Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan

kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh

kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Kemiskinan merupakan masala global. Sebagian orang memahami istilah ini

secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi

moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang

telah mapan, dll.

Menurut Faisal Bahri (2002) Kemiskinan diartikan sebagai akibat dari

ketiadaan demokrasi, yang mencerminkan hubungan kekuasaan yang

menghilangkan kemampuan warga suatu Negara untuk memutuskan masalah

yang menjadi perhatian mereka sendiri, sehingga mayoritas penduduk kurang

memperoleh alat-alat produksi (lahan dan tekonologi) dan sumber daya

(pendidikan, kredit, dan akses pasar).


Kemiskinan juga dapat kita sebut sebagai ketidakmampuan seseorang untuk

memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar.

Penduduk miskin menurut definisinya adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Dimana, Garis

Kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM)

dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).

2.1.1.1 Penyebab Kemiskinan

Menurut Riana Puji (2017) Terdapat tiga macam pendekatan yang

menjelaskan mengenai sebab -sebab kemiskinan,yaitu :

a) System approach yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada adanya

keterbatasan pada aspek-aspek geografi, ekologi, teknologi, dan demografi.

Kondisi kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut dianggap

lebih banyak menekan warga masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan

atau pedalaman.

b) Decision-making model pendekatan ini menekankan pada kurangnya

pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sebagian warga masyarakat dalam

merespon sumber-sumber daya ekonomi, baik yang berasal dari dalam

maupun yang berasal dari luar. Dengan kata lain kemiskinan ini disebabkan

karena kurangnya inovasi masyarakat untuk melakukan wirausaha, sehingga

masyarakat hanya mengandalkan lapangan pekerjaan yang disediakan oleh


orang lain dan pemerintah tanpa ada upaya untuk menciptakan lapangan kerja

sendiri.

c) Structural approach Pendekatan in melihat bahwa kemiskinan itu terjadi

karena ada ketimpangan dalam kepemilikan atas faktor produksi, seperti

tanah, teknologi, produktivitas, dan bentuk kapital lainnya. Hal ini tercermin

dengan adanya sekelompok kecil dari masyarakat yang justru menguasai

modal dan perekonomian masyarakat secara lebih dominan, seperti para

pengusaha raksasa, dan sebagainya.

2.1.1.2 Ukuran Kemiskinan

Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan tidak mudah untuk

mengukurnya. Menurut Elvis F. Purba, Juliana L Tobing, Dame Esther Hutabarat

(2014) menjelaskan kemiskinan dapat di bagi menjadi empat bentuk, yaitu:

1. Kemiskinan absolut adalah suatu konsep yang pengukurannya tidak didasarkan

pada garis kemiskinan tetapi pada ketidakmampuan pendapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan minimum agar bisa bertahan hidup. Kebutuhan-kebutuhan

yang dimaksud antara lain sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.

2. Kemiskinan relativ adalah suatu konsep yang mengacu pada garis kemiskinan

(poverty line) yang sebenarnya merupakan suatu ukuran mengenai ketimpangan

dalam distribusi pendapatan. Kondisi ini disebabkan pengaruh kebijakan


pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat,sehingga

menyebabkan ketimpangan dalem pendapatan.

3. Kemiskinan kultural adalah suatu konsep yang mengacu pada persoalan sikap

seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau

berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, dan tidak kreatif

meskipun ada bantuan dari pihak luar.

4. Kemiskinan struktural adalah suatu konsep kemiskinan yang disebebkan karena

rendahnya akses terhadap sumber daya. Kemiskinan ini terjadi dalam suatu sistem

sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan,

tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.

Kemiskinan menggambarkan kondisi ketiadaan kepemilikan dan rendahnya

pendapatan, atau secara lebih rinci menggambarkan suatu kondisi tidak dapat

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, yaitu pagan, papan, dan sandang.

Beberapa definisi menggambarkan kondisi ketiadaan tersebut. Salah satunya

adalah definisi kemiskinan yang digunakan BPS, yang menjelaskan kemiskinan

sebagain ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal

untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2005).

Pattinama (2009) mengemukakan bahwa konsep kemiskinan bersifat banyak

sisi (multi faset). Dimensi Kemiskinan juga bersifat kompleks, oleh karena itu
para ahli mengklasifikasikannya dalam tiga jenis kemiskinan (Harniati, 2010),

yaitu :

1. Kemiskinan alamiah, merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh kualitas

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang rendah. Kondisi alam dan

sumber daya yang rendah membuat peluang produksi juga rendah. Khusus untuk

sektor pertanian, kemiskinan yang terjadi lebih diakibatkan kualitas lahan dan

iklim yang tidak mendukung aktivitas pertanian.

Dari seluruh wilayah di Indonesia, lahan subur justru banyak dijumpai di pulau

Jawa. Sedangkan di luar Jawa, sumber daya alam yang subur jumlahnya terbatas,

hal ini membuat petani hanya dapat menanami lahan sewaktu ada hujan, keadaan

ini menyebabkan hasil produksi hanya dapat diperoleh sekall dalam satu tahun.

2. Kemiskinan kultural, kemiskinan yang terkait erat dengan sikap seseorang atau

kelompok dalam masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat

kehidupannya, sekalipun ada usaha untuk memperbaiki dari pihak lain yang

membantunya. Kemiskinan ini dapat pula disebabkan karena sebagian sistem

dalam tradisi masyarakat berkontribusi dalam menyebabkan terjadinya

kemiskinan masyarakat. Sebagai contoh adalah sistem wars yang mengakibatkan

pembagian lahan, sehingga kepemilikan lahan per keluarga semakin lama menjadi

semakin sempit.
3. Kemiskinan struktural, kemiskinan yang secara langsung maupun tidak

disebabkan oleh tatanan kelembagaan atau struktur sosial dalam masyarakat.

Tatanan kelembagaan atau struktur sosial disini dapat diartikan sebagai tatanan

organisasi maupun aturan permainan yang diterapkan.

Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah seringkali menyebabkan

sebagian kelompok dalam masyarakat mengalami kemiskinan. Kemiskinan yang

terjadi lebih disebabkan keterbatasan bahkan tidak dimilikinya akses kelompok

miskin kepada sumber dava-sumber dava pembangunan yang ada. Kemiskinan

yang disebabkan oleh struktur sosial yang berlaku ini telah menyebabkan

terkurungnya kelompok masyarakat tertentu dalam suasana kemiskinan, yang

bahkan telah berlangsung secara turn temurun. Kemiskinan struktural hanya dapat

diatasi jika teriadi suatu proses perubahan struktur dalam masyarakat secara

mendasar.

2.1.2 Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

Program Bantuan Pangan Non Tunai atau BPNT merupaka jenis bantuan

pangan pengganti Rastra/Rakin yang diberikan dengan cara non tunai dengan

kartu elektronik diberikan setiap bulan melalui e-Warong. Bantuan ini berupa

bahan pokok seperti beras, telur, daging dan buah. Tujuan dikeluarkanya program

ini yaitu untuk :

1. Dapat menurunkan pengeluaran kebutuhan melalui program bantuan pangan;


2. Memberi nutrisi yang sama pada setiap KPM;

3. Menambah ketepatan sasaran, waktu, jumlah, harga, kualitas, serta administrasi

4. Menerahkan pilihan dan kendali pada setiap penerima supaya dapat mencukupi

kebutuhan pangan.

2.1.2.1 Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

1.) Memperkuat kebutuhan pangan dikalangan KPM secara bersama – sama

sebagai upaya perlingungan sosial dan menanggulangi kemiskinan

2.) Memperbaiki proses penyaluran bantuan sosial secara tepat guna

3.) Untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan dan

perbankan

4.) Meningktkan transaksi non tunai pada agenda Gerakan Nasional

Nontunai (GNNT)

5.) Memperkuat perekonomian di daerah

6.) Dalam jangka panjang sebagai upaya pencegahan stunting.

2.1.2.2 Prinsip Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

Untuk dapat melaksanakan program BPNT harus memenuhi perinsip – prinsip

1.) Mudah diperoleh dan digunakan oleh penerima.


2.) Menyerahkan kebebasan kepada KPM untuk menentukan waktu

pembelian, jenis, jumlah dan kualitas bahan pangan serta e-Warong (bahan

pangan tidak dipaketkan atau ditentukan oleh pihak lain).

3.) Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dapat memanfaatkan dana bantuan

program Sembako pada e- Warong terdekat.

4.) Bank Penyalur bertugas menyalurkan dana bantuan ke rekening KPM dan

tidak bertugas menyalurkan bahan pangan kepada KPM, termasuk tidak

melakukan pemesanan bahan pangan.

5.) Mendorong usaha eceran rakyat untuk memperoleh pelanggan dan

peningkatan penghasilan dengan melayani KPM.

6.) Memberikan akses jasa keuangan kepada usaha eceran rakyat dan kepada

Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

7.) Pemerintah pusat dan daerah melaksanakan pengawasan pelaksanaan

program Sembako sesuai dengan pedoman umum dan petunjuk teknis yang

berlaku.

2.1.2.3 Besaran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

Berdasarkan Buku Pedoman Pelaksanaan Bantuan Pangan Non Tunai tahun

2020 penerima manfaat merupakan keluarga dengan kondisi sosial ekonomi

rendah di daerah pelaksanaan dan namanaya teraftar dalam (DPM) yang


ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di Kementrian Sosial.

Keluarga Penerima Manfaat (KPM) penerima bantuan terdiri atas PKH dan

non PKH.

Besaran bantuan BPNT sebesar Rp 200.000 per KPM/ bulan. Bantuan

tersebut hanya dapat diambil dalam bentuk sembako di e-warong. Proses

penyaluran dana bantuan program Sembako dilaksanakan sebagai berikut:

1.) Proses penyaluran dana bantuan program Sembako dilaksanakan oleh

Bank Penyalur tanpa pengenaan biaya.

2.) Proses penyaluran dilakukan dengan memindahbukukan dana bantuan

program Sembako dari rekening Kementerian Sosial (KPA) di Bank Penyalur

ke rekening bantuan pangan/ sub-akun uang elektronik KPM.

3.) Pemindahbukuan dana bantuan program Sembako ke rekening/sub- akun

elektronik KPM dilakukan paling lama 30 hari kalender sejak dana tersebut

ditransfer dari Kas Negara ke rekening Kementerian Sosial di Bank Penyalur.

4.) Penyaluran dana bantuan program Sembako ke dalam rekening

bantuan pangan/sub-akun uang elektronik KPM dilakukan setiap bulan, paling

lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berjalan.

5.) Proses penyaluran dana bantuan program Sembako dilakukan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Belanja Bansos


yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang keuangan.

2.1.3 Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan atau PKH merupakan program bantuan sosial

bersyarat yang diberikan pemerintah untuk keluarga miskin yang terdaftar dalam

Data Terpadu Kesejahteraan Sosisal (DTKS). Sebagai program bansos bersyarat,

PKH memberi jalan terhadap ibu hamil, balita dan anak untuk mendapatkan

layanan kesehatan, pendidikan serta kesejahteraan sosial sebagai peningkatan

kualitas SDM. Program ini dikeluarkan pada tahun 2007 oleh Kementrian Sosial

RI yang belandaskan pada Keputusan Mentri Koordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat No : 31/KEP/MEMKO/-KESRA/IX/2007 Tentang ”Tim pengendali

Program Keluarga Harapan”.

2.1.3.1 Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)

Tujuan Program Keluarga Harapan untuk jangka pendek diharapkan bisa

menolong keluarga miskin memotong beban pengeluaran dan dalam jangka

panjang PKH bisa memutuskan rantai kemiskinan. Adapun tujuan program ini

yaitu :

1.) Menaikkan stadar hidup KPM melalui akses layanan pendidikan, kesehatan,

serta kesejahteraan sosial.


2.) Mengurangi beban pengeluaran dan menaikkan pendapatan keluarga tidak

mampu dan rentan.

3.) Dapat merubah perilaku dan kemandirian KPM dalam memperoleh pelayanan

kesehatan, pendidikan serta kesejahteraan sosial.

4.) Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.

5.) Memperkenalkan guna produk dan jasa keuangan formal kepada KPM.

2.1.3.2 Besaran Bantuan PKH

Proses pemberian PKH kepada KPM yang telah ditetapkan oleh Direktur

Jendral Perlindungan dan Jaminan Sosial. Bantuan ini disalurkan setahun 4 kali.

Tabel 2.1 Besaran Bantuan PKH

No. KOMPONEN SUBKOMPONEN BESARAN

BANTUAN

PER TAHUN

(Rp)

1. Bantuan Tetap a.Reguler a.550.000

b.PHK Akses b.1.000.000

2. Bantuan Komponen a.Ibu hamil atau anak usia a.2.400.000

Kesehatan 0 sampai 6 tahun

b.Anak SD/MI atau b.900.000


sederajat

3. Bantuan Komponen a.Anak SMP atau a.1.500.000

Pendidikan sederajat b.2.000.000

b.Anak SMA atau

sederajat

4. Bantuan Komponen a.Lanjut usia 70 tahun ke a.2.400.000

Kesetahan Kerja atas b.2.400.000

b.Penyandang disabilitas

berat

Sumber : Pedoman Pelaksanaan Program Program Keluarga Harapan 2020

Penyaluran bantuan PKH dilakukan dengan menyalurkan dana secara non

tunai melalui rekening Pemberi Bantuan Sosial ke Rekening Penerima Bantuan

Sosial. Selama satu tahun anggaran, dana bansos PKH disalurkan 3 bulan sekali

dalam empat tahapan. Pada tiap tahap penyaluran, dir-JSK mengeluarkan SK

untuk menentukan besar bantuan, jumlah KPM, dan wilayah penyaluran

PKH.Untuk mendapatkan bantuan, para peserta PKH diwajibkan untuk

melaksanakan kewajiban yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut :

1.) Kesehatan

Peserta dalam kategori ibu hamil/nifas, anak balita atau anak usia 0-6 tahun,

wajib memeiksa kesehatannya sesuai aturan kesehata.


2.) Pendidikan

Peserta dengan kategori anak usia 6-21 tahun diwajibkan untuk bersekolah

engan kententuan wajib belajar 12 tahun dan kehadiran paling sedikit 85% dari

perolehan belajar efektif selama tahun ajaran berlangsung.

3.) Lansia

Memastikan pemeriksaan kesehatan serta penggunaan layanan Puskesmas

Santun Lanjut Usia minimal 1 tahun sekali.

4.) Penyandang disabilitas

Pihak keluarga memastikan pemeriksaan kesehatan bagi penyandang disabilitas

berat paling sedikit 1 tahun sekali dengan menggunakan layanan

kesehatan.Setelah memenuhi kewajibanya, peserta PKH memiliki hak yang

harus diperoleh sebagai anggota :

- Menerima bantuan sosial yang besarnya disesuaikan oleh ketentuan

program

- Mendapatkan pendampingan sosial

- Memperoleh layanan di fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan

sosial

- Terdaftar serta mendapatkan bantuan tambahan di bidang pangan,

kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, aset


kepemilikan tanah dan bangunan, dan pemenuhan kebutuhan dasar

lainnya.

Penyaluran PKH dapat dicairkan melalui Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)

secara non tunai. Berikut alur pelaksanaan Program Keluarga Harapan :

1.) Pembuatan rekening penerima bansos

2.) Memberi arahan dan bimbingan kepada agen E-warung dan KPM oleh bank

penyalur

3.) Pemberian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)

4.) Penyaluran PKH

5.) Pengambilan Dana PKH

6.) Pencocokan hasil penyaluran PKH

7.) Mengamati, menilaian dan melaporakan penyaluran bantuan sosial

2.2 Penelitian Terdahulu

1. "Pengaruh Program Bantuan Pemerintah Terhadap Kesejahteraan

Masyarakat Indonesia" oleh Fikri Brillianti (2020).

Data yang digunakan dalam penelitian berasal dari Indonesian Family Life

Survey (IFLS). Objek penelitian ini adalah rumah tangga di Indonesia yang menjadi

responden pada IFLS-4 dan IFLS-5. Metode analisis yang dipakai merupakan regresi
probit menggunakan variabel kesejahteraan sebagai variabel dependent. Variabel

kesejahteraan menggunakan indikator garis kemiskinan tingkat provinsi tahun 2014.

Maka ditarik kesimpulan yaitu program bantuan tunai, jaminan kesehatan, dan literasi

keuangan, berpengaruh terhaap kesejahteraan masyarakat Indonesia. Namun,

program bantuan tunai dan jaminan kesehatan berpengaruh negatif terhadap

kesejahteraan. Program literasi keuangan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan.

Berdasarkan perkiraan tersebut, maka ditarik kesimpulan bahwa program bantuan

tunai, yaitu PKH dan BLT kurang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dari sisi status kemiskinannya dalam waktu tujuh tahun (2007-2014). Selanjutnya,

keikutsertaan masyarakat pada program jaminan kesehatan yang diselenggarakan

pada tahun 2007 hingga 2014 juga kurang mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pada sisi status kemiskinan pada jangka waktu tujuh tahun. Penelitian ini

juga menyimpulkan bahwa literasi keuangan yang berupa pengetahuan masyarakat

tentang lembaga keuangan berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat

Indonesia.

2.Asti Prichantin tahun 2019 dengan judul “Efektivitas Program Keluarga

Harapan (PKH) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga (Studi

Kasus pada PKH Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok Kabupaten

Banyumas)”.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode purposive.

Sumber data dengan data primer dan data sekunder. Dari hasil penelitian, efektivitas
PKH yang diukur melalui empat indikator yaitu ketepatan sasaran, tujuan program,

adanya sosialisasi, dan pemantauan program sudah berjalan dengan efektif. Terdapat

beberapa perubahan indikator kesejahteraan yang dirasakan oleh penerima manfaat

PKH meskipun belum secara keseluruhan. Jika dilihat dari perspektif Islam yakni

jaminan sosial sebagai bentuk tanggung jawab negara, konsep kerja keras, dan tidak

menggantungkan diri kepada orang lain. Belum sepenuhnya tercapai, hal ini karena

masih terdapat KPM yang merasa keberatan apabila bantuan dari pemerintah

dihentikan, serta bergantuang pada bantuan sosial PKH.

3."Hubungan Efektivitas Pengelolaan Program Raskin Dengan Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Mamahan Kecamatan Gemeh Kabupaten

Kepualauan Talaud" ditulis oleh Heri Risal Bungkaes, J.H. Posumah, dan

Burhanuddin Kiyai (2013).

Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Menggunakan kuesioner

yang disebarkan kepada 60 responden dari unsur aparat desa dan pengelola Raskin

serta KPM program Raskin. Analisis data menggunakan teknik analisis persentase

(analisis tabel frekuensi), analisis Chi-Square (kai-kwadrat). Hasil penelitian

menunjukkan efektivitas pengelolaan program beras untuk keluarga miskin (Raskin)

belum optimal, sementara tingkat kesejahteraan masyarakat berada pada kategori

sedang. Tikngkat kesejahteraan RTM setelah diberi bantuan lebih baik atau

meningkat dibandingkan sebelum mendapat bantuan, ditarik kesimpulan bahwa

terdapat hubungan yang positif dan nyata antara efektivitas pengelolaan program
Raskin dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di Desa Mamahan Kecamatan

Gemeh Kabupaten Kepulauan Talaud.

4.“Efektivitas Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Kecamatan Medan Johor” skripsi tahun

2019 yang disusun oleh Sarifah Hanum.

Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, dengan data primer berupa

wawancara dan observasi, dan data sekunder berupa dokumentasi. Penentuan

informan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Dari hasil

penelitian, dapat diketahui bahwa Efektivitas pelaksanaan program BPNT belum

cukup maksimal dalam pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu

pendataan awal yang dilakukan kepada KPM kurang tepat sasaran dan kurang merata,

sehingga masih ada anggota KPM yang tidak sesuai dengan kriteria sasaran yang

telah ditetapkan. Masih adanya KPM yang sering menghadapi saldo yang kosong,

kurangnya pemahaman KPM terkait pengaduan tentang KKS yang bermasalah, dan

tidak keberlanjutannya sosialisasi yang dilakukan terkait program BPNT


2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini dimana peneliti membahas tentang Analisis Pengaruh

Bantuan Sosial BPNT dan PKH terhadap Efektivitas Penanggulangan Kemiskinan di

Kecamatan Sungai Serut. Maka untuk mempermudah alur berfikir, peneliti

menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

X1
Pengaruh
Program BPNT
Y
Efektivitas Penanggulangan
X2 Kemiskian
Pengaruh
Program PKH

2.4 Hipotesis

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis, sebagai

berikut :

H1: Pengaruh Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) terhadap terhadap

efektivitas penanggulangan kemiskinan di Kecamatan Sungai Serut.


H2: Pengaruh Program Keluarga Harapan (PKH) terhadap efektivitas

penanggulangan kemiskinan di Kecamatan Sungai Serut.

Anda mungkin juga menyukai