AGAMA II
“Shalat Fardu”
Di susun oleh:
Casriatun 43A87006160386
I
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul
" Shalat Fardu" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan
makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun
kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
II
Daftar Isi
JUDUL ............................................................................................................................................. i
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3
2.7 Tata cara mempraktikkan shalat fardu baik sendirian, berjamaah, jama`, Qashar atau
jama` qashar. .......................................................................................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................................. 28
III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai seorang muslim dan muslimah tentunya kita sudah mengetahui, bahwa
salah satu kewajiban seorang muslim adalah melaksanakan shalat lima waktu. Rukun islam
yang kedua ini sebagai bentuk penghambaan kepada sang pencipta yakni Allah SWT, yang
telah menciptakan bumi, langit beserta isinya. Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya
kita untuk senantiasa mematuhi segala perintahnya dan larangannya karena dengan
demikian kita akan menjadi manusia yang akan mendapatkan kebaikan baik di dunia
maupun di akhirat. Seorang muslim yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai
seorang muslim maka ia di pertanyakan kemuslimannya karena seorang muslim yang
sesungguhnya ia akan taat kepada Allah dan rasulnya.
Shalat merupakan ibadah yang sangat penting bagi seorang muslim karena shalat
merupakan induk amal, apabila shalat kita baik maka amal yang lain juga Insya Allah akan
baik tetapi sebaliknya apabila shalat kita kurang baik maka amal yang lain pun akan
mengikutinya karena shalat adalah tiang agama. Kalau tiangnya runtuh maka ambruklah
agama seseorang. Oleh karenanya seorang muslim hendaknya terus memperbaiki
shalatnya, karena dengan shalat kita baik maka kita akan senantiasa terjaga agama kita dan
kita terjaga dari perbuatan-perbuatan buruk.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Shalat fardu?
b. Apa dasar hukum Shalat fardu?
c. Apa tujuan Shalat fardu?
d. Apa kedudukan dan hikmah shalat?
e. Apa syarat shalat?
f. Bagaimana implementasi shalat fardu baik sendirian, berjamaah, jama`, Qashar atau
jama` qashar dengan baik dan benar?
1
1.3 Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui pengertian Shalat fardu.
b. Mengetahui dasar hukum Shalat fardu.
c. Mengetahui tujuan Shalat fardu.
d. Mengetahui kedudukan dan hikmah shalat.
e. Mengetahui syarat shalat.
f. Mengetahui tata cara mempraktikkan shalat fardu baik sendirian, berjamaah, jama`,
Qashar atau jama` qashar dengan baik dan benar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shalat Fardu
Shalat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut terminologi Syara’ adalah
sekumpulan ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan disertai beberapa syarat dan rukun yang sudah ditentukan. Shalat diwajibkan
kepada semua orang islam yang mukallaf (baligh dan berakal) dan suci, sehari semalam
lima kali.
Disebut shalat karena ia menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan
shalat merupakan manifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT. Maka
shalat dapat menjadi media permohonan pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk
kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya, sebagaimana firman Allah
SWT :
َّ ٰ ٱَّلل َم َع ٱل
١٥٣ َصبِ ِرين َ َّ صلَ ٰو ِۚةِ ِإ َّن ۡ ْٰ َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا
َّ ٱستَ ِعينُواْ بِٱل
َّ ص ۡب ِر َوٱل
Yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah 2 :
153).
2.2 Dasar Hukum Shalat Fardu
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dan harus dilaksanakan
berdasarkan ketetapan Al-qur’an,Sunnah,dan Ijma’. Allah SWT berfirman :
3
kitab, maka dakwahilah mereka agar bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan
sesungguhnya aku adalah rasul utusan Allah”. Jika mereka menaatimu dalam hal tersebut,
maka beritahulah mereka bahwa Allah SWT telah mewajibkan kepada mereka shalat lima
waktu dalam sehari semalam.
Shalat diwajibkan pada malam Isra’ dan Mi’raj satu tahun setengah sebelum hijrah.
Anas bin Malik ra bercerita : Pada malam Nabi di Isra’kan, beliau diwajibkan shalat lima
puluh waktu, kemudian dikurangi hingga hanya menjadi lima waktu, kemudian
dipanggillah beliau, ”Hai Muhammad, sesungguhnya tidak ada anjuran di sisiku yang
berubah-ubah, dan sesungguhnya dengan lima waktu tersebut kau peroleh pahala yang
sama dengan pahala lima puluh waktu.”.
2.3 Tujuan Shalat Fardu
Tujuan utama shalat adalah agar manusia selalu mengingat Allah, dengan
mengingat Allah maka akan selalu berbuat ma’ruf dan takut atas perbuatan yang munkar
dan shalat juga akan memperoleh ketenangan jiwa.
Shalat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktivitas kehidupan manusia. Karena
shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisap di akhirat kelak. Oleh karena itu shalat
merupakan ibadah yang mengatur segala aktivitas baik itu diperintahkan maupun dilarang
Allah. Aktivitas manusia berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan penciptanya yang
disebut habluminallah sedangkan aktivitas yang berhubungan dengan manusia disebut
habluminannas.
Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah dengan amal kebaikan dan
menyembah kepadanya. Menyembah di sini berarti beribadah dan salah satunya adalah
shalat. Kita hidup didunia ini hanya sementara dan dari kehidupan di dunia inilah penentu
kehidupan kita selanjutnya yaitu kehidupan akhirat yang merupakan kehidupan kekal
selamanya. Amalan perbuatan kita yang akan menentukan kita akan masuk surga ataupun
neraka yang menjadi tujuan hidup manusia sesungguhnya, sebagaimana firman Allah SWT
:
4
Yang artinya “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” (QS. Al Baqoroh :
45)
2.4 Kedudukan Shalat Fardu
Shalat memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Dia adalah tiang agama
juga batas pemisah antara keislaman dengan kekufuran dan kemunafikan. Oleh karena itu,
Rasulullah memberikan perhatian ekstra terhadap masalah shalat. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam memberikan contoh pelaksanaannya secara detail, dari awal sampai akhir,
dari takbir sampai salam.
Ini semua menunjukkan pentingnya shalat dalam Islam. Harusnya ini sudah cukup
sebagai motivasi bagi kita, kaum Muslimin untuk selalu bersemangat dalam melaksanakan
shalat. Terlebih jika kita memperhatikan berbagai keistimewaan shalat, maka tidak ada
alasan lagi bagi kita untuk bermalas-malasan dalam melaksanakannya.
Allah menjunjung tinggi amal ibadah shalat ini, berikut 5 contoh kedudukan shalat
dalam islam:
a. Tiang Agama.
“Pokok perkara adalah islam, tiangnya adalah shalat”. (HR Tirmidzi 2616).
Tiang berarti dasar utama sebuah bangunan, jika dasar tersebut rusak maka hancurlah
bangunan tersebut. Begitu pula dengan shalat, jika seorang mukmin mampu
menjalankan shalat dengan khusyu’ dan Istiqomah Insya Allah akan memiliki dasar
yang kuat dalam kehidupan sehari hari, ia akan hidup sesuai syariat islam, dalam
petunjuk Allah, dan jalan yang lurus.
b. Amalan yang Pertama Kali Dihisab.
Di hari kiamat nanti ketika semua makhluk dihitung amal nya, yang pertama
kali dilihat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka keseluruhan dari amal
perbuatannya dianggap baik, sebab itu hendaklah senantiasa menjalankan shalat wajib
5 waktu agar memiliki bekal untuk kehidupan akhirat kelak, hal ini dijelaskan secara
nyata dalam sebuah hadist, dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda “Amal hamba yang
pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya, apabila shalatnya baik maka
dia akan mendapat keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia
akan menyesal dan merugi”.
5
c. Rukun Islam Kedua.
Sebagaimana kita ketahui bahwa rukun islam yang pertama adalah membaca
syahadat, yang kedua adalah shalat seperti hadist berikut : “…rukun islam kedua yaitu
mendirikan shalat…”. (HR Bukhari : 8), jika shalat tidak dijalankan sama saja tidak
menjadi umat mukmin yang sempurna sebab tidak menjalankan kewajiban dasar
(rukun) islam.
ُعلَ ۡي َه ۖا ََّل ن َۡسٔ َٔلُ َك ِر ۡز ٗق ۖا نَّ ۡح ُن ن َۡر ُزقُ َۗ َك َو ۡٱل ٰعَ ِقبَة َّ َو ۡأ ُم ۡر أَ ۡهلَ َك بِٱل
َ ۡصلَ ٰوةِ َوٱص
َ طبِ ۡر
١٣٢ ِللت َّ ۡق َو ٰى
Yang artinya “dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Dan akibat yang baik itu adalah bagi
orang yang bertaqwa”. (QS Thaha : 132).
6
Bahwa shalat fardu itu mempunyai waktu yang ditentukan. Dengan adanya waktu
yang ditentukan ini menyebabkan pendiri shalat harus membiasakan diri untuk hidup
disiplin. Hidup disiplin itu antara lain diwujudkan dengan ketepatan kita membagi dan
menggunakan waktu sebaik mungkin.
b. Membiasakan hidup bersosial
Ibadah shalat fardu dianjurkan atau disunahkan untuk dilakukan di masjid secara
berjamaah. Apabila seorang muslim melakukan shalat sehari semalam lima kali di
masjid secara berjamaah, maka ia telah melakukan silahturahmi atau kontak sosial
dengan tetangga atau sesamanya.
c. Membiasakan hidup bersih lahir-batin, sehat jasmani-rohani
Salah satu syarat mendirikan shalat adalah kebersihan dan kesucian, baik badan,
pakaian, maupun tempat shalat.
d. Sarana pembentukan kepribadian muslim
Dengan mendirikan shalat fardu, diharapkan seorang muslim dapat terbentuk
jiwanya sebagai pribadi yang memiliki sifat-sifat tawadu, pandai bersyukur, optimis,
tawakal, sabar, dan tabah dalam mengurangi kehidupan.
e. Peningkatan ketakwaan
Dengan mengucapkan dan mengahayati doa-doa pada waktu shalat berarti kita
selalu ingat kepada Allah. Dengan selalu zikir kepada Allah maka ketakwaan seorang
muslim akan meningkat.
f. Hikmah untuk bertaubat dari dosa
Dalam shalat, ada rukun pembacaan syahadah. Dengan ini , shalat mempunyai
hikmah sebagai taubat dari dosa-dosa yang dilakukan seorang mukmin. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat luput dari melakukan dosa, baik yang ia
sadari maupun tidak. Dengan demikian shalat yang dilakukan lima waktu sehari dapat
berfungsi sebagai pembersih dan penghapus dosa pelakunya.
7
2.6 Syarat shalat Fardu
Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat wajib, dan
yang ke dua syarat sah. Syarat wajib adalah syarat yang menyebabkan seseorang wajib
melaksanakan shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat
seseorang diterima secara syara’ di samping adanya kriteria lain seperti rukun.
A. Bahwa syarat-syarat wajib shalat adalah sebagai berikut:
1. Islam.
2. Baligh (dewasa).
Maka tidak wajib shalat atas anak-anak sampai ia mencapai dewasa.
Umur dewasa itu bisa di ketahui melalui salah satu tanda berikut:
a. Cukup berumur lima belas tahun.
b. Keluar mani.
c. Mimpi bersetubuh.
d. Mulai keluar darah haid bagi perempuan.
3. Berakal.
Tidak wajib shalat atas orang yang hilang akalnya, karena mabuk atau gila. Apabila
mabuknya itu disengaja maka tetap wajib mengerjakan shalat.
B. Syarat sah shalat adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui masuknya waktu shalat.
8
Yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub Maka mandilah, ...”(QS. Al-Maidah: 6).
Sabda Nabi SAW:
“Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kamu apabila ia berhadas
hingga ia berwudu” (HR.Bukhori dan Muslim).
3. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis.
َ ص ٗل ۖى َو
َٰٓ ع ِه ۡدنَا َ اس َوأَمۡ ٗنا َوٱت َّ ِخذُواْ ِمن َّمقَ ِام إِ ۡب ٰ َر ِهٔ َم ُم َ َوإِ ۡذ َجعَ ۡلنَا ۡٱلبَ ۡي
ِ َّت َمثَابَ ٗة ِللن
١٢٥ س ُجو ِد ُّ لطآَٰئِ ِفينَ َو ۡٱل ٰعَ ِك ِفينَ َو
ُّ ٱلر َّكعِ ٱل َّ ي ِل َ ِإلَ ٰ َٰٓى إِ ۡب ٰ َر ِهٔ َم َوإِ ۡس ٰ َم ِعي َل أَن
َ ِط ِه َرا َب ۡيت
Yang artinya "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang
i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".(QS. Al-Baqarah: 125).
4. Menutup aurat.
Auratnya orang laki-laki ialah antara pusar sampai lutut. Sedangkan auratnya
perempuan ialah seluruh badan kecuali kedua telapak tangan.
5. Menghadap Kiblat.
ض ٰى َه ِۚا فَ َو ِل َو ۡج َه َك ش َۡط َر َ س َما َٰٓ ِۖء فَلَنُ َو ِليَنَّ َك قِ ۡبلَ ٗة تَ ۡر
َّ ب َو ۡج ِه َك فِي ٱل َ ُّقَ ۡد ن ََر ٰى تَقَل
بَ َ ث َما ُكنت ُ ۡم فَ َولُّواْ ُو ُجو َه ُك ۡم ش َۡط َرهُۥَۗ َو ِإ َّن ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِك ٰت ُ ۡٱل َم ۡس ِج ِد ۡٱل َح َر ِِۚام َو َح ۡي
َّ لَيَعۡ لَ ُمونَ أَنَّهُ ۡٱل َح ُّق ِمن َّربِ ِه َۡۗم َو َما
َ ٱَّللُ بِ ٰغَ ِف ٍل
١٤٤ َع َّما يَعۡ َملُون
9
Yang artinya “Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al-Baqarah:144).
6. Niat.
2.7 Tata cara mempraktikkan shalat fardu baik sendirian, berjamaah, jama`, Qashar
atau jama` qashar.
A. Shalat fardu sendiri.
Pertama, suci dari hadas, baik hadas kecil maupun hadas besar. Hadas kecil
seperti buang air besar dan kecil, sementara hadas besar semisal keluar mani bagi
laki-laki. Selain itu, orang yang shalat mesti menggunakan pakaian yang suci dan
tubuhnya dipastikan tidak ada najis yang menempel.
1. Niat.
Tata cara pertama adalah melafalkan niat. Dalam membaca niat sholat bisa
dibaca dengan suara lirih atau dibaca dalam hati. Dianjurkan untuk tidak
mengucapkan niat dengan suara keras.
Untuk niat shalat wajib memiliki niat yang berbeda-beda. Berikut niat shalat
wajib:
a. Niat Shalat Subuh.
Bacaan Niat Shalat Subuh Latin:
“Usholli Fardlon Shubhi Rok’ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa-an
Lillahi ta’aala”.
Yang artinya “Aku niat melakukan sholat fardu subuh 2 rakaat, sambil
menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta’ala”
b. Niat Shalat Dhuhur.
10
Bacaan Niat Shalat Dhuhur Latin:
“Usholli Fardlon dhuhri Arba’a Rok’aataim Mustaqbilal Qiblati Adaa-
an Lillahi ta’aala”
Yang artinya “Aku niat melakukan sholat fardu dhuhur 4 rakaat, sambil
menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta’ala”.
c. Niat Shalat Ashar.
Bacaan Niat Shalat Ashar Latin:
“Usholli Fardlol Ashri Arba’a Roka’aataim Mustaqbilal Qiblati Adaa-
an Lillahi ta’aala”.
Yang artinya “Aku niat melakukan sholat fardu ashar 4 rakaat, sambil
menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta’ala”.
d. Niat Shalat Maghrib.
Bacaan Niat Sholat Maghrib Latin:
“Usholli Fardlol Maghribi Tsalaatsa Roka’aataim Mustaqbilal Qiblati
Adaa-an Lillahi ta’aala”.
Yang artinya “Aku niat melakukan sholat fardu maghrib 3 rakaat,
sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta’ala”.
e. Niat Shalat Isya.
Bacaan Niat Shalat Isya Latin:
“Usholli Fardlol I’syaa-i Arba’a Roka’aataim Mustaqbilal Qiblati
Adaa-an Lillahi ta’aala”.
Yang artinya “Aku niat melakukan sholat fardu isya 4 rakaat, sambil
menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta’ala”.
2. Takbiratul Ihrom.
11
Setelah membaca niat shalat kemudian dilanjutkan dengan membaca
takbiratul Ihram “Allahu Akbar”.
3. Membaca Doa Iftitah.
12
4. Membaca Surah Al-Fatihah.
13
6. Ruku.
Membaca doa ketika ruku, bacaan doa ruku dibaca sebanyak 3 kali.
Bacaan doa ruku latin:
“Subhaana robbiyal ‘adhiimi wabihamdih.”.
Yang artinya “Mahasuci Tuhanku yang Maha agung dan segala puji bagi-
Nya.”.
7. I’tidal.
14
8. Sujud Pertama.
15
10. Sujud kedua.
16
11. Duduk Tasyahud Awal.
Pada shalat yang memiliki rakaat lebih dari 2, seperti shalat dhuhur, asyar,
maghrib dan isya, setelah selesai melakukan “Duduk Tasyahud Awal” maka
bangkit untuk melanjutkan ke rakaat berikutnya.
12. Duduk Tawaruk atau Tasyahud Akhir.
17
Setelah sujud kedua pada rakaat terakhir, maka dilanjutkan dengan
melakukan Duduk Tasyahud Akhir.
18
13. Salam.
Semua tata cara shalat harus dikerjakan secara berurutan dengan benar. Jika
tidak, maka shalat yang dilakukan hukumnya menjadi tidak sah. Oleh
karena itu, Anda harus benar-benar mempelajari bacaan sholat dengan
sebaik-baiknya dan melafalkan bacaan sholat sesuai dengan tajwidnya.
Semua bacaan sholat hendaknya dilafalkan dengan sebaik-baiknya. Anda
tidak boleh terburu-buru ketika membacanya.
Jika Anda terburu-buru dalam membacanya, maka bacaan Anda pun akan
menjadi berantakan. Bagaimana jadinya kalau Anda berkomunikasi dengan
Allah, namun Anda sendiri merasa tergesa-gesa.
B. Shalat fardu berjamaah
Salat berjamaah (Arab: الجماعة صالةSholatul jama'ah) merujuk pada
aktivitas salat yang dilakukan secara bersama-sama. Salat ini dilakukan oleh
minimal dua orang dengan salah seorang menjadi imam (pemimpin) dan yang
lainnya menjadi makmum.
19
Sebelum mulai membahas tata cara sholat berjamaah, perlu dijelaskan
kembali bahwa sholat jamaah terdiri dari imam dan makmum. Imam adalah
seseorang yang memimpin sholat berjamaah.
Sementara itu, makmum adalah mereka yang mengikuti sholat di belakang
imam. Seorang makmum tidak boleh mendahului gerakan dan bacaan Imam, dan
harus suci dari hadats besar maupun kecil sama seperti seorang Imam.
20
Berikut adalah keterangan bagaimana salat berjamaah, sesuai
beberapa dalil hadits-hadits yang shahih, beserta infografik yang terdapat
pada sebelah kanan:
a. Dua orang pria, posisi imam sejajar dengan makmum.
b. Tiga orang pria atau lebih, imam paling depan dan makmum berjajar
di belakang imam.
c. Satu orang pria dan satu wanita, imam paling depan, makmum wanita
persis di belakangnya.
d. Dua orang pria dan satu wanita atau lebih, imam sejajar dengan
makmum pria, sedangkan makmum wanita di belakang tengah antara
imam dan makmum pria.
e. Dua orang wanita, posisi imam wanita sejajar dengan makmum.
f. Tiga orang wanita atau lebih, imam wanita ditengah shaf sejajar
dengan makmum wanita.
21
g. Beberapa pria dan wanita, imam paling depan, shaf kedua makmum
pria dan shaf ketiga makmum wanita.
h. Bila ada anak-anak, maka mereka ditempatkan ditengah antara shaf
makmum pria dan shaf makmum wanita.
3. Jamaah wanita di dalam masjid.
Wanita diperbolehkan hadir berjama'ah di masjid dengan syarat
harus menjauhi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya syahwat
ataupun fitnah. Baik karena perhiasan atau harum-haruman yang
dipakainya.
a. Kaum wanita dilarang menggunakan parfum atau wewangian.
b. Salat dirumah lebih utama bagi kaum wanita.
c. Para pria dilarang untuk melarang para wanita yang ingin salat di
masjid.
Selanjutnya, tata cara sholat berjamaah umumnya memiliki urutan sama
seperti sholat munfarid (sendiri). Bedanya terdapat pada tata cara makmum dalam
mengikuti gerakan dan bacaan imam. Selebihnya, urutan sholat berjamaah sama
dengan sholat munfarid.
4. Niat Sholat Berjamaah.
Tata cara sholat berjamaah yang paling utama dan paling penting
adalah membaca niat sholat berjamaah. Sebelum melakukan sholat
berjamaah, baik imam dan makmum harus membaca niat sholat berjamaah
yaitu sebelum takbiratul ikhram, untuk niat sama seperti niat sholat pada
umumnya, hanya bedanya untuk Imam ditambahkan kata “imaamaa”
sedangkan untuk makmum ditambahkan kata “ma'muuman”. Berikut ini
adalah niat sholat berjamah yang harus dibaca oleh imam, contoh sholat
dhuhur:
“Ushollii fardhosh dhuhri arba'a raka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-an
imaamaa lillaahi ta'aala.”
Bacaan niat sholat berjamaah bagi makmum:
“Ushollii fardhosh dhuhri arba'a raka'aatim mustaqbilal qiblati adaa-an
ma'muuman lillaahi ta'aala.”.
22
5. Mengikuti Gerakan Imam.
Karena shalat berjamaah dipimpin imam, maka makmum wajib
mengikuti seluruh gerakan imam. Shalat berjamaah bisa jadi batal jika
makmum tidak mengikuti gerakan imam. Contohnya, ketika imam sujud,
makmum kemudian mengikuti gerakan sujud beserta bacaan doanya.
6. Mengetahui Gerakan Imam.
Makmum harus mengetahui setiap gerakan imam. Jika makmum
berada jauh dari imam, dia harus memastikan bahwa dia bisa mengetahui
gerakan imam. Supaya dia tidak ketinggalan dan terlambat.
C. Shalat Jama`, Qashar atau Jama` Qashar
1. Shalat Jamak
Salat Jamak yaitu salat yang dilaksanakan dengan mengumpulkan
dua salat wajib dalam satu waktu, seperti salat Zuhur dengan Asar dan salat
Magrib dengan salat Isya (khusus dalam perjalanan). Adapun pasangan
salat yang bisa dijamak adalah salat Dzuhur dengan Ashar atau salat
Maghrib dengan Isya. Shalat jamak dibedakan menjadi dua tipe yakni:
Niat sholat jamak taqdim dzuhur dan ashar (Dilakukan saat waktu
dzuhur).
“Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al ashri
adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Yang artinya “Aku sengaja sholat fardu dhuhur empat rakaat yang
dijama’ dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala”.
Setelah selesai sholat dzuhur, langsung dilanjut sholat ashar dengan
bacaan niat:
23
“Ushollii fardlozh ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al dzuhri
adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Yang artinya “Aku berniat sholat ashar empat rakaat dijama’ dengan
dhuhur, fardhu karena Allah Ta’aala”.
Niat sholat Jamak Taqdim Maghrib dan Isya’ (Dilakukan saat waktu
maghrib)
“Ushollii fardlozh maghribi thalaatha raka’aatin majmuu’an ma’al
‘isyaa’i jam’a taqdiimin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Yang artinya “Aku sengaja sholat fardu maghrib tiga rakaat yang
dijama’ dengan isyak, dengan jama’ taqdim, fardu karena Allah
Ta’aala.”
Setelah selesai sholat maghrib, langsung dilanjut sholat isya’ dengan
bacaan niat:
"Ushollii fardlozh ‘isyaa’i arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al
maghiribi jam’a taqdiimin adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Yang artinya “Aku berniat sholat isyak empat rakaat dijamak dengan
magrib, dengan jama’ taqdim, fardhu karena Allah Ta’aala.”
24
Setelah selesai sholat dzuhur, langsung dilanjut sholat ashar dengan
bacaan niat:
“Ushollii fardlol ‘ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’azh zhuhri
adaa-an lillaahi ta’aalaa.”
Yang artinya “Aku sengaja sholat fardu Ashar empat rakaat yang
dijama’ dengan dhuhur, fardu karena Allah Ta’aala”
26
sehingga tidak dapat mengerjakan shalat fardu tepat pada waktunya. Hal
ini meliputi:
a. Melakukan perjalanan jauh minimal 81 kilometer (sesuai kesepakatan
para ulama).
b. Perjalanan tidak bertujuan untuk hal negatif atau berbuat dosa.
c. Sedang dalam keadaan bahaya, hujan lebat disertai angin kencang,
perang atau bencana lainnya.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shalat menurut bahasa adalah do’a. Sedangkan menurut terminologi Syara’ adalah
sekumpulan ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam
dengan disertai beberapa syarat dan rukun yang sudah ditentukan. Adapun dasar hukumnya
termaktub dalam QS.An-Nisa’ 3 : 103)
Dalam shalat terdapat syarat-syarat wajib yaitu: Islam, Baligh dan Berakal. Ada
pula syarat sah shalat yaitu: Mengetahui masuknya waktu shalat, Suci dari hadast kecil dan
besar, Suci badan, pakaian dan tempat dari najis, Menutup aurat, Menghadap kiblat dan
Niat.
Selain adanya syarat, ada pula rukun-rukun dalam shalat, yaitu: Niat, Berdiri bagi
orang yang kuasa, Takbirotul ikhrom, Membaca al-Fatihah, Ruku’ dan tuma’ninah, I’tidal
dan tuma’ninah, Sujud dan tuma’ninah, Duduk diantara dua sujud dan tuma’ninah, Duduk
akhir, Membaca tahiyat, Membaca sholawat nabi, Membaca salam dan Tertib.
3.2 Kata Penutup
Demikianlah yang dapat penulis dapat sampaikan mengenai materi yang menjadi
pembahasan dalam makalah ini. Tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan atau referensi yang penulis peroleh. Hubungannya dengan
makalah ini penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.
28
Daftar Pustaka
http://baihaqi-annizar.blogspot.com/2015/01/sholat-fardhu.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_Jamak
https://toskomi.com/2017/01/19/tata-cara-shalat-jamak-qashar-jamak-qashar-lengkap/
https://id.wikipedia.org/wiki/Salat_Fardu
https://wisatanabawi.com/bacaan-sholat/
29