DAFTAR ISI
I.
II.
Profil Kemiskinan
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
Wilayah Sumatera
Wilayah Jawa
Wilayah Bali Nusa Tenggara
Wilayah Kalimantan
Wilayah Sulawesi
Wilayah Maluku Papua
2.7
2.8
2.9
4.7
4.8
4.9
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar
minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu Negara pada waktu
tertentu.
2.
Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk
mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan,
perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
Tabel 1.1
Perbandingan antara Data Kemiskinan Makro dan Data Kemiskinan Mikro
DATA KEMISKINAN MAKRO
1. Metodologi:
1. Metodologi:
- Konsep: Basic Needs Approach
- Konsep: Multi Dimensi
- Pendekatan Moneter
- Pendekatan Non Moneter
- Didasarkan
pada
Garis
- Didasarkan pada Indeks atau
Kemiskinan
Makanan
(2100
Proxy Means Test (PMT) dari cirikkal/kapita/hari)+Non Makanan
ciri Rumah Tangga Miskin
esensial
(variabel non-moneter) yang
dapat dikumpulkan dengan
mudah
2. Sumber data: Susenas tahunan
3. Data
menunjukkan
jumlah 3. Data menunjukkan jumlah RT
penduduk miskin di level nasional,
sasaran by name by address
provinsi,
dan
kabupaten/kota
berdasarkan estimasi
4. Digunakan untuk perencanaan dan 4. Digunakan untuk target sasaran
evaluasi
program
kemiskinan
rumah tangga secara langsung
dengan target geografis, tapi tidak
pada Program Bantuan dan
dapat menunjukkan siapa dan
Perlindungan Sosial (BLT, PKH,
dimana alamat penduduk miskin
Raskin, Jamkesmas, dsb)
Perbedaan antara Data Kemiskinan Makro dan Mikro dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Angka kemiskinan yang selama ini digunakan oleh Pemerintah adalah angka
kemiskinan makro yang dihitung dengan menggunakan Susenas. Angka
kemiskinan makro digunakan untuk memberikan gambaran kondisi secara makro
dan untuk kepentingan perencanaan secara makro. Mulai tahun 2011, survei untuk
mendapatkan angka kemiskinan makro dilakukan 4 (empat) kali dalam setahun.
Selain angka kemiskinan makro, Badan Pusat Statistik (BPS) juga melakukan sensus
pendataan rumah tangga sasaran melalui PPLS yang akan menghasilkan angka
kemiskinan
mikro.
Angka
tersebut
digunakan
untuk
perencanaan
program/kegiatan secara mikro, khususnya untuk program/kegiatan yang sifatnya
targeted. Angka kemiskinan mikro dikeluarkan setiap 3 tahun sekali dan pada
tahun 2011 dilakukan perubahan metode pendataan, yaitu dengan mendata 40%
penduduk dengan penghasilan terendah.
65.1
60
59.5 58.7
53.5 50.1
49
45.2
49.6
45.2
40
30.19
20
0
42.6
12
9.9
26.44
23.74
9.2
USD 2 PPP
Purchasing power parity atau paritas daya beli didefinisikan sebagai sebuah
metode yang dipergunakan untuk mengukur berapa banyak sebuah mata
uang dapat membeli sejumlah barang atau jasa yang sama dalam
pengukuran internasional karena harga barang dan jasa di beberapa negara
berbeda. Sehingga PPP dihitung dengan menyesuaikan perbedaan harga
barang dan jasa antar negara. Pengukuran kemiskinan berdasarkan US$ 1,
10
a.
b.
c.
d.
adalah RTSM
adalah RTM
adalah RT Hampir Miskin
adalah RT Tidak Miskin.
Hasil persandingan ketiga survei tersebut disajikan pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Perbandingan Kategori RTS Ketiga Survei PSE-05, PPLS-08, dan PPLS 2011
PSE-05
PPLS-08
Kategori
PPLS 2011
Rumah
Tangga
Rumah
Tangga
Anggota
Rumah
Tangga
Rumah
Tangga
Anggota
Rumah
Tangga
RT SANGAT
MISKIN
3.894.314
20,4
2.989.865
17,1
15.944.536
3.013.796
16,3
16.003.996
RT MISKIN
8.236.990
43,1
6.828.824
39,1
25.190.010
3.198.982
17,3
14.300.683
RT HAMPIR
MISKIN
6.969.601
36,5
7.665.288
43,8
19.261.505
6.164.987
33,2
24.004.988
RT RENTAN
MISKIN
6.164.754
33,2
21.177.500
TOTAL
19.100.905
100,0
17.483.983
100,0
60.396.051
18.542.521
100,0
75.478.167
[Daftar Isi]
11
Profil Kemiskinan
12
300000
271626
233740
250000
200000
182636
200262
248707
211726
150000
100000
50000
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Garis kemiskinan pada tahun 2008 sebesar Rp 182,636. Angka ini pada
tahun 2013 meningkat sekitar 48.72% hingga menjadi sebesar Rp
271,626. Peningkatan rata-rata garis kemiskinan per tahun selama
periode 2008-2013 adalah sekitar 8.28%.
[Daftar Isi]
13
40.00
34.96jt
35.00
32.53jt
31.02jt
30.00
25.00
22.19jt
20.00
15.00
12.77jt
20.62jt
11.91jt
10.00
19.93jt
11.10jt
30.02jt
29.13jt
18.97jt
18.49jt
11.05jt
10.65jt
28.07jt
17.74jt
10.33jt
5.00
0.00
2008
2009
Desa
2010
2011
Kota
2012
2013
Total
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2008 sekitar 34.96 juta jiwa. Angka
ini pada tahun 2013 menurun sekitar 20.05% hingga menjadi sekitar
28.07 juta jiwa. Selama periode 2008-2013, penurunan rata-rata jumlah
penduduk miskin per tahun sekitar 4.36%.
Jumlah penduduk miskin perdesaan pada tahun 2008 sekitar 22.19 juta
jiwa. Angka ini pada tahun 2013 menurun sekitar 19.11% hingga
menjadi sekitar 17.74 juta jiwa. Selama periode 2008-2013, penurunan
rata-rata jumlah penduduk miskin per tahun sekitar 4.12%.
Jumlah penduduk miskin perkotaan pada tahun 2008 sekitar 12.77 juta
jiwa. Angka ini pada tahun 2013 menurun sekitar 19.72% hingga
menjadi sekitar 10.33 juta jiwa. Selama periode 2008-2013, penurunan
rata-rata jumlah penduduk miskin per tahun sekitar 4.29%.
[Daftar Isi]
14
18.93
18
16
15.42
14
11.65
12
17.35
14.15
10.72
10
16.56
15.72
15.12
14.32
13.33
12.49
11.96
11.37
9.87
9.23
8.78
8.39
6
4
2
0
2008
2009
2010
Desa
2011
Kota
2012
2013
Total
15
2.4
18
15.42
16
14.15
14
13.33
12.49
11.96
12
11.37
10
8
6
4
2.77
0.76
2.50
2.21
2.08
0.68
1.88
0.58
0.55
0.47
0
2008
2009
2010
2011
2012
1.75
0.43
2013
16
2.5
Gambar 2.5
Kategori Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Periode 2007-2012
Sangat
Buruk
Buruk
Kategori 1
Kategori 2
18 kab/kota
26 kab/kota
Cukup
Baik
Kategori 3
Kategori 4
Baik
237 kab/kota
216 kab/kota
17
Gambar 2.6
Proporsi Kabupaten/Kota berdasarkan Kategori Perkembangan
Tingkat Kemiskinan Nasional Periode 2007-2012
Kategori 1 (Sangat
Buruk); 18 kab/kota;
3%
Kategori 4 (Baik);
216 kab/kota;
41%
Kategori 2 (Buruk);
26 kab/kota; 5%
Kategori 3
(Cukup Baik);
273 kab/kota;
51%
[Daftar Isi]
18
No
Kab/Kota
1 Kota Bengkulu
Jumlah Penduduk
Miskin
2012
Penurunan
2007
2012
22.11
-12.91
25.70
71.63
2 Kota Tasikmalaya
3 Kab. Teluk Bintuni
9.30
35.22
18.92
40.62
-9.62
-5.40
54.50
13.70
123.40
23.38
4 Kota Palembang
8.98
13.59
-4.61
124.40
206.07
5 Kota Prabumulih
7.57
11.71
-4.14
10.00
19.82
11.52
9.73
14.85
13.00
-3.33
-3.27
18.20
9.00
23.47
10.96
9.44
12.65
-3.21
78.80
116.00
9.67
9.67
11.93
11.87
-2.26
-2.20
13.40
35.90
17.75
49.63
11 Kota Probolinggo
16.19
18.33
-2.14
34.90
40.55
12 Kab. Manokwari
28.05
29.43
-1.38
16.00
59.92
13
14
15
16
17
16.38
28.26
15.99
11.53
20.33
17.31
29.07
16.71
12.09
20.68
-0.93
-0.81
-0.72
-0.56
-0.35
42.60
30.10
10.00
15.50
46.00
43.18
38.80
13.15
18.12
55.03
12.75
13.06
-0.31
19.40
23.56
18 Kota Lhokseumawe
[Daftar Isi]
19
No
Kab/Kota
2012
Penurunan
9.80
-4.76
9.12
-3.67
Jumlah Penduduk
Miskin
2007
2012
23.20
54.61
12.40
20.45
1
2
Kota Jambi
Kab. Soppeng
3
4
5
Kota Pekalongan
Kota Cirebon
Kota Medan
6.62
8.70
7.17
9.47
11.08
9.33
-2.85
-2.38
-2.16
17.90
28.30
148.10
26.81
33.27
198.05
6
7
6.61
7.50
8.65
9.39
-2.04
-1.89
14.00
20.30
20.25
33.77
Kota Banjarmasin
2.90
4.51
-1.61
17.60
29.15
9.46
10.79
-1.33
22.00
25.60
10
11
5.19
4.59
6.50
5.88
-1.31
-1.29
2.60
2.50
3.15
3.60
12
13
Kota Payakumbuh
Kota Sukabumi
7.77
7.26
9.00
8.41
-1.23
-1.15
7.70
22.60
10.81
25.95
14
2.24
3.38
-1.14
17.70
32.90
15
16
17
18
4.08
5.72
3.68
9.36
5.16
6.72
4.55
10.04
-1.08
-1.00
-0.87
-0.68
6.60
14.00
87.20
22.20
11.05
16.88
111.14
23.96
19
20
21
22
23
24
25
Kota Tangerang
Kota Bekasi
Kota Bukit Tinggi
Kota Padang
Kota Magelang
Bengkulu Tengah
Kota Depok
4.92
4.97
5.23
4.97
10.01
6.42
2.42
5.55
5.55
5.74
5.30
10.31
6.52
2.46
-0.63
-0.58
-0.51
-0.33
-0.30
-0.10
-0.04
76.90
106.90
5.20
39.50
13.00
6.33
35.90
107.02
138.72
6.57
45.84
12.12
6.65
46.50
26
3.64
3.66
-0.02
2.98
3.12
[Daftar Isi]
20
Kab/Kota
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
Penurunan 0 - 6,07
Penurunan 8,47-10,62
1
2
3
4
5
61
62
63
64
65
Kab. Pacitan
Kab. P a t i
Kab. Gunung Kidul
Kab. Parigi Moutong
Kab. Sikka
120
121
122
123
124
180
181
182
183
184
Kab. Situbondo
66
Kab. Blora
125
Kab. Bondowoso
Kab. Wakatobi
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Sabu Raijua
Kab. Timor Tengah
Utara
Kab. Lampung Timur
67
126
Kab. Trenggalek
186
Kab. Lahat
Kab. Pidie Jaya
Kab. M u n a
Kab. Tuban
Kab. Banggai
Kepulauan
Kab. Sumba
Tengah
Kab. Aceh Timur
68
Kab. Yahukimo
127
187
9
10
Kab. Sigi
Kab. Bener Meriah
69
70
Kab. Tasikmalaya
Kab. Pekalongan
128
129
Kab. Lampung
Selatan
Kab. Sumba Timur
Kab. Ogan Ilir
188
189
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kab. Kepahiang
Kab. Nias Barat
Kab. Nias Utara
Kab. Bantul
Kab. Toraja Utara
Kab. Asmat
Kota Gunungsitoli
Kab. Banyumas
Kab. Karanganyar
Kab. Magelang
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
Kab. Boalemo
Kab. Rembang
Kab. B i m a
Kab. Teluk Wondama
Kab. Bireuen
Kab. Grobogan
Kab. Tolikara
Kab. Jombang
Kab. Lombok Tengah
Kab. Purbalingga
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
21
81
140
200
Kab. Sampang
22
23
24
Kab. Pemalang
Kab. Buru Selatan
Kab. Deiyai
82
83
84
Kab. Dogiyai
Kab. B e l u
Kab. Ponorogo
Kab. Donggala
Kab. B o n e
Kab. Garut
Kota Sabang
Kab. Muara Enim
Kab. Cilacap
Kab. Kepulauan
Meranti
Kab. Maluku Barat
Daya
Kab. Boven Digoel
Kab. Demak
Kab. Jember
Kab. Morowali
Kab. Sumbawa
Barat
Kab. Lombok Barat
Kab. Sumenep
Kab. Mamasa
Kab. Pidie
Kab. Puncak Jaya
Kab. Kupang
Kab. Aceh Utara
Kab. Jayawijaya
Kab. Gorontalo
Kab. Nagan Raya
141
142
143
Kab. Nduga
Kab. Lamongan
Kab. Aceh Besar
201
202
203
25
85
Kab. Brebes
144
86
145
Kab. Mamberamo
Raya
Kab. Tojo Una-Una
204
26
Kab. Bolaang
Mongondow Selatan
Kab. Sumedang
Kab. B u r u
Kab. Supiori
Kab. Halmahera
Tengah
Kab. Malinau
27
28
Kab. Nagekeo
Kab. Kuningan
87
88
Kab. Bangkalan
Kab. Lampung Utara
146
147
206
207
29
30
Kab. Cirebon
Kab. Purworejo
89
90
148
149
Kab. B u o l
Kota Jayapura
208
209
31
Kab. Boyolali
91
Kab. Majene
Kab. Lampung
Tengah
Kab. Lombok Utara
150
Kab. P o s o
210
32
Kab. Temanggung
92
151
Kab. Pohuwato
211
33
93
152
212
Kab. Samosir
34
Kab. Mamberamo
Tengah
Kab. Subang
Kab. Mandailing
Natal
Kab. Intan Jaya
Kab. Maluku
Tengah
Kab. Dompu
Kab. Bengkulu
Selatan
Kab. Sarmi
Kab. Tapanuli
Tengah
Kab. Seram Bagian
Barat
Kab. Landak
94
153
Kab. Gresik
213
Kab. Mimika
35
Kab. Sragen
95
154
Kab. Lembata
214
Kab. Pamekasan
36
Kab. Pesawaran
96
Kab. Pangkajene
Kepulauan
Kab. Madiun
155
Kab. Wonogiri
215
Kab. N i a s
37
38
Kab. Mappi
Kota Tual
97
98
Kab. Ngawi
Kab. Melawi
156
157
Kab. Bojonegoro
Kab. Kolaka
216
217
185
205
21
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
Penurunan 0 - 6,07
Penurunan 8,47-10,62
39
40
41
99
100
101
Kab. Buton
Kota Subulussalam
Kab. Kendal
158
159
160
Kab. Wonosobo
Kab. Puncak
Kab. Aceh Barat
218
219
220
42
43
102
103
Kab. Maros
Kab. Selayar
161
162
221
222
44
45
Kab. Cianjur
Kab. Majalengka
104
105
Kab. Bombana
Kab. Lumajang
163
164
223
224
46
106
Kab. Kebumen
165
225
Kab. Seluma
47
48
107
108
Kab. L u w u
Kab. Jeneponto
166
167
Kab. Manggarai
Kab. Timor Tengah
Selatan
Kab. Maluku
Tenggara
Kab. Konawe
Kab. Gayo Lues
Kab. Paniai
Kab. Jayapura
Kab. Seram Bagian
Timur
Kab. Bone Bolango
Kab. Gorontalo
Utara
Kab. Nias Selatan
Kab. Nabire
226
227
49
Kab. Keerom
109
168
228
50
110
169
229
51
111
170
230
52
53
Kab. Indramayu
Kab. Klaten
112
113
Kab. Yalimo
Kab. Banjarnegara
171
172
54
55
56
57
Kab. Lebong
Kab. Aceh Tengah
Kab. Polewali Mamasa
Kab. Tambrauw
114
115
116
117
173
174
175
176
58
118
Kab. Batang
177
Kab. Bulungan
Penurunan 32,29
59
60
Kab. Ketapang
Kab. Tanggamus
119
Kab. A l o r
178
179
237
231
232
Kab. Maluku
Tenggara Barat
Kab. Kaimana
Kab. Lingga
233
234
235
236
Kota Sorong
Kab. Biak Numfor
Kab. Sorong
Kab. Merauke
Kab. Raja Ampat
[Daftar Isi]
22
Kab/Kota
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
Penurunan 0 1,90
Kota Sawahlunto
55
109
Kab. Kerinci
163
Kab. Barru
Kota Banjar
56
Kab. Serdang
Bedagai
Kota Malang
110
164
3
4
Kota Semarang
Kota Ternate
57
58
111
112
Kab. Sukamara
Kota Bitung
165
166
59
113
167
6
7
60
61
114
115
Kab. Karawang
Kota Kendari
168
169
Kab. Dharmasraya
Kab. Kutai
62
63
64
65
66
67
68
69
70
Kab. Kudus
Kab. Padang Lawas
Kab. Badung
Kab. Sleman
Kab. Bangka Selatan
Kab. Karimun
Kab. T e b o
Kab. Kampar
Kota Samarinda
116
117
118
119
120
121
122
123
124
170
171
172
173
174
175
176
177
178
17
Kab. Sidenreng
Rappang
Kota Pare Pare
Kab. Bungo
Kab. Bolaang
Mongondow
Kab. Kepulauan Sula
Kab. Halmahera
Barat
Kota Kediri
71
125
Kab. Berau
179
Kab. Sukabumi
18
Kota Cimahi
72
126
Kab. A g a m
180
19
20
21
22
73
74
75
76
Kota Gorontalo
Kab. Barito Utara
Kab. Tabanan
Kota Pangkal Pinang
127
128
129
130
Kota Kotamobagu
Kab. Jembrana
Kab. Mojokerto
Kab. Serang
181
182
183
184
23
24
Kota Cilegon
Kota Jakarta Timur
77
78
Kab. Katingan
Kab. Pinrang
131
132
185
186
25
79
Kab. Pontianak
133
187
Kab. Sarolangun
80
81
Kota Bontang
Kab. Labuhan Batu
134
135
Kab. Sekadau
Kab. Ciamis
188
189
28
29
Kab. Tulangbawang
Barat
Kab. Mesuji
Kab. Labuhan Batu
Utara
Kota Bogor
Kota Pontianak
Kab. Takalar
Kab. Hulu Sungai
Utara
Kab. Bogor
Kab. Halmahera
Selatan
Kab. Pandeglang
Kab. Banyuasin
Kab. Dairi
Kab.
Sawahlunto/Sijunjung
Kab. Sidoarjo
Kab. Batu Bara
82
83
136
137
190
191
30
Kota Dumai
84
138
192
Kab. Pelalawan
31
Kab. Jepara
85
Kab. Belitung
Kab. Kotawaringin
Timur
Kab. Natuna
139
Kab. Balangan
193
32
86
Kota Tomohon
140
194
33
Kota Palu
87
141
34
35
Kab. Banjar
Kab. Gianyar
88
89
Kab. Halmahera
Utara
Kab. Semarang
Kab. Bangli
Kab. Padang
Pariaman
Kab. Kep. Sangihe
Talaud
Kab. OKU Timur
142
143
Kab. K a r o
Kab. Sinjai
196
197
36
Kota Bima
90
144
198
37
Kota Padang
Sidempuan
91
Kab. Kotawaringin
Barat
Kab. Barito Kuala
Kota Baubau
Kab. Konawe
Selatan
Kab. Indragiri Hulu
145
Kab. Malang
199
Kab. Solok
8
9
10
11
12
13
14
15
16
26
27
195
23
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
No
Kab/Kota
Penurunan 0 1,90
38
92
146
Kota Pasuruan
200
Kab. Tegal
39
Kota Tidore
Kepulauan
Kab. Bekasi
93
Kab. Lamandau
147
Kab. Bandung
201
40
41
42
Kab. Pringsewu
Kab. Tangerang
Kota Palangka Raya
94
95
96
148
149
150
202
203
204
43
97
Kab. Kapuas
151
205
Kab. Tulungagung
44
45
98
99
Kab. Bantaeng
Kota Palopo
152
153
206
207
46
Kota Tarakan
Kab. Bolaang
Mongondow Timur
Kota Singkawang
Kab. Simalungun
Kab. Bangka
Kab. Minahasa
Selatan
Kab. Bolaang
Mongondow Utara
Kab. Kapuas Hulu
Kab. Sambas
100
Kab. Asahan
154
Kab. Bengkayang
208
Kab. Pasaman
47
48
Kota Madiun
Kota Batam
101
102
Kab. Mamuju
Kab. Karang Asem
155
156
Kab. Purwakarta
Kota Batu
209
210
49
50
Kota Surabaya
Kab. Tanah Datar
103
104
Kab. Seruyan
Kab. Tapin
157
158
211
212
51
105
159
Kota Blitar
213
52
106
Kab. Buleleng
160
Kab. Banyuwangi
214
53
54
107
108
Kab. W a j o
Kab. Sanggau
161
162
Kab. Tabalong
Kab. Bintan
215
216
[Daftar Isi]
24
[Daftar Isi]
25
[Daftar Isi]
26
[Daftar Isi]
27
[Daftar Isi]
28
[Daftar Isi]
29
[Daftar Isi]
30
2.7
JATIM
JATENG
JABAR
SUMUT
LAMPUNG
SUMSEL
PAPUA
NTT
ACEH
NTB
SULSEL
BANTEN
YOGYA
RIAU
SUMBAR
SULTENG
KALBAR
JAKARTA
BENGKULU
MALUKU
SULTRA
JAMBI
KALBAR
PAPUA BARAT
GORONTALO
SULUT
KALSEL
BALI
SULBAR
KALTENG
KEP RIAU
MALUT
KEP BABEL
4771260
4732950
4297040
1339160
1163060
1110370
1017360
993560
840700
830840
787670
656240
550190
469280
407470
405420
369010
354190
327350
321840
301710
266150
237960
224270
192580
184400
181740
162510
154010
136950
126670
83440
69220
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
31
2.8
PAPUA
PAPUA BARAT
NTT
MALUKU
BENGKULU
NTB
ACEH
GORONTALO
YOGYA
LAMPUNG
SULTENG
JATENG
SUMSEL
SULTRA
JATIM
SULBAR
PAPUA
SUMUT
SULSEL
JABAR
KALBAR
SUMBAR
JAMBI
SULUT
RIAU
MALUT
KEP RIAU
KALBAR
KALTENG
BANTEN
KEP BABEL
KALSEL
BALI
JAKARTA
31.13
26.67
20.03
19.49
18.34
17.97
17.6
17.51
15.43
14.86
14.67
14.56
14.24
12.83
12.55
12.3
11.37
10.06
9.54
9.52
8.24
8.14
8.07
7.88
7.72
7.5
6.46
6.06
5.93
5.74
5.21
4.77
3.95
3.55
0
10
15
20
25
30
35
[Daftar Isi]
32
2.9
6.89
6.35
3.88
3.39
3.18
3.13
3.09
3
2.74
2.4
2.27
2.21
2.12
2.08
1.89
1.84
1.67
1.54
1.32
1.19
1.18
1.18
1.01
0.99
0.86
0.83
0.78
0.7
0.69
0.63
0.54
0.53
0.47
0
33
2.21
2.16
1.16
1.04
0.9
0.88
0.85
0.74
0.61
0.56
0.55
0.54
0.52
0.52
0.48
0.46
0.43
0.37
0.3
0.3
0.28
0.26
0.21
0.19
0.19
0.19
0.17
0.16
0.15
0.14
0.11
0.11
0.1
0
0.5
1.5
2.5
[Daftar Isi]
34
35
3.1
36
Gambar 3.1
Strategi, Arah Kebijakan, dan Fokus Prioritas Penanggulangan Kemiskinan
Strategi
Penanggulangan
Kemiskinan
1. Meningkatkan
pertumbuhan pada
sektor-sektor yang
menyerap tenaga
kerja dan efektif
menurunkan
2.kemiskinan;
Melengkapi dan
menyempurnakan
kebijakan
penanggulangan
kemiskinan, terutama
yang berkaitan dengan
pemenuhan hak
masyarakat miskin,
perlindungan sosial,
dan pemberdayaan
masyarakat;
dan
3.
Meningkatkan
efektivitas pelaksanaan
penurunan kemiskinan
di daerah.
Arah Kebijakan
Penanggulangan
Kemiskinan
1. Meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
yang mengikutsertakan
dan dapat dinikmati
sebanyak-banyaknya
masyarakat terutama
masyarakat miskin (pro
poor growth)
2. Meningkatkan
kualitas kebijakan dan
program
penanggulangan
kemiskinan melalui
kebijakan
afirmatif/keberpihakan.
Fokus Prioritas
1. Peningkatan dan
penyempurnaan
kualitas kebijakan
perlindungan sosial
berbasis keluarga.
2. Menyempurnakan
dan meningkatkan
efektivitas pelaksanaan
PNPM Mandiri.
3. Peningkatan akses
usaha mikro dan kecil
kepada sumberdaya
produktif.
4. Peningkatan
sinkronisasi dan
efektivitas koordinasi
penanggulangan
kemiskinan serta
harmonisasi antar
pelaku.
37
Tiga arah kebijakan tersebut dilakukan melalui 4 (empat) fokus prioritas seperti
dalam Gambar 3, yaitu:
1.
2.
3.
4.
3.2
koordinasi
penanggulangan
38
PROFIL DAN ANALISIS KEMISKINAN NASIONAL
39
3.3
adalah
program yang ditujukan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga
Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam
bentuk beras.
40
41
pro-rakyat ini adalah adalah kelompok masyarakat miskin dan rentan yang
berada di tiga wilayah tersebut. Mekanisme pemberian bantuan adalah berupa
penyediaan fasilitas dasar bagi penerima sasaran dengan harga murah karena
sebagian dibantu oleh pemerintah.
Komponen program kemiskinan klaster 4 terdiri dari:
1.
2.
3.
Program Air Bersih untuk Rakyat ditujukan untuk mendukung Program Rumah
Sangat Murah.
4.
5.
3.4
42
Fokus
2010*
2011**
2012***
Perkiraan ke depan
2013****
2014*****
2015*****
2016*****
2017*****
15.642,5
15.945,0
15.957,7
Peningkatan Akses
Pelayanan Dasar
Masyarakat Miskin dan
Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial
(PMKS) Klaster 1
43.562,7
30.081,9
32.859,6
33.215,7
42.269,3
(belum
termasuk
Raskin)
(belum
termasuk
Raskin)
(belum
termasuk
Raskin)
Peningkatan
Keberdayaan dan
Kemandirian
Masyarakat Klaster 2
14.840,7
16.171,8
15.438,4
15.476,3
16.514,9
17.339,8
17.624,5
16.992,3
Peningkatan Efektivitas
Pelaksanaan dan
Koordinasi
Penanggulangan
Kemiskinan Klaster 3
2.158,2
2.831,9
2.156,2
2.245,1
2.321,6
2.405,2
2.405,2
2.405,2
7.487,5
7.289,6
7.289,6
Peningkatan Kapasitas
Usaha Skala Mikro dan
Kecil melalui
Penguatan
Kelembagaan
Klaster 4
Peningkatan
Sinkronisasi dan
Efektivitas Koordinasi
Penanggulangan
Kemiskinan serta
Harmonisasi Antar
Pelaku
TOTAL
3.791,5
6.114,0
29.823,4
(tambahan
kegiatan
FLPP untuk
Program
Rumah
Murah)
7,6
6,9
8,1
12,2
17,2
2,1
2,3
0,0
60.569,2
49.092,4
54.253,8
57.063,3
90.946,4
42.922,1
43.311,6
42.689,7
[Daftar Isi]
43
Analisis Kemiskinan
44
4.1
Kuadran Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 2013
Keterangan:
Kuadran I, Jumlah penduduk miskin tinggi dan persentase penduduk miskin rendah
Kuadran II, Jumlah penduduk miskin tinggi dan persentase penduduk miskin tinggi
Kuadran III, Jumlah penduduk miskin rendah dan persentase penduduk miskin tinggi
Kuadran IV, Jumlah penduduk miskin rendah dan Persentase Penduduk miskin rendah
Dari Gamar 4.1 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-4 (15
provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsiprovinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Jateng, Jatim, NTT, Lampung,
Aceh, NTB, Sumsel).
[Daftar Isi]
45
4.2
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan indeks kedalaman kemiskinan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan indeks kedalaman kemiskinan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan indeks kedalaman kemiskinan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan indeks kedalaman kemiskinan rendah
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa provinsi tersebar merata di kuadran ke-2
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsiprovinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Papua Barat, Maluku, NTT,
Gorontalo, Aceh, Bengkulu, NTB, Sulteng, Yogyakarta, Lampung, Jateng,
Sumsel, Sultra, Jatim, Sulbar).
[Daftar Isi]
46
4.3
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan indeks keparahan kemiskinan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan indeks keparahan kemiskinan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan indeks keparahan kemiskinan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan indeks keparahan kemiskinan rendah
Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa provinsi tersebar merata di kuadran ke-2
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsiprovinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Papua Barat, Maluku, NTT,
Gorontalo, Aceh, Bengkulu, NTB, Sulteng, Yogyakarta, Lampung, Jateng,
Sumsel, Sultra, Jatim, Sulbar).
[Daftar Isi]
47
4.4
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan tingkat pengangguran terbuka rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan tingkat pengangguran terbuka tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan tingkat pengangguran terbuka tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan tingkat pengangguran terbuka rendah
Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(11 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua Barat, Maluku, Aceh,
Jateng, Sumsel).
[Daftar Isi]
48
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan gini rasio rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan gini rasio tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan gini rasio tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan gini rasio rendah
Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-2
dan 4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsiprovinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Papua Barat, Maluku,
Gorontalo,Yogyakarta, Sulteng, Jateng, Sumsel, dan Sultra).
[Daftar Isi]
49
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan IPM rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan IPM tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan IPM tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan IPM rendah
Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(12 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-1 (Papua, Papua Barat, NTT, NTB,
Maluku, Gorontalo, Lampung, Sulteng, Sultra, Sulbar, Jatim).
[Daftar Isi]
50
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan pertumbuhan ekonomi rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan pertumbuhan ekonomi tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan pertumbuhan ekonomi tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan pertumbuhan ekonomi rendah
Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-3
(12 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-1 (Gorontalo, Aceh, NTB,
Yogyakarta, Jateng, Sulbar).
[Daftar Isi]
51
.
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan pendapatan daerah rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan pendapatan daerah tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan pendapatan daerah tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan pendapatan daerah rendah
Dari Gambar 4.8 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(12 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
52
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan dana perimbangan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan dana perimbangan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan dana perimbangan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan dana perimbangan rendah
Dari Gambar 4.9 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-4
(12 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-1 (Papua Barat, NTT, Maluku,
Bengkulu, NTB, Gorontalo, Yogyakarta, Lampung, Sulteng, Sumsel, Sultra,
Sulbar).
[Daftar Isi]
53
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan DAU DAK rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan DAU DAK tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan DAU DAK tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan DAU DAK rendah
Dari Gambar 4.10 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-4
(11 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-1 (Maluku, Bengkulu, NTB,
Gorontalo, Yogyakarta, Sumsel, Sulbar) dan kuadran ke-3 (Jabar, Sumut,
Kalbar, Kalteng, Sumbar, Sulsel).
[Daftar Isi]
54
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan DAK rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan DAK tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan DAK tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan DAK rendah
Dari Gambar 4.11 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-2
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsiprovinsi yang berada di kuadran ke-1 (Maluku, Bengkulu, Gorontalo,
Yogyakarta, Sumsel, Sulbar, Sultra) dan kuadran ke-3 (Jabar, Kalbar, Sumut,
Malut, Kalteng, Sumbar, Sulsel).
[Daftar Isi]
55
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan total belanja rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan total belanja tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan total belanja tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan total belanja rendah
Dari Gambar 4.12 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsiprovinsi yang berada di kuadran ke-2 (Papua, Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
56
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja langsung rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja langsung tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja langsung tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja langsung rendah
Dari Gambar 4.13 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(13 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
57
.
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja modal rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja modal tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja modal tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja modal rendah
Dari Gambar 4.14 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
(15 provinsi). Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah
provinsi-provinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh).
[Daftar Isi]
58
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut fungsi rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut fungsi tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut fungsi tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut fungsi rendah
Dari Gambar 4.15 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsiprovinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
59
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut urusan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut urusan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut urusan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut urusan rendah
Dari Gambar 4.16 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsiprovinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh, Jateng, Jatim).
[Daftar Isi]
60
Keterangan:
Kuadran I, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut urusan rendah
Kuadran II, Persentase penduduk miskin tinggi dan belanja menurut urusan tinggi
Kuadran III, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut urusan tinggi
Kuadran IV, Persentase penduduk miskin rendah dan belanja menurut urusan rendah
Dari Gambar 4.17 terlihat bahwa mayoritas provinsi berada di kuadran ke-1
dan ke-4. Berdasarkan sebarannya, yang perlu diperhatikan adalah provinsiprovinsi yang berada di kuadran ke-2 (Aceh, Jatim, Jateng, Sulteng).
[Daftar Isi]
61
Garis Kemiskinan
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
-2.0
-2.5
Persentase pengeluaran
per kapita untuk makanan
(Miskin)
Persentase Penduduk
Miskin
P1 (Indeks Kedalaman
Kemiskinan)
ACEH
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
SUMUT
SUMBAR
RIAU
JAMBI
SUMSEL
BENGKULU
KEP BABEL
KEP RIAU
LAMPUNG
[Daftar Isi]
62
Garis Kemiskinan
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
-2.0
Persentase pengeluaran
per kapita untuk
makanan (Miskin)
Persentase Penduduk
Miskin
P1 (Indeks Kedalaman
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
JAKARTA
JABAR
JATENG
YOGYA
JATIM
BANTEN
[Daftar Isi]
63
Persentase pengeluaran
per kapita untuk makanan
(Miskin)
Garis Kemiskinan
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
-1.2
Persentase Penduduk
Miskin
P1 (Indeks Kedalaman
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
BALI
NTB
NTT
64
Garis Kemiskinan
1.5
1.0
Persentase pengeluaran
per kapita untuk
makanan (Miskin)
0.5
Persentase Penduduk
Miskin
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
P1 (Indeks Kedalaman
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
[Daftar Isi]
65
Garis Kemiskinan
2.0
1.5
Persentase pengeluaran
per kapita untuk
makanan (Miskin)
1.0
Persentase Penduduk
Miskin
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
P1 (Indeks Kedalaman
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
SULUT
SULTENG
SULSEL
SULTRA
GORONTALO
SULBAR
[Daftar Isi]
66
Garis Kemiskinan
1.5
1.0
Persentase pengeluaran
per kapita untuk
makanan (Miskin)
0.5
Persentase Penduduk
Miskin
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
P1 (Indeks Kedalaman
Kemiskinan)
P2 (Indeks Keparahan
Kemiskinan)
MALUKU
MALUT
PAPUA BARAT
PAPUA
[Daftar Isi]
67
V1
V2
V3
V4
V5
V6
V7
V8
V9
V10
V12
V12
Total
Kabupaten/Kota
ACEH
29
27
27.5
11.5
2.5
30
10
30
13
23
22
227.5
SUMATERA UTARA
17
18
21
16
12
12
26
24
174
KEPULAUAN RIAU
SUMATERA BARAT
11
12.5
12
23
14.5
24
15
27
15
10
25
197
BALI
12.5
10
7.5
17
13
20
25
13
23
28
181
KALIMANTAN TIMUR
RIAU
DKI JAKARTA
KEP. BANGKA
BELITUNG
KALIMANTAN
SELATAN
Total
Ranking
82.5
86
119.5
120
147.5
149.5
153.5
JAMBI
14
14
18.5
21
20
15
21
18
24
19
199.5
SUMATERA SELATAN
21
19
17
16
13
13.5
14
19.5
12
163
BENGKULU
27
26
25
10
21
22
27
10
193
D I YOGYAKARTA
LAMPUNG
SUMATERA SELATAN
163
SUMATERA UTARA
174
175.5
10
24
23
23
13
10
15
19
15
21
176
KEP. BANGKA
BELITUNG
2.5
26
18
23
26
21
147.5
KEPULAUAN RIAU
5.5
28
1.5
18
86
DKI JAKARTA
12
23
1.5
32
82.5
LAMPUNG
176
11
BALI
20
27
2.5
30
14
13
119.5
BANTEN
177
12
BANTEN
10
16
27
33
17
22
24
177
JAWA BARAT
177
13
D I YOGYAKARTA
25
25
24
12
14.5
23
19
153.5
JAWA TENGAH
178
14
JAWA BARAT
16
15
15.5
10
11.5
19
32
10
18
16
177
RIAU
181
15
JAWA TENGAH
23
22
22
22
22
10
22
12
178
JAWA TIMUR
183.5
16
JAWA TIMUR
20
21
18.5
25
25
11
14
20
10
11
183.5
SULAWESI UTARA
189
17
KALIMANTAN BARAT
10
12.5
13
29
26
32
26
24
16
32
23
248.5
BENGKULU
193
18
24
8.5
25
11
18
11
16
17
149.5
SUMATERA BARAT
197
19
11
17
17
11
29
19.5
26
14
175.5
JAMBI
199.5
20
28
28
27.5
28
32
14
20
25
31
21
15
27
296.5
SULAWESI TENGGARA
216
21
30
30
30
31
29
28
32
32
31
25
18
319
MALUKU UTARA
221.5
22
KALIMANTAN
SELATAN
KALIMANTAN
TENGAH
NUSA TENGGARA
BARAT
NUASA TENGGARA
TIMUR
KALIMANTAN
TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
7.5
8.5
19
25
13
120
ACEH
227.5
23
SULAWESI UTARA
11
11
14
29
31
28
29
189
SULAWESI SELATAN
233.5
24
SULAWESI TENGAH
22
24
26
19
24
31
27
20
27
17
30
276
KALIMANTAN BARAT
248.5
25
SULAWESI SELATAN
15
16
15.5
30
31
24
29
17
17
14
20
233.5
PAPUA BARAT
256.5
26
SULAWESI
TENGGARA
19
20
20
15
23
22
29
12
11
11
26
216
MALUKU
267
27
GORONTALO
26
29
29
32
21
21
27
16
21
30
20
33
305
SULAWESI TENGAH
276
28
SULAWESI BARAT
18
17
14
27
30
30
31
25
22
31
32
284
SULAWESI BARAT
284
29
NUSA TENGGARA
BARAT
296.5
30
MALUKU
MALUKU UTARA
31
31
31
17
18
16
28
16
28
19
29
267
12.5
5.5
2.5
18
19
13
18
24
23
26
29
31
221.5
GORONTALO
305
31
NUASA TENGGARA
TIMUR
319
32
PAPUA
359
33
PAPUA BARAT
32
32
32
28
26
22
13.5
12
30
15
256.5
PAPUA
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
28
359
Keterangan:
V1
V2
V3
V4
V5
68
V6
V7
V8
V9
V10
V11
V12
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 3 provinsi yang memiliki kondisi kemiskinan terburuk
adalah Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Gorontalo.
Tabel 4.2
Kondisi Kemiskinan Kabupaten/Kota Se-Provinsi Aceh Tahun 2012
Kode
Kabupaten/Kota
V1
V2
V3
V4
V5
V6
V7
V8
V9
V10
V12
V12
ACEH
18.58
3.07
0.83
18.47
96.34
99.31
41.77
42.74
70.37
49.66
38.27
49.27
SUMATERA UTARA
10.41
1.82
0.5
21.93
96.04
97.61
34.26
45.65
69.39
58.46
48.75
64.83
SUMATERA BARAT
1.24
0.31
34.7
96.25
97.49
38.51
47.91
69.6
51.9
48.21
43.01
RIAU
8.05
1.13
0.25
32.43
96.26
95.14
38.82
37.48
65.92
56.52
30.36
71.03
JAMBI
8.29
1.37
0.44
34.08
95.01
96.6
38.02
38.89
67.49
39.99
34.88
55.96
SUMATERA SELATAN
13.48
1.85
0.43
26.99
98.18
96.22
35.19
46.47
66.36
55.28
44.8
64.97
BENGKULU
17.52
3.05
0.8
25.7
96.66
98.21
31.82
51.79
68.6
44.98
32.83
64.18
LAMPUNG
15.65
2.53
0.62
30.03
97.13
97.26
35.74
50.34
66.43
25.04
39.26
83.26
5.36
0.66
0.14
37.66
95.3
94.57
40.03
34.64
61.33
43.23
54.19
49.71
10
KEPULAUAN RIAU
6.83
0.85
0.19
21.2
97.21
97.89
41.17
21.09
57.25
55.15
73.93
86.51
11
DKI JAKARTA
3.7
0.56
0.15
16.14
98.49
96.97
38.34
25.24
57.25
81.86
87.97
87.25
12
BALI
3.95
0.39
0.07
33.89
90.01
99.31
24.23
57.34
61.24
50.78
68.27
63.5
13
BANTEN
5.71
0.95
0.28
32.12
96.93
93.83
47.61
31.69
64.06
54.66
38.51
43.05
14
D I YOGYAKARTA
15.88
2.89
0.75
28.57
96.25
99.6
29.27
53.22
67.96
8.06
58.38
92.61
15
JAWA BARAT
9.88
1.62
0.42
28.09
96.34
95.71
45.87
36.57
64.45
45.03
41.06
61.93
16
JAWA TENGAH
14.98
2.39
0.57
34.09
93.24
97.57
34.16
52
64.1
10.91
54.58
63.93
17
JAWA TIMUR
13.08
1.93
0.44
37.5
90.62
97.22
35.7
51.54
64.88
15.46
56.52
64.04
18
KALIMANTAN BARAT
7.97
1.24
0.33
41.34
90.46
92.11
31.13
54.41
68.84
53.52
11.87
46.1
19
KALIMANTAN SELATAN
5.02
0.76
0.17
36.63
96.74
94.14
34.25
50.11
65.79
40.78
42.11
61.48
20
KALIMANTAN TENGAH
6.19
1.08
0.27
28.56
96.81
96.03
36.25
44.09
70.32
55.28
33.68
63.08
21
18.02
3.2
0.83
41.21
82.94
96.77
37.56
53.95
70.61
55.33
42.38
36.7
22
NUASA TENGGARA
TIMUR
20.41
3.47
0.91
44.55
86.8
93.24
24.71
70.08
70.79
67.22
34.22
60.77
23
KALIMANTAN TIMUR
6.38
0.99
0.25
25.99
96.74
97.43
37.39
38.67
60.32
60.79
44.04
74.91
24
SULAWESI UTARA
7.63
1.18
0.3
30.1
98.11
93.21
45.07
37.96
70.17
65.22
48.98
64.21
25
SULAWESI TENGAH
14.94
2.82
0.82
33.32
90.86
92.37
34.05
54.43
68.09
63.39
41.58
32.42
26
SULAWESI SELATAN
9.82
1.68
0.42
43.21
85.96
94.36
41.69
48.29
67.01
38.75
43.84
53.81
27
SULAWESI TENGGARA
13.06
1.92
0.49
31.83
91.2
94.74
33.78
56.76
65.81
47.48
47.6
41.74
28
GORONTALO
17.21
3.21
0.84
50.11
94.93
94.93
41.01
48.28
68.48
66.6
40.29
15.63
29
SULAWESI BARAT
13
1.74
0.4
39.97
86.43
92.91
33.05
57.9
69.15
56.03
27.84
23.25
69
Kode
Kabupaten/Kota
V1
V2
V3
V4
V5
V6
V7
V8
V9
20.76
4.38
8.05
V10
V12
V12
1.31
20.55
95.74
95.87
36.23
54.54
66.51
63.8
40.97
32.46
0.85
0.14
33.22
95.18
96.83
36.61
53.61
68.68
62.61
28.7
30.8
30
MALUKU
31
MALUKU UTARA
32
PAPUA BARAT
27.04
5.71
1.71
26.22
89.87
94.06
38.12
46.47
63.53
48.74
28.69
62.88
33
PAPUA
30.66
7.35
2.44
57.12
52.5
67.22
17.72
78.28
71.36
85.77
11.01
35.89
Keterangan:
V1
V2
V3
V4
V5
V6
V7
V8
V9
V10
V11
V12
[Daftar Isi]
70
SIMPADU
PENANGGULANGAN KEMISKINAN