Anda di halaman 1dari 13

Kemiskinan dan Kesenjangan

Pendapatan
Kelompok 7
Ariq Haditya Novaldi Putra (2002015125)
Eka Puspaningrum (2002015027)
Santi Susanti (2002025231)

Start!
Pengertian Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan
Secara etimologi kemiskinan berasal dari kata miskin, yang berarti tidak mempunyai
harta dan benda atau dengan kata lain serba kekurangan. Sedangkan secara terminologi
kemiskinan menurut Sorjono Soekanto ialah kemiskinan suatu kondisi seseorang yang tidak
dapat untuk menyesuaikan dirinya sesuai dengan gaya hidup kelompok dan juga tidak
mampu lagi untuk memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya. Kemiskinan merupakan
suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup rata–rata
masyarakat di suatu daerah.
Kesenjangan pendapatan adalah menggambarkan distribusi pendapatan masyarakat di
suatu daerah atau wilayah pada waktu tertentu. Kaitan kemiskinan dengan ketimpangan
pendapatan ada beberapa pola yaitu: semua anggota masyarakat income tinggi (tak ada
miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
Back Agenda Next
Indikator Kemiskinan & Kesenjangan Pendapatan

Indikator Kemiskinan :
1. Ketidakmampuan dalam memenuhi setiap kebutuhan dasar
dalam sehari-hari seperti pendidikan yang layak,
kesehatan, air bersih, dan alat transportasi.
2. Tidak memiliki jaminan masa depan karena tiadanya Indikator Kesenjangan Pendapatan :
investasi untuk pendidikan dan keluarga. 1. UMR yang telah dibentuk pemerintah untuk para
3. Kerentangan terhadap goncangan yang bersifat individual pegawai swasta dan pegawai Pemerintah yang berbeda.
maupun massa. 2. PNS adalah golongan yang lebih sejahtera dari pada
4. Rendahnya kualitas SDM dan juga terbatasnya SDA. petani.
5. Kurangnya apresiasi dalam setiap kegiatan sosial yang 3. PNS (golongan atas) lebih sejahtera dibandingkan
dilakukan masyarakat. petani.
6. Tidak memiliki semangat karena cacat fisik maupun
mental.
Dampak Kemiskinan & Kesenjangan Pendapatan

1. Pengangguran
Karena tidak bekerja pastilah setiap individu tidak memiliki pendapatan, jika masyarakat tidak
mempunyai penghasilan maka setiap kebutuhan pangannya juga tidak terpenuhi. Secara tidak langsung
pengangguran akan menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga akan memberikan dampak
negatif terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaraan rata-rata.
2. Kekerasan
Akhir-akhir ini kekerasan terus merajalela hal ini disebabkan karena semakin tingginya tingkat
pengangguran di Indonesia. Jika seseorang tak mampu lagi dalam mencari nafkah dengan benar dan halal
maka mereka berpikir bagaimana mendapatkan uang secara instan, seperti merampok, mencuri,dan
menipu . Mereka tak berpikir lagi bahwa hal tersebut adalah cara yang haram.
3. Pendidikan
Saat ini tingkat putus sekolah terus meningkat. Mahalnya biaya pendidikan membuat
masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkqu dunia pendidikan. Sebab mereka begitu miskin mereka
berpikir bahwa untuk makan saja susah apalagi harus membayar uang sekolah.
Dampak kemiskinan & kesenjangan pendapatan

Padahal jika ini terus menerus terjadi maka tingkat pendidikan akan terus merosot dan mereka juga
sulit bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
4. Kesehatan
Seperti kita ketahuai biaya pengobatan saat ini sangatlah mahal. Hampir setiap klinik dan beberapa
rumah sakit swasta besar menerapkan tarif pengobatan yang cukup besar hal tersebut sangatlah sulit
dijangkau oleh masyarakat miskin.
5. Konflik sosial bernuasa SARA
Biasanya konfilik SARA muncul karena akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin
yang tinggi. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat
ketiadaan jaminan keadilan”keamanan” dan perlindungan hukum dari negara,persoalan ekonomi-politik
yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjtektif.
Hubungan Pertumbuhan Ekonomi & Kemiskinan

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan adalah


hubungan yang kompleks dan kontroversional. Secara umum,
pertumbuhan ekonomi adalah prakondisi bagi pengurangan
kemiskinan. Namun ini tidaklah cukup, berbagai studi telah mencoba
menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
kemiskinan yang secara metodologi dapat dikelompokkan menjadi
dua (Berardi dan Marzo, 2015).

