Disusun Oleh:
Marya Tisnandya
21040116140072
Inti Permasalahan
Kelurahan Tambak Rejo memiliki pertumbuhan perumahan yang organis. Belum ada pola ataupun
penataan pembangunan perumahan yang teratur. Sesuai dengan penggunaan lahan, mayoritas
penggunaannya ialah berupa permukiman padat penduduk. Luas wilayah Kelurahan Tambak Rejo sebesar
0,75 km². Jarak antar bangunan sangat sempit serta hampir tidak memiliki halaman di setiap rumahnya.
Begitu juga dengan kondisi garis sempadan bangunan yang sangat dekat dari jalan.Banyak terdapat rumah
yang sulit dijangkau dari jalan utama atauapun jalan lingkungan dan hanya dapat dijangkau melalui jalan
setapak. Hal tersebut menjadi salah satu hambatan saat melakukan perbaikan rumah karena bahan
material tidak dapat diangkut dengan kendaraan bermotor.
Kelurahan Tambak Rejo menjadi salah satu lokasi permukiman bagi masyarakat berpenghasilan
rendah. Hal tersebut diakibatkan karena lokasinya yang cukup strategis dan dekat dengan kegiatan
nelayan. Terbentuknya kawasan permukiman kumuh ini mengindikasikan keterbatasan kemampuan
masyarakat secara finansial dan kemampuan dalam mengelola ruang, sehingga diperlukan bantuan
stakeholder untuk mengurangi permasalahan yang ditimbulkan akibat kepadatan penduduk dan bangunan.
Bila dikaitkan dengan konsep yang dijabarkan dalam jurnal A Review of Sustainable Neighborhood
Indicator for Urban Development in Libya, terdapat metode sustainability atau keberlanjutan yang dapat
mewujudkan ruang tinggal yang aman dan nyaman.
Penataan kawasan permukiman kumuh yang diterapkan di Kelurahan Tambak Rejo belum
mampu mewujudkan sustainability sebagaimana yang dimaksudkan. Sedangkan, penggusuran yang kerap
dilakukan oleh pemerintah kota dirasa tidak dapat menyelesaikan masalah dan tidak bermoral. Cenderung
hanya akan memindahkan kawasan kumuh ke tempat lain yang tidak memiliki regulasi yang ketat
terhadap pembangunan rumah tinggal di atasnya. Penataan kumuh di kelurahan ini hanya mempengaruhi
dua aspek yaitu fisik (agar mengurangi degradasi lingkungan), dan sosial (tingkat partisipasi masyarakat
dalam peningkatkan kualitas lingkungan). Kondisi sarana dan prasarana hunian mengindikasikan belum
tercapainya hunian yang layak dan nyaman. Selanjutnya, aspek sosial yang ditandai dengan tingkay
partisipasi masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih dinilai cukup baik, hanya saja masih
ditemukan perilaku yang membuang sampah sembarangan dan tidak sadar lingkungan.