Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN KEBIJAKAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN


DASAR

Tentang
“Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan”

Makalah Ini Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Manajemen Kebijakan dan Pengelolaan Pendidikan Dasar

Oleh
Kelompok 7:

DESI AULIA (22124008)


NURUL HALIMAH (22124043)

Dosen Pengampu Mata Kuliah


: Prof. Dr. Rusdinal, M.Pd
Prof. Dr. Hadiyanto, M.Ed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023

0
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah
makalah yang berjudul “Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok yang diberikan
oleh Dosen Pengampu dalam program mata kuliah Manajemen Kebijakan dan
Pengelolaan Pendidikan Dasar. Selanjutnya, shalawat beserta salam tak lupa pula
penulis ucapkan kepada junjungan umat, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya. Semoga kita selalu dalam ajarannya. Aamiin.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya terutama kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen Kebijakan
dan Pengelolaan Pendidikan Dasar yang telah memberikan ilmu, petunjuk dan
arahan serta kesempatan kepada penulis agar dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak demi perbaikan ke arah yang lebih baik. Akhir
kata penulis ucapkan terima kasih. Wassalam.

Padang, Maret 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Definisi Analisis Kebijakan Pendidikan Dasar.....................................................3
B. Urgensi Analisis Kebijakan Pendidikan................................................................5
C. Komponen Analisis Kebijakan Pendidikan...........................................................9
D. Fungsi Analisis Kebijakan Pendidikan................................................................11
E. Karakteristisk Analisis Kebijakan Pendidikan....................................................13
F. Nilai-Nilai Analisis Kebijakan Pendidikan..........................................................17
BAB III PENUTUP.........................................................................................................18
A. Simpulan..............................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................................19

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kebijakan pendidikan tidak bisa lepas dari hakikat pendidikan,
yaitu usaha untuk memanusiakan anak manusia dan menyiapkannya
menjadi generasi penerus yang cerdas dan pancasilais serta beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa sebagaimana yang termaktub
dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kebijakan pendidikan
merupakan bagian dari kebijakan publik yaitu sebuah aturan dan juga
keputusan yang dibuat oleh pihak tertentu (pemerintah) berdasarkan
beberapa pertimbangan guna mengatur atau mengelola Sumber Daya
Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), demi kepentingan
umum, masyarakat, penduduk dan pihak-pihak yang terlibat agar
diperoleh hasil yang optimal.
Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan yang berhubungan
dengan bidang pendidikan dalam proses penjabaran visi misi pendidikan
agar tercapainya tujuan pendidikan melalui langkah strategis pelaksanaan
pendidikan. Komponen kebijakan pendidikan terdiri atas tujuan, rencana,
program, keputusan, dan dampak yang saling berhubungan. Untuk
meningkatkan kualitas kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, maka
perlu dilakukan analisis kebijakan. Sebab, analisis kebijakan bertujuan
untuk menghasilkan informasi data (masalah di bidang pendidikan) guna
merumuskan beberapa alternatif kebijakan dalam pengambilan keputusan
dan memecahkan masalah pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, kebijakan
pendidikan harus dimaknai dan dianalisis secara maksimal agar kebijakan
pendidikan tersebut memiliki dampak yang baik dan mengurangi resiko
yang terjadi. Analisis kepentingan kebijakan pendidikan ini sangat
penting dilaksanakan agar perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan tepat untuk dilakukan

3
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan, maka
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi analisis kebijakan pendidikan?
2. Bagaimana urgensi analisis kebijakan pendidikan?
3. Apa saja yang termasuk komponen kebijakan pendidikan?
4. Apa fungsi analisis kebijakan pendidikan?
5. Bagaimana karakteristik analisis kebijakan pendidikan?
6. Apa saja nilai-nilai analisis kebijakan pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menjelaskan definisi analisis kebijakan pendidikan.
2. Mendeskripsikan urgensi analisis kebijakan pendidikan.
3. Menjelaskan komponen kebijakan pendidikan.
4. Memaparkan fungsi analisis kebijakan pendidikan.
5. Menjelaskan karakteristik analisis kebijakan pendidikan.
6. Menjelaskan nilai-nilai analisis kebijakan pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Analisis Kebijakan Pendidikan


Istilah kebijakan (policy) seringkali diterjemahkan dengan politik,
aturan, program, keputusan, undang-undang, peraturan, konvensi,
ketentuan, kesepahaman, dan rencana strategis lainnya. Dalam kamus
bahasa Inggrís kebijakan (policy) diartikan sebagai: 1) plan of action, esp.
one made by government, business company, etc; (rencana aksi, yang dibuat
oleh pemerintah, perusahaan bisnis, dll); 2). wise, sensible conduct (perilaku
yang bijaksana dan masuk akal). Merujuk pada the new American
Webster Dictionary kebijakan (policy) didefenisikan sebagai 1) method of
government, system of regulative measure, and course of conduct (metode
pemerintahan, sistem penilaian regulasi, dan tata tertib); 2) sagacity in
management (kebijaksanaan dalam manajemen); 3) a document containing a
contract of insurance in full and insurance policy (dokumen
perlindungan/jaminan dan jaminan kebijakan); 4) a gambling game
(sebuah pemainan judi). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan
pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta
individu.
Kebijakan merupakan aktivitas politik yang dilaksanakan dengan
sengaja berdasarkan pemikiran yang bijaksana dan terarah yang
dilakukan oleh organisasi, lembaga maupun intansi pemerintah dalam
memecahkan permasalahan untuk mendapatkan keputusan yang sesuai
dengan tujuan. Setiap aspek kehidupan terdapat kebijakan masing-masing
yang dijadikan pedoman dan panduan dalam melakukan aktivitas dan
membatasi prilaku sehingga lebih jelas dan terarah. Kebijakan ini pun
berlaku pada sistem pendidikan yang disebut dengan kebijakan
pendidikan.

5
Dari beragamnya pemahaman tentang kebijakan tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa kebijakan adalah aturan atau ketentuan tertulis
dari keputusan formal sebuah lembaga atau organisasi, yang sifatnya
mengikat dan mengatur perilaku orang guna mencapai tujuan dan
menciptakan tata nilai baru dalam institusi atau organisasi. Kebijakan
juga menjadi referensi bagi para anggota organisasi atau institusi dalam
berperilaku (behavior). Kebijakan bersifat problem solving dan proaktif,
berbeda dengan peraturan (regulation) dan hukum (law) yang dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku. Selain itu kebijakan bisa lebih
adaptif dan interpretatif, mengatur apa yang boleh dan tidak boleh.
Kebijakan mestinya bersifat umum saja tanpa menghilangkan ciri lokal
spesifik. Oleh karena itu, kebijakan bisa memberi peluang dimaknai
sesuai dengan kondisi yang ada.
Kebijakan pendidikan merupakan sebuah aktivitas dalam
merumuskan langkah maupun tahapan dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui penjabaran visi misi pendidikan yang bertujuan untuk
mencapai tujuan pendidikan pada waktu tertentu melalui langkah
strategis pelaksanaan pendidikan. Kebijakan pendidikan ada dikarenakan
munculnya permasalahan-permasalahan yang terjadi di bidang
pendidikan. Permasalahan ini terjadi dikarenakan terdapatnya
kesenjangan antara penyelenggara pendidikan dengan tujuan pendidikan.
Kebijakan pendidikan (educational policy) tidak dapat dipungkiri menjadi
salah satu atau bagian yang tidak terpisahkan dengan kebijakan publik
(public policy) yang mengelola khusus bidang pendidikan serta
berhubungan dengan alokasi, penyerapan dan distribusi sumber
pelaksanaan pendidikan maupun pengelolaan perilaku pendidikan.
Misalnya, pemerintah Indonesia melaksanakan kebijakan
menghadirkan Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti Ujian Nasional
(UN), kebijakan sekolah lima hari (Full Day School), kebijakan Uang
Kuliah Tunggal (UKT), kebijakan pengakuan sertifikat akreditasi bagi
lulusan perguruan tinggi memasuki dunia kerja, kebijakan pengembangan

