Anda di halaman 1dari 23

KEBIJAKAN PUBLIK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK


Dosen Pengampu :

Disusun oleh :

Kelompok 5

Ibrahim Roisul Aziz (1816041006)


Agnessa Shalsabila (1816041018)
Ariansyah Lubis (1816041050)
Fijay Grunanta (1816041068)
Kuswandi (1816041066)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa nikmat iman, ilmu
dan amal. Berkat rahmat dan karunia-nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Kebijakan publik tentang implementasi kebijakan

Terimakasih penulis ucapkan kepada ibu ani selaku dosen pengampu mata
kuliah kebijakan publik, yang telah memberikan arahan dan bimbingan terkait tugas
makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau, penulis tidak akan dapat menyelesaikan
tugas ini sesuai dengan format dan waktu yang telah di tentukan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan penulisan
makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca. Aamiin.

Bandar Lampung,23 agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan Pembelajaran

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian

2.2 Tujuan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan public adalah produk hokum yang diperoleh melalui proses kegiatan
atau tindakan yang bersifat administrative, ilmiah dan politik yang dibuat oleh
pembuat kebijakan (policy maker) dan pemangku kebijakan terkait.Suatu
kebijakan terkait bukan hanya proses formulasi dan melegetimasi kebijakan
saja,tetapi terkait dengan implementasi dan evaluasinya.Baik apapun suatu
substansi kebijakan public yang dibuat atau diformulasikan,tidak akan berguna
jika tidak terimplementasikan dengan baik dan sukses.

Implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan individu dan


kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan pada pencapaian tujuan
sasaran yang ditetapkan.Implementasi kebijakan juga sebagai proses keputusan
kebijakan yang dibuat oleh lembaga pemerintah.

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar semua kebijakan


dapat mencapai tujuannyatidak lebih dan kurang.Untuk mengimplementasikan
kebijakan publik,maka ada dua pilihan langkah yang ada,yaitu langsung
mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi
kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan tersebut.Proses implementasi
kebijakan public baru dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan politik
telah ditetapkan,program-program telah dibuat,dan dana telah dialokasikan
untuk pencapaian kebijakan tersebut,dan implementasi kebijakan bila
dipandang dalam penegrtian yang luas,merupakan alat administrasi hokum
dimana berbagai aktor,organisasi,prosedur,dan teknik yang bekerja bersama-
sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang
diinginkan.
Dalam setiap perumusan kebijakan yang menyangkut program maupun
kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan tindakan pelaksanaan atau
implementasi.Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka
tidak akan banyak berarti.Implemetasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut
paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik kedalam
prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi,melainkan lebih dari itu,ia
menyangkut masalah konflik keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari
suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 1990 : 59).

1.2 Rumusan Masalah

A. Bagaimana konsep terhadap implementasi kebijakan publik ?

B. Apa faktoryang mendukung dan menghambat dalam menentukan keberhasilan


implementasi kebijakan ?

C. Apa makna dari implementasi kebijakan publik?

D. Model-model dalam implementasi kebijakan ?

E. Bagaimana proses implementasi kebijakan?

F. Studi kasus mengenai implementasi kebijakan publik ?

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Mengetahui konsep implementasi kebijakan publik


2. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam
menentukan keberhasilan implementasi kebijakan
3. Mengetahui makna dan model dari implementasi kebijakan publik
4. Mengetahui Bagaimana proses implementasi kebijakan
5. Mengetahui studi kasus yang akan dianalisa berkaitan dengan implementasi
kebijakan publik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dalam Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang strategis dalam proses


kebijakan publik.suatu kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak
atau tujuan yang diinginkan .Tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai
sebelum tujuan dan sasaran ditetapkan terlebih dahulu yang dilakukan oleh formulasi
kebijakan .Dengan demikian,tahap implementasi kebijakan terjadi hanya setelah
undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi
kebijakan tersebut.

Menurut Lane,Implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua


bagian.Pertama,Implementasi = F (intention,Output,Outcome).sesuai definisi
tersebut,implementasi merupakan fungsi yang terdiri maksud dan tujuan,hasil sebagai
produk dan hasil dari akibat. Kedua,Implementasi merupakan persamaan fungsi dari
implementation=F(Policy,formator,implementor,initiator,time).Grindle(1980;7)
menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan
sasaran telah ditetapkan,program kegiatan telah tesusun dan dana telah siap dan telah
disalurkan untuk mencapai sasaran.

Selanjutnya bahwa implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar


sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan nya.untuk mengimplementasikan kebijakan
publik ada dua pilihan langkah yang ada yaitu langsung mengimplemntasikannya
dalam bentuk program atau melalui kebijakan turunan dan kebijakan publik tersebut.

Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut.


Implementasi kebijakan diperlukan karena berbagai alasan atau perspektif.
Berdasarkan perspektif masalah kebijakan, sebagaimana yang diperkenalkan oleh
Edwards III (1984: 9-10), implementasi kebijakan diperlukan karena adanya masalah
kebijakan yang perlu diatasi dan dipecahkan. Edwards III memperkenalkan pendekatan
masalah implementasi dengan mempertanyakan faktor-faktor apa yang mendukung
dan menghambat keberhasilan implementasi kebijakan. (awing, 2016)

2.2 Faktor Penentu Keberhasilan Implementasi


Faktor merupakan suatu kepastian dalam menilai keberhasilan suatu
implementasi kebijakan publik sehingga kurang hilangnya salah satu faktor
mempengaruhi sekali terhadap kinerja kebijakan tersebut.Faktor penentu keberhasilan
implementasi merupakan sangat penting bagi instansi pemerintahan daerah ditingkat
pusat,provinsi,dan kabupaten/kota sampai dengan kecamatan/desa adalah 4 unsur
yaitu:

1. Logika kebijakan itu sendiri


2. Kemampuan pelaksana dan ketersediaan sumber daya
3. Manajemen yang baik
4. Lingkungan dimana kebijakan diimplementasikan

I. Prasarat Keberhasilan Implementasi Kebijakan Publik


Ada 8 prasarat yang sangat penting dalam pelaksanaan penerapan
kebijakan publik oleh aparatur pemerintahan provinsi dan
kabupaten/kota harus perlu perhatian secara menyeluruh yaitu :
1.Tiadanya hambatan eksternal
2.Tersedianya resources yang memadai
3.Good Policy
4.Hubungan ketergantungan yang minimum
5.Pemahaman dan kesepakatan pada tujuan
6.Tugas ditetapkan dengan urutan yang tepat
7.Komunikasi dan koordinasi lancar efektif
8.Ada dukungan otoritas

II. Kegagalan Implementasi Kebijakan Publik


Implementasi kebijakan dapat gagal karena masalah ketidak tetapan
atau ketidak tegasan intern maupun ekstern atau kebijakan itu
sendiri,menunjukan adanya kekurangan yang menyangkut sumber daya
pembantu yaitu,tak bisa diimplementasikan ,oleh sebab itu faktor yang
dapat menimbulkan kegagalan dalam implementasi kebijakan yaitu :
1.Isu kebijakan.Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih
ketidaktetapan atau ketidak tegasan intern maupun ekstern atau
kebijakan itu sendiri,menunjukan adanya kekurangan menyangkut
sumber daya pembantu.
2.Informasi.Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan
adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan
maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan yang akan
dilakanakannya dan hasil-hasil dari kebijakan itu.
3.Dukungan.Impelementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada
pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

III. Faktor Lain Penyebab Publik Tak Mau Melaksanakan Kebijakan


(Anderson,1979)
Ada beberapa faktor mengapa publik atau masyarakat tidak mau
melaksanakan atau menentang kebijakan tersebut diantaranya adalah :
1.Kebijakan bertentangan dengan sistem nilai masyarakat
2.Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum
3.Keanggotaan seseorang dalam suatu organisasi/kelompok
4.Tidak adanya kepastian hukum