Back Agenda Next


A. Kelompok pertama berfokus pada hubungan anatara kemiskinan,
pertumbuhan pendapatan dan distribusi pendapatan. Penelitian ini
merupakan bentuk dari hubungan kemiskinan dengan perekonomian
secara mikro dimana pertumbuhan pendapatan dan distribusi
pendapatan menjadi indikator dari perekonomian mikro.
B. Kelompok kedua berfokus pada elastisitas kemiskinan terhadap
PDB yang merupakan indikator dari perekonomian secara makro.
Dalam hal ini, struktur ekonomi adalah elemen penting yang
menentukan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan.
Analisis Empiris
Menganalisis secara empiris kesenjangan ekonomi antarwilayah di kabupaten/kota di
Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rilis publikasi
Badan Pusat Statistik (BPS) yang terdiri dari data time series tahunan periode 2011-2015
dan metode analisis kuantitatif pengukuran kesenjangan ekonomi, yaitu (1) Model Indeks
Williamson, (2) Model Klassen Typology dan (3) Model Indeks Theil.
Hasil penelitian ini secara empiris menemukan bahwa tingkat kesenjangan ekonomi di
Provinsi Sulawesi Selatan yang ditunjukan dengan nilai Indeks Wiliamson pada kurun
waktu 2011-2015 memiliki kecenderungan menurun dengan kategori sedang dengan nilai
rata-rata selama 5 tahun sebesar 0,64. Ketimpangan wilayah yang diukur dengan Indeks
Theil, menunjukan kesenjangan antar wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan berfluktuasi.
Analisis Empiris
Jika didekomposisi, tingkat kesenjangan antarwilayah lebih besar diakibatkan oleh besarnya kontribusi
ketimpangan yang terjadi internal kabupaten/kota dibandingkan ketimpangan dalam provinsi
(antarkabupaten/kota). Berdasarkan Tipologi Klassen, masih banyak daerah di Provinsi Sulawesi Selatan
yang berada pada kuadran III dan IV, yaitu kabupaten/kota yang tergolong maju tapi tertekan dan relatif
tertinggal (37,50%). Hipotesis “U” terbalik dari Kuznets cenderung berlaku pada kabupaten/kota di Provinsi
Sulawesi Selatan, sehingga hasil pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini dapat dirasakan oleh keseluruhan
masyarakat yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan dalam jangka panjang.
Kebijakan Anti Kemiskinan
1. Menurut Bradshaw (2005) penyusunan kebijakan anti kemiskinan memerlukan kajian
komperehensif terhadap berbagai faktor yang menentukan keberlanjutannya yaitu pelaku,
proses, evaluasi, dan dasar teori yang relevan. Kebijakan anti kemiskinan yang efektif
memerlukan penjabaran yang lebih operasional dalam program-rogramnya. Terhadap hal ini.

2. Dasgupta (2003) menyatakan desain program penanggulangan kemiskinan yang efektif


harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini: (1) spesifik, artinya suatu program tidak cocok
untuk segala situasi dan harus sesuai dengan institusi lokal, (2) relevan dengan permasalahan,
(3) didasari oleh kesadaran bahwa kemiskinan adalah suatu situasi sebab akibat, tidak berdiri
sendiri, (4) memahami konsekuensi yang tidak diinginkan, dan (5) berbasis sumber daya lokal.
Kebijakan Anti Kemiskinan

3. Sementara Chambers, et al., sebagaimana dikutip oleh Muktasam (2011) menyatakan faktor
yang menentukan keberhasilan dalam merancang program pengentasan kemiskinan adalah (1)
kesadaran terhadap nilai-nilai lokal, (2) pendekatan yang terintegrasi dan menyeluruh, dan (3)
bersifat pengembangan sumber daya manusia. Sedangkan faktor-faktor penyebab kegagalan
perancangan program pengentasan kemiskinan adalah (1) pendekatan ‘target’ dan ‘top-down’;
(2) pengabaian nilai-nilai lokal dan bias ‘outsiders’; (3) kurangnya partisipasi; (4) pendekatan
yang tidak holistik; dan (5) ilusi investasi. Dengan memahami kaidah dalam merancang
program penanggulangan akan dapat dihasilkan program yang tepat sasaran dan sesuai dengan
kebutuhan penerima program.
Beberapa program yang dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan
antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan meliputi 5 hal antara lain:
1. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok.
2. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin.
3. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis
masyarakat.
4. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar.
5. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat
miskin.
TERIMA
KASIH
Back Agenda Next

Anda mungkin juga menyukai