Anda di halaman 1dari 14

KEMISKINAN DAN

KESENJANGAN
PENDAPATAN
YULIA NENGSIH PARI
11140510
PEREKONOMIAN INDONESIA
KEMISKINAN
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan

Garis kemiskinan atau batas kemiskinan


adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar
hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum
masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan lebih tinggi di negara maju
daripada di negara sedang berkembang.

Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan
berguna sebagai perangkat untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan
sosio-ekonomi.
PENYEBAB KEMISKINAN
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan,
atau kemampuan dari si miskin.
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab
keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan
keuangan keluarga.
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-
hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah
tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang,
pemerintah, dan ekonomi.
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur
sosial.
DAMPAK KEMISKINAN
Dampak kemiskinan begitu bervariasi karena kondisi dan penyebab yang
berbeda memunculkan akibat yang berbeda juga.
Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan.
Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan.
Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan
dampak kemiskinan.
Kesehatan sulit untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi
sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga
kesehatannya.
Buruknya generasi penerus adalah dampak yang berbahaya akibat
PERTUMBUHAN KEMISKINAN DAN
KESENJANGAN
Hubungan antara Pertumbuhan dan Kesenjangan

Data dekade 1970an dan 1980an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi di
banyak Negara berkembang, terutama Negara-negara dengan proses pembangunan
ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia, menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif
antara laju pertumbuhan dan tingkat kesenjangan ekonomi: semakin tinggi pertumbuhan
PDB atau semakin besar pendapatan per kapita semakin besar perbedaan antara kaum
miskin dan kaum kaya. Semakin besar ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan
oleh pergeseran demografi, perubahan pasar buruh dan perubahan kebijakan
publik. Dalam perubahan pasar buruh, membesarnya kesenjangan pendapatan dari
kepala keluarga dan semakin besarnya pendapatan dari istri dalam jumlah pendapatan
keluarga merupakan dua faktor penyebab penting.
• Hubungan antara Pertumbuhan dan Kemiskinan

Dasar teori dari korelasi antara pertumbuhan dan kemiskinan


tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan dengan
ketimpangan, seperti yang telah dibahas di atas. Mengikuti
hipotesis Kuznets, pada tahap awal proses pembangunan
tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati
tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur
berkurang. Namun banyak factor lain selain pertumbuhan
yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat
kemiskinan di suatu wilayah/Negara seperti struktur
pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.
INDIKATOR KEMISKINAN
Indikator Kemiskinan
Karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup batas garis kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda.
Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi
kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994). Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori
per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta
aneka barang dan jasa.
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator –
indikator kemiskinan sebagaimana dikutip dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar ( sandang,pangan, papan ).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya ( kesehaatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi ).
3. Tidak adanya jaminan masa depan ( karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga ).
4. Kerentangan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6. Kuranganya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial ( anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga,janda
miskin,kelompok marginal dan terpencil ).
DATA KEMISKINAN DI INDONESIA
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB
KEMISKINAN
• Tingkat pendidikan yang rendah
• Produktivitas tenaga kerja rendah
• Tingkat upah yang rendah
• Distribusi pendapatan yang tidak seimbang
• Kesempatan kerja yang sedikit
• Kwalitas sumber daya manusia masih rendah
• Penggunaan teknologi masih kurang
• Etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah
• Kultur/budaya (tradisi)
• Politik yang belum stabil
STRATEGI PEMERINTAH DALAM
MENGENTASKAN KEMISKINAN

Jangka pendek yaitu membangun sector pertanian, usaha kecil dan ekonomi pedesaan.
Jangka menengah dan panjang mencakup:
- Pembangunan dan penguatan sektor swasta
- Kerjasama regional
- Manajemen APBN dan administrasi
- Desentralisasi
- Pendidikan dan kesehatan
- Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
- Pembagian tanah pertanian yang merata
KETIMPANGAN/KESENJANGAN
PENDAPATAN
Ketimpangan pendapatan yang terjadi di Indonesia sangat terlihat jelas, dari istilah yang
kayak semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini sangat berdampak pada
pendapatan tersebut tidak cukup hanya bicara mengenai subsidi modal terhadap
kelompok miskin maupun peningkatan pendidikan ( ketrampilan ) tenaga kerja di
Indonesia. Lebih penting dari itu ,persoalan yang terjadinya sesungguhnya adalah akibat
kebijakan pembangunan ekonomi yang kurang tepat dan bersifat struktural. Maksudnya
kebijakan masa lalu yang begitu menyokong sektor industri dengan mengorbankan
sektor lainnya patut direvisi karena telah mendorong munculnya ketimpangan sektoral
yang berujung kepada kesenjangan pendapatan. Dari perspektif ini agenda mendesak
bagi Indonesia adalah memikirkan kembali secara serius model pembangunan ekonomi
yang secara serius model pembangunan ekonomi yang secara serentak bisa
memajukan semua sektor dengan melibatkan seluruh rakyat sebagai partisipan.
Sebagian besar ekonom meyakini bahwa strategi pembangunan itu adalah modernisasi
pertanian dengan melibatkan sektor industri sebagai unit pengolahnya.
INDIKATOR KESENJANGAN
PENDAPATAN
Indikator Kesenjangan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi
ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering
digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur, yaitu
the Generalized Entropy(GE), ukuran Atkinson, dan Koefisien Gini. Yang paling sering dipakai
adalah koefisien gini.
Indikator - indikator Kesenjangan Pendapatan
Adapun indikator – indikator kesenjangan pendapatan antara lain sebagai beikut :
1. UMR yang ditentukan pemerintah antara pegawai swasta dan pegawai Pemerintah yang
berbeda.
2. PNS ( golongan atas ) lebih sejahtera dibandingkan petani.
3. Pertanian kalah jauh dalam menyuplai Produk Domestik Bruto ( PDB ) yang hanya sekitar 9.3
% di tahun 2011, padahal Indonesia merupakan Negara agraris.
SOLUSI KESENJANGAN PENDAPATAN
Ketimpangan pendapatan di Indonesia cenderung meningkat pada tingkatan yang cukup
mengkhawatirkan. Koefisien gini yang menunjukkan tingkat ketimpangan berada pada tingkatan yang
cukup mengkhawatirkan, yaitu 0,42
Kebijakan pemerintah juga penting dalam mengatasi sumber ketimpangan dengan kebijakan yang
progresif. Bukan sekadar redistribusi dan peningkatan pajak, melainkan kebijakan yang menjawab
ketimpangan dengan pertumbuhan dan kesejahteraan yang lebih tinggi.
Pemerintah dapat mengurangi ketimpangan dengan tiga cara, yaitu pajak, pengeluaran pemerintah, dan
regulasi. Pajak adalah cara paling efektif, yaitu dengan menerapkan pajak progresif kepada golongan kaya
untuk membiayai pengeluaran pemerintah dalam program sosial. Tetapi, pajak progresif di Indonesia tidak
dapat berjalan dalam praktiknya karena kelemahan sistem perpajakan dan ketaatan membayar pajak yang
rendah.
Upaya mengatasi ketim-pangan dapat sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan.
Pemerataan kesempatan merupakan jalan efektif bagi mobilitas sosial. Karena itu, kronisme dan korupsi
yang menghambat mobilitas sosial harus diminimalkan. Pajak, sekalipun tidak progresif, harus diefektifkan
karena sebagai sumber utama bagi program sosial untuk mengatasi ketimpangan dan kemiskinan.
Program sosial mencakup pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial lainnya harus ditingkatkan.
TERIMAKASIH……

Anda mungkin juga menyukai