Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN”


MATA KULIAH PENGANTAR KEBIJAKAN PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU:
PROF. AMIRUL MUKMIMIN, PH.D.
AKHMAD HABIBI, S.PD.I., M.PD., PH.D.
DR. ROBI HENDRA, S.PD., M. PD

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
NIA LILIK AYU NUR INDAH SARI (A1D521026)
APRILIA DWIYANTI (A1D521028)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURURAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kebijakan Pendidikan”. Makalah ini kami buat
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Kebijakan Pendidikan. Kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dala menyelesaikan makalah
ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih ini kami
berikan kepada:
1) Dr. Robi Hendra, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah pengantar kebijakan
pendidikan.
2) Para penulis/penerbit buku maupun situs-situs inernet yang memperkenankan mengalihkan
hak cipta karyanya kepada kami untuk dipelajari.
3) Teman-teman yang ikut serta membantu menyelesaikan tugas kelompok dalam pembuatan
makalah ini.

Kami selaku penyusun makalah ini sepenuhnya mnyadari bahwa makalah ini belum sempurna,
sehingga kami berharap bantuan dari pembaca untuk memberi kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini sesuai harapan anda.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku
penyususn maupun pembaca sekalian.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
2.1 Pendekatan dan Model Analisis Kebijakan Pendidikan ........................................................ 5
2.1.1 Pendekatan Analisis Kebijakan Pendidikan ................................................................... 5
2.1.2 Model Analisis Kebijakan Pendidikan ........................................................................... 6
2.2 Metodologi dan Langkah-langkah Analisis Kebijakan Pendidikan ...................................... 6
2.2.1 Metodologi Analisis Kebijakan Pendidikan ................................................................... 6
2.2.2 Langkah-langkah Analisis Kebijakan pendidikan .......................................................... 7
2.3 Proses Analisis Kebijakan Pendidikan .................................................................................. 8
2.4 Karakteristik Analisis Kebijakan Pendidikan ..................................................................... 11
2.5 Nilai-nilai Analisis Kebijakan Pendidikan .......................................................................... 11
BAB III ......................................................................................................................................... 12
PENUTUP..................................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisis kebijakan merupakan penelitian sosial terapan yang secara sistematis disusun dalam
rangka mengetahui substansi dari kebijakan agar dapat diketahui secara jelas informasi mengenai
masalah-masalah yang dijawab oleh kebijakan dan masalah-masalah yang mungkin timbul sebagai
akibat dari penerapan kebijakan. Ruang lingkup dan metode analisis kebijakan umumnya bersifat
deskriptif dan faktual mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat suatu kebijakan. Kebijakan
pendidikan khususnya kebijakan tentang pengembangan dan peningkatan profesi guru setidaknya
harus memenuhi tantangan dan tuntutan global dan perkembangan jaman, bahwa analisis
kebijakan pendidikan menggambarkan bagaimana negara merencanakan dan menuju pada
prioritas pendidikan, kemudian hasil analisis tersebut harus dijelaskan oleh adanya faktor-faktor
global kebijakannya.
Analisis kebijakan merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam
merumuskan alternatif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan
dalam bahasa kuantitatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan
keputusan kebijakan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pendekatan dan model analisis kebijakan pendidikan?
2. Bagaimana metodologi dan langkah-langkah dalam analisis kebijakan pendidikan?
3. Bagaimana proses analisis kebijakan pendidikan?
4. Apa karakteristik analisis kebijakan pendidikan?
5. Apa nilai-nilai dalam analisis kebijakan pendidikan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja pendekatan dan model analisis kebijakan pendidikan.
2. Mengetahui metodologi dan langkah-langkah dalam analisis kebijakan pendidikan.
3. Mengetahui proses analisis kebijakan pendidikan.
4. Mengetahui karakteristik analisis kebijakan pendidikan.
5. Mengetahui nilai-nilai analisis kebijakan pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan dan Model Analisis Kebijakan Pendidikan


2.1.1 Pendekatan Analisis Kebijakan Pendidikan
Analisis kebijakan sebagai suatu disiplin ilmu sosial terapan melalui metode inkuiri dan
argumentasi berganda dalam rangka menghasilkan dan mendayahgunakan informasi kebijakan
sesuai dengan suatu proses pengambilan keputusan yang bersifat politis, sehingga mampu
memecahkan masalah dalam kebijakan. Kegiatan analisis digunakan untuk melibatkan
pemahaman dasar bagi manusia dalam upaya pemecahan masalah secara praktis, tidak hanya
sebuah argumentasi sekedar rasional (Aziz dkk, 2020).
Kebijakan pendidikan diambil agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengarahkan
pendidikan antara pemerintah dengan masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan. Artinya,
kebijakan pendidikan merupakan garis umum untuk bertindak bagi pengambilan keputuusan pada
semua jenjang pendidikan atau organisasi pendidikan dalam melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan proses pendidikan. Untuk menentukan kebijakan dalam pendidikan agar dapat bermanfaat
bagi masyarakat maka harus dilakukan dengan berbagai pendekatan. (Purba dkk, 2021)
Sagala (2014) menyatakan pendekatan dilakukan untuk mengambil kebijakan dalam bidang
pendidikan dilakukan dengan:
1. Pendekatan Empirik (Empirical Approach), yaitu yang ditekankan terutama pada
penjelasan berbagai sebab dan akibat dari suatu kebijakan tertentu dalam bidang
pendidikan yang bersifat faktual dan macam informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif
dan prediktif. Analisis kebijakan empirik diharapkan akan menghasilkan dan
memindahkan informasi penting mengenai nilai-nilai, fakta-fakta, dan tindakan
pendidikan.
2. Pendekatan Evaluatif (Evaluatif Approach), yaitu pendekatan evaluasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh suatu kegiatan itu dapat dilaksanakan ataukah tidak, berhasil
sesuai yang dihaapkan atau tidak. Penekanan pendekatan evaluatif ini terutama pada
penentuan bobot atau manfaatnya (nilai) beberapa kebijakan menghasilkan informasi yang
bersifat evaluatif. Evaluasi terhadap kebijakan pendidikan akan membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan evaluasi, yaitu bagaimana nilai suatu kebijakan dalam pendidikan
yang ditentukan. (Purba dkk, 2021)
3. Pendekatan normatif, yaitu memberikan upaya tindakan atas apa yang harus dilakukan.
Analisis kebijakan bisa memperkirakan apa yang akan terjadi bila alternatif yang dipilih,
ditetapkan dan dilaksanakan, memperkirakan apa yang akan terjadi kemudian, bagaimana dampak
dari kebijakan itu, bila tidak dilakukan alternatif kebijakan, apa tantangan yang akan terjadi baik
kondisi politik, sosial, budaya itu tidak dilaksanakan. Analisis kebijakan mendeskripsikan

5
kebijakan yang dilaksanakn dan yang akan dilaksanakan, sehingga diperoleh gambaran
kekurangan dan kelebihannya alternatif tersebut. (Dr. Arwildayanto, 2018)
2.1.2 Model Analisis Kebijakan Pendidikan
Ada tiga bentuk model analisis kebijakan menurut Dunn.
1) Model prospektif, yaitu model analisis kebijakan yang dilakukan sebelum sebuah
kebijakan diterapkan. Model ini lalu diidentikkan dengan model prediktif atau dalam
bahasa lain disebut ramalan (forcasting). Karena sifatnya sebagai ramalan maka model
melakukan prediktif kemungkinan penerapan kebijakan yang akan diusulkan.
2) Model retrospektif, yaitu kebalikan dari model prospektif, bagaimana setelah kebijakan itu
dilaksanakan. Model ini sering dinamakan model analisis evaluatif, menganalisa dampak
terhadap pelaksanaan kebijakan.
3) Model integratif, yaitu model menggunakan teknik ramalan dan evaluasi secara integrative.
Sejalan dengan tuntutan perkembangan zaman. (Aziz dkk, 2020)
2.2 Metodologi dan Langkah-langkah Analisis Kebijakan Pendidikan
2.2.1 Metodologi Analisis Kebijakan Pendidikan
Pembahasan tentang metodologi dalam analisis kebijakan tidak dapat dipisahkan dengan
pembahasan mengenai substansi pendidikan itu sendiri. Prosedur kerja atau metodologis analisis
kebijakan pendidikan dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori besar.
1. Fungsi alokasi yang menekankan fungsi analisis kebijakan dalam penentuan agenda
analisis kebijakan (agenda setting mechanism).
2. Fungsi inquiri yang menenkankan pada fungsi analisis kebijakan dalam dimensi rasional
untuk menghasilkan informasi teknis yang berguna sebagai bahan masukan bagi proses
pembuatan keputusan pendidikan.
3. Fungsi komunikasi yang menekankan cara-cara atu prosedur efisien untuk memasarkan
hasil-hasil kebijakan sehingga memiliki dampak yang berarti bagi proses pembuatan
keputusan.
Ketiga fungsi tersebut merupakan suatu perangkat lengkap, sehingga analisis kebijakan tidak akan
dapat mencapai sasaran jika salah satu fungsi atau lebih tidak dilakukan (Saifuddin, A. 2015).
Adapun analisis teknikal yang perlu dilakukan mencakup penggunaan metodologi, analisis data
Analisis teknikal adalah satu fase proses kerja penelitian kebijakan pendidikan yang melibatkan
aktivitas-aktivitas, yang secara analogi sama saja dengan proses kerja penelitian tradisional,
aplikasi metodologi penelitian dalam kerja penelitian (Dr. Arwildayanto dkk, 2018). Dalam sistem
kebijakan publik, William N. Dunn dalam Suharno menggambarkan penggunaan komponen-
komponen prosedur metodologi dalam melaksanakan analisis suatu kebijakan dalam suatu sistem.
Komponen-komponen yang dimaskud dalam prosedur metodologi analisis kebijakan tersebut
adalah perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi. Melakukan
analisis kebijakan berarti menggunakan kelima prosedur metodologi tersebut dalam proses
kajiannya (Arifah, 2018).

