Anda di halaman 1dari 30

RESUME 4 BAB BUKU

KEBIJAKAN PUBLIK
MATA KULIAH: KEBIJAKAN PUBLIK
DOSEN PENGAMPU: DR. RANIASA PUTRA, S.IP., M.SI
DISUSUN OLEH:

LEONY RIZATI
07011182227139
KELAS C INDRALAYA
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Kebijakan Publik: Implementasi dan Pengendalian Kebijakan


Penulis : Dr. Riant Nugroho
Tahun Terbit : 2018
Kota Penerbit: Jakarta
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
POKOK PEMBAHASAN
BAB 1 PENDAHULUAN: BAB 3:
KEBIJAKAN SEBAGAI PROSES PENGENDALIAN I KEBIJAKAN
Kebijakan sebagai Proses Konsep dan Dimensi Pengendalian
Model Proses Kebijakan Publik Kebijakan
Tujuan Monitoring
Metode Memonitor
BAB 2:
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
BAB 9:
Implementasi Kebijakan MENEJEMEN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
Model Implementasi Kebijakan Publik
Aktor Implementasi Kebijakan Publik Evaluasi Kebijakan
Prinsip Pokok Implementasi Kebijakan Tujuan Evaluasi Kebijakan
Publik yang EFektif Model Evaluasi Kebijakan Publik
BAB 1 PENDAHULUAN:
KEBIJAKAN SEBAGAI PROSES
Kebijakan sebagai Proses
Manajemen dalam konteks proses dipahami sebagai perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Secara umum,
pengetahuan tentang manajemen kebijakan publik, berhenti di proses
atau sekuensi. Itu pun, prosesnya dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Tahap 1: masalah kebijakan
b) Tahap 2: perumusan kebijakan
c) Tahap 3: implementasi kebijakan
d) Tahap 4: evaluasi kebijakan
Kebijakan sebagai Proses
Proses Kebijakan Publik dari ilmu manajemen berkenaan dengan lima tahap.
1. Planning: tahap kebijakan direncanakan untuk dibuat. Pekerjaannya meliputi penyusunan
rencana untuk membuat suatu kebijakan.
2. Formulating: tahap ketika kebijakan dirumuskan dan ditetapkan. Pada tahap ini, ada
proses pembuatan (perumusan) kebijakan sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat.
3. Implementing: tahap ketika kebijakan dilaksanakan oleh organisasi yang ada atau yang
akan dibuat.
4. Leading: kebijakan publik harus dipimpin. Kebijakan publik adalah urusan pemimpin,
bukan urusan staf, sehingga pemimpin harus memimpin sendiri pelaksanaan kebijakan.
5. Controlling: kebijakan publik harus dikendalikan agar terkendali.
Model Proses Kebijakan Publik
Model proses kebijakan yang paling klasik dari
David Easton melakukan analogi dengan sistem
biologi. Pada dasarnya sistem biologi merupakan
proses interaksi antara mahluk hidup dengan
lingkungannya, yang akhirnya menciptakan
kelangsungan perubahan hidup yang relatif stabil.
Dalam konteks ini Easton mengibaratkannya
sebagai kehidupan sistem politik. Kebijakan
Gambar 1.1 Pendekatan Sistem dari Easton
publik dengan model sistem mengandaikan
bahwa kebijakan merupakan hasil atau output dari
sistem (politik). Seperti dipelajari dalam ilmu
politik, maka sistem politik terdiri dari input.
Model Proses Kebijakan Publik
Model dari Andersen, dkk menentukan agenda
kebijakan dengan cara memilih masalah yang
banyak mendapat perhatian. Lalu masuk formulasi
kebijakan mengusulkan upaya apa untuk
menangani masalah tersebut. Kemudian adopsi
kebijakan dengan cara mengembangkan usulan
tertentu agar kebijakan dapat disahkan. Setelah
kebijakan sah, kebijakan yang telah dibuat bisa Gambar 1.2 Proses Kebijakan dari Andersen, dkk.
diimplementasikan oleh pemerintah. Terakhir,
kebijakan yang telah diterapkan akan dievaluasi
dampaknya, apakah berhasil atau tidak beserta
alasan-alasan yang mendukung.
Model Proses Kebijakan Publik
Kebijakan publik mempunyai proses “saling Penyederhanaan model proses kebijakan publik:
mengembangkan” dalam bentuk kontribusi
“value” antar sub-sistem. Value yang
dimasukkan pada tahap perumusan akan
diberikan kepada tahap implementasi. Value
yang dimasukkan pada tahap implementasi
akan mempengaruhi tahap kinerja kebijakan.
Value yang dipilih di lingkungan kebijakan
akan berdampak kepada setiap tahap, baik
perumusan, implementasi, maupun kinerja.

Gambar 1.3 Value Chain dalam Proses Kebijakan


BAB 2:
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan pada prinsipnya Model implementasi kebijakan di Indonesia
adalah cara agar sebuah kebijakan dapat masih menganut model continentalist:
mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak
kurang. Untuk mengimplementasikan
kebijakan publik, maka ada dua pilihan
langkah yang ada, yaitu langsung
mengimplementasikan dalam bentuk
program-program atau melalui formulasi
kebijakan derivat atau turunan dari
kebijakan publik tersebut.

Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan


Implementasi Kebijakan
Misi adalah yang pertama, karena misi Rangkaian implementasi kebijakan:
melekat kepada organisasi. Setiap pemimpin
organisasi juga harus mempunyai visi ke
mana organisasi akan dibawa selama di
bawah kepemimpinannya. Karena visi adalah
rumusan umum mengenai keadaan yang
diinginkan pada akhir periode perencanaan.

Gambar 2.2 Sekuensi Implementasi Kebijakan


Implementasi Kebijakan
Kombinasi antara misi (organisasi) dan visi
(pemimpin) tertuang dalam bentuk strategi. Kebijakan menghasilkan program-program
Penjabaran dari visi adalah strategi atau yang kemudian diturunkan menjadi proyek-
rencana. Strategi adalah arah makro atau proyek, dan akhirnya berwujud pada
politik dari upaya pencapaian tujuan. Strategi kegiatan-kegiatan, baik yang dilakukan oleh
ini dieksekusi dalam bentuk kebijakan- pemerintah, masyarakat maupun kerjasama
kebijakan baik yang bersifat publik maupun pemerintah-masyarakat. Program, proyek,
non-publik. dan kegiatan merupakan bagian dari
implementasi kebijakan.Hasilnya berupa
“produk” yang merupakan materialisasi dari
visi.
Model Implementasi Kebijakan Publik
Untuk mewujudkan implementasi kebijakan,
maka diperlukan model-model implementasi
kebijakan. Model pertama adalah model klasik,
yang diperkenalkan oleh Donald Van Meter dan
Carl Van Horn (1975). Model ini mengandaikan
bahwa implementasi kebijakan berjalan secara
linear dari kebijakan publik, implementor, dan
kinerja kebijakan publik.
Gambar 2.3 Model Donald Van Meter dan Carl Van Horn
Variabel yang memengaruhi kebijakan publik yaitu.
Aktivitas implementasi dan komunikasi antar Kondisi ekonomi, sosial dan politik.
organisasi. Disposition implementor
Karakteristik dari agen pelaksana/implementor.
Model Implementasi Kebijakan Publik
Model kedua adalah model yang dikembangkan oleh Daniel
Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983) mengemukakan bahwa
implementasi adalah upaya melaksanakan keputuan kebijakan.
Model ini juga disebut sebagai model Kerangka Analisis
Implementasi (A Framework for Implementation Analysis).
Variabel yang memengaruhi kebijakan publik yaitu.
Variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah
dikendalikan.
Variabel intervening: yaitu variabel kemampuan kebijakan.
Variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses
implementasi.
Gambar 2.4 Model Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier
Model Implementasi Kebijakan Publik
Model ketiga adalah model Brian W. Hoogwood dan Lewis A. Gun (1978). Menurut kedua pakar ini, untuk
melakukan implementasi kebijakan diperlukan beberapa syarat.
1. Syarat pertama berkenaan dengan jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga/badan
pelaksana tidak akan menimbulkan masalah yang besar.
2. Syarat kedua adalah apakah untuk melaksanakannya tersedia sumber daya yang memadai, termasuk sumber
daya waktu.
3. Syarat ketiga adalah apakah perpeduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar menyangkut dalam ada.
4. Syarat keempat adalah apakah kebijakan yang akan diimplementasikan didasari hubungan kausal yang andal.
5. Syarat kelima adalah seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi.
Model Implementasi Kebijakan Publik
Model keempat adalah dari Malcolm Goggin, Ann
Bowman, dan James Lester. Mereka mengembangkan
apa yang disebutnya “communication model” untuk
implementasi kebijakan, yang disebutnya sebagai
“Generasi Ketiga Model Implementasi Kebijakan”
yang “lebih ilmiah” dengan mengedepankan
pendekatan “metode penelitian” dan meletakkan
faktor “komunikasi” sebagai penggerak dalam
implementasi kebijakan.

Gambar 2.5 Model Moggin, dkk.


Model Implementasi Kebijakan Publik
Model kelima adalah model Merilee S. Grindle
(1980). Model Grindle ditentukan oleh isi
kebijakan dan konteks implementasinya. Ide
dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan
ditransformasikan, maka implementasi kebijakan
dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh
derajat implementability dari kebijakan tersebut.

