ ِللىَّ َى َو‬
َ ‫ي ِ َواب ِْه َر َج‬ ْ ْ‫ي ِ ْال َمتٍِ ِْه فِ ًْ ش َْرحِ ا‬
ّ ‫فَتْ ُح ْالقَ ِى‬

Musthofa,Dr. Al-wafi fi syarh al-arbain annawawiyyah,Damaskus.2007 penerbit:hikmah

Abu abdillah sayyid bin Ibrahim al-huwaithi.syarh hadits


arbain.solo:2009.penerbit:pustaka arafah

Al-Imam Al-Albani rahimahullah. Silsilah Hadits Ash-Shahihah

Siyar A‟lam An Nubala, 3/204. Cet. 9, 1413H -1993M. Muasasah Ar Risalah

14

Anda mungkin juga menyukai