PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi
pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan
gambaran kehidupan di banyak negara berkembang yang mencakup lebih dari
satu milyar penduduk dunia. Kemiskinan merupakan permasalahan yang
diakibatkan oleh kondisi nasional suatu negara dan situasi global. Globalisasi
ekonomi dan bertambahnya ketergantungan antar negara, tidak hanya
merupakan tantangan dan kesempatan bagi pertumbuhan ekonomi serta
pembangunan suatu negara, tetapi juga mengandung resiko dan ketidakpastian
masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir
(2002:10), suatu negara dikatakan miskin biasanya ditandai dengan tingkat
pendapatan perkapita rendah, mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang
tinggi (lebih dari 2 persen per tahun), sebagian besar tenaga kerja bergerak di
sektor pertanian dan terbelenggu dalam lingkaran setan kemiskinan.
Kemiskinan juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah negara indonesia, dewasa ini pemerintah belum mampu
menghadapi atau menyelesaikan permasalahan tersebut. Pemerintah sendiri
selalu mencanangkan upaya penanggulangan kemiskinan dari tahun ketahun.
Namun jumlah penduduk miskin Indonesia tidak juga mengalami penurunan
yang signifikan, walaupun data di BPS menunjukkan kecenderungan
penurunan jumlah penduduk miskin, secara kualitatif belum menampakkan
dampak perubahan yang nyata malahan kondisinya semakin memprihatinkan
tiap tahunnya (Wongdesmiwati, 2009).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian, bentuk dan jenis – jenis kemiskinan
2. Mengetahui strategi untuk mengurangi kemiskinan
3. Mengetahui kondisi kemiskinan di Indonesia berdasarkan data BPS
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3 Indikator – Indikator Mengenai Kemiskinan
6
Telekomunikasi
9. Pembangunan Daerah dan
Transmigrasi
10. Lingkungan Hidup dan Tata Ruang
11. Kependudukan dan Keluarga
Berencana
12. Perumahan dan Pemukiman
13. Hukum
14. Aparatur Pemerintah dan
Pengawasan
15. Politik, Penerangan, Komunikasi,
dan Media Massa
16. Keamanan dan Ketertiban Umum
17. Subsidi Pembangunan Kepada
Daerah Bawahan
Sumber: Statistik Keuangan Daerah (BPS Propinsi NTT, 2004).
10
fianansial dan staf dalam penerapan program padat karya untuk mengurangi
kemiskinan.
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air
hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak
tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/
tamat SD.
12
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya.
13
Rumus Penghitungan :
GK = GKM + GKNM
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan
15
b. Persentase Penduduk Miskin
Head Count Index (HCI-P0) adalah persentase penduduk yang
berada di bawah Garis Kemiskinan (GK).
Rumus Penghitungan :
Dimana :
α =0
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
Dimana :
α =1
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
16
d. Indeks Keparahan Kemiskinan
Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2)
memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk
miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran
di antara penduduk miskin.
Rumus Penghitungan :
Dimana :
α =2
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
f. Gini Ratio
Dalam mengukur tingkat ketimpangan di Indonesia, BPS menggunakan
data pengeluaran sebagai proksi pendapatan yang bersumber dari Susenas.
Gini ratio adalah salah satu ukuran ketimpangan pengeluaran yang digunakan.
Nilai gini ratio berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai gini ratio yang
semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat ketimpangan yang semakin
tinggi.
2. Jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 26,36 juta orang,
meningkat 0,20 juta orang terhadap Maret 2022 dan menurun 0,14 juta
17
orang terhadap September 2021.
19
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1. Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, tidak mampu
memenuhi hak – hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermanfaat.
Hak – hak dasar antara lain ;
a. Terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, Pendidikan, pekerjaan,
perumahan, air bersih, pertahanan, sumberdaya alam, dan lingkungan, hidup.
b. Rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan
c. Hak untuk berpartidifasi dalam kehidupan social – politik
4. Berdasarkan data BPS, Persentase Penduduk Miskin September 2022 naik menjadi
9,57 persen
20