Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DASAR KEBIJAKAN KESEHATAN


“MODEL DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN”

KELAS 1 A
KELOMPOK 9

DISUSUN OLEH :
HEXA DEWANTHY (221030590154)
INDAH GITA CAHYANI (221030590152)
NAFISA AULIA PUTERI (221030590126)
SABITA ULANDARI (221030590122)
SITI NASYA KAMILA (221030590144)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA DHARMA HUSADA
TANGGERANG
2022
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dasar kebijakan
kesehatan mengenai, Model dalam Implementasi Kebijakan. Adapun tujuan
dibuatnya makalah ini ialah, untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar kebijakan
kesehatan di tempat kami belajar.
Berkat kemauan, kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada,
1. Allah SWT dan Kedua orang tua kami atas semua dukungan yang diberikan.
2. Dr. (HC) Darsono, selaku Ketua yayasan Widya Dharma Husada.
3. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua STIKes Widya Dharma
Husada.
4. Ibu Frida Kasumawati, S.Km, M.Kes., selaku Kepala Program studi Kesehatan
Masyarakat.
5. Ibu Tri Okta, S.Km, M.Kes., selaku Dosen Pengampu Mata kuliah Dasar
Kebijakan Kesehatan.
Tak lepas dari kesempurnaan, kami menyadari kekurangan kami dalam
menyusun makalah ini, maka dari itu segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun kami harapkan untuk memperbaiki susunan makalah ini. Kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca agar dapat memahami
lebih dalam mengenai berbagai model yang terdapat dalam implementasi
kebijakan.

Pamulang, 9 November 2022

Hormat kami,
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3
A. Model dalam Implementasi Kebijakan................................................3
B. Contoh Implementasi dari berbagai jenis Model.................................7
C. Determinan dalam Implementasi Kebijakan.......................................10
BAB III PENUTUP.......................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................14
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Menurut Winarno (2012), suatu
program kebijakan harus diimplementasikan agar memiliki dampak atau
tujuan yang diinginkan.
Implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan-
badan administrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program
dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran. Melainkan,
menyangkut pada jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial
yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku
dari semua pihak yang terlibat. Pada akhirnya berpengaruh pada
dampak/hasil, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
Penyimpangan dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah
dirumuskan sering kali terjadi. Oleh karena itu, dalam
mengimplementasikan kebijakan diperlukannya adanya model yang dapat
digunakan sebagai acuan ataupun pedoman dalam mengimplementasikan
kebijakan, agar pada saat pelaksanaannya kebijakan tersebut tidak akan
menyimpang dari apa yang sebelummya telah dirumuskan.
Adapun berbagai jenis model dalam pengimplentasian kebijakan
dikelompokan menjadi dua yaitu melalui pendekatan Top-Down dan
Bottom-up yang selanjutnya akan kami bahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini ialah,
1. Apa saja model yang terdapat dalam implementasi kebijakan yang
berorientasi pada pendekatan Top-down dan Bottom-up?
2. Apa saja contoh implementasi dari berbagai model dalam implementasi
kebijakan yang berorientasi pada pendekatan Top-down dan Bottom-Up?
3. Apa saja determinan implementasi kebijakan?
2

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini ialah,
1. Agar mahasiswa mengetahui berbagai jenis model yang terdapat dalam
implementasi kebijakan (Berorientasi pada pendekatan Top-down dan
Bottom-up).
2. Agar mahasiswa mampu menjelaskan contoh implementasi dari berbagai
model dalam implementasi kebijakan yang berorientasi pada pendekatan
Top-down dan Bottom-up.
3. Agar mahasiswa mengatahui dan memahami berbagai determinan dalam
implementasi kebijakan.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Berbagai Model dalam Implementasi Kebijakan (Orientasi Top-down


dan Bottom-up)
Menurut Wibawa (1994), Van Meter dan Horn menyatakan bahwa
implementasi kebijakan merupakan tindakan yang di lakukan oleh
pemerintah dan swasta, baik secara individu maupun secara kelompok yang
dimaksud kan untuk mencapai tujuan.
Adapun dalam mengimplementasikan suatu kebijakan diperlukan
adanya pedoman yang digunakan menjadi acuan agar kebijakan yang
dijalankan tidak menyimpang. Adapun pedoman tersebut diantaranya ialah
teori pendekatan Top-down dan bottom-up.

1. Teori Pendekatan Top-down


Pendekatan implementasi top-down merupakan pendekatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah untuk rakyat, dimana partisipasinya lebih
berbentuk mobilisasi. Pendekatan ini mengedepankan arti lembaga publik
sebagai lembaga tunggal yang memiliki kewenangan atas mekanisme paksa
dalam negara.
Menurut Nugroho (2003), Van Meter dan Van Horn merupakan aktor
pertama yang merumuskan model implementasi kebijakan dengan pola top-
down. Mereka berpendapat bahwa implementasi kebijakan berjalan secara
linier dari keputusan politik yang ada, aktor pelaksana dan kinera kebijakan
publik.
Dalam pendekatan ini lembaga publik berhak memberikan sanksi bagi
yang menolak melaksanakan atau melanggarnya, dan tidak memberikan
intensif bagi yang mejalani. Adapun contoh model implementasi kebijakan
top-down adalah kebijakan yang bersifat strategis dan berhubungan dengan
keselamatan Negara seperti, Kebijakan penanggulangan bahaya narkotika.
4

Berbagai Model Implementasi Kebijakan yang Berorientasi pada


Pendekatan Top-down
Adapun berikut ini merupakan berbagai jenis model dalam
implementasi kebijakan yang berorientasi pada pendekatan top-down,
a. Model Teori Edwards III
Menurut George Edwards, model implementasi kebijakan ini
berfokus pada empat variabel yang dianggap menentukan proses
implementasi kebijakan yaitu, komunikasi, sumber daya, disposisi
(sikap), serta birokrasi.

b. Model Of The Policy Implementation (Van Meter dan Van Horn)


Model ini berpendapat bahwa implementasi kebijakan berjalan
secara linier dari keputusan politik, pelaksana dan kinerja kebijakan
publik dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan.
adapun variabel-variabel tersebut meliputi, ukuran dan tujuan
kebijakan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap para
pelaksana, komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana,serta
lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
.
c. A Framework For Policy Implementation Analysist (Daniel
Mazmanian Dan Paul Sabatier)
Model ini berpendapat bahwa peran penting dari implementasi
kebijakan publik adalah kemampuannya dalam identifikasi variabel-
variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada
keseluruhan proses implementasi.
Pada model ini, terdapat tiga variabel yang mempengaruhi
kinerja implementasi:
1) Mudah tidaknya tipe masalah yang dikendalikan,
2) Kemampuan kebijakan menstrukturkan proses implementasi,
3) Variabel diluar kebijakan yang mempengaruhi implementasi.
5

d. Model Implementasi Kebijakan Grindle


Pada model ini keberhasilan implementasi ditentukan oleh
derajat implementability dari suatu kebijakan. Semakin banyak pihak
yang memperoleh manfaat dari suatu kebijakan semakin kuat
dukungan sehingga semakin mudah kebijakan diimplementasikan
begitupun sebaliknya.

2. Teori Pendekatan Bottom-up

Teori implementasi buttom-up merupakan perkembangan dari teori


pendekatan Top-down. Menurut Elmore, pendekatan ini didasarkan pada
jenis kebijakan publik yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan
sendiri implementasi kebijakannya, atau tetap melibatkan pejabat
pemerintah namun hanya pada jajaran rendah. Kebijakan model ini biasanya
diprakarsai oleh masyarakat, baik secara langsung maupun melalui
lembaga-lembaga nilaba kemasyarakatan (LSM).

Berbagai Model Implementasi Kebijakan yang Berorientasi pada


Pendekatan Bottom-up
Adapun teori buttom-up memperkenalkan model implementasi
kebijakan sebagai berikut:
a. Model Manajemen Sistem-Sistem (The Systems Management)
Model ini mencakup asumsi-asumsi organisasi terdiri dari
mainstream, tradisi rasionalis dari analisis kebijakan. Dalam model
ini manajemen merupakan hal terpenting dalam keberhasilan
kebijakan.

b. Model Perkembangan Organisasi (the Organizational


Development)
Model ini menggambarkan suatu kombinasi dari teori sosiologi
dan psikologi yang memusatkan perhatian pada konflik antara
kebutuhan-kebutuhan individu dengan permintaan-permintaan atau
tuntutan hidup organisasi.
6

c. Model Proses Birokrasi (The Bereaucratic Proces)


Model ini menggambarkan pandangan sosiologis tentang
organisasi dan sistem pemerintahan. Proses birokasi juga bisa
melibatkan partisipasi masyarakat secara langsung.

d. Model Konflik Tawar Menawar (The Conflict And Bargaining


Model)
Model ini membahas masalah bagaimana orang dengan
kepentingan-kepentingan berbeda yang bersatu dalam menyelesaikan
tugas. Model ini dimulai dari anggapan konflik yang muncul dari
pengejaran keuntungan relatif dalam hubungan bargaining, dan
merupakan ciri dominan dari hidup organisasi tersebut.

e. Model Smith
Model ini dikemukakan oleh Smith dalam buku Paradigma
Kritis dalam Studi Kebijakan Publik (2003:90). Model ini
memandang implementasi sebagai alur yang melihat proses
kebijakan dari perspektif perubahan sosial politik, dimana kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mengadakan
perbaikan/perubahan dalam masyarakat sebagai kelompok sasaran.
Smith menyatakan terdapat 4 variable yang perlu diperhatikan
dalam proses implementasi kebijakan, diantaranya idealized policy
(pola interaksi), Target group (sasaran), Implementing organization
(badan pelaksana/birokrasi), serta environmental factor (faktor
lingkungan).
7

3. Perbedaan Teori Top-Down dan Bottom-Up

Top-Down Bottom-Up
Fokus Awal Kebijakan pemerintah Jaringan implementasi
pusat pada level paling bawah
Identifikasi aktor Dari pusat (atas) Dari bawah, yaitu para
utama yang dilanjutkan kebawah implementor pada level
terlibat dalam sebagai kensekuensi lokal keatas
proses implementasi
Kriteria Evaluasi Berfokus pada Kurang begitu jelas, apa
pencapaian tujuan formal saja yang dianggap
yang dinyatakan dalam peneliti penting dan
dokumen kebijakan punya relevansi dengan
kebijakan
Fokus secara Bagaimana mekanisme Interaksi strategi antar
keseluruhan implementasi bekerja berbagai aktor yang
untuk mencapai tujuan terlibat dalam
kebijakan implementasi

Sumber: Sabatier (1984) dalam Purwanto dan Sulistyastuti (2012:48)

B. Contoh Implementasi dari Berbagai Jenis Model


1. Contoh model Implementasi Top-down
a. Model Teori Edwards III :
Diterapkannya program BPJS kesehatan oleh implementor
sebagai bukti tindak lanjut dari UURI nomor 24 tahun 2011 tentang
“Badan penyelenggara jaminan sosial” dengan menganalisis:
1) Faktor komunikasi, misalnya: Program BPJS kesehatan selalu
sosialisasikan oleh seluruh unit pelayanan kesehatan.
2) Struktur birokrasi, misalnya: program BPJS kesehatan di komandoi
oleh seluruh direktur rumah sakit, kepala unit kesehatan, serta
kepala Puskesmas.
8

3) Sumber daya, misalnya: program BPJS kesehatan didanai oleh


pemerintah serta badan swasta lainnya.
4) Disposisi, misalnya: Program BPJS kesehatan belum sepenuhnya
diterapkan oleh masyarakat karena minimnya pengetahuan dan
keterbatasan teknologi masyarakat.

b. Model Of The Policy Implementation (Van Meter dan Van Horn)


Pelaksanaan program upaya pecegahan narkoba pada remaja
oleh implementor sebagai perealisasian UU No. 35 tahun 2009 tentang
“Narkotika” dengan memperhatikan faktor ukuran dan tujuan dari
kebijakan tersebut, sumber daya yang tersedia, karakteristik agen
pelaksana, sikap dan kecenderungan para pelaksana, serta komunikasi
antar organisasi antar lingkungan sosial, ekonomi dan politik.

c. A Framework For Policy Implementation Analysist (Daniel


Mazmanian Dan Paul Sabatier)
Diterapkannya program Indonesia sehat oleh para implementor
sebagai perwujudan dari Undang-undang “Kesehatan” No.36 tahun
2009, dengan menganalisis tipe masalah yang dikendalikan,
Kemampuan kebijakan dalam menstrukturkan proses implementasi,
serta variabel diluar kebijakan yang dapat mempengaruhi
pengimplementasian program tersebut.

d. Model Implementasi Kebijakan Grindle


Diterapkannya program BPJS kesehatan oleh implementor
sebagai bukti tindak lanjut dari UURI nomor 24 tahun 2011 tentang
“Badan penyelenggara jaminan sosial” dengan memperhatikan faktor
kemampuan para implementator dalam mengimplementasikan program
tersebut.
9

2. Contoh model implementasi Bottom-up


a. Model Manajemen Sistem-Sistem (The Systems Management)
Penerapan program pembangunan hunian sehat di wilayah A yang
berfokus terhadap standar manajemen sistem programnya.

b. Model Perkembangan Organisasi (the Organizational


Development)
Penerapan kebijakan program pembangunan jamban bersih yang
melibatkan organisasi masyarakat desa setempat dan masyarakatnya.

c. Model Proses Birokrasi (The Bereaucratic Proces)