2.3Makna Implentasi Kebijakan Publik


A. Definisi
Implentasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat
mencapai tujuannya.Tidak lebih dan tidak kurang.Untuk mengimplementasikan
kebijakan publik,ada dua pilihan langkah yang ada langkah yang ada, yaitu langsung
mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivat
atau turunan dari kebijakan publik tersebut.Rangkaian implementasi kebijakan dapat
diamati dengan jelas yaitu dimulai dari program,ke proyek dan ke kegiatan.Model
tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim dalam manajemen,khususnya
manajemen sektor publik.Kebijakan diturunkan berupa program yang kemudian
diturunkan menjadi proyek,dan akhirnya berwujud pada kegiatan baik yang dilakukan
oleh pemerintah,masyarakat maupun kerjasama pemerintah dengan masyarakat.
Adapun makna implementasi menurut Daniel A.Mazmanian dan Paul Sabatier
(1979) sebagaimana dikutip dalam buku Solihin Abdul Wahab(2008: 65),mengatakan
bahwa: implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu
program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian
impelementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang
timbul sesudah disahkannya pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik
usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan dampak nyata
pada masyarakat atauu kejadian-kejadian (awing, 2016).Mengapa implementasi sangat
penting adalah :

1. Tanpa implementasi kebijakan tak akan bisa mewujudkan hasilnya.


2. Implementasi bukanlah proses yang sederhana,tetapi sangat kompleks dan
rumit.
3. Bentuk kepentingan antar aktor baik administrator,petugas lapangan,maupun
sasaran yang terjadi
4. Selama implementasi sering terjadi beragam interprestasi atas tujuan,target
maupun strateginya.
5. Implementasi dipengaruhi oleh berbagai variabel,baik variabel individual
maupun organisasional.
6. Dalam prakteknya sering terjadi kegagalan dalam implementasi.
7. Banyaknya kegagalan dalam implementasi kebijakan telah memunculkan
kajian baru dalam studi kebijakan yaitu studi implementasi kebijakan.
8. Guna melalui keberhasilan atau kinerja sebuah kebijakan maka dilakukan
evaluasi kebijakan.

Mazmanian dan Sabatier (1983); memberikan langkah-langkah melakukan


intervensi dalam implementasi sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah yang harus diintervensi
2. Menegaskan tujuan yang hendak dicapai
3. Merancang struktur proses implementasi

Dengan demikian program harus disusun secara jelas dan harus


dioperasionalkan dalam bentuk proyek.Jadi beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam implementasi adalah :
1. Pembentukan unit organisasi atau staf pelaksana upaya untuk
memahami dari tujuan kebijakan pemerintah benar-benar diwujudkan.
2. Penjabaran tujuan dalam berbagai aturan pelaksana (Standard operating
procedures/SOP).
3. Koordinasi berbagai sumber dan penegluaran pada kelompok sasaran
serta pembagian tugas diantara badan pelaksana.
4. Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan.

Jadi implementasi yaitu memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah


suatu program dinyatakan berlaku, diantaranya adalah kejadian dan
kegiatan timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan
yang mencakup usaha mengadministrasikan maupun usaha
menimbulkan dampak yang nyata pada masyarakat tersebut
mengidentifikasikan masalah yang dihadapi,menyebut secara tegas
tujuan yang hendak dicapai dan berbagai cara untuk
menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. (awing, 2018)

2.4 Model-model dalam implementasi kebijakan

Model-model implementasi kebijakan publik menurut parson secara garis besar


sebagai berikut: (hanif, 2016)

A. Model analisis kegagalan.


Model ini dapat dipahami dari definisi implementasi yang dikemukakan
sebagai berikut: implementasi sebagai proses interaksi penyusunan tujuan
dengan tindakan (Pressman dan Widavsky, 1973) implementasi sebagai politik
adaptasi saling menguntungkan (McLaughlin, 1975) dan implementasi sebagai
bentuk permainan (Bardach, 1997), (Putra, 2003).

B. Model rasional (top down).


Model ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor mana yang
membuat implementasi sukses. Pemahaman terhadap model ini dikemukakan
diantaranya oleh Van Meter dan Van Horn (1975) yang memakai pandangan
bahwa implementasi perlu mempertimbangkan isi atau tipe kebijakan, Hood
(1976) memandang implementasi sebagai administrasi yang sempurna. Gun
(1978) memandang beberapa syarat untuk mengimplementasikan kebijakan
secara sempurna. Grindle (1980) lebih memandang implementasi sebagai
proses politik dan administrasi. Sedangkan sebatier dan Mazmanian (1979)
melihat implementasi dari kerangka analisisnya. Posisi model top down yang
diambil oleh Sebatier dan Mazmanian terpusat pada hubungan antara
keputusan-keputusan dengan pencapaiannya, formulasi dengan
implementasinya, dan potensi hierarki dengan batas-batasnya, serta
kesungguhan implementers untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kebijakan tersebut. Model implementasi yang dikemukakan oleh Sebatier dan
Mazmanian pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan model pendekatan model
top down sebagaimana dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn (1975).
Hood (1976). Gun (1978). dan Grindle (1980) dalam hal perhatian terhadap
kebijakan dan lingkungan kebijakan. Hanya saja pemikiran Sebatier dan
Mazmanian menganggap bahwa suatu implementasi akan efektif apabila
birokrasi pelaksananya mematuhi apa yang telah digariskan oleh peraturan
(petunjuk pelaksanaan maupun teknis). Dengan demikian, dapat dipahami jika
model implementasi sebagaimana di kemukakan oleh Sebatier dan Mazmanian
lebih di fokuskan pada kesesuaian antara apa yang ditetapkan, digarisakan, atau
diatur dengan pelaksanaan program tersebut.

C. Model botton up.


Model ini merupakan kritikan terhadap model pendekatan top down terkait
dengan pentingnya faktor-faktor lain dan interaksi organisasi. Misalnya,
implementasi harus memperhatikan interaksi antara pemerintah dengan warga
Negara (Lipsky, 1971). Implementasi dalam konteks model ini dapat dipahami
dari beberapa definisi diantaranya, implementasi sebagai proses yang disusun
melalui konflik dan tawar menawar (Wetherley dan Lipsky, 1977), implmentasi
harus memakai multiple frameworks (Elmor,1978,1979). Implementasi harus
dianalisis dalam institusional structures (Hjren et al,1978), implementasi
kebijakan merupakan proses alur (Smith, 1973), (Putra, 2003). Menurut Putra
(2003:90) model proses atau alur yang dikemukakan oleh Smith ini melihat
proses kebijakan dari perspektif perubahan sosial dan politik, dimana kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk mengadakan perbaikan atau
perubahan dalam masyarakat sebagai kelompok sasaran. Dengan demikian,
dapat dipahami jika model implementasi sebagaimana dikemukakan oleh Smith
lebih memberikan fokus pada perubahan secara sosial dan politik yang
dirasakan oleh kelompok sasaran tersebut.

D. Model teori-teori hasil sintesis.


Model ini dapat dipahami dari definisi implementasi yang dikemukakan
sebagai berikut: implementasi sebagai evolusi (Majone dan Wildavsky, 1984),
implementasi sebagai pembelajaran (Browne dan Wildavsky, 1984),
implementasi sebagai policy action continuum (Lewis dan Flynn, 1978, 1979:
Barret dan Fudge, 1981), implementasi sebagai sirkuler leadership (Nakamura
dan Smallwood,1980), implementasi sebagai inter-organisasi (Hjern dan Porter
1981), implementasi dan tipe-tipe kebijakan (Ripley dan Franklin, 1982),
implementasi sebagai teori kontingensi (Alexander, 1985), implementasi
sebagai analisis kasus (Presman dan Wildavsky, 1973; Bullock dan M.
Lam,1986), implementasi sebagai manajemen sector publik (Hughes,1994).
2.5 Proses Implementasi Kebijakan Publik

Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektualyang


dilakukan di dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut
nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup penyusunan agenda, formulasi
kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan,dan penilaian kebijakan.
Sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, rekomendasi kebijakan,
monitoring, dan evaluasi kebijakan :

Tahap Karakteristik
Perumusan Masalah : Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi
yang menimbulkan masalah

Forecasting (Peramalan) : Memberikan informasi mengenai konsekuensi di


masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan,
termasuk apabila tidak membuat kebijakan.

Rekomendasi Kebijakan : Memberikan informasi mengenai manfaat bersih dari


setiap alternatif, dan merekomendasikan alternatif
kebijakan yang memberikan manfaat bersih paling
tinggi.

Monitoring Kebijakan : Memberikan informasi mengenai konsekuensi


sekarangdan masa lalu dari diterapkannya alternatif
kebijakan termasuk kendala-kendalanya

Evaluasi Kebijakan : Memberikan informasi mengenai kinerja atau hasil


dari suatu kebijakan

Dalam pandangan Ripley (1985), tahapan kebijakan publik digambarkan


sebagai berikut:

Dalam penyusunan agenda kebijakan ada tiga kegiatan yang perlu dilakukan yakni;

a) Membangun persepsi di kalangan stakeholders bahwa sebuah


fenomena benar-benar dianggap sebagai masalah. Sebab bisajadi suatu
gejala oleh sekelompok masyarakat tertentu dianggap masalah, tetapi
oleh sebagian masyarakat yang lain atau elite poltik bukan dianggap
sebagai masalah;

b) Membuat batasan masalah;


c) Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam
agenda pemerintah. Memobilisasi dukungan ini dapat dilakukan
dengan cara mengorganisir kelompok-kelompok yang ada dalam
masyarakat, kekuatan-kekuatan politik, publikasi melalui media
massa, dan sebagainya.

Pada tahap formulasi dan legitimasi kebijakan, analisis kebijakan perlu


mengumpulkan dan menganalisis informasi yang berhubungan dengan masalah yang
bersangkutan, kemudian berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan,
membangun dukungan dan melakukan negosiasi,sehingga sampai pada sebuah
kebijakan yang dipilih.

Tahap selanjutnya adalah implementasi kebijakan. Pada tahap ini perlu


dukungan sumberdaya, dan penyusunan organisasi pelaksana kebijakan.Dalam proses
implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi suatu
kebijakan berjalan dengan baik.

Dari tindakan kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak kebijakan,dan


proses selajutnya adalah evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak
kebijakan. Hasil evaluasi ini bermanfaat bagi penentuan kebijakan baru di masa yang
akan datang, agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan lebih berhasil.

1. Sebagai sebuah proses

suatu kebijakan terdiri dari berbagai tahapan, para ahli mengemukakan


berbagai versi terkait dengantahapan kebijakan. James E. Anderson, David W.
Brandy dan Charles Bullock III yang dikutip Riant (2012:527) membagi proses
kebijakan dalam lima tahapan, yakni:

a) Agenda kebijakan, pada tahap agenda kebijakan dilakukan prioritas terhadap


masalah-masalah serius yang hendak diselesaikan.

b) Formulasi kebijakan, pada tahap ini dilakukan pengembangan terhadap pilhan


atau alternatif tindakan atau program untuk menyelesaikan masalah.

c) Adopsi/penentuan kebijakan, mengembangkan salah satu alternatif yang telah


disepakati, yang selanjutnya dilakukan pelegalan atau pengesahan.

d) Implementasi kebijakan, pengaplikasian atau pelaksanaan kebijakan oleh


pemerintah.

e) Evaluasi kebijakan, melihat efektivitas kebijakan dalam penyelesaian


masalah.
2. Efektivitas Implementasi Kebijakan Publik

Efektivitas pelaksanaan kebijakan merupakan pengukuran terhadap tercapainya


tujuan kebijakan yang telah dirumuskan sebelumnya.Efektivitas implementasi
kebijakan berkaitan dengan sejauh mana implementasi yang dilakukan mencapai
tujuan kebijakan yang diharapkan. Riant (2012: 707-710) mengemukakan bahwa
terdapat lima “tepat” yang perlu dipenuhi dalam hal keefektifan implementasi
kebijakan.

a) Tepat kebijakan, ketepatan kebijakan dinilai dari sejauh mana kebijakan yang
ada telah bermuatan hal-hal yang memang memecahkan masalah yang
hendak dipecahkan. Apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan sesuai
karakter masalah yang hendak dipecahkan. Apakah kebijakan dibuat oleh
lembaga yang mempunyai kewenangan (misi kelembagaan) yang sesuai
dengan karakter kebijakan.

b) Tepat pelaksananya, terdapat tiga lembaga yang dapat menjadi implementor,


yaitu pemerintah, kerjasama antar pemerintah dan masyarakat/swasta, atau
implementasi kebijakan yang bersifat monopoli.

c) Tepat target, apakah target yang diintervensi sesuai dengan yang


direncanakan, tidak tumpang tindih atau bertentangan dengan intervensi
kebijakan lain. apakah target dalam kondisi siap diintervensi atau tidak. Dan
apakah intervensi implementasi kebijakan bersifat baru atau memperbarui
implementasi kebijakan sebelumnya.

d) Tepat lingkungan, lingkungan dalam hal ini terbagi menjadi lingkungan


internal kebijakan yang berkaitan dengan interaksi diantar perumus kebijakan
dan pelaksana kebijakan dengan lembaga lain yang terkait. Dan lingkungan
eksternal kebijakan yang berkaitan dengan persepsi publik akan kebijakan
dan implementasi kebijakan.

e) Tepat proses, terdiri atas tiga proses. Yaitu

 Policy Acceptance, publik memahami kebijakan sebagai aturan dan


pemerintah memahaminya sebagai tugas yang harus dilaksanakan.

 Policy adoption, publik menerima kebijakan sebagai aturan dan pemerintah


menerimanya sebagai tugas yang harus dilaksanakan.
 Strategic Readiness, publik siap melaksanakan atau menjadi bagian dari
kebijakan, dan birokrat siap menjadi pelaksana kebijakan.

Riant (2012: 710) juga menambahkan bahwa kelima tepat tersebut masih perlu
didukung oleh tiga jenis dukungan, yaitu dukungan politik, dukungan strategik, dan
dukungan teknis.

1.3 Studi Kasus Tentang Implementasi Kebijakan Kurikulum 2013


1. Landasan dan Prinsip-Prinsip Kurikulum 2013
Dalam setiap pengemangan kurikulum pasti ada landasan-landasan yang
digunakan. Berikut ini landasan-landasan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum 2013.
1. Landasan Filosofis
Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan. Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-
nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
2. Landasan Yuridis
Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang didasarkan
kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan.
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22
tahun 2006 tentang Standart isi.
a. RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang perubahan Metodologi
Pembelajaran dan Penataan Kurikulum.
b. PP. No.19 tahun 2005 tentang Standart Nasional pendidikan.
c. INPRES No. 1 tahun 2010, tentang percepatan pelaksanaan Prioritas
pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode
pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk
membentuk daya asing dan karakter bangsa.
d. Beberapa landasan yuridis dari Undang-Undang sebagai berikut:
1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. UU nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
3. UU no. 17 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka panjang
nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan rencana
pembangunan jangka menengah nasional, dan
4. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standart nasional
pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP no. 19 tahun 2005
tentang standart nasional pendidikan.
3. Landasan Konseptual
a. Relevansi pendidikan
b. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
c. Pembelajaran kontekstual
d. Pembelajaran aktif
e. Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh.

2. Implementasi Kurikulum 2013


Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang implementasi
kurikulum diantaranya sebagai berikut:
Pasal 1
Implementasi kurikulum 2013 pada sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs),
sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), dan sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK) dilakukan secara bertahap
mulai tahun pelajaran 2013/2014.
Pasal 2 (1) Implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang
mencangkup:
a. Pedoman penyusunan dan pengelolaan KTSP.
b. Pedoman pengembangan muatan lokal.
c. Pedoman kegiatan ekstrakurikuler
d. Pedoman umum pembelajaran, dan
e. Pedoman evaluasi kurikulum
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara
Pemerintah dengan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota.
1. Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala
sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
2. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
kurikulum secara nasional.
3. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
4. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan
profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan
kurikulum di kabupaten/kota terkait.
5. Strategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan
yaitu:
Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
b. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015
c. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012–
2014
d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk
SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari – Desember 2013
e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk
menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya
penanggulangan: Juli 2013 – 2016.
Dalam kurikulum 2013, guru dituntut untuk secara profesional
merancang pembelajaran afektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran,
memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran
dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria
keberhasilan. Berkaitan dengan hal tersebut akan dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut:
1. Merancang pembelajaran secar efektif dan bermakna.
2. Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum, dalam
pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal
tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan
berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
3. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat
kompleks karena melibatkan aspek pedagigis, psikologi, dan didaktis secara
bersamaan.
4. Mengorganisasikan pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengorganisasikan
pembelajaran secara efektif. Sedikitnya terdapat lima hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan pengorgsnisasian pembelajaran dalam
implementasi kurikulum 2013, yaitu pelaksanaan pembelajaran, pengadaan
dan pembinaan tenaga ahli, pendayagunaan tenaga ahli dan sumber daya
masyarakat, serta pengembangan dan penataan kebijakan.
5. Memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan tersebut antara lain
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learing), bermain peran,
pembelajaran partisipatif (participative teaching and learning), belajar tuntas
(mastery learning), dan pembelajaran konstruktivisme (constructivism
teaching and learning).
6. Melaksanakan pembelajaran, pembentukan kompetensi, dan karakter.
Pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2013 merupakan
keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi dan karakter peserta
didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut maka kompetensi inti,
kompetensi dasar, materi standart, indikator hasil belajar, dan waktu yang
harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehinga peserta
didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang
optmal.dalam hal ini, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik. Pada umumnya kegiatan pembelajaran
mencangkup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan
kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup.
Selanjutnya adalah perbedaan esensial kurikulum SD dan SMP antara
KTSP 2006 dan Kurikulum 2013.
KTSP 2006 Kurikulum 2013
Mata pelajaran tertentu mendukung Tiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi tertentu kompetensi
Mata pelajaran dirancang berdiri Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan
sendiri dan memilki kompetensi dasar yang lain
sendirian
Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
Tiap mata pelajaran diajarkan dengan Semua mata pelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang berbeda pendekatan yang sama, yaitu pendekatan saintifik
melalui mengamati, menanya, mencoba , menalar
TIK adalah mata pelajaran sendiri TIK merupakan sarana pembelajaran,
dipergunakan sebagai media pembelajaran mata
pelajaran lain.

Adapun perbedaan esensial kurikulum SMA/SMK dapat dilihat dalam tabel


berikut:
KTSP 2006 Kurikulum 2013
Mata pelajaran tertentu mendukung Tiap mata pelajaran mendukung semua
kompetensi tertentu kompetensi
Mata pelajaran dirancang berdiri Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan
sendiri dan memilki kompetensi dasar yang lain
sendirian
Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
Tiap mata pelajaran diajarkan dengan Semua mata pelajaran diajarkan dengan
pendekatan yang berbeda pendekatan yang sama, yaitu pendekatan
saintifik melalui mengamati, menanya,
mencoba , menalar
SMA ada penjurusan sejak kelas XI Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata
pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan
pendalaman minat.
SMA dan SMK tanpa kesamaan SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib
kompetensi yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan
ketrampilan, dan sikap.
Penjurusan di SMK sangat detail (sampai Penjurusan di SMK tidak terlalu detail, di
keahlian) dalamnya terdapat pengelompokan peminatan
dan pendalaman

