Konsep Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu fokus dalam Sustainable Development Goals (SDGs) dengan menjadi
pokok permasalahan nomor satu di berbagai negara di dunia. Menurut BPS, Kemiskinan adalah ketidakmampuan
untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang ada dengan membandingkan tingkat konsumsi
penduduk dengan garis kemiskinan. Kemiskinan sendiri dapat dipahami dalam 3 konsep berikut:
1. Kemiskinan Absolut = kondisi dimana standar hidup masyarakat diwujudkan ke dalam bentuk garis
kemiskinan (poverty line) yang bersifat tetap terhadap pengaruh dari kondisi ekonomi masyarakat.
Kemiskinan absolut merupakan kondisi kemiskinan yang terburuk yang diukur melalui tingkat
kemampuan suatu individu ataupun rumah tangga untuk membiayai kebutuhan yang paling minimal untuk
dapat hidup dengan taraf hidup kemanusiaan yang paling rendah.
2. Kemiskinan Relatif = Kemiskinan yang dapat dilihat dari tingkat ketimpangan antara seorang individu
dengan individu yang lain, sering terjadi fenomena dimana seseorang sudah dapat memenuhi kebutuhan
dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya.
3. Kemiskinan Multidimensi = Kemiskinan yang terjadi dalam aspek kehidupan yang tidak hanya diukur
dari tingkat perekonomian seseorang. Kemiskinan multidimensi berkaitan juga dengan berbagai dimensi
antara lain dimensi sosial, budaya, sosial politik, lingkungan (alam dan geografis), kesehatan, pendidikan,
agama, dan budi pekerti.
1
Empat belas kriteria kemiskinan pada rumah tangga; luas lantai per kapita, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas tempat
buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, bahan bakar, membeli daging/ayam/susu, frekuensi makan,
membeli pakaian baru, kemampuan berobat, lapangan usaha kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, dan
aset yang dimiliki rumah tangga.
Metode pengukuran distribusi pendapatan
1. Distribusi Pendapatan Pribadi = Diukur melalui total pendapatan individu atau rumah tangga tanpa
mempertimbangkan bagaimana mereka memperoleh pendapatannya.
2. Kurva Lorenz = Grafik yang dapat mempresentasikan ketimpangan ekonomi, ketimpangan pendapatan
masyarakat, di suatu negara. Kurva Lorenz menjelaskan hubungan kuantitatif aktual antara persentase
penerima pendapatan dan persentase total pendapatan yang sebenarnya mereka terima pada waktu (tahun)
tertentu.
3. Koefisien Gini = Rasio yang didapatkan melalui perhitungan luas diagonal dan Kurva Lorenz dibagi
dengan total luas setengah persegi kurva tersebut berada. Koefisien Gini menunjukan ketimpangan agregat
dengan variasi 0 (kesetaraan sempurna) hingga variasi 1 (ketimpangan sempurna).
4. Indeks Kesejahteraan Ahluwalia-Chenery (ICWI) = Pengukuran dengan mengelompokkan penduduk
menurut pendapatan dalam strata desil (persepuluh). Indeks kesejahteraan ini telah diadopsi oleh Bank
Dunia untuk mengukur tingkat pertumbuhan GDP yang bertumpu pada kemiskinan dimana diberikan
bobot tingkat pendapatan 40 persen penduduk terendah, 40 persen penduduk menengah, dan 20 persen
penduduk tertinggi.
Metode pengukuran kemiskinan absolut
1. Indeks Headcount = Diukur berdasarkan data individu, bukan data rumah tangga, dari mereka yang
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan absolut.
2. Indeks Foster-Greer-Thorbecke = Diukur menggunakan headcount index (H), indeks kedalaman
kemiskinan/poverty depth index (P1)2 dan indeks keparahan kemiskinan/poverty severity index (P2)3.
3. Person-Equivalent Headcounts = Mengukur kondisi awal orang miskin, kemudian menggunakan standar
ini sebagai tolok ukur untuk menghitung jumlah orang miskin standar atau setara.
4. Indeks Kemiskinan Multidimensional (MPI) = Pengukuran kemiskinan dengan menggunakan tiga
dimensi di tingkat rumah tangga; kesehatan, pendidikan, kekayaan karena setiap dimensi mencerminkan
masalah yang sering dijumpai oleh orang miskin, dan setiap dimensi menerima bobot yang sama.
Implikasi dari Konsep dan Pengukuran Kemiskinan di Indonesia Beserta Analisis Faktanya (Studi kasus
DIY Yogyakarta 2016)
2
Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
3
Memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.
Kemiskinan moneter di Yogyakarta dihitung dengan menggunakan garis kemiskinan yang jumlahnya
sebesar Rp401.193,00/kapita/bulan. Berdasarkan hasil pengukuran, sebanyak 7,66% penduduk Kota Yogyakarta
mengalami kemiskinan absolut.
Pandu Baniadi, M. (2018). Analisis Kemiskinan Multidimensional di Kota Yogyakarta. Jurnal Ekonomi