TUGAS II
DISUSUN OLEH :
MOHAMAD RIHANDRA ADIARTA
NIM : 530029097
PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS TERBUKA
2020
I. PENDAHULUAN
Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena di sini masalah-
masalah yang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman
utama adalah konsistensi implementasi. Pendekatan dalam implementasi kebijakan
publik oleh Peter deLeon dan Linda deLeon (2001) dikelompokkan menjadi tiga
generasi. Generasi pertama, yaitu pada tahun 1970-an, memahami implementasi
kebijakan sebagai masalah-masalah yang terjadi antara kebijakan dan eksekusinya.
Mempergunakan pendekatan ini, antara lain: Graham T. Allison dengan studi kasus
misil kuba (1971, 1979). Pada generasi ini implementasi kebijakan berhimpitan studi
pengambilan keputusan di sektor publik.
Generasi kedua, tahun 1980-an, adalah generasi yang mengembangkan pendekatan
implementasi kebijakan yang bersifat “dari atas ke bawah” (top-downer perspective).
Perspektif ini lebih fokus pada tugas birokrasi untuk melaksanakan kebijakan yang
telah diputuskan secara politik. Para ilmuwan sosial yang mengembangkan pendekatan
ini adalah Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (1983), dan Paul Berman (1980). Pada
saat yang sama, muncul pendekatan bottom-upper yang dikembangkan oleh Michael
Lipsky (1971, 1980), dan Benny Hjern (1982, 1983).
Generasi ketiga, tahun 1990-an, dikembangkan oleh ilmuwan sosial Malcolm L.
Goggin (1990), memperkenalkan pemikiran bahwa variabel perilaku aktor pelaksana
implementasi kebijakan lebih menentukan keberhasilan implementasi kebijakan. Pada
saat yang sama, muncul pendekatan kontijensi atau situsional dalam implementasi
kebijakan yang mengemukakan bahwa implementasi kebijakan banyak didukung oleh
adaptabilitas implementasi kebijakan tersebut. Para ilmuwan yang mengembangkan
yang mengembangkan pendekatan ini adalah antara lain Richard Matland (1995),
Helen Ingram (1990), dan Denise Scheberle (1997).
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Saja Model Dalam Implementasi Kebijakan Publik?
B. Bagaimana Konflik Konflik Kecenderungan?
C. Apa Saja Faktor Penentu Implementasi Kebijakan Publik?
III. PEMBAHASAN
4. Model Goggin
Malcolm Goggin, Ann Bowman, dan James Lester mengembangkan apa yang
disebutnya sebagai “communication model” untuk implementasi kebijakan yang
disebutnya sebagai “generasi ketiga model implementasi kebijakan” (1990). Goggin dan
kawan-kawan bertujuan mengembangkan sebuah model implementasi kebijakan yang
lebih ilmiah dengan mengedepankan pendekatan metode penelitian dengan adanya
variabel independen, intervening, dan dependen, dan meletakkan komunikasi sebagai
penggerak dalam implementasi kebijakan.
5. Model Grindle
Model ini adalah model Merilee S. Grindle (1980). Model Implementasi Kebijakan
Publik yang dikemukakan Grindle (1980:7) menuturkan bahwa Keberhasilan proses
implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan
program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh Content
of Policy (isi kebijakan) dan Contex of Implementation (konteks implementasinya). Isi
kebijakan yang dimaksud meliputi:
a. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan (interest affected).
b. Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit).
c. Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned).
d. Kedudukan pembuat kebijakan (site of decision making).
e. Para pelaksana program (program implementators).
f. Sumber daya yang dikerahkan (Resources commited).
Sedangkan konteks implementasi yang dimaksud:
a. Kekuasaan (power).
b. Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest strategies of actors involved).
c. Karakteristik lembaga dan penguasa (institution and regime characteristics).
d. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and responsiveness).
7. Model Edward
George Edward III (1980, 1) menegaskan bahwa masalah utama administrasi publik
adalah lack of attention to implementation. Dikatakannya, without effective
implementation the decission of policymakers will not be carried out successfully.
Edward menyarankan untuk memperhatikan empat isu pokok agar implementasi
kebijakan menjadi efektif, yaitu communication, resource, disposition or attitudes, dan
beureucratic structures.
a. Komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan pada
organisasi dan/atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan,
sikap dan tanggap dari pihak yang terlibat, dan bagaimana struktur organisasi
pelaksana kebijakan.
b. Resources berkenaan dengan ketersediaan sumber daya pendukung, khususnya
sumber daya manusia. Hal ini berkenaan dengan kecakapan pelaksana kebijakan
publik untuk carry out kebijakan secara efektif.
c. Disposition berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk carry out
kebijakan publik tersebut, kecakapaan saja tidak mencukupi, tanpa kesediaan dan
komitmen untuk melaksanakan kebijakan.
d. Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi
penyelenggara implementasi kebijakan publik. Tantangan adalah bagaimana agar
tidak terjadi beureucratic fragmentation karena struktur ini menjadikan proses
implementasi menjadi jauh dari efektif. Di Indonesia sering terjadi inefektivitas
implementasi kebijakan karena kurangnya koordinasi dan kerja sama di antara
lembaga-lembaga negara dan/ atau pemerintahan.[1]
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pertama adalah model yang paling klasik, yakni model yang diperkenalkan
oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn (1975). Model ini mengandaikan bahwa
implementasi kebijakan berjalan seara linear dari kebijakan publik, implementator,
dan kinerja kebijakan publik. Model yang kedua adalah model yang dikembangkan
Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983) yang mengemukakan bahwa
implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Model ketiga adalah
Model Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (1978), untuk dapat
mengimplementasikan kebijakan secara sempurna, maka diperlukan beberapa
persayaratan tertentu. Malcolm Goggin, Ann Bowman, dan James Lester
mengembangkan apa yang disebutnya sebagai “communication model” untuk
implementasi kebijakan yang disebutnya sebagai “generasi ketiga model implementasi
kebijakan” (1990). Goggin dan kawan-kawan bertujuan mengembangkan sebuah
model implementasi kebijakan yang lebih ilmiah dengan mengedepankan pendekatan
metode penelitian dengan adanya variabel independen, intervening, dan dependen, dan
meletakkan komunikasi sebagai penggerak dalam implementasi kebijakan. Model ini
adalah model Merilee S. Grindle (1980). Model Implementasi Kebijakan Publik yang
dikemukakan Grindle (1980:7) menuturkan bahwa Keberhasilan proses implementasi
kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang
telah dirancang dan pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh Content of Policy (isi
kebijakan) dan Contex of Implementation (konteks implementasinya).
B. Kritik Saran
Sekian makalah dari kami apabila ada kata kata yang salah kami mohon maaf
karena sebagai manusia biasa kami tak luput dari kesalahan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA