Anda di halaman 1dari 26

makalah kemiskinan-kesehatan

PENDEKATAN UNTUK PENGENTASAN MATA RANTAI


KEMISKINAN DI INDONESIA
An Approach For Addresing Indonesia’s Poverty Problems

I. PENDAHULUAN
a. Pengertian
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
 Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai
situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya
dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan
tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan
yang memadai.
BAPPENAS (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang
atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar
masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa
aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam
kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Untuk mewujudkan hak-hak
dasar masyarakat miskin ini, BAPPENAS menggunakan beberapa pendekatan utama antara
lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income
approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan pendekatan
objective and subjective.

b. Latar Belakang
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu
umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin
dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa
kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-
kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern. Kemiskinan sebagai suatu penyakit
sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga
negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat.
Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai
nation state, sejarah sebuah negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Dalam
negara yang salah urus, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan.
Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang
berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi,
kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan
sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang
lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang
dan papan secara terbatas. Kemiskinan, menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan
apa saja demi keselamatan hidup, safety life, mempertaruhkan tenaga fisik untuk
memproduksi keuntungan bagi tengkulak lokal dan menerima upah yang tidak sepadan
dengan biaya tenaga yang dikeluarkan.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta
jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi Nasional / Susenas 1998).
Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di
pedesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996
( sebelum krisis ekonomi ) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta
jiwa di perkotaan dan 15,3 juta jiwa di pedesaan. Akibat krisis jumlah kemiskinan
diperkirakan semakin bertambah. Ada dua hal yang menyebabkan kemiskinan terjadi, yakni
kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain sumber daya
alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan adanya bencana alam.
Kemiskinan buatan terjadi karena lambaga-lembaga  yang ada di masyarakat tidak mampu
menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia sehingga sering mengkritik
kebijakan pembangunan yang hanya terfokus pada pertumbuhan ketimbang pada pemerataan.
             Indonesia yang memiliki sumber daya yang sangat kaya dan sumber daya manusia
yang sangat banyak, tetapi ronisnya masih mengalami berbagai persoalan kemiskinan
penduduk baik itu dari  aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Indonesia yang sudah
merdeka hampir 67 tahun yang lalu, masih memiliki pekerjaan besar untuk mengentaskan
kemiskinan rakyatnya. Bagaimanakah solusi untuk pengentasan kemiskinan ini, untuk itulah
makalah ini disusun salah satunya untuk mengetahui langkah-langkah untuk pengentasan
kemiskinan di Indonesia.

c. Tujuan
Tujuan Umum : Mengetahui bagaimanakah kondisi kemiskinan di Indonesia
Tujuan khusus:
-          Mengetahui Pengertian kemiskinan
-          Mengetahui Indikator-indikator kemiskinan
-          Mengetahui Penyebab kemiskinan
-          Mengetahui Dampak kemiskinan
-          Mengetahui Bagaimanakan cara pengentasan kemiskinan di Indonesia
 
d. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup makalah ini hanya pada :
-          Pengertian Kemiskinan di Indonesia
-          Penyebab Kemiskinan
-          Indikator Kemiskinan
-          Dampak Kemiskinan
-          Penaggulangan Kemiskinan
 
II. DESKRIPSI PERMASALAHAN
Berbagai permasalahan kemiskinan terjadi diberbagai aspek diantaranya aspek sosial
terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi akan
tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan
nihil, lemah mengantisipasi peluang. Kemiskinan dari aspek psikologi terutama akibat rasa
rendah diri, fatalisme,malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik berkaitan
dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah
dalam proses pengambil keputusan.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolute
apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi
kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang
tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada
di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan
sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.
Garis kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kemampuan masyarakat untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup minimum. Melalui pendekatan social masih sulit mengukur garis
kemiskinan masyarakat, tetapi dari indikator ekonomi secara teoritis dapat dihitung dengan
menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran.
Sementara ini yang dilakukan Biro Pusat Statistik (BPS) untuk menarik garis kemiskinan
adalah pendekatan pengeluaran.Menurut data BPS hasil Susenas pada akhir tahun 1998, garis
kemiskinan penduduk perkotaan ditetapkan sebesar Rp. 96.959 per kapita per bulan dan
penduduk miskin perdesaan sebesar  Rp. 72.780 per kapita per bulan. Dengan perhitungan
uang tersebut dapat dibelanjakan untuk memenuhi konsumsi setara dengan 2.100 kalori per
kapita per hari, ditambah dengan pemenuhan kebutuhan pokok minimum lainnya, seperti
sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi.

Melihat sangat kayanya Indonesia dengan Sumber daya alam dan Sumber Daya
Manusia yang tersedia, tetapi hal tersebut sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi
dengan pemamparan diatas, sehingga perlu dikaji lebih lanjut permasalahan-permasalahan
yang terjadi berkaitan dengan :
  Mengapa kemiskinan ini terjadi, apa penyebabnya
  Dampak dari kemiskinan
  Indikator Kemiskinan
  Bagaimana upaya mengentaskan kemiskinan ini

 
III. ANALISIS/PEMBAHASAN
Salah satu masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia ialah masih banyaknya
jumlah orang miskin.  Data kemiskinan yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan bahwa pada 2011 jumlah orang miskin telah turun menjadi 30 juta jiwa.  Tahun
sebelumnya 2010 jumlah orang miskin sekitar 31 juta jiwa, dan tahun 2007  jumlah orang
miskin masih sebanyak 37 juta jiwa.  Data BPS ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan
di Indonesia terus mengalami penurunan jumlahnya.
Namun data tersebut banyak dipertanyakan kesahihannya karena tidak sinkron dengan
jumlah penerima beras murah untuk orang miskin (Raskin) yang ditetapkan pemerintah
sebanyak 17,5 juta RTS.  Jika setiap rumah tangga dihuni 5 orang, maka jumlah orang miskin
di Indonesia sekitar 87,5 juta jiwa.  Begitu juga dengan jumlah penerima jaminan kesehatan
masyarakat (Jamkesmas) pada tahun 2010 ditetapkan sebanyak 76,4 juta jiwa. Jumlah
penerima Raskin dan Jamkesmas, hampir sama jumlahnya walaupun ada selisihnya,  dan hal
itu berdasarkan fakta dilapangan berbagai fenomena misalnya dalam pembagian zakat atau
sembako yang sangat banyak antri dan berdesak-desakan, tanpa menghiraukan panas terik
matahari dan keselamatan mereka.  Kemiskinan sebagai salah satu penyebab utama tawuran
sebagai bentuk protes sosial, secara kasat masih banyaknya orang miskin di negeri ini.

a.       Penyebab Kemiskinan


Akar kemiskinan di Indonesia tidak hanya harus dicari dalam budaya malas bekerja
keras. Keseluruhan situasi yang menyebabkan seseorang tidak dapat melaksanakan kegiatan
produktifnya secara penuh harus diperhitungkan. Faktor-faktor kemiskinan adalah gabungan
antara faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eskternal penyebab kemiskinan :

-          Kebijakan pembangunan yang keliru


-          Korupsi yang menyebabkan berkurangnya alokasi anggaran untuk suatu kegiatan
pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat miskin
Faktor internal penyebab kemiskinan :

-       Keterbatasan wawasan, kurangnya ketrampilan, kesehatan yang buruk, serta etos kerja yang
rendah.
 Faktor-faktor internal dapat dipicu munculnya oleh faktor-faktor eksternal juga. Kesehatan
masyarakat yang buruk adalah pertanda rendahnya gizi masyarakat. Rendahnya gizi
masyarakat adalah akibat dari rendahnya pendapatan dan terbatasnya sumber daya alam.
Selanjutnya, rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah akibat
dari kurangnya pendidikan. Hal yang terakhir ini juga pada gilirannya merupakan akibat dari
kurangnya pendapatan. Kurangnya pendapatan merupakan akibat langsung dari keterbatasan
lapangan kerja. Dan seterusnya begitu, berputar-putar dalam proses saling terkait.

Adapun Menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah: (1)
kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal (2) terbatasnya ketersediaan bahan
kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; (3) kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan
bias sektor; (4) adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang
kurang mendukung; (5) adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor
ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern); (6) rendahnya produktivitas dan
tingkat pembentukan modal dalam masyarakat; (7) budaya hidup yang dikaitkan dengan
kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya; (8) tidak adanya tata
pemerintahan yang bersih dan baik (good governance); (9) pengelolaan sumber daya alam
yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan. 

Bila dirumuskan dengan seksama terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab
kemiskinan:
1.      Faktor Natural; Faktor pertama, kemiskinan bisa disebabkan oleh faktor natural, yaitu  faktor
alam sekitar,  di mana seseorang dilahirkan dan tinggal,  seperti di Nusa Tenggara Timur
(NTT) yang tandus, dan di sebagian Afrika yang tanahnya berupa padang pasir. Selain itu,
kemiskinan bisa juga disebabkan karena seseorang lahir dari keluarga miskin (kemiskinan
individual).   Karena lahir dari keluarga miskin, maka orang tuanya tidak mampu
menyekolahkan  anaknya  untuk mengenyam pendidikan yang baik dan tinggi. 
Konsekuensinya tidak berpendidikan yang memadai, maka sulit mendapatkan pekerjaan yang
bisa memberi penghasilan yang cukup.  Oleh karena menganggur (tidak bekerja), maka
otomatis miskin.  Inilah lingkaran setan kemiskinan yang melilit orang-orang miskin.
2.      Faktor Struktural;  kemiskinan yang disebabkan oleh faktor yang bersifat strukrural.  Faktor
struktural bisa lingkungan masyarakat yang telah terstruktur dengan piramida sosial yang
menempatkan adanya pembagian kelas dalam masyarakat yaitu kelas atas (high class), kelas
menengah (middle class), dan kelas bawah dan paling bawah (lower and lower-lower
class).Selain itu, kemiskinan bisa disebabkan oleh struktur kekuasaan yang sebenarnya sangat
berkepentingan dan mempunyai berbagai program untuk memberdayakan dan memajukan
orang-orang miskin, tetapi  dalam praktik, struktur kekuasaan dianggap menghambat,  tidak
peduli dan melakukan pembiaran terhadap orang-orang miskin.
3.      Faktor Kultural; yang bersifat kultural (budaya).  Dalam masalah ini,  paling tidak dapat
dibabagi kepada dua faktor  yang bisa menjadi penyebab kemiskinan. Pertama, budaya
masyarakat.  Kedua, budaya orang miskin.Budaya masyarakat memegang peranan dalam
membentuk prilaku tiap warga.  Kalau dalam suatu masyarakat memiliki budaya yang
dinamis, kreatif, rajin, suka gotong-royong, agamis, dan cinta damai, maka warga yang hidup
dalam komunitas itu akan beradaptasi dan berprilaku seperti budaya masyarakat ditempat itu.
Akan tetapi sebaliknya, jika masyarakatnya berbudaya apatis, malas, tidak bergairah, apalagi
telah mengamalkan budaya kemiskinan (culture of poverty) seperti merasa tidak berguna,
merasa disisihkan, terpinggirkan, tidak diperlukan,  dan memiliki budaya ketergantungan,
maka  warga yang berdomisili dikawasan itu, mindset (cara berpikir), bertindak/berbuat dan
berbudaya, lambat laun akan akan mengikuti budaya kelompok yang dominan.

b.      Indikator Kemiskinan


Indikator utama kemiskinan dapat dilihat dari :

 (1) Kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak

 (2) Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif;

 (3) Kurangnya kemampuan membaca dan menulis

 (4) Kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup

 (5) Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi

 (6) Ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah

 (7) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas

(8) dan sebagainya.

Indikator-indikator tersebut dipertegas dengan rumusan yang konkrit yang dibuat oleh
BAPPENAS berikut ini;

¨    Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, dilihat dari stok pangan yang terbatas, rendahnya
asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu. Sekitar 20
persen penduduk dengan tingkat pendapatan terendah hanya mengkonsumsi 1.571 kkal per
hari. Kekurangan asupan kalori, yaitu kurang dari 2.100 kkal per hari, masih dialami oleh 60
persen penduduk berpenghasilan terendah (BPS, 2004);
¨   Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh kesulitan
mandapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya
pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi; 
jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal. Di
sisi lain, utilisasi rumah sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat
miskin cenderung memanfaatkan pelayanan di PUSKESMAS. Demikian juga persalinan oleh
tenaga kesehatan pada penduduk miskin, hanya sebesar 39,1 persen dibanding 82,3 persen
pada penduduk kaya. Asuransi kesehatan sebagai suatu bentuk sistem jaminan sosial hanya
menjangkau 18,74 persen (2001) penduduk, dan hanya sebagian kecil di antaranya penduduk
miskin;

¨   Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan yang disebabkan oleh kesenjangan
biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas, biaya pendidikan yang mahal,
kesempatan memperoleh pendidikan yang terbatas,  tingginya beban biaya pendidikan baik
biaya langsung maupun tidak langsung;

¨    Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan
perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi pekerja anak dan pekerja
perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumahtangga;

¨    Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi. Masyarakat miskin yang tinggal di
kawasan nelayan, pinggiran hutan, dan pertanian lahan kering kesulitan memperoleh
perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak. Dalam satu rumah seringkali
dijumpai lebih dari satu keluarga dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai;

¨    Terbatasnya akses terhadap air bersih. Kesulitan untuk mendapatkan air bersih terutama
disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu sumber air;

¨   Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah. Masyarakat miskin menghadapi
masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta ketidakpastian dalam
penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah tangga petani sangat
dipengaruhi oleh aksesnya terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluargannya
untuk bekerja di atas tanah pertanian

¨   Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses
masyarakat terhadap sumber daya alam. Masyarakat miskin yang tinggal di daerah perdesaan,
kawasan pesisir, daerah pertambangan dan daerah pinggiran hutan sangat tergantung pada
sumberdaya alam sebagai sumber penghasilan;
¨    Lemahnya jaminan rasa aman. Data yang dihimpun UNSFIR menggambarkan bahwa dalam
waktu 3 tahun (1997-2000) telah terjadi 3.600 konflik dengan korban 10.700 orang, dan lebih
dari 1 juta jiwa menjadi pengungsi. Meskipun jumlah pengungsi cenderung menurun, tetapi
pada tahun 2001 diperkirakan masih ada lebih dari 850.000 pengungsi di berbagai daerah
konflik;

¨  Lemahnya partisipasi. Berbagai kasus penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja


secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya dialog
dan lemahnya pertisipasi mereka dalam pengambilan keputusan. Rendahnya partisipasi
masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya informasi
baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang
memungkinkan keterlibatan mereka;

¨     Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan
adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Menurut data BPS, rumahtangga
miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumahtangga tidak
miskin. Rumahtangga miskin di perkotaan rata-rata mempunyai anggota 5,1 orang,
sedangkan rata-rata anggota rumahtangga miskin di perdesaan adalah 4,8 orang.

Dari berbagai definisi tersebut di atas, maka indikator utama kemiskinan adalah; (1)
terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan
kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya
kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan
perbedaan upah; (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya akses
terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; (9)
memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses
masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya
partisipasi; (12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan
keluarga; (13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan
inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial
terhadap masyarakat.

Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia adalah  kepemilikan tanah dan modal
yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang bias
kota, perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat, perbedaan sumber daya manusia
dan sektor ekonomi, rendahnya produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan
yang buruk, dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan.
c.       Dampak Kemiskinan
Kemiskinan telah membatasi hak rakyat untuk :

 (1) Memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan

 (2) Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum

 (3) Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman

 (4) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang,    

      pangan, dan papan) yang terjangkau

 (5) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan

(6) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan

 (7) Hak rakyat untuk memperoleh keadilan

 (8) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik dan   

     pemerintahan

 (9) Hak rakyat  untuk berinovasi

 (10) Hak rakyat menjalankan hubungan spiritualnya dengan Tuhan

  (11) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam menata dan mengelola  

        pemerintahan dengan baik.

Kemiskinan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Index


(HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas manusia
Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-
negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data
tahun 2002, angka Human Development Index (HDI) Indonesia adalah 0,692. Angka indeks
tersebut merupakan komposit dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka
melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen, kombinasi angka
partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65
persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya
beli (purchasing power parity) sebesar US$ 3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan
ke-111 dari 177 negara (Kompas, 2004).
d.   Pengentasan Kemiskinan/Memutus Lingkaran Setan Kemiskinan
Penghapusan kemiskinan merupakan tantangan global terbesar yang
dihadapi dunia dewasa ini, dan karenanya menjadi syarat mutlak bagi pembangunan
berkelanjutan. Maka itu para pemimpin negara sedunia pada Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) Millenium di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York tahun 2000 menetapkan
upaya mengurangi separuh dari kemiskinan di dunia sebagai "Tujuan Pembangunan
Millenium ( Millenium Development Goals )"  bagi negara-negara anggota PBB yang harus
dicapai pada tahun 2015 melalui 8 jalur sasaran :
- Mengurangi separuh proporsi penduduk dunia yang berpenghasilan
   kurang dari 1 dollar AS per hari dan proporsi penduduk yang menderita
   kelaparan
- Mengurangi separuh proporsi jumlah penduduk yang tidak memiliki akses  
   pada air minum yang sehat;
-  Menjamin semua anak, laki-laki dan perempuan, menyelesaikan sekolah  
   dasar
 - Menurunkan hingga 2/3 kematian bayi & anak dibawah usia lima tahun
 - Menghentikan penyebaran penyakit HIV / AIDS, malaria dan jenis  
   penyakit menular lainnya
  - Menghilangkan ketidaksetaraan gender di sekolah
 - Menerapkan dengan  konsekuen kebijakan pembangunan berkelanjutan
 - Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan di semua tingkatan.

Komitmen semua bangsa di dunia untuk menghapus kemiskinan dari muka bumi ini
ditegaskan dan dikokohkan kembali dalam "Deklarasi Johannesburg mengenai
Pembangunan Berkelanjutan"  yang disepakati oleh para Kepala Negara/Pemerintahan
dari 165 negara yang hadir pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan
Berkelanjutan di Johannesburg, Afrika Selatan, bulan September 2002 yang lalu dan
kemudian dituangkan dalam dokumen "Rencana Pelaksanaan KTT Pembangunan
Berkelanjutan",  yang juga telah ditanda-tangani oleh Presiden RI, Megawati Sukarnoputri,
untuk menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan di Indonesia.
Dengan demikian, Indonesia telah membuat komitmen nasional untuk memberantas
kemiskinan dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, dimana pemerintah dan
semua perangkat negara bersama dengan berbagai unsur masyarakat memikul tanggungjawab
utama untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan sekaligus pengentasan
kemiskinan tsb paling lambat tahun 2015.
Untuk itu, sesuai dengan butir II paragraf 7 dokumen Johannesburg tentang “Rencana
Pelaksanaan KTT Pembangunan Berkelanjutant” (Plan of Implementaion of the World
Summit on Sustainable Development), Pemerintah Indonesia sepakat untuk menempuh
langkah-Iangkah pengentasan kemiskinan sebagai berikut:
1.      Pada tahun 2015, mengurangi separuh proporsi penduduk dunia yang berpenghasilan kurang
dari 1 dollar AS per hari dan proporsi penduduk yang menderita kelaparan, dan pada tahun
yang sama, mengurangi separuh proporsi jumlah penduduk yang tidak memiliki akses pada
air minum yang sehat
 2.      Membentuk dana solidaritas dunia untuk penghapusan kemiskinan dan memajukan
pembangunan sosial dan manusia di Indonesia
 3.      Mengembangkan program nasional bagi pembangunan berkelanjutan dan pengembangan
masyarakat daerah lokal dalam lingkup strategi nasional pengurangan kemiskinan,
meningkatkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat miskin serta organisasi kelompok
masyarakat tersebut
 4.      Memajukan akses yang sama dan partisipasi penuh kaum perempuan, berdasarkan prinsip
kesetaraan dengan pria, dalam pengambilan keputusan pada semua tingkatan, mengarus-
utamakan perspektif gender dalam semua kebijakan dan strategi pembangunan, serta
penghapusan semua bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan
5.      Mengembangkan kebijakan, cara-cara dan sarana untuk meningkatkan akses masyarakat
adat/penduduk asli dan komunitas mereka terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi, dengan
memperhatikan hakekat ketergantungan mereka selama ini pada ekosistem alami
dimana,mereka hidup dan bekerja
 6. Menyediakan pelayanan kesehatan dasar untuk semua kelompok masyarakat dan mengurangi
ancaman terhadap kesehatan yang berasal dari lingkungan
 7.   Menjamin bahwa anak-anak di manapun juga, baik laki-Iaki maupun perempuan, dapat
menyelesaikan pendidikan dasar serta memperoleh akses dan kesempatan yang sama pada
semua tingkatan pendidikan
8.  Menyediakan akses pada sumber daya pertanian bagi masyarakat miskin. khususnya
perempuan dan komunitas masyarakat adat/penduduk asli

9.   Membangun prasarana dasar pedesaan, diversifikasi ekonomi dan perbaikan transportasi,
serta akses pada pasar, kemudahan informasi pasar dan kredit bagi masyarakat miskin
pedesaan, untuk mendukung pembangunan pedesaan dan pertanian secara berkelanjutan
 10. Melaksanakan alih pengetahuan dan tehnik dasar pertanian berkelanjutan,    
termasuk pengelolaan sumber daya alam secara lestari, untuk petani dan nelayan skala kecil
dan menengah, serta masyarakat miskin di pedesaan, termasuk    melalui pendekatan
partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan terkait
 11. Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan pangan, dengan     
     memajukan pola kemitraan produksi pangan berbasis masyararakat
    12. Memerangi kekeringan dan peng-“gurun”-nan lahan, serta mengurangi dampak bencana
kekeringan dan bencana banjir, melalui langkah-Iangkah seperti penggunaan informasi dan
prakiraan iklim dan cuaca, sistem peringatan dini, pengelolaan sumber daya tanah dan alam
secara lestari, penerapan praktik pertanian dan koservasi ekosistem yang ditujukan untuk
membalikkan dan mengurangi kecenderungan degradasi tanah dan sumber daya air
 13. Meningkatkan akses pada sanitasi untuk memperbaiki kesehatan manusia dan mengurangi
angka kematian bayi dan “balita”.

Untuk memutus lingkaran setan kemiskinan yang melilit kehidupan orang-orang miskin
sepanjang hayat mereka, maka hanya dua cara yang harus dilakukan dan sudah terbukti
berhasil :
1.      Pertama,  anak-anak miskin yang realatif cerdas, harus didorong keluar untuk belajar di
daerah lain.  Ini sangat penting karena lingkungan keluarga dan tempat tinggal mereka tidak
kondusif untuk belajar.  Untuk mewujudkan hal itu,  maka mereka harus diberi beasiswa yang
cukup untuk bekal hidup. Supaya terkontrol dan tertanam disiplin,  mereka harus mengikuti
pendidikan terpadu yang berasrama seperti di Taruna Nusantara, di Pondok Pesantren Gontor
dan sebagainya.Inilah cara yang paling efektif dan sudah terbukti bisa memutus lingkaran
setan kemiskinan yang membelit orang-orang miskin.  Cara ini telah sukses dilakukan
pemerintah Malaysia untuk memberdayakan dan memajukan orang-orang Melayu diberbagai
penjuru Malaysia yang pada awal negeri jiran itu merdeka, masyarakatnya juga banyak yang
miskin dan terkebelakang. Mereka kemudian didorong keluar daerah dan diberi beasiswa,
untuk mengikuti pendidikan di sekolah lanjutan serta universitas dan tinggal di berbagai
asrama dibawah pengawasan para guru dan bahkan profesor. 2. Kedua,  masuk Camp
Motivation.  Mereka yang tidak memungkinkan lagi belajar karena faktor usia dan memilih
buka usaha dan atau bekerja, mereka masuk ke Camp Motivation untuk diberi motivasi,
pencerahan, penyadaran dan lain sebagainya.  Selain itu diberi ketrampilan (kepakaran
khusus) serta berbagai ilmu yang praktis untuk menunjang kegiatan yang dipilih.  Mereka
yang telah mengikuti pendidikan dan latihan di Camp Motivation, jika memilih untuk
membuka usaha, maka mereka akan diberi modal kerja dan modal usaha. Dalam melakukan
kegiatan usaha, mereka diwajibkan menyusun anggaran termasuk mengusulkan sewa tempat
berusaha, serta gaji setiap bulan bagi pemiliknya. Setiap akhir bulan, diwajibkan untuk
menyampaikan laporan kepada instansi yang memberi permodalan untuk dievaluasi
kemajuan dan kemunduran jika terjadi.
Cara ini telah dilakukan di Malaysia dan berhasil memberdayakan dan memajukan
masyarakat di negeri jiran itu.  Oleh karena itu, sebaiknya diberlakukan hal serupa kepada
orang-orang miskin yang akan dibantu permodalan oleh perbankan, Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) dan atau lembaga keuangan lainnya,  karena akan mengalami kegagalan
kalau hanya menyediakan modal atau bantuan seperti selama ini, tanpa terlebih merubah cara
berfikir (mind set) dan budaya orang-orang miskin.
Berdasarkan kebijakan tersebut, pemerintah pusat menjalankan program-programnya
dalam bentuk:

(1) Menurunkan jumlah persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan melalui
bantuan kredit, jaminan usaha dan pengadaan sarana dan prasarana di desa seperti
PUSKESMAS, INPRES, KUD, dan sebagainya

 (2) Mengusahakan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat miskin melalui distribusi


sembako yang dibagikan secara gratis kepada penduduk miskin

(3) Mengusahakan pelayanan kesehatan yang memadai dengan menyebarkan tenaga-tenaga


kesehatan ke desa dan pengadaan obat-obatan melalui PUSKESMAS

 (4) Mengusahakan penyediaan fasilitas pendidikan dasar dengan memperbanyak pendirian


sekolah-sekolah INPRES

 (5)  Menyediakan kesempatan bekerja dan berusaha melalui proyek-proyek perbaikan sarana
dan prasarana milik pemerintah, penyediaan kredit dan modal usaha yang diberikan dalam
bentuk pinjaman kepada masyarakat miskin

 (6) Memenuhi kebutuhan perumahan dan sanitasi dengan memperbanyak penyediaan rumah-
rumah sederhana untuk orang miskin

 (7) Mengusahakan pemenuhan air bersih dengan pengadaan PAM

 (8) Menyediakan sarana listrik masuk desa, sarana telekomunikasi dan sejenisnya; dan
sebagainya.

Dilihat dari kegagalan program penanggulangan kemiskinan selama ini, strategi dan
kebijakan alternatif yang berpihak kepada rakyat miskin, option for the poor menjadi
kebutuhan mutlak menanggulangi kemiskinan. Untuk membuat sebuah strategi dan kebijakan
alternatif,  diperlukan pengetahuan yang memadai tentang penyebab utama kemiskinan
masyarakat desa. Dari serangkaian penyebab kemiskinan masyarakat desa yang telah
disebutkan di depan, maka strategi dan kebijakan alternatif menanggulangi kemiskinan desa
dapat dilakukan dengan cara;

(1)     Memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat desa untuk memperoleh layanan
pendidikan yang memadai, secara gratis dan cuma-cuma. Pemerintah perlu mengembangkan
sistem pendidikan nasional yang berorentasi keberpihakan kepada orang miskin (pendidikan
untuk orang miskin). Pendidikan yang ditawarkan di Indonesia saat ini sangat mahal dan
biayanya sulit dijangkau oleh orang-orang miskin. Karenanya, mereka memilih untuk tidak
menyekolahkan anak-anak mereka, sebab beban biaya pendidikan yang ada, tidak sebanding
dengan kemampuan keuangan mereka. Masyarakat desa selalu mengatakan bahwa
“jangankan untuk menyekolahkan anak-anak, untuk makan sehari-hari saja, susahnya minta
ampun

(2)     Redistribusi lahan dan modal pertanian yang seimbang. Ketimpangan kepemilikan lahan
pertanian, memperlebar jurang kemiskinan antara masyarakat yang tinggal di pedesaan.
Sebagian besar tanah-tanah pertanian yang subur dimiliki oleh tengkulak lokal dan tuan
tanah. Akibatnya, tanah-tanah pertanian yang ada, tidak memberikan penghasilan yang cukup
bagi orang-orang desa yang memiliki tanah dan modal pertanian yang terbatas. Sebagian
besar tenaga dan fisik mereka dipergunakan untuk menjadi buruh di tanah-tanah pertanian
milik tuan tanah dan tengkulak lokal

(3)     Mendorong perkembangan investasi pertanian dan pertambangan ke daerah pedesaan.


Pembukaan investasi pertanian dan pertambangan dapat memberikan kesempatan kerja
kepada masyarakat desa. Dengan begitu, pendapatan mereka akan meningkat dan
berpengaruh pada perubahan kesejahteraan hidup

(4)     Membuka kesempatan yang luas kepada masyarakat desa untuk memperoleh kredit usaha
yang mudah. Sistem kredit yang ada saat ini, belum memberikan kemudahan usaha bagi
masyarakat desa dan sering salah sasaran. Karena itu, diperlukan kebijakan baru yang
memberikan jaminan kredit usaha yang memadai bagi masyarakat desa

(5)     Memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan masyarakat desa. Kebutuhan sandang,
papan dan pangan perlu dilakukan melalui sebuah mekanisme lumbung desa yang
memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat desa, memperoleh sumber-sumber
kebutuhan yang disediakan secara terorganisir

(6)     Memperkenalkan sistem pertanian modern dengan teknologi baru yang memberikan
kemudahan bagi masyarakat untuk menggali sumber-sumber pendapatan yang memadai.
Teknologi pertanian diperbanyak dan diberikan secara cuma-cuma kepada petani untuk
meningkatkan produktivitas pertanian dan mempermudah pemenuhan kebutuhan hidup
mereka

(7)     Memberikan jaminan kesehatan kepada mayarakat dengan sistem layanan kesehatan gratis,
memperbanyak PUSKESMAS dan unit-unit layanan kesehatan kepada masyarakat desa yang
miskin dan terbelakang

(8)     Memberikan jaminan asuransi dan jaminan sosial terhadap masyarakat desa. Jaminan
asuransi dan jaminan sosial dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin dan
memberikan semangat hidup yang lebih berarti. Sistem asuransi dan jaminan sosial yang ada
saat ini, diberlakukan secara diskriminatif, hanya terbatas kepada mereka yang memiliki uang
saja. Untuk itu, pemerintah berkewajiban memberikan jaminan asuransi yang memadai
kepada masyarakat miskin

(9)     Memperkuat komitmen eksekutif dan legislatif untuk memperbaiki tatanan pemerintahan.
Tatanan pemerintahan yang ada saat ini, memberikan keleluasaan bagi terjadinya praktik
korupsi dalam seluruh level pemerintahan. Perbaikan tatanan pemerintahan, menjadi kata
kunci untuk membuat program penanggulangan kemiskinan benar-benar diperuntukkan bagi
masyarakat miskin

(10) Mendorong agenda pembangunan daerah memprioritaskan pemberantasan kemiskinan


sebagai skala prioritas yang utama, mendorong tekad semua pihak untuk mengakui kegagalan
penanggulangan kemiskinan selama ini, membangkitkan kesadaran kolektif agar memahami
kemiskinan sebagai musuh bersama, dan meningkatkan partisipasi semua pihak dalam
memberantas kemiskinan.

Untuk menunjang keberhasilan strategi tersebut, diperlukan unsur-unsur berikut;

(a)    Upaya penanggulangan kemiskinan tersebut sebaiknya dilakukan secara menyeluruh,


terpadu, lintas sektor, dan sesuai dengan kondisi dan budaya lokal, karena tidak ada satu
kebijakan kemiskinan yang sesuai untuk semua

(b)   Memberikan perhatian terhadap aspek proses, tanpa mengabaikan hasil akhir dari proses
tersebut. Biarkan orang miskin merasakan bagaimana proses mereka bisa keluar dari
lingkaran setan kemiskinan

(c)    Melibatkan dan merupakan hasil proses dialog dengan berbagai pihak dan konsultan dengan
segenap pihak yang berkepentingan terutama masyarakat miskin
(d)   Meningkatkan kesadaran dan kepedulian di kalangan semua pihak yang terkait, serta
membangkitkan gairah mereka yang terlibat untuk mengambil peran yang sesuai agar tercipta
rasa memiliki program

(e)    Menyediakan ruang gerak yang seluas-luasnya, bagi munculnya aneka inisiatif dan
kreativitas masyarakat di berbagai tingkat. Dalam hal ini, pemerintah lebih berperan hanya
sebagai inisiator, selanjutnya bertindak sebagai fasilitator dalam proses tersebut, sehingga
akhirnya, kerangka dan pendekatan penanggulangan kemiskinan disepakati bersama

(f)     Pemerintah dan pihak lainnya (ORNOP, Perguruan Tinggi, pengusaha, masyarakat madani,
partai politik dan lembaga sosial keagamaan) dapat bergabung menjadi kekuatan yang saling
mendukung

(g)    Mereka yang bertanggungjawab dalam menyusun anggaran belanja harus menyadari
pentingnya penanggulangan kemiskinan ini sehingga upaya ini ditempatkan dan mendapat
prioritas utama dalam setiap program di setiap instansi. Dengan demikian, penanggulangan
kemiskinan menjadi gerakan dari, oleh dan untuk rakyat.

Secara umum, program strategis yang dapat dijalankan untuk menanggulangi kemiskinan
adalah;

(1)   Membuka peluang dan kesempatan berusaha bagi orang miskin untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan ekonomi. Pemerintah harus menciptakan iklim agar pertumbuhan
ekonomi dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, terutama oleh penduduk miskin.
Karena itu, kebijakan dan program yang memihak orang miskin perlu difokuskan kepada
sektor ekonomi riil (misalnya; pertanian, perikanan, manufaktur, usaha kecil menengah),
terutama di sektor informal yang menjadi tulang punggung orang miskin. Agar pertumbuhan
ekonomi ini berjalan dan berkelanjutan, maka di tingkat nasional diperlukan syarat; (a)
stabilitas makro ekonomi, khususnya laju inflasi yang rendah dan iklim sosial politik dan
ekonomi yang mendukung investasi dan inovasi para pelaku ekonomi. Secara garis besar hal
ini menjadi tanggungjawab pemerintah pusat; (b) diperlukan kebijakan yang berlandaskan
pradigma keberpihakan kepada orang miskin agar mereka dapat sepenuhnya memanfaatkan
kesempatan yang terbuka dalam proses pembangunan ekonomi; (c) memberikan prioritas
tinggi pada kebijakan dan pembangunan sarana sosial dan sarana fisik yang penting bagi
masyarakat miskin, seperti jalan desa, irigasi, sekolah, air minum, air bersih, sanitasi,
pemukiman, rumah sakit, dan poliklinik di tingkat nasional maupun daerah. Beberapa
program yang bisa dijalankan dengan menggunakan kebijakan ini adalah;
o    Program penyediaan sarana kesehatan bagi masyarakat miskin (PUSKESMAS, POSYANDU),
dan sebagainya;

o    Program peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, serta penyediaan pendidikan gratis
bagi orang miskin;

o    Program pemberdayaan masyarakat, peningkatan pendidikan informal dan keterampilan bagi
masyarakat miskin, melalui inisiatif dari pemerintah daerah, juga melalui kerjasama dengan
badan pendidikan, perguruan tinggi atau dengan LSM lokal;

o    Program pembentukan modal usaha melalui peningkatan akses masyarakat miskin terhadap
lembaga-lembaga keuangan agar mereka ikut serta dalam program kredit dan tabungan;

o    Program sertifikasi tanah dan tempat usaha bagi orang miskin untuk menjaga asetnya dengan
baik;

o    Program pengembangan pusat pasar pertanian dan pusat informasi perdagangan.

(2)   Kebijakan dan program untuk memberdayakan kelompok miskin. Kemiskinan memiliki
sifat multidimensional, maka penanggulanganya tidak cukup hanya dengan mengandalkan
pendekatan ekonomi, akan tetapi juga mengandalkan kebijakan dan program di bidang sosial,
politik, hukum dan kelembagaan. Kebijakan dalam memberdayakan kelompok miskin harus
diarahkan untuk memberikan kelompok miskin akses terhadap lembaga-lembaga sosial,
politik dan hukum yang menentukan kehidupan mereka. Untuk memperluas akses penduduk
miskin diperlukan; (a) tatanan pemerintahan yang baik (good governance), terutama birokrasi
pemerintahan, lembaga hukum, dan pelayanan umum lainnya; (b) dalam tatanan
pemerintahan diperlukan keterbukaan, pertanggungjawaban publik, dan penegakan hukum,
serta partisipasi yang luas masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan. Beberapa
program yang bisa dilaksanakan adalah;

o    Program penguatan organisasi sosial, kelompok ekonomi, dan organisasi swamasyarakat
lainnya seperti kelompok arisan, kelompok petani pangan, pedagang kecil, simpan-pinjam
dan sebagainya;

o    Program keterlibatan kelompok miskin dalam proses pendidikan demokrasi, misalnya dalam
pengambilan keputusan melalui public hearing, penggunaan hak tanya dan sebagainya;

o    Program keterlibatan kelompok miskin dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan.

(3)   Kebijakan dan Program yang Melindungi Kelompok Miskin. Kelompok masyarakat miskin
sangat rentan terhadap goncangan internal (misalnya kepala keluarga meninggal, jatuh sakit,
kena PHK) maupun goncangan eksternal (misalnya kehilangan pekerjaan, bencana alam,
konflik sosial), karena tidak memiliki ketahanan atau jaminan dalam menghadapi goncangan-
goncangan tersebut. Kebijakan dan program yang diperlukan mencakup upaya untuk; (a)
mengurangi sumber-sumber resiko goncangan; (b) meningkatkan kemampuan kelompok
miskin untuk mengatasi goncangan dan; (c) menciptakan sistem perlindungan sosial yang
efektif. Beberapa program yang bisa dilaksanakan untuk kategori ini adalah;

o     Program lumbung desa yang sudah dikenal sejak lama. Program ini dapat disempurnakan
dengan memasukkan metode yang lebih baik;

o     Program kredit mikro atau koprasi simpan pinjam untuk kelompok miskin yang mudah
diakses, dengan persyaratan atau agunan yang mudah dan syarat pengembalian yang
fleksibel;

o     Program pengembangan modal usaha dan kewiraswastaan untuk mendorong kelompok miskin
meningkatkan kemampuan pemupukan modal usahanya secara mandiri dan berkelanjutan;

o     Program pembentukan lembaga khusus penanggulangan bencana alam dan sosial yang
terpadu, efektif dan responsif di daerah.

(4)   Kebijakan dan Program untuk memutus pewarisan kemiskinan antar generasi; hak anak dan
peranan perempuan. Kemiskinan seringkali diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Karena itu, rantai pewarisan kemiskinan harus diputus. Meningkatkan pendidikan dan
peranan perempuan dalam keluarga adalah salah satu kunci memutus rantai kemiskinan.
Beberapa program yang dapat dikembangkan dalam kategori ini adalah;

o   Program pemberian bantuan sarana dan beasiswa untuk masyarakat miskin;

o   Program pemberian makanan tambahan bagi anak-anak miskin di sekolah;

o   Program magang atau menyerap lulusan sekolah kejuruan atau diploma;

o   Program pemberdayaan perempuan melalui kegiatan produktif;

o   Program penyuluhan bagi para ibu, bapak dan remaja, tentang hak-hak dan kewajiban mereka
dalam berumah tangga.

(5)   Kebijakan dan program penguatan otonomi desa. Otonomi desa dapat menjadi ruang yang
memungkinkan masyarakat desa dapat menanggulangi sendiri kemiskinannya. Otonomi desa
merupakan ruang yang dapat digunakan oleh masyarakat desa untuk mengelola inisiatif dan
kreativitas mereka dengan baik, menjadi sumber daya yang melimpah untuk keluar dari
jeratan kemiskinan. Kebijakan dan program yang bisa dilakukan untuk penguatan otonomi
desa adalah;

o    Meningkatkan mutu sumber daya manusia desa melalui pendidikan formal dan nonformal;

o    Meningkatkan ketersediaan sumber-sumber biaya pembangunan desa dengan alokasi anggaran
yang jelas dari pusat, provinsi dan kabupaten;

o    Menata lembaga pemerintahan desa yang lebih efektif dan demokratis;

o    Membangun sistem regulasi (PERDes) yang jelas dan tegas;

o    Mewujudkan otonomi desa untuk memberikan ruang partisipasi dan kreativitas masyarakat;

o    Mengurangi praktek korupsi di birokrasi pemerintah desa melalui penerapan tatanan
pemerintahan yang baik;

o    Menciptakan sistem pemerintahan dan birokrasi yang bersih, akuntabel, transparan, efisien dan
berwibawa;

o    Meningkatnya partisipasi masyarakat desa dalam pengambilan kebijakan publik;

o    Memberikan ruang yang cukup luas bagi keterlibatan perempuan dalam proses pengambilan
kebijakan publik.

Syarat Pengentasan Kemiskinan  


Ada 3 persyaratan pokok bagi tercapainya pembangunan berkelanjutan:
•    Pengentasan kemiskinan
 •   Perubahan pola konsumsi dan produksi yang tidak menunjang    
     keberlanjutan, dan
 •  Perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam secara lestari.

Selain itu program pengentasan kemiskinan juga tak mungkin berjalan tanpa adanya
tata-kelola pemerintahan yang baik (good governance), sebagai dasar bagi terlaksananya
pembangunan berkelanjutan di manapun, termasuk dan terutama di Indonesia, yang
diantaranya ditandai oleh berjalannya:
• Sistem pemerintahan yang demokratis, transparan dan bertanggung gugat kepada publik;
• Kebijakan ekonomi, sosial dan lingkungan yang dirancang dan dilaksanakan secara terpadu
dan partisipatif;
• Lembaga-lembaga demokratis yang tanggap (responsif) terhadap aspirasi dan kebutuhan
masyarakat;
• Peraturan hukum dan perundang-undangan yang ditaati dan dilaksanakan secara konsisten
dan adil;
• Upaya pemberantasan korupsi yang dilaksanakan secara tegas tanpa pandang bulu;
• Pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia serta hak-hak dan kepentingan
masyarakat adat dan kelompok masyarakat rentan.

 IV.KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Kemiskinan merupakan persoalan yang maha kompleks dan kronis. Karena sangat
kompleks dan kronis, maka cara penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis
yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan, dan diperlukan strategi penanganan
yang tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Sejumlah variabel dapat dipakai untuk
melacak persoalan kemiskinan, dan dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan
kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran dan berkesinambungan. Dari
dimensi pendidikan misalnya, pendidikan yang rendah dipandang sebagai penyebab
kemiskinan. Dari dimensi kesehatan, rendahnya mutu kesehatan masyarakat menyebabkan
terjadinya kemiskinan. Dari dimensi ekonomi, kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas,
penguasaan teknologi dan kurangnya keterampilan, dilihat sebagai alasan mendasar mengapa
terjadi kemiskinan.

Selama tiga dekade, upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan penyediaan


kebutuhan dasar seperti pangan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan
kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir melalui sistem kredit, pembangunan
prasarana dan pendampingan, penyuluhan sanitasi dan sebagainya. Dari serangkaian cara dan
strategi penanggulangan kemiskinan tersebut, semuanya berorentasi material, sehingga
keberlanjutannya sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan komitmen pemerintah.

Berbagai program dan kebijakan penanggulangan kemiskinan  membutuhkan usaha


yang serius untuk melaksanakannya. Disamping itu diperlukan komitmen pemerintah dan
semua pihak untuk melihat kemiskinan sebagai masalah fundamental yang harus ditangani
dengan baik, berkelanjutan dan dengan dukungan anggaran yang jelas.

b. Saran
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya
mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi
Nasional / Susenas 1998).Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di
perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat
banyaknya dibanding angka tahun 1996(sebelum krisis ekonomi) yang hanya
mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta   j i w a d i P e r k o t a a n d a n
15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk
m i s k i n diperkirakan makin bertambah. Jadi, Pemerintah dan Seluruh Masyarakat
diI n d o n e s i a h a r u s m a u b e k e r j a - s a m a u n t u k i k u t b e r p e r a n s e r a t a d a l a m
m e m i n i m a l k a n j u m l a h kemiskinan agar Negara kita bisa bangkit dari keterpurukan baik
dari krisis ekonomi maupun kemiskinan yang semakin meningkat setiap tahunnya agar
Negara kita bisa maju dan berkembang dan mensejajarkan diri dengan Negara maju lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni,2004.Pedesaan lingkungan dan Pembangunan.PT Alumni : Bandung
ML.Jhingan.1983.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.PT Rajagrafindo  
            Persada : Jakarta
Ismid Hadad,M.P.A. Juli, 2003. Makalah Pengentasan Kemiskinan dalam
           pembangunan berkelanjutan dan perubahan pola produksi yang ramah
           lingkungan.
Sumardi, Mulyanto.1985.Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.CV Rajawali :    
          Jakarta

PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP KESEHATAN DI INDONESIA

A.      Tabel Jumlah dan Presentasi Penduduk Miskin di Indonesia

Keterangan :
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa penduduk miskin di Indonesia hampir ada di
seluruh kepulauan yang ada di Indonesia, dari tabel data diatas juga dapat kita lihat bahwa
jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan lebih banyak jika dibandingkan dengan daerah 
perkotaan, hal ini disebabkan karena masyarakat pedesaan sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian hanya dibidang agrikultur jika dibandingkan dengan daerah perkotaan .
Selain itu, presentasi penduduk miskin di pulau Jawa lebih banyak jika dibanding dengan
pulau Sumatera, hal ini karena pusat kegiatan perekonomian masyarakat Indonesia yang lebih
terkonsentrasi dipulau Jawa .

A.      Presentasi Indikator Kesehatan Masyarakat


Keterangan :
Berdasarkan tabel data diatas menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia juga memiliki
masalah kesehatan, yang juga menjadi perhatian penting bagi pemerintah . Apabila kita lihat
dari tahun ke tahun kondisi kesehatan di Indonesia mengalami peningkatan, bahkan tingkat
keberagaman penyakit yang ada di Indonesia juga semakin berkembang, hal ini menunjukkan
bahwa pemerintah harus mulai mencari cara untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi
di Indonesia.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Badan Pusat Statistika mengenai “Pengaruh
Kemiskinan Terhadap Kesehatan di Indonesia” menunjukkan bahwa kesehatan merupakan
indikator yang dapat menjadi representasi tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia, karena
dari tabel yang disajikan dapat dilihat bahwa, tingkat presentasi kemiskinan yang ada di
Indonesia berbanding lurus dengan semakin meningkatnya masalah kesehatan yang ada di
Indonesia, hal ini dapat menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah untuk mencari solusi un
tuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia dengan terlebih dahulu mengatasi masalah
kemiskinan yang ada, dengan cara membuat kebijakan untuk membuka lapangan pekerjaan
dan melatih tenaga kerja yang ada di Indonesia agar mampu bersaing dengan tenaga kerja
yang lainnya, selain itu pemerintah dapat meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan
untuk masyarakat sehingga masalah kesehatan dapat dibenahi secara perlahan, serta ikut
campur masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan asupan gizi sehari-har

Anda mungkin juga menyukai