Anda di halaman 1dari 15

Tasya Shofwa Mahira

200401110299
Psikologi G

KEMISKINAN

A. Definisi Kemiskinan
Secara etimologis, “kemiskinan” berasal dari kata “miskin” yang berarti tidak
berharta benda dan serba kekurangan. Secara umum, kemiskinan merupakan kondisi
dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya
untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Konsep
yang dipakai BPS dan juga beberapa negara lain adalah kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach), sehingga kemiskinan merupakan kondisi
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran). Penduduk miskin adalah penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan (GK),
yang diperoleh dari hasil survei (sampel).
Angka kemiskinan yang dirilis BPS merupakan data makro dan merupakan
hasil Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) yang menunjukkan persentase
penduduk miskin terhadap jumlah penduduk dalam suatu wilayah. Indikator yang
biasanya digunakan untuk menetukan kemiskinan yaitu tingkat upah, pendapatan,
konsumsi, mortalitas anak usia balita, imunisasi, kekurangan gizi pada anak, dan lain
sebagainya. Selain itu, tolak ukur tingkat kemiskinan juga bisa dilihat dari tingkat
kesehatan, pendidikan, dan pelakuan adil di muka hukum.
Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan

dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.


Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun
sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah
global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif,
sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dan lain-lain. Kemiskinan adalah
suatu kondisi ketidakmampuan seseorang, keluarga, kelompok, masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan fisik (pangan, sandang, papan) dan non-fisik (kesehatan,
pendidikan dan rasa aman).

Penanganan kemiskinan tidak mungkin hanya ditangani oleh pemerintah, tetapi


juga perlu melibatkan masyarakat dan pihak swasta termasuk dunia usaha.
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

Permasalahan kemiskinan adalah menyangkut kegagalan pemenuhan hak-hak dasar


seperti terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu
pelayanan kesehatan, terbatasnya akses dan mutu layanan pendidikan, terbatasnya
kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya akses layanan perumahan, terbatasnya
akses air bersih, sanitasi dan rasa aman, lemahnya kepastian penguasaan dan pemilikan
tanah dan lemahnya partisipasi masyarakat.

Di samping itu, kemiskinan disebabkan lemahnya penanganan masalah


kependudukan, ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, kesenjangan antar daerah
dan lain-lain. Kemiskinan adalah kondisi di mana tidak terpenuhinya kebutuhan pokok
atau kebutuhan dasar sehingga standar hidup layak tidak tercapai. Kebutuhan dasar
yang dimaksud adalah makanan, pakaian, tempat berlindung atau rumah, pendidikan,
dan kesehatan (Maipita, 2014). Definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu (Maipita, 2014):

a. Kemiskinan menurut standar kebutuhan hidup layak. Kelompok ini berpendapat


bahwa kemiskinan terjadi ketika tidak terpenuhinya kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar. Kemiskinan ini disebut juga dengan kemiskinan absolut.
b. Kemiskinan menurut tingkat pendapatan. Pandangan ini berpendapat bahwa
kemiskinan terjadi disebabkan oleh kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup layak. Inti dari kedua sudut pandang tersebut adalah
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok atau hidup layak, yakni yang disebut
dengan kemiskinan menurut basic needs approach.
a) Soerjono Soekanto
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga
tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
b) Gillin dan Gillin
Kemiskinan adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat mempertahankan skala
hidup yang cukup tinggi untuk memberikan efisiensi fisik dan mental untuk
memungkinkan dia dan keluarganya menjalankan fungsi sebagaimana mestinya
sesuai dengan standar masyarakat baik karena pendapatan yang tidak memadai
ataupun pengeluaran yang tidak bijaksana.
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

c) Reitsma dan Kleinpenning


Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya,
baik yang bersifat material maupun non-material.
d) Suparlan
Kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan
materi pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan standar
kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.
e) Friedman
Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan
kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan, organisasi sosial politik,
jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan, serta
informasi.
f) Faturachman dan Marcelinus Molo
Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah
tangga) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
g) Ellis
Kemiskinan adalah sebuah gejala multidimensional yang bisa dikaji dari
dimensi ekonomi dan sosial politik.
h) Levitan
Kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk
mencapai standar hidup yang layak.
i) Hall dan Midgley
Menyatakan kemiskinan dapat didefenisikan sebagai kondisi deprivasi materi
dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan yang
layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi relatif dibandingkan
dengan individu yang lainnya dalam masyarakat.
j) Syaifuddin
Membagi cara berpikir yang memandang kemiskinan sebagai gejala absolut dan
sebagai gejala relatif. Cara berpikir (model) mengenai kemiskinan sebagai
gejala absolut memandang kemiskinan sebagai kondisi serba berkekurangan
materi, hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sarana untuk
mendukung kehidupan sendiri. Cara pandang relativistik ini terdiri atas dua cara
pandang, yakni cara pandang (model) kebudayaan, dan cara pandang (model)
Struktural.
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

k) Menurut Nurwati (2008)


Kemiskinan merupakan masalah sosial yang terus ada di kehidupan masyarakat.
Masalah kemiskinan sangatlah lama, dan dalam waktu yang panjang, sama
seperti halnya dengan usia manusia itu sendiri, dan unsur pokok
permasalahanya adalah menyangkut berbagai macam bentuk atau karakter
kehidupan manusia. Dengan kata lain bahwa kemiskinan ini merupakan
masalah kehidupan yang sifatnya global atau mendunia, artinya masalah
kemiskinan sudah menjadi perhatian dunia, dan masalah tersebut ada di semua
negara, walaupun dampak dari kemiskinan sangatlah berbeda-beda.
l) Menurut Amarta sen (1987) dalam Haughton dan Shahidur (2012)
Kemiskinan di kaitkan dengan kemampuan untuk menjalankan suatu fungsi
dalam masyarakat. Dengan demikian kemiskinan timbul apabila masyarakat
tidak memiliki pendapatan, dan tidak mendapatkan pendidikan yang memadai,
serta kondisi kesehatan yang buruk. Kemiskinan di anggap sebagai sebuah
fenomena multidimensional.
m) Menurut BPS (2016)
Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi, materi dan fisik untuk
mencukupi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang di ukur dengan
pengeluaran. Ukuran kemiskinan yaitu menggunakan Garis kemiskinan. Yang
terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM), dan garis kemiskinan non
makanan (GKNM). Garis kemiskinan makanan adalah nilai pengeluaran yang
di hasilkan dari nilai kebutuhan minimum makanan yang di hitung dalam 2.100
kalori perkapita per hari, sedangkan garis kemiskinan non makanan di hitung
dari kebutuhan minimum untuk sandang, pendidikan, dan kesehatan dan
kebutuhan dasar lainya.
n) Menurut Haughton dan Shahidur (2012:3)
Kemiskinan selalu berhubungan dengan ketimpangan, dan kerentanan karena
orang yang tidak di anggap miskin bisa saja sewaktu-waktu menjadi miskin jika
mengalami permasalahan misalkan krisis finansial, dan penurunan harga usaha
pertanian. Kerentanan merupakan sebuah dimensi pokok kesejahteraan karena
hal tersebut mempengaruhi tingkah laku setiap individu dalam hal investasi,
pola produksi dan strategi yang sesuai serta persepsi tentang situasi masing-
masing.
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

o) Menurut teori Nurkse ( dalam Kuncoro 1997:107)


Kemiskinan bertumpu pada teori lingkaran setan kemiskinan, adanya
ketidaksempurnaan pasar, kurangnya modal, dan keterbelakangan Sumber daya
manusia menyebabkan produktivitas rendah. Rendahnya produktivitas akan
mengakibatkan pendapatan ikut rendah, rendahnya mengakibatkan pendapatan
yang di terima rendah, pendapatan yang rendah mengakibatkan investasi dan
tabungan menurun.

B. Macam dan Bentuk Kemiskinan


Menurut Ali Khomsan dan kawan-kawan dalam buku yang berjudul Indikator
Kemiskinan, ada beberapa jenis kemiskinan yang perlu diketahui, yakni:
1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang mendeskripsikan individu-individu
yang tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan oleh
negara. Atau bisa juga diartikan seperti keadaan individu yang penghasilannya tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh kebijakan
pembangunan yang belum merata sehingga belum dapat menjangkau seluruh
masyarakat. Oleh sebab itu, di sebagian daerah ada penduduknya yang memiliki
ketimpangan pendapatan. Meskipun kondisi seorang penduduk sudah berada di atas
batas garis kemiskinan, tetapi tetap terlihat miskin karena rata-rata pendapatan
penduduk daerah tersebut lebih tinggi.
Maka dari itu, kemiskinan jenis ini dinamakan kemiskinan relatif. Kemiskinan
relatif juga bisa diartikan sebagai kemiskinan yang berasal dari perbandingan antara
penduduk dan lingkungannya. Dari kemiskinan relatif ini, maka bisa terbentuk
stigma bahwa personal A relatif lebih miskin dibandingkan personal B karena
personal B pendapatannya lebih tinggi.
3. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang terbentuk karena kebiasaan
masyarakat yang sudah menjadi budaya, baik itu dari nilai-nilai yang diusung,
pemikiran, maupun cara kerja. Contoh kemiskinan kultural yang banyak terjadi di
masyarakat sebagai berikut:
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

• Malas
• Etos kerja yang rendah
• Mudah menyerah pada nasib
• Budaya masyarakat yang suka korupsi, kolusi, dan nepotisme
• Menolak adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
• Menggantungkan bantuan dari pihak lain, termasuk pemerintah
• Minder
• Suka foya-foya dan konsumtif berlebihan
• Suka mencuri dan memilih jalan pintas untuk sukses
• Mengandalkan harta warisan orang tua
• Tidak berdiri di atas kaki (tidak mandiri)

C. Identifikasi Fenomena-Fenomena Kemiskinan


Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial apabila perbedaan kedudukan ekonomis
para warga masyarakat ditentukan secara tegas. Pada masyarakat yang bersahaja
susunan dan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan merupakan masalah sosial
karena mereka menganggap bahwa semuanya telah ditakdirkan sehingga tidak ada
usaha-usaha untuk mengatasinya. Mereka tidak akan terlalu memerhatikan keadaan
tersebut, kecuali apabila mereka betul-betul menderita karenanya. Faktor-faktor yang
menyebabkan mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka telah
gagal untuk memperoleh lebih daripada apa yang telah dimilikinya dan perasaan akan
adanya ketidakadilan.
Hal ini pun diperkuat oleh pernyataan menurut Soerjono Soekanto yaitu Pada
masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu masalah sosial karena sikap
yang membenci kemiskinan tadi. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang
makan, pakaian atau perumahan, tetapi, karena harta miliknya dianggap tidak cukup
untuk memenuhi gaya hidup yang ada. Fenomena tersebut dapat kita jumpai di desa
Komering Agung; seseorang dianggap miskin karena mempunyai rumah yang sudah
usang atau tidak terawat, lantai terbuat dari tanah, semen aci, atap yang usang, dinding
terbuat dari kayu berkualitas rendah atau tembok tidak diplester, tidak memiliki
handphone bagus (smartphone), baju dan celana bermerek, atau kendaraan mobil
sehingga lamakelamaan benda-benda sekunder tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan
sosialekonomi seseorang, yaitu apakah dia miskin atau kaya.
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

Dengan demikian persoalannya mungkin menjadi lain, yaitu tidak adanya pembagian
kekayaanyang merata sehingga terjadilah dan terciptanya penyimpangan sosial yang
menuntut seseorang untuk berbuat segala cara menjadi halal seperti tindak kejahatan
untuk mendapatkan uang secara instan tanpa bekerja keras demi sebuah gengsi dan
pengakuan dari orang-orang yang berada di desa tersebut, salah satu bentuk
penyimpangan sosial yang sering terjadi di desa Komering Agung adalah tindakan
pencurian dan pembegalan.
Hal ini kemudian diperkuat oleh Kamanto Sunarto yaitu Penyimpangan merupakan
perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar
batas toleransi. Meskipun masyarakat telah berusaha agar setiap anggota keluarga
berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat, namun dalam tiap masyarakat kita
selalu menjumpai adanya anggota yang menyimpang menjumpai adanya
penyimpangan atau non konformitas. (Nur, 2017). Fenomena kemiskinan merupakan
lingkaran setan (vicious circle) yang sulit untuk dipecahkan, diperlukan usaha yang
tepat sasaran dan berkesinambungan. Penduduk miskin di Indonesia masih cukup besar
dibandingkan dengan jumlah penduduk.
a) Fenomena urbanisasi
Fenomena urbanisasi menyebabkan pertumbuhan wilayah perkotaan yang semakin
luas, sehingga akan mempengaruhi struktur fisik kota dimana tidak hanya bagi kota
besar tetapi juga bagi kota kecil. Kemiskinan di Indonesia, umumnya mereka yang
tergolong miskin adalah kelompok masyarakat yang berpendidikan rendah dan
hidup di daerah pinggiran (periphery). Karena pendidikannya rendah dan
menempati sektor geografis yang jauh dari penguasaan aset-aset produksi, maka
sangat sulit bagi mereka untuk memperoleh pendidikan layak. (Fikri et al., 2016)
b) Fenomena Kemiskinan di Aceh
Aceh menerima pukulan yang keras dari krisis keuangan pada tahun 1997-1998,
sama halnya dengan daerah-daerah lain di Indonesia, yang berakibat pada tingkat
pertumbuhan yang negatif selama empat tahun berturut-turut. Setelah tahun 2001,
sementara daerah-daerah lain di Indonesia telah pulih dan mulai bertumbuh,
ekonomi Aceh terus mengalami penurunan. Kemiskinan di Aceh sedikit meningkat
pasca bencana tsunami, dari 28,4 persen pada tahun 2004 mencapai 32,6 persen
pada tahun 2005. Peningkatan tersebut termasuk relative kecil mengingat besarnya
kerusakan dan kerugian yang disebabkan oleh tsunami dan juga mencerminkan
dampak yang positif dari upaya awal rekontruksi.
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

D. Dampak Kemiskinan
Dampak kemiskinan di Indonesia seperti berikut:
1. Meningkatnya angka pengangguran.
2. Banyaknya kasus putus sekolah.
3. Muncul berbagai masalah kesehatan di masyarakat.
4. Menurunnya kualitas generasi penerus.
5. Muncul tindakan kriminalitas.

E. Intervensi psikologi komunitas dengan kemiskinan


1. Intervensi Makro
Intervensi makro yaitu strategi perubahan sosial terencana yang profesional
didesain untuk mengatasi masalah atau memenuhi kebutuhan pada tingkat
komunitas. Pada level makro bekerja dalam mengatasi masalah yang dihadapi
masyarakat dan lingkungannya, seperti kemiskinan, keterlantaran, ketidakadilan
sosial dan ekploitasi sosial. Dalam pelaksanaan intervensi makro yang dilakukan
oleh pekerja sosial yaitu dengan cara pemberdayaan masyarakat. Agar dalam proses
pemberdayaan masyarakat tersebut terlaksana dengan baik, maka harus dilakukan
menggunakan metode berikut:
• Pemberian pendampingan kepada masyarakat yang bertujuan agar
pelaksanaan program pendampingan terlaksana. Berikut adalah beberapa
bentuk pendampingan yang dilakukan oleh pekerja sosial terhadap
masyarakat: Menyediakan tempat belajar untuk anak-anak yang kurang
mampu. ➢ Menyalurkan dengan berbagai akses jaminan sosial, seperti

jamkesmas, beasiswa miskin, dan lain sebagainya. ➢ Menumbuhkan


motivasi dan upaya kemandirian masyarakat dalam pelaksanaan.
• Pemberian pelatihan Pelatihan tersebut antara lain: Masyarakat harus
terlatih dalam kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Pelatihan
kewirausahaan dengan berbagai keterampilan. Program daya usaha melalui
pinjaman bantuan untuk modal usaha masyarakat. Terkait dengan upaya
pemberdayaan pada level komunitas ada tiga model intervensi komunitas
menurut Rohtman (1995) dalam buku Isbandi Rukminto Adi, yaitu:
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