6
2.2.2 Langkah-langkah Analisis Kebijakan pendidikan
Langkah-langkah dalam analisis kebijakan pendidikan sebagai berikut:
1. Formulasi (perumusan) Kebijakan
Perumusan usulan kebijakan merupakan turunan dari perumusan masalah yang
diagendakan dalam agenda kebijakan. Perumusan masalah mempunyai tujuan untuk
mengembangkan rencana, metode, resep yang dalam hal ini berupaya untuk meringankan
suatu masalah, kebutuhan, serta suatu tindakann dalam menyelesaikan suatu permasalahan
publik. Perumusan kebijakan tidak selalu menghasilkan peraturan yang akan diusulkan,
perintah eksekutif, atau aturan administrasi. Menurut Anderson yang dikutip oleh
Nugroho, policy formulation is, “The development of patinent and acceptable proposal
courses of action for dealing with problem”. Formulasi kebijakan menyangkut upaya
menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah yang
dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi. Menurut Dunn, dalam formulasi kebijakan
dilakukan proses peramalan, yaitu menguji masa depan yang pleusibel, potensial, dan
secara normatif bernilai, mengestimasi akibat kebijakan yang diusulkan, mengenali
kendala yang mungkin terjadi dalam pencapaian tujuan, dan mengestimasi kelayakan
politik (dukungan dan oposisi) dari berbagai pilihan. Proses ini terkait dengan proses
pemilihan alternatif kebijakan oleh pembuat kebijakan yang biasanya mempertimbangkan
besaran pengaruh langsung yang dapat dihasilkan dari pilihan alternatif utama tersebut.
Dalam formulasi kebijakan pendidikan, pendekatan teori kelompok mengumapamakan
bahwa kebijakan pendidikan merupakan titik keseimbangan (equilibrium). Inti gagasannya
adalah bahwa interaksi dalam kelompok akan menghasilkan keseimbangan, dan
keseimbangan adalah sesuatu yang terbaik. Berdasarkan teori kelompok, individu dalam
kelompok kepentingan berinteraksi baik secara formal maupun informal, dan secara
langsung atau melalui media massa menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah untuk
mengeluarkan kebijakan yang diperlukan. Sedangkan pendekatan teori rasional
mengedepankan gagasan bahwa kebijakan pendidikan sebagai “maximum social gain”
yang berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan pendidikan harus memilih kebijakan
pendidikan yang memberikan manfaat optimal bagi masyarakat. Proses formulasi
kebijakan harus memilih kebijakan yang memberikan manfaat optimal bagi masyarakat
dan haruslah didasarkan pada keputusan yang sudah diperhitungkan rasionalitasnya.
Rasionalitas yang diambil adalah perbandingan antara pengorbanan dan hasil yang dicapai.
Jadi pendekatan rasional lebih menekankan pada aspek efisiensi atau aspek ekonomis.
Secara fondamental tahapan formulasi terjadi tatkala pemerintah mengakui keberadaan
masalah-masalah publik dan menyadari adanya kebutuhan dan tuntutan untuk melakukan
sesuatu dalam rangka mengatasi masalah tersebut. Karenanya dalam perumusan
kebijaksanaan publik, persoalan mendasar adalah merumuskan masalah kebijakan (policy
problems) dan merancang langkah-langkah pemecahannya.
Dapat disimpulkan bahwa formulasi kebijakan merupakan cara untuk memecahkan suatu
masalah yang di bentuk oleh para aktor pembuat kebijakan dalam menyelesaikan masalah
yang ada dan dari sekian banyak alternatif pemecahan yang ada maka dipilih alternatif
kebijakan yang terbaik (Intan, 2017).