Dalam pelaksanaannya, dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini


banyak ditemui beberapa keluhan guru. Beberapa keluhan guru dapat diketahui
melalui sumber informasi yang dihimpun dalam penjelasan sebagai berikut
1. Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD).
2. Guru Merasa Kurang Dilatih untuk Melaksanakan Kurikulum 2013 dalam
Kegiatan Pembelajarannya
Para guru Sekolah merasa kebingungan karena semula hanya tiga mata
pelajaran saja yang menggunakan kurikulum 2013 yaitu matematika, bahasa
Indonesia, dan sejarah namun tiba-tiba kurikulum 2013 diterapkan untuk semua
mata pelajaran padahal guru-guru lain selain matematika, bahasa Indonesia, dan
Sejarah belum dilatih bagaimana menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran
yang diampunya.
Pada kenyataannya, karena adanya perbedaan kemampuan dan
pengetahuan guru, belum semua guru mampu mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengamati fenomena yang
terjadi yang berhubungan dengan materi pelajarannya. Hal inilah salah satunya
yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Oleh karena itu,
sangat perlu bagi masing-masing sekolah mengadakan kegiatan :
1. Lesson study ataupun workshop yang membahas cara mengajarkan
kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013.
Menurut Sudrajat (2008) lesson study merupakan satu upaya meningkatkan
proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan
berkelanjutan oleh sekelompok guru. dengan berkolaborasi guru mampu
mengembangkan bagaimana siswa belajar dan bagaimana membelajarkan
siswa. Selain itu melalui lesson study guru dapat memperoleh pengetahuan
dari guru lainnya atau narasumber. Hal ini diperoleh melalui adanya umpan
balik dari anggota lesson study. Sehingga kemampuan guru semakin hari
semakin bertambah baik dengan melakukan contoh kemudian dikritisi
ataupun dari memperhatikan contoh kemudian mengkritisi.
2. Pertemuan antar sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013
Pertemuan ini mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang ditunjuk
melaksanakan kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap awal peneraan
pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir. Pertemuan ini penting
sebab sebagian sekolah merasa mampu menerapkan kurikulum baru dengan
baik, namun yang lain kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan
terjalin tukar menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di
masing-masing sekolah. (hanif, 2016)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan publik merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan


tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian
sumber daya alam dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat
banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara.

1. Jadi kebijakan merupakan persaingan, sinergi dan kompromi dari berbagai


gagasan para aktor pembuat kebijakan yang mewakili kepentingan-
kepentingan yang menyangkut issue publik. Sedangkan implementasi
merupakan suatu kajian kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan
dari suatu kebijakan. Implementasi kebijakan pada dasarnya adalah cara agar
sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya yaitu dengan langsung
mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi
kebijakan

2. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan ditunjang oleh suatu variable-


variabel penentu keberhasilan atau kegagalan suatu implementasi kebijakan,
seperti yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle bahwa kebijakan dapat
berjalan dengan baik dipengaruhi oleh beberapa variabel. Diantaranya adalah
isi kebijakan dan lingkungan kebijakan itu sendiri.

B.Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan .Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai makalah dalam
kesimpulan diatas.
DAFTAR PUSTAKA

awing, A. (2016). Masalah dan dinamika implementasi kebijakan publik tentang transportasi.
cosmogov jurnal ilmu pemerintahan, 218.

budi, W. (2002). Teori dan proses kebijakan publik. Media Pressindo.

Deddy, M. (2018). Studi kebijakan publik dan pelayanan publik. Bandung: ALFABETA.

hanif, S. (2016). Implementasi kebijakan publik(Studi kasus implementasi kurikulum 2013).


academia.edu, 25.

Anda mungkin juga menyukai