Pelaksanaan program pengelolaan sampah terpadu di desa B oleh
Lembaga masyarakat desa beserta masyarakat yang difasilitasi oleh
pemerintah (berfokus pada birokrasi).

d. Model Konflik Tawar Menawar (The Conflict And Bargaining


Model)
Diterapkannya kebijakan mengenai larangan pencemaran
lingkungan, setelah melalui proses konflik dan tawar menawar dari
berbagai pihak kepentingan hingga memperoleh solusi yang tepat untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut.

e. Model Smith
Dilaksanakannya kegiatan pemantauan status gizi balita, ibu hamil
dan WUS, sebagai upaya tindak lanjut dari Peraturan Presiden nomor
72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting, dengan
memperhatikan pola interaksi masyarakat, kelompok sasaran, badan
pelaksana serta lingkungan.
10

C. Determinan dalam Implementasi Kebijakan


Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi implementasi
kebijakan diantaranya ialah:
1. Menurut Model Edwards III
Menurut Edwards III (2003), dalam buku Implementasi standar
Pelayanan Minimal bidang sosial terkait pelaksanaan rehabilitasi sosial
didalam panti (2019:18) terdapat empat variabel kritis yang berpengaruh
dalam mengimplementasikan kebijakan diantaranya ialah:
1) Komunikasi (communication)
2) Sumberdaya (resources)
3) Disposisi sikap (disposition)
4) Struktur Birokrasi (bureaucatic structure)

2. Menurut Model Van Meter dan Van Horn


Dalam buku Implementasi Kebijakan Publik (2019:41), terdapat 6
faktor yang dapat mempengaruhi implementasi kebijakan diantaranya:
1) Standar dan sasaran kebijakan,
2) Sumber daya
3) Komunikasi antar organisasi
4) Karakteristik agen pelaksana (implementor)
5) Kecenderungan (disposition) pelaksana/implementor
6) Kondisi ekonomi, sosial dan politik

3. Menurut Model Mazmanian dan Sabatier


Menurut Paul Sabatier (1986) dalam buku Implementasi Kebijakan
Publik (2019:48), mengidentifikasikan tiga variabel bebas yang dapat
mempengaruhi keberhasilan kebijakan diantaranya ialah:
1) Mudah/sulitnya mengendalikan masalah yang dihadapi meliputi
indikator: kesulitan teknis, keragaman perilaku kelompok sasaran,
presentase kelompok sasaran dibandingkan dengan jumlah
penduduk, serta ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan.
2) Kemampuan kebijakan untuk mensistematisasi proses
implementasinya dengan indikator: kejelasan dan konsistensi tujuan,
11

ketepatan alokasi sumberdaya, keterpaduan hieraki dalam dan


diantara lembaga pelaksana, aturan keputusan dari badan pelaksana
serta akses pihak luar secara formal.
3) Pengaruh langsung variabel politik/kepentingan terhadap tujuan
yang termuat dalam kebijakan. Meliputi, kondisi sosial, ekonomi dan
teknologi, dukungan politik, sikap dan sumberdaya yang dimiliki
kelompok, dukungan dari pejabat atasan serta komitmen dan
kemampuan pejabat pelaksana .

4. Menurut Model Grindle


Menurut Merilee S. Grindle dalam Subarsono (2006:93),
keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni:
1) Isi kebijakan (content of policy)
Seperti, tipe manfaat yang dihasilkan, derajat perubahan yang
diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan, pelaksana program,
sumberdaya yang dihasilkan serta kepentingan kelompok sasaran.
2) Lingkungan implementasi (context of implementation)
Seperti, kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat,
karakteristik lembaga pelaksana, serta kepatuhan dan daya tanggap
para pelaksana kebijakan.

5. Menurut Model Manajemen Sistem-Sistem


Menurut Elmore dalam Hill, (1997:315) faktor yang
mempengaruhi pengimplementasian kebijakan ialah asumsi-asumsi dari
organisasi yang terdiri dari mainstream serta tradisi rasionalis dari
analisis kebijakan.

6. Menurut Model Perkembangan Organisasi


Menurut Elmore dalam Hill, (1997:315) faktor yang
mempengaruhi pengimplementasian kebijakan ialah konflik antara
kebutuhan-kebutuhan individu serta tuntutan hidup organisasi.
12

7. Menurut Model Proses Birokrasi


Menurut Elmore dalam Hill, (1997:315) faktor yang
mempengaruhi pengimplementasian kebijakan ialah interaksi antara nilai
dan direksi dalam organisasi serta sifat dari organisasi tersebut.

8. Menurut Model Konflik tawar-menawar


Menurut Elmore dalam Hill, (1997:315) faktor yang
mempengaruhi pengimplementasian kebijakan ialah konflik/persaingan
antar individu dan subunit untuk memperoleh keuntungan, serta distribusi
kekuasaan dalam organisasi.

9. Menurut Model Smith


Menurut Smith dan Islamy (2004), dalam buku Kebijakan Publik
dan implikasinya diera otonomi daerah (2022:92) implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh empat varibel, yaitu:
1) Idealized policy,
Merupakan pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan
dengan tujuan untuk mendorong, memperngaruhi dan merangsang
target grup untuk melaksanakannya.
2) Target grups,
Merupakan bagian dari stakeholders yang diharapkan dapat
mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh
perumus kebijakan.
3) Implementing organization,
Merupakan badan-badan pelaksana yang bertanggung jawab dalam
implementasi kebijakan.
4) Environmental factor,
Merupakan unsur-unsur didalam lingkungan yang mempengaruhi
implementasi kebijakan seperti aspek budaya, sosial, ekonomi dan
politik.
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Terdapat empat jenis model yang terdapat dalam teori pendekatan top-down
diantaranya ialah model teori Edwards III, model Van Meter dan Van Horn,
Model A Framework For Policy Implementation Analysist, serta model
Grindle. Adapun dalam teori pendekatan Bottom-Up terdapat lima jenis
model yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengimplementasian
kebijakan diantaranya ialah, model manajemen sistem-sistem, model
perkembangan Organisasi, model proses birokrasi, model konflik tawar-
menawar, serta model Smith.
2. Salah satu contoh dari model teori top-down ialah model Of The Policy
Implementation yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn seperti,
dilaksanakannya program upaya pecegahan narkoba pada remaja dengan
memperhatikan faktor ukuran dan tujuan dari kebijakan tersebut, sumber
daya yang tersedia, karakteristik agen pelaksana, sikap dan kecenderungan
para pelaksana, serta komunikasi antar organisasi antar lingkungan sosial,
ekonomi dan politik. Sedangkan contoh implementasi dari model teori
Bottom-up (Smith) ialah, dilaksanakannya kegiatan pemantauan status gizi
balita, ibu hamil dan WUS, sebagai upaya tindak lanjut dari Peraturan
Presiden nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting,
dengan memperhatikan pola interaksi masyarakat, kelompok sasaran, badan
pelaksana serta lingkungan.
3. Adapun determinan dalam mengimplementasikan kebijakan menurut model
Grindle ialah, Isi dari sebuah kebijakan (content of policy) serta Lingkungan
implementasi (context of implementation). Sedangkan menurut model
Smith ialah, idealized policy (pola interaksi), Target group (sasaran),
Implementing organization (badan pelaksana/birokrasi), serta environmental
factor (faktor lingkungan).
DAFTAR PUSTAKA

Hernimawati.2018.Model Implementasi Kebijakan Penataan Reklame.


Surabaya:Jakad Publishing.
Maranda,Habil. 2018. Teori dan Model Kebijakan Publik.
https://www.researchgate.net/publication/326405219_Teori_dan_Model_Im
plementasi_Kebijakan_Publik. diakses pada 9 November 2022.
Mulyono.2009. Model Proses Implementasi Kebijakan (Van Meter And Van
Horn).https://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/29/model-proses-
implementasi-kebijakan-van-meter-and-van-horn/. Diakses pada 9
November 2022.
Amprilah,bekti. 2021. Pendekatan Perencanaan top-down dan bottom up.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-syarif-
hidayatullah-jakarta/manajemen-pendidikan/makalah-top-down-dan-
bottom-up/27375514. diakses pada 9 November 2022.
Wahab, Solichin Abdul. 2011. Analisis Kebijakan–Dari Formulasi ke
Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wibawa,Dkk. 1994. Pengertian implementasi kebijakan menurut van meter dan
van horn.
Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung:AIPI Bandung.
Determinan implementasi kebijakan menurut Smith dan Islamy (2004), dalam
buku Kebijakan Publik dan implikasinya diera otonomi daerah (2022:92).
Determinan Implementasi Kebijakan menurut Merilee S. Grindle dalam
Subarsono (2006:93).
Determinan implementasi kebijakan menurut Paul Sabatier (1986) dalam buku
Implementasi Kebijakan Publik (2019:48).
Determinan implementasi kebijakan menurut Edwards III (2003), dalam buku
Implementasi standar Pelayanan Minimal bidang sosial terkait pelaksanaan
rehabilitasi sosial didalam panti (2019:18).
Perbedaan teori Top-down dan Bottom-up menurut Sabatier (1984) dalam
Purwanto dan Sulistyastuti (2012:48).

Anda mungkin juga menyukai