7
2. Implementasi Kebijakan
Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk
undang-undang, namun bisa pula berbentuk perintah atau petunjuk eksekutif atau
keputusan badan peradilan. Mengapa implementasi sangat penting karena penerapan
dimasyakat sangat berpengaruh adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan
ditetapkan melalui cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Karena Tujuan kebijakan adalah melakukan intervensi, dan implementasi
adalah tindakan intervensi itu sendiri. Untuk melibatkan usaha dari policy makers untuk
mempengaruhi street level bureaucracy (Lipsky) untuk memberikan pelayanan atau
mengatur perilaku target group.
Jadi implementasi yaitu memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program
dinyatakan berlaku, diantaranya adalah kejadian dan kegiatan timbul sesudah disahkannya
pedomanpedoman kebijakan yang mencakup usaha mengadministrasikan maupun usaha
menimbulkan dampak yang nyata pada masyarakat tersebut mengidentifikasikan masalah
yang dihadapi, menyebut secara tegas tujuan yang hendak dicapai dan berbagai cara untuk
menstrukturkan/mengatur proses implementasinya (Intan, 2017).

3. Evaluasi Kebijakan
Kegiatan evaluasi merupakan tahap penting bagi keseluruhan proses analisis kebijakan
pendidikan. Kegitan ini, selain dapat memberikan satuan-satuan nilai tertentu terhadap
kebijakan yang sudah diimplementasikan, juga dapat menjadi “pintu” baru untuk
memasuki kegiatan pembuatan dan analisis kebijakan berikutnya. Evaluasi meliputi
beberapa aspek yang sama penting dengan aspekaspek yang mencakup dalam kegitan-
kegiatan analisis kebijakan tahap sebelumnya.
Secara umum, terdapat 4 (empat) karakteristik pokok dari kegiatan evaluas, yakni Pertama,
terfokus pada nilai. Kegiatan evaluasi difokuskan pada nilai dari suatu kebijakan, atau
penilaian atas keterpenuhan kepentingan atau menfaat dari keberadaan suatu program.
Kedua, interdependensi antara fakta dan nilai. Untuk menyatakan bahwa sebuah kegiatan
telah mencapai tujuan optimal bagi individu, kelompok, maupun masyarakat secara
keseluruhan, kegiatan evaluasi membutuhkan fakta-fakta yang memadai yang menjelaskan
bahwa hasil-hasil yang telah dicapai benar-benar merupakan akibat dari dilakukannya
tindakan kebijakan. Ketiga, berorientasi pada masa kini dan massa lampau. Berbeda
hasilnya dengan rekomendasi kebijakan atau peramalan yang berorientasi waktu masa
depan, penilaian atas hasil kebijakan lebih diarahkan pada tuntutan-tuntutan masa kini dan
masa lalu. Keempat, bernilai ganda. Nilai-nilai yang mendasari kegiatan evaluasi
mempunyai kualitas ganda, di satu sisi ia dapat dipandang sebagai tujuan, dan di sisi yang
lain, dapat dipandang sebagai cara (Intan, 2017)
2.3 Proses Analisis Kebijakan Pendidikan
Proses Analisis Kebijakan Pendidikan Dalam proses analisis kebijakan terdapat proses yang harus
dilaksanakan oleh pembuat kebijakan. Proses ini bertujuan agar kebijakan yang dilahirkan sesuai

8
dengan permasalahan yang dihadapi. Adapun proses analisis kebijakan tersebut yaitu (Keban,
2015):
1. Inisiasi
Tahap inisiasi diawali ketika adanya masalah yang bersifat potensial. Permasalahan
potensial tersebut dirasakan ketika adanya upaya untuk mengurangi permasalahan yang
bertujuan untuk memecahan permasalahan tersebut secara tepat. Pada fase ini belum
dituntut untuk dapat merumuskan permasalahan namun diperlukan sebuah pemikiran lebih
lanjut apakah permasalahan ini diperlukan untuk dirumuskan. Pada tahap ini juga
dilakukan proses inovasi dalam melakukan konseptualisasis dan membuat kerangkan
permasalahan secara umum. Selain itu juga diperlukan pengumpulan infromasi yang
berkaitan dengan kebijakan secara umum dan memprediksi pilihan-pilhan kebijakan yang
dirasa dapat untuk dikembangkan.
2. Estimasi
Pada tahapan estimasi ini diperlukan pemikiran yang berhubungan dengan dampak,
pembiayaan dan kelebihan dari alternatif yang disajikan. Pada tahapan ini masalah di
fokuskan dengan menggunakan metode olian yang bersifat proyektif dan empirik agar
dapat diketahuinya dampak yang ditimbulkan dari kebijakan yang dipilih. Pengkajian juga
difokuskan kepada evaluasi terhada luaran yang akan dihasilkan melalui pendekatan teknis
lainnya.
3. Seleksi
Tahapan seleksi ini berkaitan dengan keputusan. Setelah dilakukan analisis kebijakan
berupa perumusan dan penilaian kebijakan maka diperlukanlah pemilihan kebijakan.
Pengambilan keputusan sering kali dilahirkan dengan perhitungan dan perkiraan teknis
namun adanya aspek lain yang perlu diperhatika seperti keterlibatan pihak-pihak lain yang
memiliki tjuan yang berbeda mengenai pandang ideologi, mora dan kerangka acuan.
4. Implementasi
Tahapan implementasi merupakan tahapan melaksanakan pilihan yang telah disepakati.
Tahapan implementasi merupakan saran untuk melakukan uji kelayakan pilihan yang
dipilih secara nyata. Pada tahapan sebelumnya kebijakan masih dalam bentuk pemikran
sedangkan pada tahapan implementasi ini kebijakan dapat dilaksanakan secara nyata.
5. Evaluasi
Pada tahapan inisiasi dan estimasi, sifat tahapan bersifat antisipatif sedangkan pada tahapan
seleksi lebih bersifat kekinian. Pada tahapan implementasi lebih bserfiat transformasi
kedalam dunia nyata sedangkan pada tahapan evaluasi lebih bersifat restrospektif. Pada
tahapan ini berusaha untuk menemukan jawaban mengenai sejauh mana kebijakan yang
dipilih berhasil. Pada tahapan ini dilakukan pengukuran dengaan indikator yang telah
dilakukan.

6. Terminasi.
Tahapan terminasi adalah tahapan yang menyesuaikan kebijakan yang tidak diperlukan
dengan keadaan.

9
Berdasarkan pemaran tersebut terlihat bahwa proses kebijakan merupakan proses yang kompleks.
Proses kebijakan ini melibatkan berbagai individu, kelompok dan masyarakat dengan psiklogis
dan lingkungan yang berbeda-beda. Namun tahapan ini perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat
dihasilkanya kebijakan yang pro aktif dan problem solving (Oktavia, 2021).
Proses kebijakan pendidikan dilaksanakan sesuai dengan proses pengambilan keputusan atu
kebijakan secara umum, namun dengan memperhatikan sejumlah faktor yang berkaitan erat
dengan pendidikan. Menurut tahapan perumusan kebijakan yang dikemukakan oleh Haddad dan
Demsky (1995:24), proses tersebut adalah sebagai berikut.
1) Menganalisis situasi yang terjadi pada bidang pendidikan, langkah ini harus
dipertimbangkan aspek yang meliputi konteks sosial, politik, demografi, kebudayaan, dan
permasalahan sosial yang berpotensi mempengaruhi pengambilan keputusan hingga proses
implementasinya pada sektor pendidikan.
2) Membuat beberapa pilihan kebijakan-kebijakan baru biasanya dibuat dalam situasi ketika
terjadi permasalahan akibat keputusan politis atau reorganisasi. Pembuatan kebijakan dapat
dilakukan dengan beberapa model tergantung pada situasinya, namun pada kondisi tertentu
model-model tersebut dapat digabungkan.
3) Mengevaluasi pilihan kebijakan evaluasi dilakukan terhadap pilihan kebijakan melalui
aspek desirability (kemenarikan), affordability (keterjangkauan), dan feasibility
(kelayakan). Desirability mencakup tiga dimensi yaitu apakah kebijakan tersebut akan
mampu menarik dan menguntungkan berbagai kelompok stakeholder, kecocokan dengan
ideologi dominan dan target pertumbuhan ekonomi pada rencana pembangunan nasional,
serta dampaknya pada perkembangan dan stabilitas ekonomi. Aspek affordability
pentingkan pengeluaran pendidikan bersifat lebih rentan terhadap perubahan situasi
ekonomi dan politik dibandingkan pengeluaran publik lainnya, sehingga berbagai skenario
ekonomi perlu dipertimbangkan. Sedangkan, kelayakan mencakup ketersediaan
sumberdaya manusia untuk menerapkan perubahan yang dikandung dalam kebijkan
tersebut.
4) Membuat keputusan tentang pendidikan. Pengambilan keputusan hingga menghasilkan
suatu kebijakan dilakukan dengan mempertimbangkan banyak pertanyaan, menganalisis
seberapa jauh atau radikal perbedaan antara kebijakan baru dengan yang lama, dan apakah
kebijakan tersebut bersifat operasional.
5) Merencanakan penerapan kebijakan. Penerapan kebijakan perlu direncanakan dengan baik,
karena sebaik apapun antisipasinya penerapan kebijakan selalu membawa kejutan bagi
masyarakat dan membentuk respons yang menggambarkan hasil dari kebijakan itu sendiri.
6) Menilai dampak penerapan kebijakan Penilaian dampak kebijakan dilakukan dengan
kriteria yang hampir sama dengan tahap evaluasi kebijakan. proses penilaian dilakukan
dengan mempertimbangkan apa saja dampak dari penerapan kebijakan tersebut, apakah
dampak tersebut sesuai dengan harapan, apakah perubahan dapat dijangkau, dan
sebagainya.
7) Menentukan siklus kebijakan selanjutnya Analisis kebijakan merupakan suatu yang tidak
berujung. Idealnya, ketika penerapan kebijakan telah selesai dan hasilnya sudah tampak,

10
tahap penilaian kebijakan akan berlangsung dan mengarahkan pada kemungkinan siklus
pembentukan kebijakan yang baru (Sari, 2020).
2.4 Karakteristik Analisis Kebijakan Pendidikan
Analisis kebijakan pendidikan, dapat diidentifikasi beberapa karakteristik, antara lain:
1) Suatu proses atau kegiatan sintesis dari berbagai informasi tentang layanan pendidikan.
Analisis kebijakan pendidikan memadukan berbagai informasi yang masuk, diantaranya
hasil penelitian yang dilakukan para ahli tentang layanan pendidikan, sehingga diperoleh
kesimpulan yang selaras dengan rekomendasi penelitian tersebut. Hal ini berarti obyek
analisis kebijakan pendidikan ialah proses penyusunan dan paket kebijakan pendidikan itu
sendiri.
2) Sumber utama informasi yang menjadi bahan analisis kebijakan adalah hasil penelitian.
Hasil-hasil penelitian analisis kebijakan merupakan output dari proses pengolahan data dan
penelitian sehingga siap digunakan dalam pengambilan keputusan dan desain kebijakan
pendidikan.
3) Output analisis kebijakan ialah rekomendasi opsi keputusan atau desain kebijakan. Output
kebijakan pendidikan adalah berupa nasehat atau petunjuk operasional tentang bahan
pengambilan keputusan tentang pendidikan. Oleh karena itu, analisis kebijakan pendidikan
haruslah disajikan secara jelas, singkat, padat, lengkap serta seksama.
4) Klien analisis kebijakan pendidikan ialah para pengambil keputusan kebijakan dan
kelompok yang berkepentingan atas kebijakan yang ada. Klien pengguna analisis
kebijakan bersifat spesifik. Hal ini berkaitan langsung dengan output analisis kebijakan
yang berupa nasehat tentang kebijakan itu sendiri (Dr. Arwildayanto dkk, 2018).
2.5 Nilai-nilai Analisis Kebijakan Pendidikan
Analisis kebijakan pendidikan sangat terkait dengan persoalan nilai, moral dan etika, karena
rekomendasi analisis kebijakan pendidikan mengharuskan kita menentukan alternatif-alternatif
mana yang paling bernilai. Anderson (2006) dalam buku Irfan M Islamy, (1994:21) menyatakan
kebijakan memiliki nilai-nilai sebagai berikut, yaitu:
1) Nilai politik, mencakup kepentingan kelompok dan golongan dan tempat beraflikasi para
aktor kebijakan pendidikan.
2) Nilai organisasi mencakup memperthankan keberadaan organisasi pendidikan,
memperluas program, dan aktivitas organisasi pendidikan.
3) Nilai pribadi mencakup nilai seseorang karena sejarah kehidupan pribadinya.
4) Nilai kebijakan mencakup nilai moral, keadilan, kemerdekaan, kebebasan, dan
kebersamaan.
5) Nilai ideologis mencakup nilai yang bersambung secara logis membentuk alam pikirannya
tentang dunia dan menuntun tindakannya (Dr. Arwildayanto dkk, 2018).

