PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kemiskinan di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru, bahkan sudah dikenal
dan dipelajari oleh pemerintah kolonial Belanda sejak awal abad. Kemiskinan harus
mendapat perhatian utama, karena kemanapun kita pergi kita bisa melihatnya
kemiskinan. Di perkotaan banyak mobil mahal lalu lalang namun masih bisa ditemui
pejalan kaki dan pengemis. Di daerah pedesaan terdapat Masyarakat yang masih
kekurangan makanan. Ini semua merupakan cerminan kemiskinan yang harus diakui
sebagai kenyataan yang ada di Indonesia. Definisi kemiskinan dewasa ini telah
mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab,
indikator, dan permasalahan lain yang semakin kompleks di sekitarnya. Kemiskinan
tidak hanya dilihat dari segi ekonomi namun semakin meluas ke aspek sosial,
kesehatan, pendidikan dan bahkan politik.
Kemiskinan berasal dari kata miskin, diambil awalan ke dan akhiran an
menjadi kemiskinan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi baru (2012: 581),
miskin artinya tidak mempunyai harta, kekurangan segala-galanya.. Dalam bahasa
Inggris, Poor berarti miskin atau dapat diartikan memiliki sedikit uang; tidak ada
cukup uang untuk kebutuhan pokok masyarakat yang dibutuhkan untuk hidup layak,
yang mana berarti tidak ada cukup uang untuk kebutuhan pokok masyarakat untuk
hidup layak. Pernyataan di atas mengandung dua bentuk kausal dalam penafsiran
kata miskin, yaitu: (1) miskin mempunyai kuantitas yang sangat kecil dari sesuatu;
dan (2) buruk karena tidak baik kualitas atau kondisinya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemiskinan
Menurut Jhingan (2012:16), terdapat tiga ciri utama negara berkembang,
keduanya merupakan penyebab dan akibat kemiskinan yang saling berkaitan.
Pertama, infrastruktur pendidikan yang tidak memadai, menyebabkan tingginya
tingkat buta huruf pada penduduk dan kurangnya keterampilan dan keahlian.
Karakteristik kedua, buruknya fasilitas kesehatan dan pola konsumsi, sehingga hanya
menyisakan sebagian kecil penduduk mampu berpartisipasi pada produksi, dan ciri
ketiga adalah penduduk terkonsentrasi pada sektor pertanian dan pertambangan
dengan metode manufaktur ketinggalan jaman dan ketinggalan jaman.
Menurut Niemietz (2011) dalam Maipita (2014), kemiskinan adalah
ketidakmampuan membeli kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, dan
obat-obatan. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (2016) mendefinisikan kemiskinan
sebagai ketidak mampuan dari sudut pandang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
pokok makanan dan non-makanan, diukur dari aspek pengeluaran.
Kemudian menurut Kuncoro (2000) dalam Tyas (2016), kemiskinan adalah
keadaan tidak mampu mencapai taraf hidup minimum. Dengan demikian kita dapat
menyimpulkan bahwa kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang atau
suatu daerah tidak dapat meningkatkan taraf hidup yang layak atau dapat dikatakan
tidak dapat meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
Indikator kemiskinan yang diberikan oleh Bappenas (2004) dalam (Amir Machmud,
2016: 286) sebagai berikut :
1. Kurangnya pangan, sandang, dan perumahan dibawah standar.
2. Kepemilikan terbatas atas tanah dan alat-alat produksi.
3. Kurangnya kemampuan membaca dan menulis.
4. Kurangnya keamanan dan kesejahteraan.
5. Kerentanan dan kesulitan pada sektor ekonomi dan sosial.
6. Ketidakberdayaan atau lemahnya kemampuan bernegosiasi
7. Terbatasnya akses terhadap ilmu pengetahuan.
B. Bentuk dan Jenis Kemiskinan
Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk
permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat
bentuk kemiskinan tersebut adalah (Purba, 2012: 77):
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu konsep yang pengukurannya tidak
didasarkan pada garis kemiskinan tetapi pada ketidakmampuan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan minimum agar bisa bertahan hidup.
Kebutuhan minimum dimaksud antara lain sandang, pangan, papan, pendidikan
dan kesehatan. Kemiskinan absolut dapat diukur dengan angka atau hitungan,
untuk mengetahui seberapa banyak orang yang penghasilannya berada di bawah
garis kemiskinan absolut. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang tetap
konstan secara riil, sehingga kita dapat melacak kemajuan dalam memerangi
kemiskinan absolut dari waktu ke waktu.
Garis Kemiskinan (GK) merupakan persentase penduduk miskin yang
berada di bawah garis kemiskinan, yang secara sederhana mengukur proporsi
jiwa yang tergolong miskin. Untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
appsroach), Konsep ini tidak hanya diterapkan oleh BPS saja, tetapi juga di
negara lainnya seperti Armenia, Senegal, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Sierra
Leone dan Gambia. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dianggap sebagai
ketidakmampuan, dari sudut pandang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
pokok makanan dan non-makanan, yang diukur dengan pengeluaran yang
dikonsep sebagai garis kemiskinan. GK adalah representasi dari jumlah rupiah
minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum
makanan yang setara dengan 1.200 kilokaloriper kapita per hari, dan kebutuhan
pokok non-makanan. GK yang digunakan oleh BPS terdiri dari dua Nonmakanan
(GKNM), sehingga GK merupakan penjumlahan dari GKMdan GKNM (Amir
Machmud, 2016:288)
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif adalah sebuah konsep yang digunakan untuk
menyebut garis kemiskinan yang pada hakikatnya merupakan ukuran tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan. Keadaan ini disebabkan karena dampak
kebijakan pembangunan belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga
menimbulkan ketimpangan pendapatan.
3. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan Kultural adalah suatu konsep yang mengacu pada
permasalahan yang berkaitan dengan sikap seseorang atau masyarakat, yang
disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha meningkatkan taraf
hidup, malas, boros, dan tidak kreatif meski dengan bantuan dari luar.
4. Kemiskinan struktural
Kemiskinan struktural merupakan konsep kemiskinan yang disebabkan
oleh buruknya akses terhadap sumber daya. Kemiskinan ini terjadi dalam sistem
sosial budaya, dan sosial politik yang tidak mendukung jalan keluar dari
kemiskinan, namun seringkali menyebabkan peningkatan kemiskinan. Menurut
Sinaga dan White (1987) dalam Purba (2012), kemiskinan struktural terjadi
karena adanya institusi yang menciptakan kelompok masyarakat yang tidak
mempunyai kendali atas alat ekonomi (produksi) dan fasilitas secara merata.
Dalam kemiskinan struktural, terdapat sebagian anggota masyarakat akan tetap
miskin, walaupun total output yang dihasilkan masyarakat rata-rata mampu
membebaskan semua anggota masyarakat keluar dari kemiskinan.
Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Kemiskinan alamiah
dan Kemiskinan buatan (artificial).
1. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan
prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus. Menurut Sinaga dan White
(1987) dalam Purba (2012), kemiskinan alamiah terjadi akibat langkahnya
sumber daya dan rendahnya produktifitas.
2. Kemiskinan Buatan (artificial)
Kemiskinan buatan banyak disebabkan oleh sistem yang dimodernisasi
atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak mampu menguasai sumber
daya, sarana, dan fasilitas yang ada secara merata.
C. Penyebab Kemiskinan
Beberapa sumber dan proses yang menyebabkan kemiskinan adalah sebagai berikut
(Purba, 2012: 56):
1. Policy induces processes yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan,
direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induces of policy) di
antaranya adalah kebijakan yang katanya “anti kemiskinan”, namun justru
nyatanya masih tetap melestarikannya.
2. Socio-economic dualism yaitu gambaran kemiskinan yang diwarisi oleh
penjajah. Misalnya, petani di negara-negara bekas jajahan menjadi
terpinggirkan karena lahan paling subur dikuasai petani besar dan
berorientasi ekspor.
3. Population growth yang menganggap bahwa kemiskinan disebabkan oleh
pertumbuhan penduduk yang cepat. Menurut teori Malthus, pertumbuhan
penduduk seperti deret geometri sedangkan pertumbuhan pangan seperti
deret numerologi sehingga suatu saat masyarakat akan semakin miskin.
4. Recources management and the environment dimana kemiskinan terjadi
karena faktor salah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, seperti
manajemen pertanian yang asal terbang akan menurunkan produktivitas.
Akibatnya, komunitas petani bisa menjadi miskin.
5. Natural cycle and processes yaitu kemiskinan terjadi karena siklus alam.
Hidup di lahan kritis sangat berbahaya dan kurang beruntung karena pada
musim hujan akan terjadi banjir dan pada musim kemarau akan kekurangan
air. Akibatnya produktivitas tidak maksimal dan tidak dapat didayagunakan
terus-menerus.
6. The marginalization of woman yaitu peminggiran kaum perempuan karena
masih dianggap kelas dua, sehingga akses dan evaluasi hasil kerja yang
diberikan lebih rendah dibandingkan laki-laki.
7. Cultural and ethnic factors dimana faktor budaya dan etnis turut berperan
dalam mengekang kemiskinan. Gaya hidup konsumtif petani dan nelayan
pada musim panen besar, serta kebiasaan konsumsi pada upacara adat atau
keagamaan adalah contohnya.
8. Explotative intermediation yaitu hadirnya pihak yang membantu menjadi
penodong, misalnya rentenir (lintah darat), sehingga orang yang dibantu
masih tereksploitasi dan terjebak dalam kemiskinan.
9. Internal politicalfragmentation and civil strate yaitu kebijakan yang
ditentukan di wilayah yang sangat terfragmentasi secara politik yang pada
gilirannya dapat menjadi penyebab kemiskinan.
10. International processes terkait dengan berfungsinya sistem internasional
(kolonialisme dan kapitalisme) menyebabkan banyak negara menjadi miskin.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan