Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang Pendekatan Perencanaan Rasional-Komprehensif


Merupakan kerangkan pendenkatan atau metode pembuatan keputusan yang disusun secara
teratur dan logis. Akan tetapi, dalam prakteknya ternyata perencanaan menyeluruh tidak dapat
menjawab seluruh aspek perencaan, sehingga kritik terhadap kelemahan model tersebut mulai
mundul sejak decade 1960-an. Yaitu, kritik terhadap keefektifan London Masterplan buatan Sir
Patrick Abercrombie. Hal ini menunjukkan perencanaan rasional-komprehensif memiliki
kelemahan dalam proses dan implementasi perencanaan, seperti membutuhkan keandalan,
ketersediaan dan baliditas data yang sangat tinggi sehingga butuh waktu yang lama. Produk lain
berupa master plan dirasa kurang memberikan informasi mengenai masalah dan belum siapnya
kelembagaan yang akan menimbulkan hilangnya koordinasi (Sujarto, 1992).

B. Pengertian Pendekatan Perencanaan Rasional-Komprehensif


Suatu kerangka pendekatan yang logis dan teratur, mulai dari diagnosis sampai kepada
tindakan yang didasarkan pada analisis fakta yang relevan (Baequni, 2005). Dapat diartikan
sebagai diagnosis masalah yang dikaji melalui kerangka teori dan nilai-nilai, Rasional-
komprehensif dilakukan dengan merumusan tujuan dan sasaran dalam rangka pemecahan
masalahdan diarahkan untuk merancang alternatif cara-cara untuk mencapai tujuan, dan
pengkajian atas efektivitas cara-cara tersebut.

C. Karakteristik Pendekatan Rasional- Komprehensif (Beanfield dan Myerson, dalam


Sujarto 1992)
 Dilandasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan yang utuh
 Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh dan terpadu
 Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi yang lengkap, handal dan
rinci
 Peramalan yang diarahkan pada tujuan jangka panjang

D. Kelebihan Pendekatan Rasional- Komprehensif


 Keunggulan utama perencanaan rasional komprehensif yaitu mencakup liputan yang luas
tentang berbagai elemen dan aspek perencanaan serta menampilkan berbaagi alternatif
rencana yang mungkin dilaksankan untuk mencapai tujuan (goals) dan sasaran
(objectives) perencanaan dengan melihat pada potensi dan kendala yang ada.
 Memiliki citra holistik atau menyeluruh atas kemungkinan-kemungkinan yang paling
optimal
 Meski mencakup liputan yang luas, terkandung unsur penyederhaanaa (simplicty -
reductionis) dari sistem entitas/komunitas/kesatuan yang bersifat kompleks dan
menyeluruh.
 Program-program yang disusun untuk dievaluasi dengan pendekatan ”scientific
methods” dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat di dalam proses
perencanaan.
 Proses perencanaan tidak berjalan linier tetapi bersifat pengulangan (multiple iteratif)
dan siklikal yaitu adanya umpan balik an elaborasi lebih jauh untuk tiap sub proses,
sehingga perencanaan rasional komprehensif bersifat fleksibel/luwes terhadap
kemungkinan perubahan yang terjadi di lingkungan perencanaan.
 Dalam perencanaan rasional komprehensif ada keterlibatan publik (public participation)
sehingga dapat mengurangi kekurangan-kekurangan dari model perencanaan ini.

E. Contoh Kasus Model Rasional-Komprehensif di Indonesia


Contoh model perencanaan rasionalkomprehensif adalah dalam Penyusunan Dokumen Tata
Ruang Wilayah. Penyusunan dokumen tata ruang ini ditujukan untuk menata ruang sesuai
dengan fungsi, manfaat dan potensi yang dimiliki akibat mobilisasi dan perkembangan penduduk
yang semakin meningkat sementara kondisi ruang terbatas serta keinginan kuat untuk
membangun secara berkelanjutan. Dalam dokumen perencanaan tata ruang kota maupun wilayah
akan menyajikan ruang sebagai satuan wilayah pengembangan (SWP) yang terinci mulai dari
satuan wilayah pengembangan pertanian, satuan wilayah pengembangan perdagangan, satuan
wilayah pengembangan perkantoran, satuan wilayah pengembangan industri dan seterusnya.
Proses penyusunan dokumen tata ruang sendiri memerlukan kajian yang mendalam oleh para
ahli tata ruang serta melalui sosialisasi yang melibatkan seluruh ”stakeholder” berulang-ulang
dari mulai bentuk konsep/draft sampai bentuk final. Sehingga keabsahan dari dokumen tersebut
sangat teruji. Namun dalam implementasinya sering dokumen tata ruang tersebut dilanggar dan
diabaikan karena pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Faktor penyebab utamanya adalah karena biasanya dokumen tata ruang yang telah disusun
kurang dipublikasikan kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak mengetahuinya, di sisi lain
biasanya dokumen perencanaan tata ruang tersebut hanya dimiliki oleh pengusaha-pengusaha
yang merupakan kroni dari penguasa. Hal lainnya adalah komitmen penguasa dalam mematuhi
dokumen tata ruang tersebut lemah apabila menyangkut dengan kepentingan-kepentingan
pragmatis, misalkan kemauan investor untuk menanamkan usaha di wilayah pengembangan yang
seharusnya tidak dibolehkan untuk mendirikan industri. Dengan terbitnya Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang disahkan pada tanggal 27 April 2007, yang
mengatur secara jelas bagaimana kewenangan pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam
menata daerahnya diharapkan masalah pelanggaran tata ruang tidak terjadi.
Contoh lain yaitu, pemangku kebijakan yang ada di Desa Bone-Bone, Luwu Utara, Sulawesi
Selatan telah menjalankan dan mempertimbangkan dampak baik dan buruknya dari peraturan
pembebasan asap rokok. Namun, dalam sebuah komunitas masyarakat tentunya ada yang pro dan
ada yang kontra dalam memandang sebuah kebijakan baru. Hal ini terbukti ketika Kepala Desa
Bone-Bone ingin membuat dan menetapkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).Bukan
hanya masyarakat yang ada di tempat tersebut yang menolak. Tetapi, pihak Kecamatan dan
Kabupaten pun tidak merespon niat baik para penggagas peraturan tersebut. Pihak kecamatan
dan kabupaten tidak merespon hal tersebut dengan asumsi bahwa susah melarang orang merokok
dan hal itu melanggar hak asasi. Sedangkan masyarakat yang menolak peraturan tersebut
mempunyai pemikiran bahwa mereka para penggagas peraturan telah menodai hak asasi mereka,
karena merokok adalah kebiasaan mereka secara turun-temurun.

F. Simpulan
Menurut pendapat penulis model rasional-komprehensif adalah model analisis yang
memperjuangkan kesempurnaan dalam perumusan kebijakan dengan menggunakan data yang
lengkap dan diharapkan valid, agar dalam perumusannya memberikan hasil kebijakan publik
yang baik. Dapat diartikan bahwa model rasional-komprehensif berpandangan bahwa baik
buruknya hasil yang akan dicapai dari perumusan kebijakan publik harus mendasarkan pada
pemikiran yang rasional atau sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan kemampuan yang
dimiliki, analisis yang dilakukan harus memiliki data atau informasi yang lengkap, sehingga
dalam analisisnya tidak memiliki cacat atau mencapai kesempurnaan tanpa kesalahan. Harapan
untuk mendapatkan sebuah perumusan kebijakan yang baik dengan menggunakan pemikiran
yang rasional yang sangat baik dan bagus, namun tentunya tidak semua permasalahan dan
kenyataan dilapangan bisa diterima secara rasional dan bahkan ada data yang didapat oleh
perumus kebijakan sangat berbeda dari kenyataan.
Kekurangan dalam pendekatan ini adalah minimnya data tervalidasi dan kelembagaan yang
mumpuni untuk dapat menyusun produk pendekatan rasional-komprehensif. Namun, bukan
berarti pendekatan ini tidak dapat digunakan. Karena pada perencanaan di Indonesia dibutuhkan
dokumen yang memuat rencana ideal yang menyeluruh untuk kemudian dapat didetailkan
dengan menggunakan pendekatan lain yang melengkapi kekurangan dari pendekatan rasional-
komprehensif tersebut.

Daftar Pustaka
Baiquni, M. 2005, Sesat Pikir Perencanaan Pembangunan Regional : Refleksi Kritis di Era
Otonomi, Forum Perencanaan Pembangunan, Edisi Khusus Januari: 1 – 23, MPKD
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soejarto, Djoko. 1992. “Wawasan Tata Ruang”. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Edisi
Khusus Juli, hal. 3-8.

Anda mungkin juga menyukai