Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ANALISIS KEBIJAKAN OPERASIONAL DAN TEKNIS PADA LINGKUP


PENDIDIKAN SEKOLAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan dan Perencanaan Sistem
PendidikanDosen Pengampu : Dr. Arief Efendi, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 3


1. Badruzaman 190110006
2. Nurhayatin 190110064

STAIMA MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR (STAIMA) BANJAR


JAWA BARAT
Jln. Pesantren No. 02 Kujangsari, Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat 46324
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Analisis
Kebijakan Operasional dan Teknis Pada Lingkup Pendidikan Sekolah.
Makalah Analisis Kebijakan Operasional dan Teknis Pada Lingkup Pendidikan
Sekolah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah Analisis Kebijakan Operasional dan Teknis Pada Lingkup
Pendidikan Sekolah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Banjar, 20 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................4
A. Pengertian Kebijakan ................................................................................................ 4
B. Pengertian Kebijakan Pendidikan ............................................................................. 7
C. Pengertian Operasional dan Teknis ........................................................................ 10
D. Bantuan Operasional Sekolah, .................................................................................11
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 17
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakekatnya adalah proses perubahan. Dan dalam proses


perubahan itu, pendidikan harus mampu memberikan sumbangan optimal bagi
transformasi menuju terwujudnya masyarakat madani. Pendidikan juga diharapkan
mampu menunjang kelangsungan dan proses kemajuan hidup masyarakat. Sebagai
proses belajar, pendidikan harus mampu menghasilkan individu dan masyarakat
religius yang secara personal memiliki integritas dan kecerdasan. Sebagai proses
ekonomi, pendidikan merupakan suatu investasi yang dalam tingkat tertentu harus
memberi keuntungan. Sedangkan sebagai proses sosial-budaya, pendidikan merupakan
bagian integral dari proses sosial-budaya yang berlangsung terus tanpa akhir.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989 menetapkan


bahwa segala kegiatan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam suatu sistem yang
mengupayakan secara maksimal tercapainya tujuan Pendidikan Nasional, yaitu
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia, baik sosial, intelektual, spiritual, maupun kemampuan profesional.
Namun, permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia masih terus
meningkat. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

Nasional, baik melalui pengembangan kurikulum Nasional dan lokal,


peningkatan kompetensi guru melalui pendidikan dan pelatihan-

1
pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, bahkan juga peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
demikian mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Melihat
kenyataan yang ada, pendidikan perlu dirumuskan dengan baik. Penyelenggaraan
pendidikan perlu memperhatikan karakteristik, aspirasi, dan kebutuhan masyarakat.
Pendidikan hendaknya mampu memberikan respon kontekstual sesuai dengan orientasi
pembangunan daerah. Ini berarti bahwa perumusan kebijakan dan pembuatan
keputusan-keputusan pendidikan hendaknya memperhatikan aspirasi yang berkembang
di dalam masyarakat.

Kebijakan pendidikan sebagai sebuah panduan yang bersifat umum, harus


mempunyai manfaat operasional agar dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan. Kebijakan pendidikan juga harus dibuat atau dirumuskan
oleh para ahli di bidangnya yang memiliki kewenangan untuk itu, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan pada pendidikan dan lingkungan di luar pendidikan.

Seperti yang diungkapkan oleh HAR Tilaar, perumusan kebijakan pendidikan


diarahkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan bukan kepuasan birokrat. Titik
tolak dari segala kebijakan pendidikan adalah untuk kepentingan peserta didik atau
pemerdekaan peserta didik.

Selain itu, dalam proses merumuskan kebijakan pendidikan ada beberapa


langkah yang perlu diperhatikan, dan makalah ini akan mengupas secara lengkap
bagaimana proses perumusan kebijakan pendidikan yang diawali dengan pengertian
kebijakan, pengertian kebijakan pendidikan, Aspek-aspek yang tercakup dalam
Kebijakan Pendidikan, Kriteria Kebijakan Pendidikan, dan Proses Perumusan
Kebijakan pendidikan.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kebijakan?


2. Apa Pengertian Kebijakan Pendidikan?
3. Apa Pengertian Operasional dan Teknis?
4. Apa yang dimaksud Bantuan Operasional Sekolah (BOS)?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Memahami apa yang dimaksud Kebijakan.


2. Untuk Memahami apa yang dimaksud Kebijakan Pendidikan.
3. Untuk Memahami apa yang dimaksud Operasional dan Teknis.
4. Untuk Memahami apa yang dimaksud BOS.

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah
ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta
individu. Di dalam bahasa Inggris kebijakan disebut “policy”. Kebijakan juga dapat
diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen, atau administratif untuk mencapai
suatu tujuan.

Kebijakan menurut Anderson yang dikutip oleh Ali Imron mengemukakan


bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang
mesti diikuti oleh para pelakunya untuk memecahkan suatu masalah. Sementara
Budiarjo berpendapat bahwa kebijakan adalah sekumpulan keputusan yang diambil
oleh seseorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Pengertian di atas menunjukkan bahwa pihak-pihak yang membuat kebijakan itu


mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Kebijakan tersebut merupakan aturan-
aturan yang semestinya dan harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat siapa pun yang
dimaksud untuk diikat oleh kebijakan tersebut.

Menurut Hoogerwerf pada hakekatnya kebijakan adalah semacam jawaban


terhadap suatu masalah, yaitu upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu
masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah. James E. Anders,
memberikan rumusan kebijakan

4
sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi) atau serangkaian
aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Sedangkan menurut Aminullah yang dikutip oleh Edi Suharto, menyatakan


bahwa: “kebijakan adalah suatu upaya atau tindakan untuk mempengaruhi sistem
pencapaian tujuan yang diinginkan, upaya dan tindakan dimaksud bersifat strategis
yaitu berjangka panjang dan menyeluruh”.

Kebijakan secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan:

1. Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan
baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan
wilayah atau instansi yang bersangkutan.
2. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum,
sedangkan untuk tingkat pusat menggunakan Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan
suatu undang-undang.
3. Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan pelaksanaan.

Proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu
politisasi suatu permasalahan (penyusunan agenda), perumusan dan pengesahan
program, pelaksanaan program, serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.

Sedangkan aktivitas pemerintah yang menyangkut kebijakan meliputi dua hal,


Pertama; sejumlah aktivitas dan proses yang menghasilkan suatu rumusan kebijakan
(pernyataan mengenai tujuan yang hendak dicapai) yang menyangkut intern
pemerintahan maupun yang menyangkut masyarakat umum. Kedua; pelaksanaan
kebijakan yang mencakup upaya-upaya penyediaan sumber daya bagi pelaksana
kebijakan, membuat peraturan, dan petunjuk pelaksanaan, menyusun

5
rencana detail kegiatan, pengorganisasian pelaksanaan, dan
memberikan pelayanan dan kemanfaatan.

Sementara itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan, yaitu


lingkungan, persepsi pembuat kebijakan mengenai lingkungan, aktivitas pemerintah
perihal kebijakan, dan aktivitas masyarakat perihal kebijakan. Lingkungan
dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Pertama, lingkungan umum di luar
pemerintahan dalam arti pola-pola yang melibatkan faktor sosial, ekonomi, politik,
sistem kepercayaan, dan nilai-nilai, seperti pola pengangguran, pola-pola partisipasi
politik, dan urbanisasi. Kedua, lingkungan di dalam pemerintah dalam arti struktural,
seperti karakteristik birokratis, dan personil berbagai departemen dan karakteristik
berbagai komisi, dan para anggota dalam badan perwakilan rakyat maupun dalam arti
proses, seperti karakteristik pembuatan keputusan di berbagai departemen dan badan
perwakilan rakyat. Ketiga, lingkungan khusus dari kebijakan tertentu. Suatu kebijakan
akan dipengaruhi oleh kebijakan yang dibuat sebelumnya.

Ketiga jenis lingkungan ini akan mempengaruhi proses dan isi kebijakan.
Kemudian, agar kebijakan tetap terfokus pada tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, para
pembuat kebijakan biasanya dipandu oleh pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa maksud
atau fungsi sebuah kebijakan? Bagaimana kebijakan itu akan mempengaruhi agenda
pemerintah secara keseluruhan? Apa dan bagaimana hubungan antara alat-alat
implementasi dengan tujuan-tujuan kebijakan? Bagaimana kebijakan ini berkaitan
dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang lainnya? Dapatkah kebijakan yang baru
itu menghasilkan perbedaan seperti yang diharapkan?

Pertanyaan kebijakan semacam itu merupakan pedoman dalam melaksanakan


program dan dipakai untuk menganalisis kebijakan

6
yang dibuat. Kebijakan merupakan kehendak yang bersifat umum dan merupakan arah
serta petunjuk penyusunan program.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kebijakan adalah konsep
yang menjadi pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kebijakan adalah jawaban
terhadap suatu masalah.
Dan dalam merumuskan suatu kebijakan, pemerintah harus bijaksana sehingga apapun
kebijakan yang dibuat tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

B. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie yang artinya


bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan education yang artinya pengembangan atau bimbingan. Dalam
bahasa Arab, istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang artinya pendidikan.

Dalam perkembangannya, istilah pendidikan yang berarti bimbingan atau


pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap peserta didik oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha
yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi.

Bila kata kebijakan dikaitkan dengan kata pendidikan maka akan menjadi
kebijakan pendidikan (educational policy). Pengertian kebijakan pendidikan
sebagaimana dikutip oleh Ali Imran dari Carter
V. Good yaitu kebijakan pendidikan adalah suatu pertimbangan yang didasarkan atas
sistem nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor- faktor yang bersifat situsional.
Pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk mengoperasikan pendidikan
yang bersifat melembaga serta merupakan perencanaan umum yang dijadikan

7
sebagai pedoman untuk mengambil keputusan agar tujuan yang bersifat
melembaga dapat dengan cepat tercapai.

Kebijakan pendidikan yaitu salah satu kebijakan negara di samping kebijakan-


kebijakan lainnya seperti ekonomi, politik, pertahanan, agama, dan sebagainya.
Demikian, dapat dikatakan bahwa kebijakan pendidikan merupakan sub sistem dari
kebijakan negara atau pemerintah secara keseluruhan.

Ensiklopedia menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan dengan


kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang
tercakup di dalamnya tujuan pendidikan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.
Mark Olsen & Anne-Maie O’Neil yang dikutip oleh Riant Nugroho mendefenisikan
kebijakan pendidikan sebagai kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi negara
dalam persaingan global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapatkan prioritas
utama dalam era globalisasi. Salah satu argument utamanya yaitu bahwa globalisasi
membawa nilai demokrasi. Demokrasi yang memberikan hasil yaitu demokrasi yang
didukung oleh pendidikan. Sedangkan Marget E. Goertz mengemukakan bahwa
kebijakan pendidikan berkenaan dengan efisiensi dan efektivitas anggaran pendidikan.
Kebijakan pendidikan yaitu hasil dari keputusan yang diambil dengan
mempertimbangkan kaitan pendidikan dengan komponen sosial yang lain.

Kebijakan pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak,


mengarahkan kegiatan dalam pendidikan atau organisasi atau sekolah dengan
masyarakat dan pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan keputusan
pada semua jenjang pendidikan atau organisasi.

8
Dapat disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan yaitu suatu produk yang
dijadikan sebagai panduan pengambilan keputusan pendidikan yang legal-netral dan
disesuaikan dengan lingkungan hidup pendidikan secara moderat. Kebijakan
pendidikan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak, mengarahkan kegiatan
dalam pendidikan atau organisasi atau sekolah dengan masyarakat dan pemerintah
supaya dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, kebijakan merupakan garis umum untuk bertindak bagi
pengambilan keputusan pada semua jenjang pendidikan atau organisasi.

C. Pengertian Operasional dan Teknis


Operasional adalah suatu konsep yang bersifat abstrak guna memudahkan
pengukuran suatu variabel. Operasional juga dapat diartikan sebagai suatu pedoman
dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan penelitian. Definisi operasional yaitu definisi
yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau mengubah konsep yang berupa konstruk dengan kata yang
menggambarkan perilakuka atau gejala yang dapat diamati dan diuji serta ditentukan
kebenarannya oleh orang lain.Ada 3 tipe definisi Operasional yaitu :
1. Definisi operasional tipe A yaitu dapat disusun berdasarkan pada sebuah operasi yang
harus dilakukan sehingga dapat menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan
menjadi nyata ataupun dapat terjadi.
2. Definisi operasional tipe B yaitu dapat disusun berdasarkan pada bagaimana sebuah
objek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yakni berupa apa yang
dilakukan atau apa yang menyusun karakteristik dinamisnya.
3. Definisi operasional tipe C yaitu dapat disusun berdasarrkan pada sebuah penampakan
seperti apa objek atau gejala yang didefinisikan yakni apa saja yang menyusun
karakteristik statisnya
Pengertian Operasional Menurut Para Ahli :
Menurut Budi Pranata (2013:18) Pengertian operasional merupakan kapasitasi atau
kuantitas yang tidak sesuai.
Menurut Husein Umar (2008:125) Pengertian operasional merupakan penentuan suatu
konstruct sehingga menjadi variable maupun variabel-variabel yang dapat diukur.
Menurut Nursalam (2008:87) Pengertian operasional merupakan arti berdasarkan
9
karakteristik yang diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut. Menurut Widjono Hs
(2008:19) Pengertian operasional merupakan batasan pengertian yang dijadikan sebagai
pedoman untuk melakukan suatu kegiatan ataupun pekerjaan.
Menurut Asep Hermawan (2009:27) Pengertian operasional merupakan penjelasan
bagaimana kita dapat mengukur variable. Pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan
angka-angka maupun karakter tertentu.
Menurut Hoover (1998:36) Pengertian operasional merupakan memuat identifikasi
sesuatu hal yang bersifat (variabel) sehingga bisa digunakan untuk penelitian (observasi).
Menurut Rhonda Abrams dan Alice Laplante (2010:216) Pengertian operasional
merupakan bagian yang penting karena tanpanya, maka tidak ada yang dapat dikerjakan.
Menurut Nani Darmayanti (2007:39): Pengertian operasional merupakan rumusan
tentang ruang lingkup serta ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembahasan dan
penelitian suatu karya.
Kami menyimpulkan bahwa operasional adalah kegiatan inti dari suatu bisnis ataupun
organisasi untuk menghasilkan pendapatan serta untuk tetap terus menjalankan
aktivitas.
Pengertian sekolah adalah suatu lembaga yang memang dirancang khusus untuk
pengajaran para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Sedangkan sekolah
sebagai bentuk organisasi menurut Kurniawan (2012) diartikan sebagai wadah dari
kumpulan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yakni tujuan
pendidikan, dengan memanfaatkan manusia itu sendiri sebagai sumber daya, di samping
yang ada di luar dirinya, seperti uang, material, dan waktu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan operasional sekolah adalah kegiatan inti
suatu organisasi untuk menghasilkan sumber daya/lulusan yang bermutu untuk tujuan
pendidikan
Pengertian teknis adalah struktur sosial formal stabil yg memiliki sumber-sumber
berasal dari lingkungan dan memproses sumber-sumber itu agar menghasilkan output.
Dapat pula didefinisikan bahwa arti teknis adalah sebuah aturan/ norma/ persyaratan
yang umumnya dalam bentuk sebuah dokumen formal yang menciptakan kriteria,
metode, proses, dan praktik rekayasa
teknis juga berarti secara teknik, sesuai prosedur yang bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Penyelesainnya bisa melalui sebuah cara tertentu,
10
pengetahuan, pengalaman dan lain-lain. Makna kata teknis tidak bisa hanya berlaku
pada suatu bidang tertentu saja, akan tetapi juga bisa berlaku secara umum, tergantung
dari hasil penyerapannya.

D. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)


Kebijakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Salah satu program yang
diharapkan berperan besar terhadap percepatan penuntasan wajar 9 tahun yang
bermutu adalah program BOS. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya
adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Menurut PP 48 Tahun
2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan
atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan
personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Kebijakan Bantuan
Operasional Sekolah mengalami peningkatan biaya satuan dan juga perubahan
mekanisme penyaluran sesuai Undang-Undang APBN yang berlaku. Sejak tahun 2012
penyaluran dana BOS dilakukan dengan mekanisme transfer ke provinsi yang
selanjutnya ditransfer ke rekening sekolah secara online. Melalui mekanisme ini,
penyaluran dana BOS ke sekolah berjalan lancar.
Pelaksanaan program BOS diatur dengan 3 peraturan menteri, yaitu:
a. Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mekanisme penyaluran dana BOS dari
Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah serta pelaporannya.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mekanisme pengelolaan dana BOS
di daerah dan mekanisme penyaluran dari kas daerah ke sekolah.
c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengatur mekanisme
pengalokasian dana BOS dan penggunaan dana BOS di sekolah.
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yaitu bantuan pendanaan yang
diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kepada
sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai biaya operasional sekolah. Program
BOS sudah dijalankansejak tahun 2005.

11
Awalnya program BOS digulirkan untuk meningkatkan aksesibilitas
pendidikan bagi masyarakat. Sejalan dengan bertambahnya anggaran yang disediakan
oleh pemerintah, tujuan program BOS pun meningkat, dimana sekarang lebih kepada
upayauntuk meningkatkan mutu pembelajaran bagi peserta didik.

Setiap sekolah berhak menerima dana BOS selama sekolah tersebut senantiasa
memperbarui data sekolah melalui platform Data

12
Pokok Pendidikan (Dapodik) sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Khusus
untuk sekolah swasta, juga harus dapat menunjukkan bahwa sekolah telah memiliki ijin
pendirian/ijin operasional dan telah melakukan proses pembelajaran secara aktif.

Sebagai wujud tanggung jawab dan komitmen dari Kemendikbud, maka sejak
tahun 2019, program BOS berkembang menjadi 3 jenis bantuan, yaitu BOS Reguler,
BOS Afirmasi, dan BOS Kinerja. BOS Reguler merupakan bantuan yang diberikan
kepada sekolah dengan basis perhitungan berdasarkan jumlah peserta didik ada di
sekolah penerima sebagaimana tercatat di Dapodik.
Total anggaran yang dikucurkan untuk dana BOS 2021 sebanyak Rp52,5 triliun yang
menyasar kepada 216.662 sekolah pada jenjang pendidikan SD, SMP, SMA/SMK, dan
SLB di Indonesia.
BOS Afirmasi merupakan bantuan pembiayaan khusus untuksekolah di wilayah
3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Bantuan ini digulirkan sebagai wujud perhatian
lebih dari pemerintah kepada sekolah-sekolah di wilayah tersebut yang memiliki
kebutuhan pembiayaan relatif lebih tinggi dibanding sekolah yang berada di daerah
lainnya.

BOS Kinerja yaitu bantuan yang diberikan kepada sekolah yang memiliki
kinerja terbaik di masing-masing daerah. Sejalan dengan kebijakan Kemendikbud
untuk memberikan perhatian lebih pada sekolah-sekolah di daerah 3T,

13
dengan mekanisme penyaluran sebelumnya dimana dana BOS disalurkan dari RKUN
ke Rekening KAS Umum Daerah (RKUD) terlebih dahulu sebelum kemudian
disalurkan ke rekening sekolah penerima. Kebijakan perubahan mekanisme penyaluran
ini merupakan terobosan yang diambil pemerintah untuk mengupayakan penyaluran
dana BOS secara lebih tepat waktu.

Dengan mekanisme penyaluran baru, salah satu faktor penentu ketepatan


waktu penyaluran dana yaitu kecepatan proses validasi rekening sekolah. Untuk
mendukung proses tersebut, sekolah harus memastikan rekening yang tercantum
dalam sistem BOS Salur sudah sesuai dengan yang tercatat dalam sistem di bank.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menerbitkan Peraturan
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2022 ditetapkan pada 17 Januari 2022 lalu. Permendikbudristek Nomor 2 Tahun
2022 memuat petunjuk teknis pengelolaan dana bantuan operasional penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini, bantuan operasional sekolah, dan bantuan operasional
penyelenggaraan pendidikan kesetaraan.
Dalam peraturan tersebut, disebutkan bahwa Dana BOS reguler dapat digunakan oleh
satuan pendidikan dasar dan menengah untuk membantu kebutuhan belanja operasional
seluruh Peserta Didik. Besaran alokasi Dana BOS Reguler dihitung berdasarkan besaran
satuan biaya Dana BOS Reguler pada masing-masing daerah dikalikan dengan jumlah
Peserta Didik.
1. Penerimaan Peserta Didik baru
Contoh kegiatan dalam rangka penerimaan peserta didik baru antara lain seperti
penggandaan formulir pendaftaran, penerimaan Peserta Didik baru dalam jaringan,
publikasi atau pengumuman penerimaan Peserta Didik baru, kegiatan pengenalan
lingkungan Satuan Pendidikan untuk anak dan orang tua, pendataan ulang Peserta Didik
lama, dan/atau kegiatan lain yang relevan dalam rangka pelaksanaan penerimaan Peserta
Didik baru.
2. Pengembangan perpustakaan
Komponen pengembangan perpustakaan yang dapat dibiayai menggunakan dana BOS
reguler antara lain seperti penyediaan buku teks utama termasuk buku digital,
penyediaan buku teks pendamping, penyediaan buku nonteks termasuk buku digital,
14
penyediaan atau pencetakan modul dan perangkat ajar; dan/ atau pembiayaan lain yang
relevan dalam rangka pengembangan perpustakaan.
3. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, beberapa komponen yang dapat dibiayai dari
dana BOS Reguler antara lain penyediaan alat pendidikan dan bahan pendukung
pembelajaran, biaya untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi, penyediaan aplikasi atau perangkat lunak untuk
pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran lain yang relevan dalam rangka menunjang
proses pembelajaran. Sedangkan dalam pelaksanaan ekstrakurikuler, komponen yang
dapat dibiayai antara lain seperti penyelenggaraan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
kebutuhan sekolah, pembiayaan dalam rangka mengikuti lomba, dan atau pembiayaan
lain yang relevan dalam rangka menunjang operasional kegiatan ekstrakurikuler.
4. Pelaksanaan kegiatan asesmen dan evaluasi pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan asesmen dan evaluasi pembelajaran yang dimaksudkan antara lain
seperti penyelenggaraan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan kelas, asesmen nasional, survei karakter, asesmen sekolah,
asesmen berbasis komputer dan/atau asesmen lainnya dan atau pembiayaan lain yang
relevan untuk kegiatan asesmen dan evaluasi pembelajaran di sekolah.
5. Pelaksanaan administrasi kegiatan sekolah
Adapun contoh komponen pelaksanaan administrasi kegiatan sekolah yang dapat
dibiayai dari dana BOS Reguler seperti pengelolaan dan operasional rutin sekolah baik
dalam rangka pembelajaran tatap muka dan/atau pembelajaran jarak jauh, pembelian
sabun pembersih tangan, cairan disinfektan, masker dan penunjang lainnya, dan atau
pembiayaan lainnya yang relevan dalam rangka pemenuhan administrasi kegiatan
sekolah.
6. Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan
Kegiatan yang dimaksud dalam rangka pengembangan profesi guru dan tenaga
kependidikan antara lain pengembangan/peningkatan kompetensi guru dan tenaga
kependidikan, pengembangan inovasi terkait konten pembelajaran dan metode
pembelajaran, dan atau pembiayaan lain yang relevan dalam rangka menunjang
pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan.
7. Pembiayaan langganan daya dan jasa
15
Pembiayaan yang dimaksud antara lain seperti pembiayaan listrik, internet, dan air,
penyediaan obat-obatan, peralatan kebersihan atau peralatan kesehatan lainnya dalam
rangka menjaga kesehatan Peserta Didik dan pendidik, dan atau pembiayaan lain yang
relevan dalam rangka pemenuhan kebutuhan daya dan atau jasa Satuan Pendidikan.
8. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
Dalam hal pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah kegiatan seperti pemeliharaan alat
pembelajaran, pemeliharaan alat peraga pendidikan, dan atau pembiayaan lain yang
relevan dalam rangka pemeliharaan sarana dan prasarana Satuan Pendidikan juga dapat
menggunakan dana BOS Reguler.
9. Penyediaan alat multimedia pembelajaran
Penyediaan alat multimedia pembelajaran seperti pencetakan atau pengadaan modul,
penyusunan modul interaktif dan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi, pengadaan alat keterampilan, bahan praktik keterampilan, komputer desktop
dan/atau laptop untuk digunakan dalam proses pembelajaran; dan atau alat multimedia
pembelajaran lainnya yang relevan dalam rangka menunjang pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
10. Penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi keahlian
Kegiatan yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi keahlian menjadi salah
satu komponen yang dapat menggunakan dana BOS Reguler yang diterima satuan
pendidikan.
11. Penyelenggaraan kegiatan dalam mendukung keterserapan lulusan
Kegiatan yang relevan dalam rangka mendukung keterserapan lulusan menjadi salah satu
komponen yang dapat menggunakan dana BOS Reguler yang diterima satuan pendidikan
12. Pembayaran honor
Pembayaran honor dapat digunakan paling banyak 50% dari keseluruhan jumlah alokasi
Dana BOS Reguler yang diterima oleh Satuan Pendidikan. Pembayaran honor dapat
diberikan kepada guru berstatus bukan aparatur sipil negara, tercatat pada Dapodik,
memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan, dan belum mendapatkan
tunjangan profesi guru.

16
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.
Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta,
serta individu. Di dalam bahasa Inggris kebijakan disebut “policy”. Kebijakan juga
dapat diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen, atau administratif untuk
mencapai suatu tujuan.

Kebijakan pendidikan yaitu salah satu kebijakan negara di samping


kebijakan-kebijakan lainnya seperti ekonomi, politik, pertahanan, agama, dan
sebagainya.
Demikian, dapat dikatakan bahwa kebijakan pendidikan merupakan sub sistem dari
kebijakan negara atau pemerintahsecara keseluruhan.

Bantuan Operasional Sekolah, Komitmen Pemerintah Untuk Pendidikan


Nasional. Ada banyak program kerja yang bergulir setiap tahunnya di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat SMP. Salah satu program yang
dijalankan oleh Bidang Tata Kelola Direktorat SMP adalah program BOS untuk
jenjang SMP. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yaitu bantuan pendanaan
yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kepada
sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai biaya operasional sekolah. Program
BOS sudah dijalankan sejak tahun 2005

17
DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron, Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia: Proses, Produk, dan Masa Depannya,
Ed.I, Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Arif Rohman, Politik Ideologi Pendidikan, Yogyakarta: Mediatama, 2009.
Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, Jakarta: Pustaka jaya, 1995.
Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori Dan Proses,Yogyakarta: Media Presindo, 2002.
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Refika Aditama,
2005.
HAR Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
James E. Anderson, Public Policy Making, New York: Holt, Rinehart And Wiston, 1978.
M. Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Jakarta: Bumi aksara, 2002.
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, 1999.
Randal B. Ripley, Policy Analysis in Political Science, Chicago: Nelson-Hal Publishers,
1985.
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran
ParaTokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.
Riant Nugroho, Kebijakan Sosial Sebagai KebijakanPublik, Bandung: CV. Alfabeta, 2008.
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijakan
Negara, Jakarta:Bumi Aksara, 1991.
Putranto, Muhammad Noval (2020) Tinjauan Operasional Bagian General Affair Pada
PT.Kamadjaja Logistics. , Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta

18
William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1999.
[14] Arif Rohman, Op. Cit hal. 114-118.
William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press,1999), hal. 132
Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori Dan Proses, (Yogyakarta: Media Presindo, 2002),
hal. 29
M. Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara, (Jakarta: Bumi aksara,
2002), hal. 24
Edi Suharto, Op.Cit, hal. 53Islamy, Op.Cit, hal. 77-101

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijakan


Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 45
Salinan Permendikbud No. 8 Tahun 2020 tentang BOSReguler
Salinan Permendikbud No. 24 Tahun 2020 tentang BOS Afirmasi dan BOS Kinerja

19

Anda mungkin juga menyukai