6
teknologi digital dalam pendidikan (digitalisasi sekolah), dan sebagainya.
Semua kebijakan tersebut, menimbulkan sikap mendukung (pro) dan
tidak setuju (kontra) di dalam masyarakat Indonesia. Artinya semua
kebijakan pendidikan itu, bukan hanya menjadi urusan segelintir orang
atau masyarakat tertentu saja, melainkan sudah menjadi urusan semua
pihak (public).
Oleh sebab itu, kebijakan-kebijakan yang diambil berkenaan
dengan dunia pendidikan juga menjadi bagian dari produk kebijakan
publik. Mengapa demikian? Sebab, kebijakan pendidikan memiliki
dampak terhadap masyarakat secara luas, dan dalam
mengimplementasikan kebijakan pendidikan diperlukan dana publik yang
sangat besar. Bahkan alokasi dana dari APBN untuk pendidikan
merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan sektor publik lainnya.
Dengan demikian, kebijakan pendidikan merupakan suatu keputusan
yang dibuat oleh pemerintah atau penyelenggara dalam bidang
pendidikan sebagai reaksi dari munculnya berbagai permasalahan
pendidikan yang menjadi perhatian publik, juga sebagai pedoman
bertindak dan solusi serta inovasi guna mencapai visi dan misi
pendidikan oleh pemerintah maupun aktor lainnya yang mengurusi
pendidikan.
Analisis kebijakan merupakan cara atau prosedur dalam
menggunakan pemahaman manusia terhadap dan untuk memecahkan
masalah-masalah kebijakan. Analisis kebijakan pada prinsipnya untuk
pemecahan masalah yang dihadapi, sehingga perlu dibuat kebijakan
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Analisis kebijakan bisa
memperkirakan apa yang akan terjadi bila alternatif yang dipilih,
ditetapkan dan dilaksanakan, memperkirakan apa yang akan terjadi
kemudian, bagaimana dampak dari kebijakan itu, bila tidak dilakukan
alternatif kebijakan, apa tantangan yang akan terjadi baik kondisi politik,
sosial, dan budaya itu tidak dilaksanakan.

7
Analisis kebijakan mendeskripsikan kebijakan yang sedang dan
yang akan dilaksanakan sehingga diperoleh gambaran kekurangan dan
kelebihannya alternatif tersebut. Dengan demikian, ada lima tahapan
analisis kebijakan yaitu perumusan masalah, meramalkan alternatif
kebijakan (prediksi), merekomendasikan penerapan kebijakan
(preskripsi), monitoring kebijakan (deskripsi), dan mengevaluasi kinerja
kebijakan. Analisis kebijakan pendidikan merupakan penerapan analisis
dalam bidang pendidikan untuk menjelaskan, menilai, dan menghasilkan
pemikiran (alternative solusi) dalam rangka memecahkan masalah public
sebagai bentuk proses pengambilan keputusan bidang pendidikan.
Analisis kebijakan pendidikan adalah suatu prosedur untuk
menghasilkan informasi data (masalah dibidang pendidikan) untuk
merumuskan beberapa alternatif kebijakan dalam pengambilan
keputusan dan memecahkan masalah pendidikan. Bentuk kegiatannya
bisa berupa pengumpulan, pengolahan, dan pendayagunaan data dalam
bidang pendidikan untuk masukan yang penting bagi pengambil
kebijakan.
Dalam melakukan analisis kebijakan pendidikan tentunya tidak
semata-mata menganalis data dan informasi pendidikan, juga
memperhatikan seluruh aspek menyangkut proses pembuatan kebijakan,
mulai dari analisis masalah, pengumpulan informasi, penentuan
alternatif, sampai pada penyampaian alternatif tersebut terhadap para
pembuat keputusan tentang pendidikan. Oleh karena itu analisis
kebijakan dalam bidang pendidikan menjadi suatu hal yang amat penting
dalam era demokrasi maupun era revolusi industri 4.0. Artinya,
pemerintah atau pihak-pihak yang memiliki kewenangan tidak dibiarkan
melaksanakan tindakan tertentu yang mempengaruhi masyarakat tanpa
dipelajari dan dikaji substansi, alasan dan akibatnya bagi masyarakat,
disamping penting juga bagi pembuat kebijakan guna memperbaiki, atau
mempertahankan kebijakan guna kemaslahatan masyarakat banyak atau
kepentingan stakeholders pendidikan itu sendiri. Jadi analisis kebijakan

8
pendidikan merupakan cara memecahkan masalah yang ada dalam
kebijakan-kebijakan tentang pendidikan menggunakan pemahaman yang
dimiliki oleh manusia itu sendiri.
B. Urgensi Analisis Kebijakan Pendidikan
Analisis kebijakan pendidikan amat penting dalam mencerdaskan
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena pendidikan
sebagai satu bagian dari dimensi kehidupan manusia yang punya
pengaruh besar bagi kehidupan manusia baik secara individual maupun
sosial. Oleh karena itu, berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah
atau publik yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan perlu
dicermati, mengingat dampaknya yang sangat luas bagi kehidupan
manusia dalam jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu, analisis
kebijakan pendidikan perlu didasarkan pada suatu prinsip objektif, tidak
hanya untuk menyalahkan kebijakan pendidikan oleh pemerintah yang
sedang berkuasa, atau pihak lain sebagai penyelenggara pendidikan.
Namun juga memberi gambaran yang memungkinkan berupa perbaikan
kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah atau
penyelenggara pendidikan. Hal ini tentu saja memerlukan suatu
pendekatan ilmiah yang objektif dan akurat. Dalam hubungan ini analisis
kebijakan pendidikan menjadi penting guna memahami dan memperbaiki
kebijakan apabila hasil analisis menunjukan konsekuensi yang belum
sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Analisis kebijakan pendidikan penting dalam kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara, guna membantu menentukan
pilihan tepat atas suatu tindakan yang akan berpengaruh pada kehidupan
masyarakat itu sendiri, khususnya dalam aspek pendidikan. Policy analisys
is the use of reason and evidence to make the best policy choice, artinya dalam
melakukan analisis kebijakan seorang analis perlu berhati-hati dalam
mengamati situasi masalah yang akan dijadikan objek kebijakan agar
terhindar dari kesalahan pemilihan alternatif kebijakan yang keliru.
Disamping itu, ada beberapa argumentasi lainnya yang menjelaskan

9
urgensi analisis kebijakan pendidikan, antara lain; 1) menjadi
pertimbangan yang scientifik, rasional dan objektif bagi semua
pembuatan kebijakan, 2) memungkinkan kebijakan didesain lebih
sempurna guna mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara yakni
mencerdaskan manusia Indonesia, 3) karena persoalannya bersifat multi
dimensional, saling terkait (interdependent) dan terintegrasi satu dengan
lainnya, 4) memungkinkan tersedia pedoman (panduan) yang
komprehensif dalam pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pendidikan. Hal
ini disebabkan analisis kebijakan pendidikan mencakup dua hal yaitu
bersifat substansial saat ini dan strategik yang mungkin akan terjadi
dimasa yang akan datang, 5) memberikan peluang yang lebih besar untuk
meningkatkan partisipasi orang tua siswa dan masyarakat.
C. Komponen Kebijakan Pendidikan
Menurut Elwijaya (2021), ada 5 komponen kebijakan pendidikan
yaitu:
1. Goal (Tujuan).
Tujuan diartikan sebagai hasil yang ingin didapatkan oleh individu
maupun kelompok dalam rentang waktu yang ditetapkan. Tujuan
dirancang sebagai langkah awal dalam merencanakan suatu kegiatan.
Sebuah kebijakan pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas agar
proses penerapanya terarah. Tujuan kebijakan pendidikan harus dibuat
rasional agar mudah diterima oleh berbagai pihak;
2. Plans (Rencana).
Setelah tujuan pendidikan dirancang maka selanjutnya adalah
membuat perencanaan kerja yang lebih spesifik agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Rencana kerja dibuat bertujuan untuk
proses manejemen dan penerapan kebijakan pedidikan agar proses
pengeimplementasianya terarah dan jelas;
3. Programme (Program).
Setelah perencanaan kerja dibuat maka selanjutnya adalah proses
pengembangan program. Program merupakan aktivitas berupa proyek

1
yang nyata berdasarkan tujuan yang telah didesain sebelumnya.
Program merupakan upaya yang dilakukan agar tercapainya tujuan
dengan cara melihat tingkat keberhasilannya. Pembuatan kebijakan
pendidikan diharapkan untuk dapat mengembangkan beberapa
alternatif yang dapat dijadikan pertimbangan ketika proses
pengambilan keputusan;
4. Decision (Keputusan).
Keputusan merupakan sebagai bentuk tindakan dalam penentuan
tujuan, pembuatan rencana program, pelaksanaan program, dan proses
evaluasi program. Pengambilan keputusan dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil uji coba terhadap alternatif-alternatif
kebijakan pendidikan. Hasil keputusan kebijakan pendidikan harus
bersifat rasionalitas agar hasil tersebut dapat diterima oleh berbagai
pihak;
5. Efects (Dampak).
Dampak merupakan pengaruh yang ditimbulkan setelah kebijakan di
laksanakan. Dampak ini dapat berupa sengaja maupun
ketidaksengajaan baik berupan dampak priimer maupun dampak
sekunder. Dampak juga dapat berupa dampak positif maupun dampak
negatif.
Komponen-komponen inilah yang dapat melahirkan sebuah
kebijakan pendidikan. Tanpa adanya salah satu dari komponen tersebut
maka tidak akan berjalannya kebijakan pendidikan. Kelima komponen
ini saling berhubungan dan mendukung satu dengan yang lainnya.

D. Fungsi Analisis Kebijakan Pendidikan


Faktor penentu perubahan, pengembangan, atau restrukturisasi
organisasi pendidikan adalah terlaksananya kebijakan dalam organisasi
pendidikan dengan baik, berupa keputusan-keputusan yang memuat
tujuan, prinsip dan aturan dapat menggerakkan sumber daya organisasi
pendidikan dengan maksimal. Format kebijakan pendidikan itu biasanya

1
dicatat, dituliskan untuk pedoman pimpinan, staf, dan personel organisasi
pendidikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pembuatan
kebijakan (policy making) di bidang pendidikan memperhatikan faktor
lingkungan eksternal, masukan (input), proses (process), keluaran
(output), dan umpan balik (feedback) dari kebijakan pendidikan itu sendiri.
Analisis kebijakan pendidikan lakukan untuk pedoman bertindak,
dalam mengarahkan kegiatan pendidikan, organisasi sekolah atau
lembaga pendidikan sebagai penyelenggara dapat mencapai tujuan
yang telah direncanakan.
Pedoman untuk bertindak bagi pengambil keputusan dari analisis
kebijakan pendidikan yang dilaksanakan berfungsi sebagai (Arwildayanto,
et al., 2018) :
a) Mencapai ketertiban layanan pendidikan,
b) Menjamin hak asasi setiap warga mendapatkan layanan pendidikan,
c) Program kegiatan layanan pendidikan berjalan efektif,
d) Aktor pendidikan dapat melaksanakan pendidikan,
e) Tertib administrasi bisa diwujudkan.
Adapun fungsi lain analisis kebijakan pendidikan yaitu ada tiga
fungsi, yang mana apabila tiga fungsi tersebut tidak lengkap atau lebih
maka target dalam analisis kebijakan tidak dapat tercapai.

a) Fungsi Alokasi
Dalam kegiatan analisis kebijakan pendidikan, fungsi alokasi
merupakan salah satu fungsi yang penting untuk diperankan. Hal ini
berkaitan dengan mengalokasikan agenda penelitian, pengembangan,
dan analisis kebijakan pendidikan itu sendiri yang berlandasan kajian
terhadap isi-isu kebijakan pendidikan yang tingkatnya lebih makro dan
strategis.
b) Fungsi inquiri
Apabila semua atau sebagian agenda penelitian dan pengembangan
telah terlaksanakan dan mencapai hasilnya maka fungsi inquiri ini

1
dapat dilaksanakan. Topik penelitian dari fungsi ini adalah komponen
integral dari isu kebijakan strtegis-politis. Kajian kegiatan analisis
kebijakan pendidikan dalam fungsi inquiri ini bersifat komperhensif
yang bisa berbentuk kajian metodologi atau kajian subtansi.
c) Fungsi komunikasi
Fungsi ini dapat dilakukan apabila analisis kebijakan pendidikan sudah
menghasilkan berbagai usulan kebijakan yang realistis. Dalam fungsi
komunikasi ada pihak- pihak untuk bisa melaksanakan tugas analisis
kebijakan yaitu penyampaian alternatif atau gagasan kebijakan. Pihak
terkait misalnya pembuat keputusan, perencana, pengelola, peneliti,
dan masyarakat luas sebagai konsumen pendidikan (Saifuddin, 2016).

E. Karakteristik Analisis Kebijakan Pendidikan


Analisis kebijakan pendidikan, dapat diidentifikasi beberapa
karakteristik, antara lain (Arwildayanto, et al., 2018) :

1) Suatu proses atau kegiatan sintesis dari berbagai informasi tentang


layanan pendidikan.
Analisis kebijakan pendidikan memadukan berbagai informasi yang
masuk, diantaranya hasil penelitian yang dilakukan para ahli tentang
layanan pendidikan, sehingga diperoleh kesimpulan yang selaras
dengan rekomendasi penelitian tersebut. Hal ini berarti objek analisis
kebijakan pendidikan adalah proses penyusunan beserta paket
kebijakan pendidikan itu sendiri. Kegiatan utama analisis kebijakan
pendidikan terdiri dari pengumpulan informasi selengkapnya,
penarikan kesimpulan dengan prinsip logis. Dengan kaidah ini,
analisis kebijakan bisa dikategorikan didasari kaidah ilmiah.
2) Informasi menjadi sumber utama kajian analisis kebijakan yakni
keluaran hasil penelitian.
Hasil-hasil penelitian analisis kebijakan merupakan output dari proses
pengolahan data penelitian yang siap digunakan membantu
pengambilan keputusan serta desain kebijakan pendidikan. Itulah

1
pertimbangannya, analisis kebijakan menjadi salah satu bentuk
diseminasi hasil penelitian.
3) Keluaran (output) analisis kebijakan berupa rekomendasi pilihan
(opsional) keputusan bisa juga dalam bentuk desain kebijakan.
Output kebijakan pendidikan Iainnya berupa nasihat, petunjuk teknis
standar operasional procedural (SOP) berupa bahan, alur, urutan dan
target pengambilan keputusan tentang pendidikan. Oleh karena itu,
analisis kebijakan pendidikan haruslah ditampilkan dalam bentuk
laporan yang jelas, singkat, padat dan lengkap serta saksama.
4) Klien (pengguna) analisis kebijakan pendidikan adalah para pengambil
keputusan dan kelompok yang berkepentingan (interest groups)
terhadap kebijakan yang ada.
Umumnya klien (pengguna) analisis kebijakan pendidikan bersifat
spesifik (khusus). Kaitannya berhubungan langsung dengan output
analisis kebijakan pendidikan berupa nasihat, arahan, pedoman
tentang kebijakan itu sendiri.
5) Orientasi analisis kebijakan terhadap klien (client oriented).
Pertimbangan ini menjadi implikasi dari karakteristik analisis
kebijakan pendidikan yang menghasilkan nasihat keputusan. Tanpa
orientasi klien analisis kebijakan pendidikan tidak akan mungkin siap
guna. Ini berarti analisis kebijakan pendidikan harus didasarkan pada
dari, oleh dan untuk pengguna (kliens). Analisis kebijakan pendidikan
bisa dilakukan bila ada permintaan atau patut diduga dengan
pertimbangan benarbenar dibutuhkan pengguna (cliens). Sehingga
kehadiran analisis kebijakan pendidikan tentunya atas dorongan
kebutuhan mendesak pengguna atau client's need push (Simatupang,
P., 2017).

Pakar lainnya yang mengidentikasi karakteristik analisis kebijakan


pendidikan secara khusus, yakni :

1
a) Memiliki tujuan pendidikan, dimana analisis kebijakan pendidikan
harus memiliki tujuan jelas, terarah untuk memberikan kontribusi
pada penyelesaian masalah pendidikan yang fundamental.
b) Memenuhi aspek legal-formal, analisis kebijakan pendidikan tentunya
akan diberlakukan pra-syarat yang mesti dipenuhi agar kebijakan
pendidikan bisa diakui dan secara sah berlaku dalam suatu wilayah
tertentu. Maka, kebijakan pendidikan mesti memenuhi syarat secara
konstitusional (legal formal) sesuai jenjang hierarki konstitusi yang
berlaku di sebuah wilayah hingga ia dapat dinyatakan sah dan resmi
berlaku di seluruh wilayah tersebut. Sehingga, dapat dimunculkan
suatu kebijakan pendidikan yang legitimate.
c) Memiliki konsep operasional, analisis kebijakan pendidikan
merupakan panduan bersifat umum, untuk itu harus mempunyai nilai
manfaat bagi operasional sekaligus dapat diimplementasikan. Untuk
itu kebijakan pendidikan adalah sebuah keharusan dalam memperjelas
skema pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan stakeholder.
Apalagi kebutuhan akan analisis kebijakan pendidikan sebagai fungsi
dukungan dalam pengambilan keputusan.
d) Dibuat oleh yang berwenang, kebijakan pendidikan semestinya
memiliki kewenangan untuk memaksa pihak terkait, sehingga tak
sampai menimbulkan efek kerusakan pendidikan dan lingkungannya.
Para pengelola (administrator) pendidikan, politisi dan analis
kebijakan yang terkait langsung dengan kebijakan pendidikan adalah
unsur utama pembuat kebijakan pendidikan.
e) Dapat dievaluasi, analisis kebijakan pendidikan Hakikatnya tak luput
dari berbagai keadaan yang sesungguhnya perlu ditindaklanjuti. Jika
memiliki kebaikan, maka perlu dipertahankan bahkan dikembangkan,
sebaliknya jika mengandung kelemahan, maka harus bisa diperbaiki.
Analisis kebijakan pendidikan mempunyai karakter yang
memungkinkan bisa diberlakukan evaluasi secara mudah, sederhana
dan efektif.

1
f) Memiliki sistematika, analisis kebijakan pendidikan menjadi sebuah
sistem, oleh sebab itu harus memiliki sistematika yang jelas,
representatif menyangkut segenap aspek yang ingin kelola olehnya.
Sistematika itu pun dituntut memiliki prinsip efektif, efisien serta
sustainability yang tinggi agar analisis kebijakan pendidikan jauh dari
sifat pragmatis, diskriminatif, serta struktur yang ada masih rapuh
akibat berbagai faktor yang saling berbenturan satu dan lainnya. Hal
ini perlu diperhatikan dengan teliti, hati-hati agar pemberlakuannya
tidak menimbulkan kecacatan hukum baik internal maupun eksternal.
Kemudian, secara eksternal pun analisis kebijakan pendidikan
semestinya berpadu dengan kebijakan lain. misalnya kebijakan politik,
kebijakan penganggaran. Sekaligus kebijakan pendidikan di pusat,
daerah dan lembaga pendidikan masing-masing (Gunawan, A. H.,
1986).
Karakteristik analisis kebijakan pendidikan lainnya yang belum
ada pada uraian di atas, antara lain:

1) Fase inventori merupakan fase pencarian, yang sifatnya terbatas,


cakupan dan ditujukan pada isu atau masalah pendidikan tertentu.
2) Mencari pilihan alternatif, yang selanjutnya dievalusi dan
diteruskan kepada klien.
3) Mempersiapkan memorandum (peringatan), dokumen masalah,
dokumen kebijakan, atau draf perundang-undangan.
4) Pelanggan khusus, pimpinan puncak, pegawai pemerintah,
stakeholder terkait, atau pihak sponsor, pengguna kemungkinan
memiliki pandangan tertentu terhadap masalah.
5) Orientasi pada isu atau masalah, yang tergambarkan alternatifnya
sebagai sikap reaktif.
6) Horison waktu cenderung disetujui pejabat terpilih dan/atau belum
pasti terpilih.
7) Pendekatan politikuntuk mencapai tujuan.

1
F. Nilai-nilai Analisis Kebijakan Pendidikan
Analisis kebijakan pendidikan sangat terkait dengan persoalan nilai,
moral dan etika, karena rekomendasi analisis kebijakan pendidikan
menuntun kita menentukan berbagai alternatif mana yang bernilai lebih
dan mengapa demikian. Rekomendasi yang dihasilkan berkenaan
pemilihan secara bernalar, dilengkapi dua atau lebih alternatif sebagai
solusi. Lebih lanjut Anderson (2006) dalam buku Irfan M Islamy,
(1994:21) menyatakan kebijakan memiliki nilai-nilai sebagai berikut:
a) Nilai politik, mencakup kepentingan kelompok dan golongan dan
tempat beraflikasi para aktor kebijakan pendidikan.
b) Nilai organisasi mencakup mempertahankan keberadaan organisasi
pendidikan, memperluas program, dan aktivitas organisasi
pendidikan.
c) Nilai pribadi, mencakup nilai seseorang karena sejarah kehidupan
pribadinya.
d) Nilai kebijakan mencakup nilai moral, keadilan, kemerdekaan,
kebebasan, dan kebersamaan.
e) Nilai ideologis mencakup nilai yang terkoneksi secara logis
membentuk alam pikiran tentang dunia dan menuntun
tindakannya.

1
BAB III
PENUTU
P

A. Simpulan
Menetapkan suatu kebijakan pendidikan tidak dapat semata-mata
langsung ditetapkan, akan tetapi perlunya memperhatikan akan dampak
yang nantinya terjadi ketika kebijakan tersebut telah ditetapkan.
menetapkan suatu kebijakan perlunya memperhatikan akan 5 komponen
kebijakan pendidikan yaitu goals, plans, programme, decision, dan efect.
Tidak hanya komponen kebijakan namun 6 karakteristik kebijakan
pendidikan juga memiliki peran. Karakteristik tersbut adalah 1).
Mempunyai tujuan pendidikan, 2). Memenuhi aspek legalformal, 3)
Mempunyai konsep operasional, 4). Dibentuk oleh yang berwenang, 5).
Dapat dievaluasi serta 6) Memuat sistematika.
Hadirnya komponen dan karakteristik kebijakan pendidikan
adalah untuk mencapai tujuan kebijakan pendidikan yang hubungannya
sangat erat dengan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan yang tertera
di dalam UU mengenai system pendidikan nasional. Maka, pentingnya
memahami konsep akan kebijakan pendidikan sebagai dasar utama
sebelum memperdalam serta meyikapi mengenai kebijakan yang sudah
dan akan ditetapkan oleh pemerintah.
B. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan.
Tulisan ini dibuat sebagai wadah untuk menambah wawasan tentang
Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan. Tulisan ini diharapkan
menjadi salah satu yang dapat membantu untuk menanamkan
pemahaman tentang konsep analisis kebijakan pendidikan. Kritik dan
saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari dosen
mata kuliah yang telah membimbing kami dan para mahasiswa demi
kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR PUSTAKA

Arwildayanto, Arifin, S., & Warni, S. T. (2018). Analisis Kebijakan


Pendidikan Kajian Teoritis, Eksploratif Dan Aplikatif. In Kebijakan
Publik. (Vol. 53, Issue 9).
Dunn, W. (2016). Public Policy Analysis (fifth). New York: Routledge.

Fattah, N. &. (2012). Analisis Kebijakan Pendidikan . Bandung: Remaja


Rodaskarya.
Ghazali, Irwan, Zakki Teguh Wibawa, dkk. (2021). Analisis kebijakan
pendiidkan. 05, 67–77.

Goodwin, A. (2014). Globalization and the preparation of quality teacher:


rethinking knowledge domains for teaching. Teaching Education, 21(1),
19-32. http://doi.org/10.1080/10476210903466901.
Hanisyi, Asmad. 2013. “Konsep Dasar Analisis Kebijakan.” Jurnal
Pendidikan, Sosial Dan Keagamaan 4: 48–63.
Imron. (2012). Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Rismawan, Wawan. 2017. “Peran Dan Fungsi Infrastruktur Politik Dalam
Pembentukan Kebijakan Publik.” Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
Negara 4: 511–18.
Safitri, U., Nuarizal, A., & Gistituati, N. (2021). Urgensi analisis kebijakan.
JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 6(1), 72.
https://doi.org/10.29210/3003818000
Saifuddin, A. (2016). Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan
Kebijakan Pendidikan. Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of
Islamic Education Studies), 3(1), 207.
https://doi.org/10.15642/pai.2015.3.1.207-234 Timperly,
H. W. (2012). Teacher Profesional Learning and Development:Best
Evidence Synthetis Iteration (BES). Ministry of Education,
3(1), 130-153. Retrieved from
http://www.oecd.org/edu/school/48727127.pd f

Anda mungkin juga menyukai