a. Pengembangan Masyarakat Lokal Yaitu mengembangkan kapasitas


komunitas untuk mengambil keputusan bersama.
b. Kebijakan Sosial Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah
yang digunakan untuk merespon isu-isu yang bersifat publik.
c. Aksi Sosial Yaitu meraih kekuasaan objektif bagi mereka yang tertindas
agar dapat memilih dan memutuskan cara yang tepat guna melakukan
aksi.
2. Intervensi Sosial
Melalui intervensi sosial pada diri klien akan terjadi perubahan yang arahnya
menuju perbaikan dan kemajuan, atau perubahan yang positif. Tindakan yang
bertujuan untuk membantu orang perorangan atau kelompok atau keluarga atau
komunitas dalam konteks kehidupan sosial mereka disebut intervensi sosial. Sesuai
dengan konsepsi mengenai keberfungsian sosial, strategi penanganan kemiskinan
pekerjaan sosial terfokus pada peningkatan kemampuan orang miskin dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupan sesuai dengan statusnya. Karena tugas-tugas
kehidupan dan status merupakan konsepsi yang dinamis dan multi-wajah, maka
intervensi pekerjaan sosial senantiasa melihat sasaran perubahan (orang miskin)
tidak terpisah dari lingkungan dan situasi yang dihadapinya. Prinsip ini dikenal
dengan pendekatan “person-inenvironment dan person-in-situation”.
Intervensi Psikologi Komunitas Sesuai Dengan Fenomena.
Menurut Nasional Association of Social Work (NASW) dalam Suharto (2007: 38),
menjelaskan bahwa terapi atau intervensi kelompok merupakan suatu pelayanan kepada
kelompok yang tujuan utamanya untuk membantu anggota-anggota kelompok
memperbaiki penyesuaian sosial mereka (Social Adjustment), dan tujuan keduanya
untuk membantu kelompok mencapai tujuan-tujuan yang disepakati oleh masyarakat.
Dari pernyataan di tersebut dapat dipahami bahwa terapi intervensi kelompok atau
intervensi makro merupakan bentuk upaya yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat di level komunitas dan organisasi. Bentuk
upaya yang dilaksanakan secara sistematis, terukur, dan terencana. Selain itu, bentuk
pelayanan yang diberikan dalam pelaksanaan intervensi makro dapat berupa pelayanan
sosial, perlindungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Ada dua macam intervensi:
a) Ameliorative Intervention
Intervensi yang ditujukan untuk mempromosikan wellbeing (kesejahteraan)
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

b) Transformative Intervention
Intervensi ditujukan bukan hanya fokus pada wellbeing, namun juga untuk merubah
hubungan kekuasaan (power relation) dan berupaya untuk mengakhiri penindasan.
Contoh Intervensi Fenomena Kemiskinan
a) Intervensi Kemiskinan di Bogor
Intervensi kemiskinan, kata Edgar, juga ditempuh melalui program lingkungan
sehat perumahan, dengan sumber dana dari APBD, tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) Bank Jabar, serta PNPM. Dalam program tersebut telah
diperbaiki sebanyak rumah tidak layak huni (RTLH) untuk 196 kepala keluarga
(KK). Di samping itu, juga dilakukan perbaikan sarana/prasarana lingkungan
perumahan pemukiman seperti perbaikan jalan setapak sepanjang 30.687,41 m2,
pembangunan saluran pembuangan air hujan pemukiman sepanjang 6.965,09 m,
dan peningkatan jembatan lingkungan pemukiman sebanyak 116 jembatan. Dinas
Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor juga telah membangun
pengelolaan air minum dan air limbah, serta telah dibangun MCK komunal di
Kelurahan Tegallega dan Harjasari yang dapat melayani sebanyak 600 KK.
Dari pendekatan pendidikan, telah diterapkan program wajib belajar pendidikan
dasar 9 tahun dengan pemberian Biaya Operasional Sekolah (BOS) kepada siswa
SD sebanyak 96.321 siswa SD dan 19.314 siswa SMP. Dinas Pendidikan Kota
Bogor juga telah menyelenggaraan Program pendidikan non-formal bagi
Kelompok Belajar paket A,B dan C, dengan tujuan memperluas akses pendidikan
terutama masyarakat yang putus sekolah hingga keterbatasan ekonomi.
Penanganan kemiskinan juga ditempuh melalui pelayanan Keluarga Berencana,
yang pada 2011, peserta KB pasangan usia subur di Bogor mencapai 5.324 orang,
sehingga capaian kinerjanya 98,25 persen. Selain itu, juga dikembangkan
Lembaga Ekonomi Kelurahan, yakni pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) dengan tujuan meningkatkan pendapatan keluarga miskin.
b) Strategi Pengentasan Kemiskinan Melalui Sinergi Program Pemberdayaan
Masyarakat.
Sasaran pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang.
Pembangunan diharapkan berlandaskan pada keunggulan kompetitif di berbagai
wilayah yang di dukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Sementara,
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2021, diharapkan tujuan pemerataan


pembangunan dapat tercapai denganmemanfaatkan kearifan lokal untuk
percepatan penurunan kemiskinan dan pemulihan ekonomi nasional. Asisten
Deputi Penanganan Kemiskinan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Ade Rustama menjelaskan, salah
satu strategi penguatan program pemberdayaan masyarakat adalah dengan
melakukan pemutakhiran Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari
tingkat pemerintah daerah, tingkat kabupaten, hingga desa. Asdep Ade
menyampaikan, salah satu targeting dari pemutakhiran DTKS adalah integrasi
bansos dan digitalisasi penyaluran, afirmasi penargetan untuk pemberdayaan
masyarakat, dan perbaikan layanan dasar.
"Dengan data tersebut, akan lebih mudah bagi pemerintah untuk melakukan
intervensi dengan program pemberdayaan di masing-masing
Kementerian/Lembaga," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Identifikasi Program
Pemberdayaan Sosial Dalam RKP 2021 dan RPJMN 2020-2024, yang
diselenggarakan secara daring, dan diikuti oleh perwakilan kementerian dan
lembaga terkait, pada Kamis (11/2) silam. Ade menjelaskan, program
pemberdayaan masyarakat masuk ke dalam salah satu program prioritas di bidang
pengentasan kemiskinan. "Salah satu strategi penurunan kemiskinan yang
penting selain mengurangi beban pengeluaran adalah dengan meningkatkan
pendapatan seperti peningkatan akses permodalan, peningkatan kualitas produk
dan akses pemasaran, pengembangan keterampilan dan layanan usaha, serta
pengembangan kewirausahaan, kemitraan, dan keperantaraan," tuturnya.
Ade Rustama menyampaikan beberapa poin yang perlu diperhatikan
Kementerian/Lembaga dalam melalsanakan program pemberdayaan masyarakat.
Pertama, masing-masing Kementerian/Lembaga yang merupakan pelaksana
teknis program pemberdayaan masyarakat perlu melakukan sinergi program yang
berkaitan. Kedua, selain sinergi program, sinergi dalam penetapan lokasi dan
pendamping juga menjadi hal yang penting. Dalam unsur penetapan lokasi dapat
dilakukan melalui pendekatan kawasan yang menyasar fokus kawasan prioritas
pemerintah atau di satu desa yang sama. Sementara dalam unsur pendamping
dapat diidentifikasi kemudian disinergikan antar program untuk mengoptimalkan
capaian program pemberdayaan di masing-masing Kementerian/Lembaga.
"Kemudian, yang perlu disinergikan lainnya adalah kelembagaan yang menaungi
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

beberapa program pemberdayaan, sehingga tujuan akhir meningkatkan


pendapatan masyarakat dalam percepatan penurunan kemiskinan dan pemulihan
ekonomi segera tercapai," pungkas Ade. Sebagai informasi, rapat koordinasi ini
dilaksanakan dilakukan sebagai langkah awal untuk sinergi program
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan agar terjadi peningkatan pendapatan di
masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat juga diperlukan untuk
mendukung program prioritas nasional di tahun 2021 yaitu Program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) tahun 2021 yang salah satu tujuannya adalah untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat pasca bencana pandemi COVID- 19.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, strategi penanggulangan kemiskinan dilakukan
melalui :
1. Mengurangi Beban Pengeluaran Masyarakat Miskin
Dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan dasar (basic life acsess) yaitu
sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, air bersih.
2. Meningkatkan Kemampuan dan Pendapatan Penduduk Miskin.
a. Dilakukan melalui pola pelatihan/keterampilan kewirausahaan
pemula (start up) dan bantuan modal awal;
b. Untuk menentukan penerima manfaat program/kegiatan agar
memperhatikan kriteria yang terdapat pada data BDT 2018, antara lain
: 1) Status kepemilikan usaha di suatu rumah tangga; 2) Akses
terhadap KUR; 3) Kepemilikan lahan; 4) Kepemilikan asset bergerak;
5) Kepemilikan ternak; 6) Status pendidikan tertinggi.
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil,
Dilakukan melalui program/kegiatan terkait fasilitasi pengembangan
kewirausahaan, fasilitasi akses modal/kredit bersubsidi (jamkrida/
KUR/Mitra 25), pemberdayaan dan pendampingan berkelanjutan,
sertifikasi produk/HAKI, serta menjaga stabilisasi iklim usaha dan
fasilitasi pemasaran.
4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan
Dilakukan melalui sinergitas dokumen perencanaan sampai dengan
monitoring dan evaluasinya, serta pengembangan kemitraan dengan
melibatkan perguruan tinggi dengan KKN Tematik, TJSLP/CSR
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

Perusahaan/BUMN/BUMD, serta mendorong pembangunan kawasan


perdesaan.
5. Desa Dampingan
Desa Dampingan merupakan target desa lokasi yang memenuhi kriteria
untuk dilakukan intervensi penanggulangan kemiskinan. Pemilihan desa
lokasi yang mendapatkan pendampingan dan/atau pembinaan didasarkan
pada kriteria tingkat kesejahteraan terendah desa yang merupakan hasil
pengolahan data jumlah rumah tangga pada desil 1 dan desil 2 Basis Data
Terpadu (membandingkan tingkat kesejahteraan desa dalam satu
kecamatan).
6. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya
(empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai kemampuan individu
yang bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan
masyarakat yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk menemukan
alternatif-alternatif baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto,
2014).

Pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan kemandirian dan


kesejahteraan masyarakat desa melalui gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu Desa
Dampingan Menuju Desa Lebih Sejahtera“ dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta
memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat
Desa. Dalam pelaksanaannya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan prinsip –
prinsip sebagai berikut :

a. Partisipasi : peran serta aktif semua masyarakat/kelompok masyarakat pada setiap


tahapan pembangunan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian
kegiatan.
b. Keberlanjutan : menjamin kegiatan tetap dapat dilanjutkan oleh masyarakat dan
pemerintah desa.
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

c. Integrasi : kegiatan dapat dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan disesuaikan


kebutuhan desa melalui pencermatan Rencana Pembangunan Menengah Desa yang
pada akhirnya desa mampu membiayai sendiri
d. Tranparansi : semua masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan
proses pengambilan keputusan pembangunan desa sehingga pengelolaan kegiatan
dilaksanakan secara terbuka.
e. Prioritas : masyarakat diberikan kesempatan memilih kegiatan yang diutamakan
dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan
kemiskinan dan upaya perbaikan lingkungan.
f. Demokratis : masyarakat mengambil keputusan pembangunan desa dengan
musyawarah dan mufakat.

Dengan prinsip – prinsip pemberdayaan tersebut, jika perangkat daerah dan stakeholder
sudah tidak melakukan pembinaan/ pendampingan semua tetap dapat dijalankan oleh
masyarakat dan pemerintah desa. (Mardikanto, n.d.). Program-program pemberdayaan
masyarakat dalam bentuk:

• Program Pembinaan dan Peningkatan Pendapatan


• Petani dan Nelayan Kecil (P4K),
• Program Tabungan dan Kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat (Takesra-Kukesra),
• Program Pengembangan Kecamatan (PPK),
• Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP),
• Program Pembangunan Prasarana Pendukung
• Desa Tertinggal (P3DT), dan lain sebagainya. (Wardaya & Suprapti, 2018)

Intervensi sesuai kasus kemiskinan urbanisasi sesuai fenomena :

Langkah-langkah awal dalam arah intervensi penanggulangan kemiskinan dan penagguran


menerapkan kebijakan teknis penyediaan sarana dan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar
minimum bagi masyarakat miskin melalui pendekatan program dan kegiatan penanggulangan
kemiskinan didasarkan pada penggolongan klaster yang terdiri atas 3 klaster yaitu:

a. Klaster program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga


b. Klaster program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas
c. Klaster program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil
Tasya Shofwa Mahira
200401110299
Psikologi G

Intervensi sesuai kasus kemiskinan Aceh sesuai fenomena :

Pemberdayaan merupakan salah satu pendekatan untuk mengatasi persoalan kemiskinan,


ketidak berdayaan dan kerentanan masyarakat lemah. Terdapat empat prinsip yang sering
digunakan untuk suksesnya program pemberdayaan, yaitu kesetaraan, partisipasi,
keswadayaan/kemandirian, dan keberlanjutan.

Referensi :

1. https://www.gramedia.com/literasi/kemiskinan/
2. Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, A. (2014). Pengertian Kemiskinan. Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 2008, 10–37.
3. https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/620636c38eedf/penyebab-kemiskinan-dan-
dampak-yang-
ditimbulkan#:~:text=Definisi%20Kemiskinan&text=BPS%20juga%20mengartikan%
20bahwa%20kemiskinan,dasar%20minimal%20untuk%20hidup%20layak.
4. Hildegunda, W. (2010). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin
di Wilayah Pemekaran Tingkat Kabupaten (Studi Kasus Perbandingan Jumlah Penduduk
Miskin Sebelum Dan Sesudah Pemekaran di Kabupaten Nagekeo Propinsi NTT Tahun 2005-
2009). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Anda mungkin juga menyukai