T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah tentang Kerangka dan Model Analisis
Kebijakan ini. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Ibu Dr. Dia Meirina Suri, S.Sos., M.Si pada mata kuliah Analisis Kebijakan Publik.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan mengetahui secara
kritis mengenai Kerangka dan Model Analisis Kebijakan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dia Meirina Suri, S.Sos., M.Si
selaku dosen pada mata kuliah Analisis Kebijakan Publik yang telah memberikan tugas ini
sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menjadi acuan agar menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................................4
3.1 Kerangka Kerja Analisis Kebijakan.............................................................................................4
3.2 Model Analisis Kebijakan...........................................................................................................6
3.2.1 Model Kebijakan Rasional Komprehensif............................................................................6
3.2.2 Model Kebijakan Rasionalis Inkremental.............................................................................9
3.2.3 Model Mix Scanning..........................................................................................................10
3.3 Contoh Kasus terkait Model Analisis Kebijakan.......................................................................11
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................13
4.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
4.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................14
DAFTAR TIM KERJA..............................................................................................................................15
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kebijakan publik pada dasarnya adalah suatu kewenangan karena dibuat oleh
sekelompok individu yang mempunyai kekuasaan yang sah dalam sebuah sistem
pemerintahan. Keputusan akhir yang telah ditetapkan memiliki sifat yang mengikat
bagi para pelayan publik atau public servant untuk melakukan tindakan kedepannya.
Kebijakan publik menjadi faktor penting dalam pencapaian penyelenggaraan
pemerintahan yang baik. Hal tersebut bergantung kepada setiap kebijakan-kebijakan
yang dilaksanakan oleh pemerintah dan dampak yang dirasakan oleh objek
kebijakan tersebut. Sering kali kebijakan publik yang dilaksanakan tidak berpihak
kepada rakyat dan justru hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Maka dari itu, kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus
memiliki keberpihakan kepada rakyat dan memang ditujukan untuk menyelesaikan
setiap permasalahan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Pada dasarnya
kebijakan publik merupakan suatu rangkaian kegiatan yang umumnya dipikirkan,
didesain, dirumuskan, dan diputuskan oleh para pemangku kebijakan. Walaupun
dalam suatu siklus kebijakan publik telah dilakukan tetapi fakta di lapangan sering
menunjukan bahwa kebijakan tersebut gagal untuk mencapai sasaran. Kebijakan
publik sebagai proses yang krusial seringkali dicampuri oleh unsur-unsur politik
kepentingan yang dibawa oleh pihak tertentu.
Dari pemikiran seperti ini, maka makalah ini akan melakukan kajian secara
lebih mendalam mengenai konsep analisis kebijakan yang sebelumnya telah banyak
disinggung oleh tokoh yang berbeda. Kajian yang dimaksud berupa kerangka
analisis kebijakan dan juga model dalam analisis kebijakan. Makalah ini juga akan
membahas mengenai studi kasus dari model analisis kebijakan di Indonesia.
1
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul sebelumnya, maka muncul
lah beberapa rumusan masalah yang hendak dibahas, yaitu:
I.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
2
BAB II TINJAUAN TEORI
3
BAB III PEMBAHASAN
III.1 Kerangka Kerja Analisis Kebijakan
Menurut Subarsono (2005:6-8), kerangka kerja kebijakan publik akan
ditentukan oleh beberapa variabel, yaitu:
1. Tujuan yang akan dicapai, mencakup kompleksitas tujuan yang akan dicapai.
Jika tujuan semakin kompleks maka akan semakin sulit mecapai kinerja
kebijakan, begitupun sebaliknya.
2. Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan
kebijakan. Suatu kebijakan yang mengandung berbagai variasi nilai akan
jauh lebih sulit dicapai dibandingkan dengan suatu kebijakan yang hanya
mengejar suatu nilai. Secara sederhana misalnya jika dibandingkan antara
kebijakan e-budgeting yang lebih mengedepankan nilai transparansi dengan
kebijakan adanya bantuan operasional sekolah yang lebih mengedepankan
nilai keadilan.
3. Sumber daya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan
ditentukan oleh sumber daya finansial, manusia, material, infrastruktur, dan
lainnya.
4. Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan, yang akan
mempengaruhi. Misalnya dari tingkat pendidikan, kompetensi dalam
bidangnya, pengalaman kerja dan integritas marahnya.
5. Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan
sebagainya.
6. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Contohnya bersifat
top/down approach atau bottom approach, otoriter atau demokratis.
1. Welfare Economics
Welfare economics adalah aplikasi teori dan model ekonomi
kesejahteraan untuk meningkatkan rasionalitas dan efisiensi pembuatan
keputusan. Ilmu ekonomi adalah kajian tentang bagaimana melakukan
sesuatu dengan cara terbaik, atau optimal, dalam menggunakan sumber-
sumber yang terbatas, maka ilmu ekonomi kesejahteraan berkaitan dengan
makna istilah “optimal” dan formulasi ketetapan-ketetapan yang
4
memungkinkan kita menyatakan bahwa kebijakan atau peristiwa tertentu
pada masa sekarang telah meningkatkan atau mengurangi kesejahteraan
sosial.
Optimalitas didefinisikan dalam pengertian maksimalisasi
kesejahteraan sosial, sehingga fokus perhatiannya tertuju pada apa yang
terkandung dalam konsep kesejahteraan sosial. Biasanya kesejahteraan sosial
diartikan sebagai jumlah kemakmuran semua anggota dari masyarakat
tertentu. Dengan menggunakan penilaian atas nilai, dalam pengertian bahwa
individu menilai kemakmuran mereka sendiri untuk diperhitungkan dalam
formulasi suatu ukuran kesejahteraan sosial, maka berarti kita menggunakan
basis ilmu ekonomi kesejahteraan Paretian (setelah Vilfredo Pareto).
2. Public Choice
Public choice yaitu penggunaan teori-teori negara, perilaku pemilih,
partai politik, birokrasi, principal agent theory dalam pengambilan
keputusan. Perspektif pilihan publik sebagai jembatan yang bisa
menganalisis masalah di luar kerangka analisis yang bertumpu pada
fenomena pasar.
Menurut Staniland, teori public choice adalah salah satu cabang ilmu
ekonomi yang mempelajari bagaimana pemerintah membuat keputusan yang
terkait dengan kepentingan publik. Teori public choice dapat digunakan
untuk mempelajari perilaku para aktor politik maupun sebagai petunjuk bagi
pengambil keputusan dalam penentuan pilihan kebijakan publik yang paling
efektif. Yang menjadi subjek telaah public choice adalah pemilih, partai
politik, politisi, birokrat, dan kelompok kepentingan, secara tradisional lebih
banyak dipelajari oleh pakar-pakar politik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kerangka public
choice akan lebih banyak mengarah pada konteks tugas pokok dan fungsi
pemerintah dan Standard Operating Prosedure dalam sebuah kebijakan. Hal
ini juga berkaitan dengan principal agent theory, yaitu peran pemerintah
sebagai pemegang mandat dari rakyat. Sehingga pemerintah merupakan
pelayan rakyat. Kaitannya dengan analisis kebijakan adalah mengenai proses
pengolahan kebijakan dan pengambilan keputusan oleh pemegang mandate
atau pemerintah.
5
3. Social Structure
Social structure yaitu analisis kebijakan dari sudut pandang teori
sosiologi, seperti kekuasaan dalam masyarakat, sosiologi pengetahuan,
pendekatan sistem untuk studi proses kebijakan.
Suatu struktur merujuk pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih
mantap dan tetap, yang terdiri atas jaringan relasi-relasi kelas sosial hierarkis
dan pembagian kerja tertentu, serta di topang oleh kaidah-kaidah, peraturan-
peraturan, dan nilai-nilai budaya.
Dalam konteks kebijakan publik, struktur sosial pada intinya menunjuk
pada political will dan penciptaan jaringan-jaringan, kepercayaan, nilai-nilai
bersama, norma-norma, dan kebersamaan yang timbul dari adanya interaksi
manusia di dalam sebuah masyarakat. Pemerintah dapat mempengaruhi
secara positif kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong-royong, partisipasi,
jaringan, kolaborasi sosial dalam sebuah komunitas. Struktur sosial pada
umumnya terbangun dan berkembang bukan saja karena adanya kesamaan
tujuan dan kepentingan, melainkan pula karena adanya kebebasan
menyatakan pendapat dan berorganisasi, terjalinnya relasi yang
berkelanjutan, serta terpeliharanya komunikasi dan dialog yang efektif.
4. Information Processing
Information processing adalah bagaimana individu dan organisasi
memberikan penilaian, membuat pilihan, menangani informasi dan
memecahkan persoalan. Melakukan analisis pemrosesan informasi adalah
langkah pertama dalam menuju sasaran, mengidentifikasi apa yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. (Smith & Ragan: 1999,69).
6
Baik buruknya hasil yang akan dicapai dari model ini harus berdasarkan pada
pemikiran yang rasional atau sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan kemampuan
yang dimiliki. Analisis yang dilakukan harus memiliki data atau informasi yang
lengkap, sehingga dalam analisisnya tidak ada kesalahan atau mencapai sempurna.
Model kebijakan ini selalu didasarkan pada pertimbangan rasional. Model rasionalis
berkaitan dengan konstruksi kebijakan publik yang memastikan kebijakan publik yang
lebih baik.
1) Mengindentifikasi semua preferensi nilai yang saat ini ada dalam masyarakat.
2) Menetapkan setiap nilai bobot relatif.
3) Menemukan semua kebijakan alternatif yang tersedia untuk mencapai nilai-
nilai tersebut.
4) Mengetahui semua biaya dan konsekuensi dari setiap kebijakan alternatif.
7
5) Memilih alternatif terbaik yang juga paling efisien dalam hal biaya dan
manfaat sosial nilai-nilai.
Selain itu, pada model ini terdapat bias terhadap efisiensi dengan
mengesampingkan nilai-nilai lain seperti ekuitas dan daya tanggap. Dengan demikian,
model rasionalis ini memiliki keterbatasan, namun berguna bagi pembuat kebijakan
dan administrator sebagai keluaran analisis kebijakan.
8
III.2.2 Model Kebijakan Rasionalis Inkremental
Model inkremental pada hakikatnya memandang kebijakan publik sebagai
kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah di masa
lampau, dengan hanya melakukan perubahan-perubahan seperlunya. Model
inkremental ini untuk pertama kalinya dikembangkan sebagai kritik terhadap model
rasional komprehensif dalam pembuatan kebijakan publik. Pendukung model ini
menyatakan bahwa perubahan tambahan lebih cepat dari perubahan komprehensif
bahwa potensi konflik jauh lebih rendah dibandingkan dengan perubahan radikal dan
incremental adaptasi kontribusi pada redefinisi kebijakan secara terus menerus.
Model ini dicetuskan oleh Charles E. Lindblom dalam bukunya yang berjudul
“The Science of Muddling Through” (1959) menjelaskan mengenai proses pembuatan
keputusan dengan model yang disebut disjointed incrementalism atau disebut dengan
model inkremental. Inkremental sendiri berarti kebijakan yang mengalami perubahan
sedikit-sedikit. Model ini memandang kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan
kegiatan-kegiatan pemerintah dimasa lalu dengan hanya menambah atau merubahnya
(modifikasi) sedikit-sedikit.
9
III.2.3 Model Mix Scanning
Model ini merupakan model yang menggabungkan antara model rasional
dengan model inkremental. Tokoh dari model ini adalah adalah Amitai Etzioni. Pada
1967, Amitai Etzioni menawarkan teori lain yang mencoba menengahi kedua
kecenderungan ekstrem antara model rasional-komprehensif dengan model
inkremental, Teori itu dikenal dengan teori/model/ pendekatan Mixed Scanning
Theory. Sebagai gambaran, Etzioni (1967: 389 dalam Aldes, 2016) menggambarkan
tiga alternatif dalam observasi cuaca. Penganut pandangan rasional komprehensif
akan melakukan pengamatan di semua tempat di bumi ini, secara rinci, dan hasilnya
sudah tentu akan sangat mahal. Penganut pandangan inkremental akan merasa cukup
mengambil pengamatan di satu tempat secara rinci, dan mengabaikan observasi di
tempat-tempat lain, sehingga tidak memiliki gambaran yang komprehensif mengenai
situasi cuaca di dunia. Namun, penganut pandangan mixed scanning akan melakukan
kedua-duanya. Pertama akan memonitor angkasa secara garis besar, kemudian
memilih tempat-tempat khusus sebagai sampel, dan pada tiap sampel dilakukan
pengamatan secara rinci. Dengan cara ini, akurasi dalam pengambilan keputusan
dapat dipelihara, dapat dijaga, dan pada saat yang sama diperoleh gambaran yang
menyeluruh tentang keadaan cuaca dunia. Dengan mixed scanning, kemungkinan
daerah-daerah yang hanya dapat dijangkau dengan menggunakan satu kamera yang
secara detail tidak dapat dijangkau untuk menjelaskan permasalahannya. Berbeda juga
dengan inkrementalis yang secara nyata akan melewatkan bagian bagian yang akan
bias menimbulkan masalah daerah yang tidak dikenali.
10
mungkin akan lebih banyak melewatkan bagian-bagian penting dan lebih realistis
untuk dilaksanakan dibandingan rasional komprehensif.
Selain itu, permasalahan yang paling krusial dan menjadi permasalahan pokok
dalam penentuan model pengambilan kebijakan yang akan digunakan adalah masalah
ego kekuasaan pengambil kebijakan. Kebijakan inkremental biasanya hanya
melibatkan satu instansi saja. Tapi jika menggunakan model mixed scanning dan
rasional komprehensif yang digunakan untuk permasalahan yang komplek, tentu akan
melibatkan berbagai aspek dan melibatkan berbagai instansi atau perangkat daerah
yang mengharuskan dua atau bahkan lebih instansi saling bekerja sama agar
permasalahan yang besar tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam kenyataannya, sulit bagi beberapa instansi saling bekerja sama untuk
menghasilkan satu kebijakan yang mampu menyelesaikan beberapa permasalahan
sekaligus. Hal ini disebabkan adanya ego pengambil kebijakan dari masing-masing
instansi ditambah dengan ego ingin mendapatkan anggaran yang besar tanpa peduli
apakah instansi tersebut membutuhkan anggaran tersebut atau tidak. Sementara
instansi lain harus berjuang menyelesaikan permasalahan yang ada dengan anggaran
yang sedikit dan akhirnya hanya mencoba memperbaiki kebijakan yang ada atau
bahkan lebih parah yaitu dengan membiarkan saja kebijakan tersebut berjalan tanpa
menyelesaikannya, dan memperparah krisis kebijakan yang ada. Tidak heran jika
akhirnya terjadi tumpang tindih kebijakan atau permasalahan publik yang tidak pernah
dapat diselesaikan.
11
melanggar hak asasi. Sedangkan masyarakat yang menolak peraturan tersebut
mempunyai pemikiran bahwa mereka para penggagas peraturan telah menodai hak
asasi mereka, karena merokok adalah kebiasaan mereka secara turun-temurun.
12
tambahan dan perbaikan dari kebijakan sebelumnya 5. Menjadi langkah lanjutan
untuk mewujudkan fasilitas pendidikan demi terwujudnya budaya belajar sepanjang
hayat.
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Kebijakan publik pada dasarnya adalah suatu kewenangan karena dibuat oleh
sekelompok individu yang mempunyai kekuasaan yang sah dalam sebuah sistem
pemerintahan. Model analisis kebijakan rasional-komprehensif (sinoptis) adalah model analisis
yang didasarkan pada pemikiran yang rasional dan didukung dengan data-data dan informasi yang
komprehensif (Hoogerwerf, 1983).Kebijakan dibuat oleh perumus kebijakan tanpa harus melihat atau
meneliti dengan komperehensif, sehingga dari alternatif yang ada secara singkat diputuskan untuk
dijadikan kebijakan dan kegiatannya menjadi terus menerus, karena kebijakan yang dibuat tidak ada
yang benar-benar untuk dijadikan pemecahan masalah secara keberlanjutan, hanya untuk masalah
yang hadir sekarang.
Tapi jika permasalahan merupakan permasalahan yang kompleks, yang saling melibatkan
berbagai bidang, akan lebih baik dilakukan dengan cara rasional komprehensif atau dengan mixed
scanning yang mencoba meneropong permasalahan secara keseluruhan secara sekilas kemudian
mengambil beberapa sampel permasalahan dan memfokuskan perhatian pada beberapa sampel
tersebut.Tapi jika menggunakan model mixed scanning dan rasional komprehensif yang digunakan
untuk permasalahan yang komplek, tentu akan melibatkan berbagai aspek dan melibatkan berbagai
instansi atau perangkat daerah yang mengharuskan dua atau bahkan lebih instansi saling bekerja sama
agar permasalahan yang besar tersebut dapat terselesaikan dengan baik.
Sementara instansi lain harus berjuang menyelesaikan permasalahan yang ada dengan
anggaran yang sedikit dan akhirnya hanya mencoba memperbaiki kebijakan yang ada atau bahkan
lebih parah yaitu dengan membiarkan saja kebijakan tersebut berjalan tanpa menyelesaikannya, dan
memperparah krisis kebijakan yang ada.
13
IV.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
DAFTAR TIM KERJA
16