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis kebijakan merupakan ilmu yang diterapkan melalui metode inkuiri dan argumentasi
berganda untuk menghasilakn informasi kebijakan dalam suatu proses pengambilan keputusan.
Terdapat tiga pendekatan dalam analisis kebijakan pendidikan yaitu: pendekatan empirik,
pendekatan evaluatif, dan pendekatan normatif. Ada tiga model dalam analisis kebijakan
pendidikan (1) model prospektif, (2) model retrospektif, (3) model integratif. Analisis teknikal
yang perlu dilakukan mencakup penggunaan metodologi, analisis data Analisis teknikal adalah
satu fase proses kerja penelitian kebijakan pendidikan yang melibatkan aktivitas-aktivitas, yang
secara analogi sama saja dengan proses kerja penelitian tradisional, aplikasi metodologi penelitian
dalam kerja penelitian.
Dalam analisis kebijakan pendidikan ada empat langkah: (1) formulasi kebijakan, (2)
implementasi kebijakan pendidikan, (3) evaluasi kebijakan. Enam tahapan dalam proses analisis
kebijakan pendidikan inisiasi, estimasi, seleksi, implementasi, evaluasi, terminasi. Proses
kebijakan pendidikan dilaksanakan sesuai dengan proses pengambilan keputusan atu kebijakan
secara umum, namun dengan memperhatikan sejumlah faktor yang berkaitan erat dengan
pendidikan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. A., Nurfarida, R., Budiyanti, N., & Zakiah, Q. Y. (2020). Model Analisis Kebijakan
Pendidikan. Tapis: Jurnal Penelitian Ilmiah, 4(2), 192-201.
Purba, S., Revida, E., Tamrin, A. F., Bachtiar, E., Purba, B., Ramadhani, Y. R., ... & Hidayatulloh,
A. N. (2021). Analisis Kebijakan Pendidikan. Yayasan Kita Menulis.
Saifuddin, A. (2015). Eksistensi Kurikulum Pesantren dan Kebijakan Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies), 3(1), 207-234
Arifah, U. (2018). Kebijakan Publik Dalam Anggaran Pendidikan. Cakrawala: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam dan studi sosial, 2(1), 17-37.
Oktavia, L. S., Nurhidayati, N., & Gistituati, N. (2021). Kebijakan pendidikan: kerangka, proses
dan strategi. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 6(1), 95-99.
Sari, W., Rifki, A. M., & Karmila, M. (2020). Analisis kebijakan pendidikan terkait implementasi
pembelajaran jarak jauh pada masa darurat covid 19. Jurnal Mappesona, 3(2).
Dr. Arwildyanto, M. d. (2018). ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN. Bandung: CV
CENDEKIA PRESS.
Intan Fitri Meutia, P. (2017). ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK. Bandar Lampung: AURA.

13

Anda mungkin juga menyukai