Anda di halaman 1dari 18

HASIL KONGRES IX

IKATAN MAHASISWA DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD (IMDI)

PERATURAN DASAR DAN PERATURAN RUMAH TANGGA


(PD & PRT)

PIMPINAN PUSAT
IKATAN MAHASISWA DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD
(PP IMDI)
MASA BAKTI 2013-2016

Sekretariat : Jalan Nuri No. 90 Makassar-Indonesia Telp. 0411 859973

0
PERATURAN DASAR
IKATAN MAHASISWA DDI
MUKADDIMAH

Bahwa sesungguhnya eksistensi Mahasiswa adalah bagian dari potensi generasi muda yang
bertanggung jawab terhadap masa depan Agama, bangsa, dan negara demi terwujudnya
kehidupan yang damai, tenteram dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

Bahwa sesungguhnya Mahasiswa DDI yang menjadikan aspek moral keagamaan sebagai sasaran
utama pengabdiannya, untuk membina generasi muda Islam agar menjadi kader bangsa yang
memiliki kecerdasan atas dasar iman dan taqwa kepada Allah Swt. sebagai kelanjutan dari
perjuangan para pejuang dari tokoh Islam yang kharismatik zaman perjuangan (zaman revolusi).

Insyaf dan yakin bahwa sesungguhnya Ikatan Mahasiswa DDI adalah bagian generasi muda bangsa
yang ikut bertanggungjawab terhadap masa depan agama dan bangsa serta negara kesatuan
republik indonesia yang berdasarkan Pancasila. Bahwa sesungguhnya Ikatan Mahasiswa DDI
menjadikan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. sebagai landasan spritual dan akhlaq
dalam rangka menggerakkan dan mengendalikan pembangunan bangsa.

Mahasiswa DDI dengan segala kemampuan yang dimilikinya, secara integral merupakan bahagian
dari masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran dan nilai tanggung jawab moral yang tinggi,
khususnya dalam melaksanakan kewajiban perjuangannya untuk membebaskan umat dari
belenggu penderitaan fisik material dan mental spritual demi terwujudnya masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur.

Sosio kultural yang berakar pada nilai-nilai luhur bangsa dan agama, untuk membentuk generasi
muda yang berkepribadian tangguh dan teguh, dalam menjaga martabat serta selektif dalam
mengembangkan budaya bangsa, merupakan harapan ideal bagi IMDI dan sekaligus menjadi salah
satu tujuan cita-cita dan perjuangan organisasi.

Gagasan ideal tersebut di atas, adalah amanah mulia yang mengilhami terbentuknya Ikatan
Mahasiswa Darud Da'wah wal-Irsyad (IMDI), dan atas berkat rahmat Allah Swt. maka Peraturan
Dasar dan Peraturan Rumah Tangga IMDI dapat disusun sebagai berikut :

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT
Pasal 1
1. Organisasi ini bernama Ikatan Mahasiswa Darud Da'wah wal-Irsyad yang kemudian disingkat
IMDI.
2. Ikatan Mahasiswa DDI didirikan pada tanggal 28 Rajab 1389 H. bertepatan dengan tanggal 10
Oktober 1969 M. pada Muktamar XI DDI di Watang Soppeng, Kab. Soppeng.
3. Pengurus Pusat Ikatan Mahasiswa Darud Da'wah wal-Irsyad PP-IMDI berkedudukan dimana
PB-DDI berkedudukan.

BAB II
AZAS dan HALUAN
Pasal 2
Ikatan Mahasiswa Darud Da'wah wal-Irsyad beraqidah Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal-
Jamaah.
1
Pasal 3
Ikatan Mahasiswa Darud Da'wah wal-Irsyad berasaskan Pancasila sebagai landasan ideology dalam
berbangsa dan bernegara.

BAB III
KEDAULATAN
Pasal 4
Kedaulatan tertinggi Ikatan Mahasiswa Darud Da'wah wal-Irsyad berada di tangan anggota dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Kongres

BAB IV
SIFAT
Pasal 5
Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad bersifat kemahasiswaan, keagamaan, kekeluargaan
dan keindonesiaan serta profesional

BAB V
Pasal 6
Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad adalah organisasi intelektual dengan status Badan
Otonom dari DDI.

BAB VI
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 7
TUJUAN
Membina generasi muda menjadi Kader Bangsa yang cerdas, tangguh dan bertakwa kepada Allah
Swt, dalam menjalankan ajaran Islam berdasarkan Alquran dan Ahlusunnah Waljama’ah

Pasal 8
USAHA

1. Menghimpun mahasiswa Islam yang sesuai sifat dan tujuan Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah
Wal-Irsyad serta peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.

2. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang sesuai dengan asas dan tujuan Ikatan
Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad serta menciptakan pribadi yang bertaqwa, profesional,
dan memiliki jiwa pengabdian terhadap organisasi.

BAB VII
KEANGGOTAAN DAN PENGKADERAN
Pasal 9
KEANGGOTAAN
Anggota Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad terdiri dari :
1. Anggota Biasa.
2. Anggota Kehormatan.

Pasal 10
PENGKADERAN
Tahap pengkaderan Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad terdiri dari:
1. Diklat Kader Dasar (DKD)

2
2. Diklat Kader Menengah (DKM)
3. Diklat Kader Tinggi (DKT)

BAB VIII
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 11
Struktur organisasi Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad terdiri dari :
1. Pimpinan Pusat (PP)
2. Pengurus Wilayah (PW)
3. Pengurus Cabang (PC)
4. Pengurus Komisariat (PK)
5. Pengurus Rayon (PR)

BAB IX
PERMUSYAWARATAN
Pasal 12
Permusyawaratan organisasi IMDI terdiri dari :
1. Kongres
2. Kongres Luar Biasa
3. Rapat Pimpinan (RAPIM)
4. Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS)
5. Konferensi Wilayah
6. Rapat Kerja Wilayah
7. Konferensi Cabang
8. Rapat Kerja Cabang
9. Musyawarah Komisariat
10. Rapat Kerja Komisariat
11. Musyawarah Rayon
12. Rapat Kerja Rayon
13. Rapat Pleno Pengurus
14. Rapat Pengurus Harian
15. Rapat Koordinasi Lembaga-lembaga.

BAB X
KEUANGAN
Pasal 13
Keuangan dan kekayaan Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad bersumber dari :
1. Uang Pangkal Anggota
2. Iuran Anggota
3. Hasil Usaha Organisasi
4. Sumber lain yang tidak mengikat.

BAB XI
PERUBAHAN
Pasal 14
Peraturan Dasar ini hanya dapat diubah melalui Kongres dengan persetujuan 2/3 suara dari jumlah
suara yang hadir.

3
BAB XII
ATURAN PERALIHAN DAN TAMBAHAN
Pasal 15
ATURAN PERALIHAN
1. Dalam keadaan luar biasa, Pimpinan pusat berhak mengadakan Kongres Luar Biasa
2. Apabila Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad terpaksa harus dibubarkan dengan
Keputusan Kongres atau Referendum, maka hak milik atau kekayaan organisasi diserahkan
kepada induk organisasi dan atau organisasi yang seasas dan sehaluan

Pasal 16
ATURAN TAMBAHAN
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Dasar ini akan diatur kemudian dalam Peraturan
Rumah Tangga

BAB X
P E N U TU P
Pasal 17
Peraturan Dasar ini ditetapkan oleh Kongres dan berlaku sejak tanggal di-tetapkannya sampai pada
Kongres berikutnya
Minallahil Musta'an Wa ‘Alaihit Tiklan

Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 10 Dzulqa’dah 1434 H
22 September 2013 M

PIMPINAN PUSAT
IKATAN MAHASISWA DDI
Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,

Anwar Saleng Sudirman AZ

4
5
PERATURAN RUMAH TANGGA
IKATAN MAHASISWA DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD (IMDI)

BAB I
A TR I B U T
Pasal 1
1. Lambang Organisasi Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad (IMDI) sebagai mana yang
terdapat dalam Peraturan Rumah Tangga ini dan dijelaskan dalam struktur pedoman
organisasi.
2. Lambang seperti tersebut pada ayat (1) di atas dipergunakan pada bendera, jaket, badge,
vandel, dan logo dengan tujuan menunjukkan identitas IMDI.
3. Bendera IMDI adalah yang seperti terdapat dalam struktur pedoman organisasi.
4. Mars IMDI adalah lagu wajib bagi kader IMDI sebagaimana yang tercantum pada lampiran
Peraturan Rumah Tangga ini.

BAB II
U S A HA
Pasal 2
1. Melaksanakan dan meningkatkan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar.
2. Mempertinggi mutu Ilmu Pengetahuan Islam dan IPTEK.
3. Meningkatkan kwalitas kehidupan umat manusia dan umat islam melalui kontekstualisasi
pemikiran, pemahaman dan pengamalan ajaran agama islam sesuai dengan perkembangan
budaya masyarakat.
4. Meningkatkan usaha-usaha dan kerjasama untuk kesejahteraan umat manusia, umat islam, dan
mahasiswa serta usaha sosial kemasyarakatan.
5. Mempererat hubungan dengan ulama’ dan umara demi terciptanya ukhuwah islamiyah,
ukhuwah wathoniyah dan ukhuwah insaniyah.
6. Memupuk dan meningkatkan semangat nasionalisme melalui upaya pemahaman, pengamalan
dan pengamalan pancasila secara kreatif dan bertanggung jawab.

BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 3
1. Anggota biasa adalah :
a. Mahasiswa Islam pada sebuh Perguruan Tinggi yang telah mengikuti proses Diklat Kader
Dasar ( DKD ).
b. Mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya dan belum mencapai jangka waktu 3 (tiga)
tahun.
2. Anggota Kehormatan adalah :
a. Alumni IMDI yang telah menyandang gelar kesarjanaan, S1, S2 dan S3 dan telah
melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun
b. Mantan Pengurus Pimpinan Pusat IMDI yang telah berumur diatas 40 tahun
c. Pejabat Negara/Pemerintah yang berjasa terhadap pengembangan organisasi dan segenap
alumni IMDI yang masih aktif

Pasal 4
Penerimaan anggota dilakukan dengan cara :
1. Calon anggota mengajukan permintaan secara tertulis atau mengisi formulir untuk menjadi
calon anggota IMDI kepada pengurus cabang dan panitia pelaksan DKD
6
2. Seorang Sah menjadi anggota IMDI setelah mengikuti Diklat Kader Dasar (DKD) dan
mengucapkan bai’at selanjutnya berhak atas gelar Mursyid (laki-laki) atau mursyidah
(perempuan).
3. Dalam hal-hal yang sangat diperlukan, pengurus cabang dapat mengambil kebijakan lain
selama tidak menyimpang dari ayat (1) dan (2) tersebut di atas.
4. Apabila syarat – syarat tersebut dalam ayat (1) dan (2) diatas terpenuhi, anggota berhak diberi
tanda anggota oleh pengurus cabang.

Pasal 5
PENGKADERAN
Jenjang Pengkaderan Ikatan Mahasiswa Darud Da’wah Wal-Irsyad (IMDI) dilakukan dengan
tahap :
1. Diklat Kader Dasar (DKD) adalah tahap pengkaderan dalam proses perekrutan anggota
baru dan dilaksanakan pada tingkat komisariat dan rayon yang telah terbentuk dan apabila
komisariat serta rayon belum terbentuk pada sebuah wilayah cabang maka Diklat
KaderDasar (DKD) dilaksanakan oleh pengurus cabang pada wilayah administrasinya.
2. Diklat kader Menengah (DKM) adalah pengkaderan tahap lanjutan dan pengembangan dari
DKD yang dilaksanakan pada tingkat cabang dan wilayah serta menjadi syarat bagi anggota
dalam kepengurusan cabang dan wilayah.
3. Diklat Kader Tinggi (DKT) adalah tahap pengkaderan tertinggi setelah DKD dan DKM yang
di laksanakan pada tingkat wilayah dan pusat.

BAB III
MASA KEANGGOTAAN
Pasal 6
Anggota berakhir masa keanggotaannya jika :
1. Meninggal dunia
2. Atas permintaan sendiri secara tertulis yang disampaikan kepada pengurus cabang
wilayahnya.
3. Diberhentikan sebagai anggota secara tidak terhormat apabila telah berbuat yang
bertentangan dengan PD-PRT ini dan peraturan organisasi lain yang mencemarkan nama
baik organisasi IMDI.
4. Telah habis masa keanggotaannya sebagai anggota biasa sebagaimana yang di atur dalam
pasal 3 PRT ini.
5. Bentuk dan tata cara pemberhentian akan di atur dalam Peraturan Organisasi (PO).
6. Anggota yang telah habis masa keanggotaannya pada saat masih menjabat sebagai
pengurus dapat di perpanjang masa keanggotaannya hingga berakhir masa
kepengurusannya.

BAB IV
HAK, KEWAJIBAN DAN PERANGKAPAN ANGGOTA
Pasal 5
HAK ANGGOTA
1. Anggota berhak atas pendidikan, kebebasan berpendapat perlindungan dan pembelaan.
2. Anggota memiliki hak suara, bicara, dipilih, memilih, dan mengajukan usul baik secara lisan
maupun tulisan

7
3. Anggota mempunyai hak mengeluarkan pendapat, mengajukan pertanyaan, baik secara lisan
maupun tertulis.
4. Anggota berkewajiban membayar uang pangkal dan iuran anggota bulana

Pasal 6
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Anggota berkewajiban membayar uang pangkal dan iuran anggota bulana
2. Anggota berkewajiban mematuhi Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga PD-PRT serta
Peraturan Organisasi lainnya.
3. Anggota berkewajiban menjunjung tinggi serta menjaga dan mempertahankan nama baik
organisasi, bangsa dan Agama Islam
4. Anggota berkewajiban untuk tetap siap mengabdi kepada organisasi kapan dan dimanapun dia
berada, diminta atau tidak diminta demi pengembangan organisasi

Pasal 7
PERANGKAPAN ANGGOTA
1. Anggota IMDI tidak dapat merangkap keanggotaannya dengan organisasi kemahasiswaan
lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai yang diperjuangkan IMDI.
2. Perangkapan keanggotaan yang tercantum pada ayat (1) di atas dikenakan sanksi
pemberhentian keanggotaan.

BAB V
PENGHARGAAN DAN SANKSI
Pasal 8
PENGHARGAAN
1. Penghargaan organisasi dapat diberikan kepada anggota yang berprestasi atau mengangkat
citra dan mengharumkan nama organisasi.
2. Bentuk dan tata cara penganugerahan penghargaan diatur pada masing-masing pengurus di
setiap tingkatan.
Pasal 9
SANKSI
1. Sanksi dapat di berikan kepada setiap anggota karena melanggar ketentuan PD-PRT atau
mencemarkan nama baik organisasi IMDI.
2. Sanksi yang diberikan kepada anggota berbentuk teguran, scorsing dan pemberhentian
keanggotaan.
3. Anggota yang di beri sanksi dapat mengajukan banding atau pembelaan dalam suatu
mekanisme yang di tentukan.
4. Tata cara dan mekanisme banding di atur dalam PO.

BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI, KOMPOSISI, TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
Pasal 10
PIMPINAN PUSAT
1. Pimpinan Pusat adalah badan eksekutif dan pengembang amanat Kongres dan pimpinan
tertinggi organisasi IMDI
2. Pimpinan pusat berkewajiban menjalankan PD-PRT dan hasil Kongres, serta senantiasa
memperhatikan dan sekaligus mempertimbangkan saran atau nasehat dari Majelis Pembina PP
IMDI
3. Komposisi Pimpinan pusat terdiri atas :
8
Seorang Ketua Umum, 7 (tujuh) Wakil Ketua, Seorang sekretaris umum , 7 (tujuh) Wakil
Sekretaris, seorang Bendahara Umum dan 2 (dua) Wakil Bendahara serta departement sesuai
kebutuhan.
4. Ketua Umum dipilih oleh Kongres
5. Ketua terpilih berwenang untuk menyusun dan melengkapi personalia kepengurusan dan
dibantu oleh 5 (lima) anggota Formatur yang dipilih oleh Kongres.
6. Pimpinan pusat berkewajiban memberikan laporan pertanggung jawaban (LPJ) semua
programnya pada Kongres
7. Pimpinan pusat berwenang mengesahkan Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang
8. Masa jabatan Pimpinan pusat selama 3 (tiga) tahun dan Ketua Umum dapat dipilih kembali
hanya dari satu periode.
9. Tata kerja Pimpinan pusat diatur melalui Keputusan Pimpinan Pusat

Pasal 11
PENGURUS WILAYAH
1. Pengurus Wilayah dapat dibentuk atas kebijakan Pimpinan Pusat
2. Pengurus Wilayah berkewajiban mengembangkan organisasi atau membentuk Pengurus
Cabang yang memungkinkan pada semua daerah yang berada pada wilayah administrasinya.
3. Komposisi Pengurus Wilayah terdiri atas :
Ketua Umum, 3 (tiga) Wakil Ketua, Sekretaris Umum, 3 (tiga) Wakil Sekretaris, Bendahara dan
seorang Wakil Bendahara, serta departemen sesuai kebutuhan
4. Pengurus Wilayah berkedudukan di Ibu Kota Propinsi
5. Pengurus Wilayah berkewajiban melaksanakan dan mengembangkan kebijakan tentang
berbagai masalah organisasi dalam wilayah koordinasinya
6. Pengurus Wilayah berkewajiban menjalankan amanat PD-PRT dan keputusan Konferensi
wilayah serta senantiasa memperhatikan saran atau usul Majelis Pembina dan dewan pembina
Wilayah.
7. Pengurus Wilayah berkewajiban melaporkan seluruh hasil kerjanya pada Konferensi Wilayah
8. Ketua Umum dipilih oleh Konferensi Wilayah
9. Ketua Umum menyusun dan melengkapi komposisi personalia Pengurus Wilayah dan dibantu
oleh 5 (lima) anggota Formatur yang dipilih pada konferwil.
10. Masa jabatan Pengurus Wilayah selama 2 (dua) tahun
11. Tata kerja Pengurus Wilayah diatur dan ditetapkan melalui keputusan Pengurus Wilayah

Pasal 12
PENGURUS CABANG
1. Cabang dapat dibentuk di daerah tingkat Kabupaten/Kota yang ada perguruan tingginya
dengan petunjuk atau rekomendasi dari Pengurus Wilayah.
2. Cabang dapat dipertimbangkan statusnya sebagai cabang apabila tidak dapat memenuhi
a. Selama kepengurusan belum mampu melaksanakan 1 (satu) kali DKM.
b. Pengurus cabang harus melaksanakan Konferensi Cabang jika masa kepengurusan telah
selesai.
3. Cabang dan Pengurus Cabang dapat dianggap sah apabila telah mendapat persetujuan atau
pengesahan dari Pimpinan Pusat.
4. Pengurus Cabang mempunyai kewajiban menjalankan ketentuan PD/PRT, Keputusan
Kongres, Peraturan Organisasi, dan Keputusan Konferensi serta segenap Majelis Pembina
Cabang.

9
5. Pengurus Cabang berkewajiban menyampaikan laporan hasil kegiatannya dengan tembusan
PW sekaligus mempertanggung-jawabkannya didepan Konferensi Cabang.
6. Pengurus cabang berkewajiban menjalankan dan mematuhi ketentuan PD-PRT, keputusan
kongres, keputusan konferensi cabang serta segenap majelis pembina cabang.
7. Pengurus cabang berkewajiban menyampaikan laporan hasil kegiatannya dengan tembusan
PW selanjutnya menyampaikan laporan pertanggung jawaban (LPJ) di depan konfrensi
cabang.
8. Pengurus Cabang berwenang mengesahkan Pengurus Komisariat dan Rayon.
9. Ketua Umum dan Sekretaris Umum dipilih langsung oleh Konferensi Cabang
10. Ketua Umum menyusun dan melengkapi komposisi personalia kepengurusan dan dibantu
oleh 5 (lima) anggota Formatur yang dipilih pada konfrensi cabang.
11. Masa jabatan Pengurus Cabang selama 2 (dua) tahun.
12. Komposisi Pengurus Cabang terdiri dari : Ketua Umum, 3 (tiga) Wakil Ketua, Sekretaris
Umum, 3 (tiga) Wakil Sekretaris, Bendahara dan seorang Wakil Bendahara, serta Ketua-Ketua
departemen dan anggotanya yang dibentuk sesuai kebutuhan.
13. Tata kerja Pengurus Cabang ditetapkan berdasarkan hasil keputusan Pengurus Cabang.

Pasal 13
PENGURUS KOMISARIAT
1. Komisariat dapat dibentuk pada setiap Perguruan Tinggi.
2. Komisariat dapat dibentuk bila mempunyai sekurang-kurangnya 10 orang anggota.
3. Pengurus Komisariat dianggap sah setelah mendapat pengesahan dari Pengurus Cabang.
4. Pengurus Komisariat berkewajiban menjalankan ketentuan Peraturan Dasar dan Peraturan
Rumah Tangga, Keputusan Kongres, dan hasil-hasil Musyawarah Komisariat.
5. Ketua Umum dan Sekretaris Umum dipilih oleh Musyawarah Komisariat.
6. Ketua Umum menyusun dan melengkapi personalia kepengurusan yang dibantu oleh 5 (lima)
orang Formatur yang dipilih oleh Musyawarah Komisariat.
7. Pengurus Komisariat melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan tentang berbagai
masalah organisasi dalam wilayah koordinasinya.
8. Pengurus Komisariat berkewajiban melaporkan kegiatannya kepada Pengurus Cabang dan
menyampaikan laporan pertanggung jawaban (LPJ) pada Musyawarah Komisariat.
9. Komposisi Pengurus Komisariat terdiri atas :
Ketua Umum, 2 (dua) orang Wakil Ketua, Sekretaris Umum dan 2 Wakil Sekretaris,
Bendahara dan seorang Wakil Bendahara serta Ketua-Ketua departemen dan anggotanya
yang dibentuk sesuai kebutuhan.
10. Masa jabatan Pengurus Komisariat selama 1 (satu) tahun
11. Tata Kerja Pengurus Komisariat ditetapkan melalui Keputusan Pengurus Komisariat.

Pasal 14
PENGURUS RAYON
1. Rayon dapat dibentuk pada setiap Fakultas di Perguruan Tinggi yang telah memiliki anggota
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang
2. Rayon dan Pengurus Rayon dapat dibentuk atas kebijakan Pengurus Komisariat
3. Rayon dan Pengurus Rayon dapat dianggap sah setelah mendapat pengesahan dari Pengurus
Cabang
4. Pengurus Rayon berkewajiban menjalankan ketentuan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah
Tangga, Keputusan Kongres, dan hasil-hasil Musyawarah Rayon
5. Ketua Umum dipilih oleh Musyawarah Rayon

10
6. Ketua Umum menyusun dan melengkapi personalia kepengurusan yang dibantu oleh 5 (lima)
orang formatur yang dipilih pada musyawarah rayon.
7. Pengurus Rayon melaksanakan dan mengembangkan kebijakan tentang berbagai masalah
organisasi dalam wilayah koordinasinya
8. Pengurus Rayon berkewajiban melaporkan kegiatannya kepada Pengurus Cabang dan
menyampaikan laporan pertanggung jawaban (LPJ) pada Musyawarah Rayon
9. Komposisi Pengurus Rayon terdiri atas :
Ketua Umum, 2 orang wakil ketua, Sekretaris Umum, dan 2 orang Wakil Sekretaris, Bendahara
dan seorang Wakil Bendahara serta Ketua departemen dan anggotanya yang dibentuk sesuai
kebutuhan
10. Masa jabatan Pengurus Rayon selama 1 tahun dan Ketua Umum tidak dapat dipilih kembali
lebih dari 1 (satu) periode
11. Tata Kerja Pengurus Rayon ditetapkan melalui Keputusan Pengurus Rayon

BAB VII
MAJELIS PEMBINA
Pasal 15
1. Majelis Pembina adalah badan penasehat atau pengarah yang terdapat pada semua tingkat
kepengurusan, mulai dari Pimpinan Pusat sampai pada tingkat Rayon.
2. Majelis Pembina di tingkat Pimpinan Pusat disebut Majelis Pembina Organisasi disingkat
MABIPAN
3. Majelis Pembina di tingkat Pengurus Wilayah disebut Majelis Pembina disingkat MABIWA
4. Majelis Pembina di tingkat Pengurus Cabang disebut Majelis Pembina disingkat MABICAB
5. Majelis Pembina di tingkat Komisariat disebut Majelis Pembina disingkat MABIKOM
6. Majelis Pembina di tingkat Rayon disebut Majelis Pembina Rayon disingkat MABIRA

Pasal 16
1. Tugas dan fungsi Majelis Pembina adalah :
a. Memberikan nasehat, gagasan pengembangan dan saran konstruktif kepada pengurus, baik
diminta maupun tidak diminta.
b. Membina dan mengarahkan warga dan kader IMDI di bidang kekaderan, keagamaan,
intelektual dan profesi.
2. Susunan Majelis Pembina terdiri atas 7 (tujuh) orang, yakni :
a. Seorang Ketua merangkap anggota.
b. Seorang Sekretaris merangkap anggota.
c. Lima orang anggota.
3. Keanggotaan Mabipan dipilih/ditetapkan oleh pengurus harian pada masing-masing tingkatan.

BAB VIII
LEMBAGA-LEMBAGA DAN PENGISIAN LOWONGAN
Pasal 17
LEMBAGA-LEMBAGA
Lembaga adalah badan khusus yang dibentuk pada tingkat Pimpinan Pusat yang berfungsi sebagai
pusat pengembangan bidang tertentu.
1. Lembaga-lembaga tersebut terdiri atas :
a. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kader (LPPK)
b. Lembaga Dakwah dan Pengabdian Masyarakat (LDPM)
c. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Organisasi (LPPO)

11
d. Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan (LSIK)
e. Lembaga Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan (LPEK)
f. Lembaga Kajian dan Pengembangan Mursyidah (LKPM).
g. Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi (LBHA)
h. Lembaga Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan (LPEK)
i. Lembaga Bahasa Asing (LBA)
2. Lembaga baru dapat dibentuk sesuai kebutuhan dan perkembangan
3. Susunan Pengurus Lembaga diatur oleh Pimpinan Pusat melalui Surat Keputusan
4. Ketua Lembaga karena jabatannya adalah anggota pleno Pimpinan Pusat

Pasal 18
PENGISIAN LOWONGAN
1. Apabila terjadi lowongan jabatan antar waktu, maka lowongan tersebut diisi oleh pengurus
yang berada dalam urutan langsung di bawahnya.
2. Apabila ketua umum pada setiap tingkatan berhenti atau mengundurkan diri dari jabatannya
maka di ganti oleh :
a. Apabila ketua umum PP, jabatan di gantikan oleh ketua Lembaga pengkaderan.
b. Apabila ketua umum PW, jabatan di gantikan oleh ketua bidang internal.
c. Apabila ketua umum PC, jabatan di gantikan oleh ketua bidang internal.
d. Apabila ketua umum PK, jabatan di gantikan oleh wakil ketua
e. Apabila ketua umum PR, jabatan di gantikan oleh wakil ketua.
f. Dalam kondisi dimana tidak dapat dilakukan pengisian lowongan jabatan antar waktu
maka lowongan jabatan akan diisi oleh anggota pengurus lainnya berdasarkan keputusan
rapat pengurus harian yang khusus diadakan untuk itu.

BAB IX
PERMUSYAWARATAN
Pasal 19
1. Kongres
a. Kongres merupakan forum tertinggi bagi IMDI
b. Kongres diadakan sekali dalam tiga ( 3 ) tahun
c. Kongres berwewenang menetapkan dan atau merubah Peraturan Dasar dan Peraturan
Rumah Tangga
d. Kongres berwenang memilih dan menetapkan ketua umum yang baru
e. Kongres dinyatakan sah bila telah dihadiri oleh minimal 1/2 dari jumlah wilayah dan cabang
yang sah
2. Kongres Luar Biasa
a. Kongres luar biasa merupakan forum yang setingkat dengan konres.
b. Kongres Luar Biasa diadakan apabila dipandang perlu oleh Pimpinan Pusat
c. Kongres luar Biasa diadakan apabila terdapat pelanggaran terhadap PD-PRT yang
dilakukan oleh Pimpinan Pusat.
d. Kongres Luar Biasa dihadiri oleh anggota pengurus Pimpinan pusat dan utusan wilayah
serta cabang
e. Kongres Luar Biasa diadakan atas usul ½ + 1 jumlah wilayah dan cabang yang sah
3. Rapat pimpinan
a. Rapat pimpinan diadakan apabila dipandang perlu oleh pimpinan pusat

12
b. Rapat pimpinan diadakan atas usulan pengurus pusat serta usulan separuh jumlah wilayah
dan cabang yang sah.
4. Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS)
a. Musyawarah Kerja Nasional merupakan forum yang menentukan dan mengevaluasi
program kerja yang ada
b. Musyawarah Kerja Nasional dinyatakan sah apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah wilayah
dan cabang yang sah
c. Musyawarah Kerja Nasional dihadiri oleh anggota Pimpinan pusat dan sejumlah utusan
wilayah dan cabang
d. Musyawarah Kerja Nasional berfungsi memanfaatkan dan merumuskan program kerja yang
telah ditetapkan oleh kongres.
5. Konferensi Wilayah
a. Konferensi wilayah dihadiri oleh utusan cabang dan peninjau
b. Konferensi Wilayah dapat berlangsung bila dihadiri oleh sedikitnya 2/3 cabang yang sah
c. Konferensi Wilayah dilaksanakan sekali dalam 2 (dua) tahun
d. Konferensi baru dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya separuh lebih
satu dari jumlah suara yang hadir
e. Dalam pemungutan suara apabila telah diulang untuk kedua kalinya masih seimbang, maka
pimpinan sidang dapat mengambil kebijakan untuk memutuskannya.
f. Pemungutan suara dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia.
6. Rapat Kerja Wilayah
a Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh Pengurus Wilayah dan utusan Cabang
b Rapat Kerja Wilayah dapat berlangsung bila dihadiri oleh sedikitnya 2/3 cabang yang sah
c Rapat Kerja wilayah berfungsi merumuskan dan menetapkan Program Kerja yang telah
dirumuskan dalam Konferensi Wilayah.
7. Konferensi Cabang
a. Konferensi Cabang dihadiri oleh utusan komisariat dan Rayon sebagai permusyawaratan
untuk memilih ketua umum yang baru dan merancang Program Kerja periode berikutnya.
b. Segala Keputusan dalam Konferensi Cabang harus segera disampaikan kepada Pengurus
Wilayah dan selanjutnya kepada Pimpinan pusat dan disampaikan kepada Pengurus
Komisariat dalam waktu tiga pekan setelah berlangsungnya konferensi
c. Konferensi Cabang dapat berlangsung apabila dihadiri oleh 2/3 dari Jumlah Komisariat dan
Rayon yang ada.
d. Konferensi Cabang diadakan sekali dalam 2 (dua) tahun
e. Keputusan Konferensi Cabang dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-kurangnya
separuh lebih satu dari jumlah utusan yang hadir.
f. Dalam pemungutan suara bila telah diulang untuk kedua kalinya masih seimbang, maka
pimpinan sidang dapat mengambil kebijakan untuk memutuskannya
g. Pemungutan suara dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia.
8. Rapat Kerja Cabang.
a. Rapat kerja cabang dihadiri oleh segenap Pengurus Cabang di tambah dengan utusan
komisariat dan rayon.
b. Rapat kerja cabang berlangsung apabila dihadiri oleh sedikitnya 2/3 dari jumlah Pengurus
Cabang, Komisaris dan Rayon.
c. Rapat Kerja Cabang berfungsi untuk membahas dan menetapkan Program Kerja Cabang
yang telah dirumuskan dalam Konferensi Cabang.
9. Musyawarah Komisariat
a. Musyawarh Komisariat dihadiri oleh utusan Rayon yang telah dibentuk.

13
b. Musyawarah Komisariat dapat berlangsung apabila dihadiri oleh 2/3 dari Pengurus Rayon
yang sah.
c. Musyawarah Komisariat diadakan sekali dalam 1 (satu) tahun.
d. Keputusan Musyawarah Komisariat baru dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya separuh lebih satu dari jumlah utusan yang hadir.
e. Dalam pemungutan suara, bila telah diulang untuk kedua kalinya masih seimbang, maka
Pimpinan Sidang dapat mengambil kebijakan untuk memutuskan.
f. Pemungutan suara dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia.
10. Rapat Kerja Komisariat
a. Rapat Kerja Komisariat dihadiri oleh segenap Pengurus Komisariat ditambah dengan utusan
Rayon.
b. Rapat Kerja Komisariat dapat berlangsung apabila dihadiri oleh 2/3 jumlah Pengurus
Komisariat dan Rayon.
c. Rapat Kerja Komisariat berfungsi untuk membahas dan menetapkan Program Kerja
Komisariat yang telah dirumuskan dalam Musyawarah Komisariat
11. Musyawarah Rayon.
a. Musyawarah Rayon dihadiri oleh segenap Pengurus dan Anggota Rayon
b. Musyawarah Rayon dapat berlangsung apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah Pengurus dan
Anggota Rayon yang ada.
c. Musyawarah Rayon diadakan sekali dalam 1 (satu) tahun.
d. Keputusan Musyawarah Rayon baru dinyatakan sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya separuh lebih satu dari jumlah utusan yang hadir.
e. Dalam Pemungutan suara, apabila telah diulang untuk kedua kalinya masih seimbang,
Pimpinan sidang dapat mengambil kebijakan untuk memutuskannya.
f. Pemungutan suara dilakukan secara langsung, bebas dan rahasia.
12. Rapat Kerja Rayon
a. Rapat Kerja Rayon dihadiri oleh segenap Pengurus Rayon.
b. Keputusan Rapat Kerja Rayon dinyatakan sah apabila disetujui oleh mninmal separuh lebih
satu dari jumlah peserta yang hadir.
c. Rapat Kerja Rayon berfungsi untuk membahas dan menetapkan Program Kerja Rayon yang
telah dirumuskan dalam Musyawarah Anggota Rayon.
13. Rapat pleno pengurus
a. Pleno pengurus diadakan sebelum masa kepengurusan berakhir
b. Pleno pengurus diadakan pada setiap tingkatan kepengurusan
c. Pleno pengurus diadakan untuk mengevaluasi satu masa kepengurusan
14. Rapat pengurus harian
a. Rapat pengurus harian diadakan pada setiap tingkatan kepengurusan
b. Rapat pengurus harian diatur pada setiap tingkatan kepengurusan
15. Rapat koordinasi lembaga
a. Rapat koordinasi lembaga diadakan atas usulan setiap lembaga
b. Rapat koordinasi lembaga sesuai dengan kebijakan pimpinan pusat

BAB X
KEUANGAN
Pasal 20
1. Uang pangkal dan iuran Anggota dibagi menurut ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk Pengurus Cabang sebanyak 10 %
b. Untuk Pengurus Komisariat sebanyak 30 %

14
c. Untuk Pengurus Rayon sebanyak 60 %

2. Hasil usaha organisasi dan sumberlain yang tidak mengikat dibagi menurut ketentuan sebagai
berikut :
a. Untuk Rayon sebanyak 60 %
b. Untuk Komisariat sebanyak 30 %
c. Untuk Cabang sebanyak 10 %
3. Besarnya uang pangkal dan iuran Anggota ditetapkan oleh Pengurus Cabang atas persetujuan
Komisariat dan Rayon.

BAB XI
QOURUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 21
1. Kongres, Konferensi, Musyawarah dan rapat-rapat seperti yang tersebut dalam bab IX Pasal
19 Peraturan Rumah Tangga ini dapat dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari ½ +1 dari
jumlah peserta yang sah
2. Setiap pengambilan keputusan diusahakan secara musyawarah mufakat dan apabila hal ini
tidak dapat diwujudkan, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak (Vooting)
3. Setiap Pemilihan Pengurus untuk semua tingkatan kepengurusan harus dilakukan sesuai dengan
asas permusyawaratan, bebas dan rahasia.
4. Apabila dalam hal pemilihan terdapat suara yang seimbang, maka pemilihan diulang kembali.
5. Manakala dalam pemilihan kedua masih terdapat suara yang sama, maka ditentukan dengan
mekanisme undi (qur’ah) yang dipimpin langsung oleh pimpinan siding dengan asas
musyawarah mufakat dan kekeluargaan.

BAB XII
PERUBAHAN DAN PERALIHAN
Pasal 22
PERUBAHAN
1. Perubahan Peraturan Rumah Tangga ini hanya dapat dilakukan oleh kongres dan referéndum
yang khusus diadakan untuk itu.
2. Keputusan Perubahan Peraturan Rumah Tangga baru sah apabila di-setujui oleh ½+1 dari
jumlah peserta kongres yang hadir.
Pasal 23
PERALIHAN
1. Hal yang belum diatur dalam Peraturan Rumah Tangga ini akan diatur dalam peraturan
organisasi pada setiap tingkatan kepengurusan.
2. Untuk melaksanakan perubahan harus dibentuk Panitia Pembubaran, guna menyelesaikan
segala sesuatu pada setiap tingkatan kepengurusan.
3. Apabila segala peraturan-peraturan yang di tetapkan oleh Peraturan Rumah Tangga ini belum
terbentuk, maka ketentuan lama akan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan
Peraturan Rumah Tangga ini.
4. Kekayaan IMDI setelah pembubaran jika memang terpaksa di bubarkan, diserahkan kepada
organisasi yang seasas dan setujuan.
BAB XIII
P E N U TU P
Pasal 24

15
1. Hal-hal yang belum diatue dalam Peraturan Rumah Tangga ini akan di tetapkan oleh pengurus
pusat dalam peraturan organisasi.
2. Peraturan Rumah Tangga ini ditetapkan oleh Kongres dan berlaku sejak tanggal ditetapkannya
sampai pada Kongres berikutnya.

Minallahil Musta'an Wa ‘Alaihit Tiklan.

Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 10 Zdulqa’dah 1434 H
22 September 2013 M

PIMPINAN KONGRES VIII


IKATAN MAHASISWA DDI
Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,

Anwar Saleng Sudirman AZ

16
LAMPIRAN :

M A R S IMDI

Ikatan Mahasiswa DDI


Singsingkan Lengan Bajumu
Mari Kita Berjihad Fisabilillah
Dengan Pancaran Sinar Ilahi

Matahari, Bulan dan Bintang


Menerangi Medan Jihadmu
Tumpas Penindasan, Lahir dan Batin
Perangi Kebodohan, Kemiskinan

Belajar Keras, Kerja Keras


Membangun Bangsa dan Agama
Ingat Kewajiban, Tugas Sucimu
Majulah Terus IMDI, Reff

Syair dan Lagu


Karya: Dahlan Harun, BA.
(Alumni DDI)

17

Anda mungkin juga menyukai