Gambar 2.6 Model Grindle


Aktor Implementasi Kebijakan Publik
1. Pemerintah, bertugas untuk kebijakan yang
termasuk dalam kategori directed atau
berkenaan dengan eksistensi negara bangsa.
2. Pemerintah pelaku utama, Masyarakat pelaku
pendamping. Melaksanakan kebijakan-
kebijakan yang goverment driven policy.
3. Masyarakat pelaku utama, Pemerintah pelaku
pendamping. Melaksanakan kebijakan-
kebijakan yang societal driven policy.
4. Masyarakat sendiri, yang dapat disebut
Gambar 2.7 Aktor Implementasi Kebijakan
sebagai people (atau private) driven policy.
BAB 3:
PENGENDALIAN KEBIJAKAN
Konsep dan Dimensi Pengendalian Kebijakan
Kebijakan publik dalam sebuah Pengendalian kebijakan terdiri dari tiga
manajemen mengagendakan pemahaman dimensi:
bahwa kebijakan publik harus 1. Monitoring kebijakan, atau pengawasan
dikendalikan. Jadi, daripada kebijakan.
mempergunakan frasa evalusasi 2. Evaluasi kebijakan.
kebijakan, penulis memilih untuk 3. Pengganjaran kebijakan.
menggunakan istilah pengendalian
kebijakan.
Tujuan Monitoring
Kebijakan Publik
1. Menghindarkan terjadinya penyimpanga,
sehingga dapat diluruskan.
2. Memastikan proses implementasi sesuai Metode Monitoring
dengan model im plementasi yang sesuai.
3. Memastikan bahwa implementasi kebijakan Kebijakan Publik
menuju ke arah kinerja kebijakan yang
dikehendaki. 1. Model survei ke lapangan.
2. Model pemanfaatan ahli melalui model delphi
ataupun diskusi kelompok terfokus.
3. Pengawasan di balik meja (desk monitoring)
dengan meman faatkan metode triangulasi,
baik triangulasi data maupun triangulasi teori.
BAB 9:
MENEJEMEN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Kebijakan Publik


Penulis : Ravyansah dkk
Tahun Terbit : 2022
Kota Penerbit: Padang
Penerbit : PT. Global Eksekutif Teknologi
Evaluasi Kebijakan
Widyoka, dkk (2018) kegiatan evaluasi merupakan penilaian data-data yang dikumpulkan melalui
asesmen. Pengumpulan data dilakukan mendasarkan pada metode dengan memperhatikan kredibilitas
sumber data, akurasi alat ukur dan tehnik pengumpulan data sesuai dengan karakteristik instrument.
Mulyadi, dkk (2015) menguraikan pemahaman evaluasi dengan mendasarkan diri pada kutipan dari
Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current. “Evaluation is to find out, decide the amount or value”
Evaluasi adalah suatu upaya untuk menentukan jumlah atau nilai. Evaluasi di gunakan untuk menilai dan
mebandingkan efektifitas capaian kegiatan.

Tujuan evaluasi kebijakan yaitu.


1. Political Evaluation (evaluasi untuk kepentingan politik).
2. Organizational evaluation. Evaluasi untuk kepentingan organisasi.
3. Substantive evaluation (evaluasi yang bersifat substantif atau nyata).
Model Evaluasi Kebijakan
a) Model Helmut Wollman b) Model Wlilliam Dunn
1. Ex-ante evaluation. Evaluasi kebijakan 1. Evaluasi memberi informasi valid dan dapat
publik dilakukan sebelum kebijakan dipercaya mengenai kinerja kebijakan.
diimplementasikan. 2. Evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi
2. Ongoing Evaluation. Dimaksudkan untuk dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari
mengidentifikasi dan mengukur dampak capaian tujuan dan target kebijakan publik.
dan hasil pelaksanaan kebijakan publik 3. Evaluasi kebijakan publik memberi kontribusi
yang sedang berjalan. aplikasi metode analisis kebijakan,
3. Ex-post evaluation merupakan varian 4. Evaluasi kebijakan publik juga dapat
klasik evaluasi kebijakan publik. dimaksudkan untuk mendefinisikan alternative
kebijakan baru atau merevisi kebijakan yang ada.
Model Evaluasi Kebijakan
c) Model Lester dan Steward d) Model Anderson
1. Evaluasi kebijakan publik tipe proses. 1. Pertama, evaluasi implementasi kebijakan
2. Evaluasi kebijakan publi tipe dampak. publik diasumsikan sebagai kegiatan
3. Tipe evaluasi kebijakan publik untuk fungsional.
menguji kesesuaian antara hasil 2. Kedua, evaluasi implementasi kebijakan
kebijakan dengan tujuan yang ingin publik fokus pada bekerjanya kebijakan.
dicapai. 3. Ketiga, evaluasi implementasi kebijakan
4. Evaluasi kebijakan public tipe meta bersifat sistematis.
evaluasi.
Model Evaluasi Kebijakan
e) Model Jones
1. Political evaluation (evaluasi bersifat politis) dilakukan untuk melihat manfaat program bagi negara.
Evaluasi ini untuk memperoleh data dan informasi tingkat penerimaan publik dan dukungan media
masa terkait dengan elektoral (keterpilihan) politik.
2. Organizational evaluation (evaluasi yang bersifat organisasional) dilakukan untuk mendapatkan
jawaban tentang dukungan dukungan bagi badan-badan pelaksana. Apakah manfaat bagi badan-
badan tersebut melebihi biaya yang dikeluarkan.
3. Substantive evaluation (evaluasi yang substantif atau bersifat nyata) dilakukan untuk melihat
apakah kebijakan atau program yang dilakukan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik
secara hukum maupun substansi tujuan kebijakan yang ingin dicapai.
Terima Kasih
Semoga ilmu yang disampaikan bisa bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai