Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KEMISKINAN

Di susun oleh :
Anggreany Nova Devita Katu 1202005

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA


2013/2014

1
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kemiskinan ini. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu , sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Yogyakarta, 15 Oktober 2013

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan sebuah masalah yang telah mendunia dan hingga kini
masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun. Selain bersifat laten dan aktual,
kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh Negara-
negara berkembang melainkan negara. Kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana
terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian,
tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup.
Penyebab utama kemiskinan antara lain kurangnya Sumber Daya Alam
(SDA), rendahnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM), dukungan
sarana dan prasarana fisik yang kurang memadai, serta hal-hal yang berhubungan
dengan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Perumusan Masalah
Dalam tugas terstruktur individu ini, penyusun yang membahas mengenai
masalah kemiskinan, didapatkan rumusan masalah yang akan dibahas dalam analisis
permasalahan. Rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
Apa yang menjadi masalah dasar dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia.

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah yang membahas tentang kemiskinan di Indonesia
ini adalah sebagai berikut:
Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam hamateri
agar kut berperan serta untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia untuk menghadapi
kemiskinan yang merupakan tantangan global dunia ketiga.
Untuk mengetahui sejauh mana upaya pemerintah dalam mengentaskan
kemiskinan di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Definisi

Dalam kamus ilmiah populer, kata Miskin mengandung arti tidak berharta
(harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan) . Adapun kata fakir diartikan sebagai
orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa
kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perkembangan


arti definitif dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan. Berawal dari sekedar
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan
hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan komponen-komponen sosial dan
moral. Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali Khomsan bahwa kemiskinan timbul
oleh karena minimnya penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, baik sektor
industri maupun pembangunan. Senada dengan pendapat di atas adalah bahwasanya
kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor produksi, atau kemiskinan adalah
ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh pemerintah
sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Arti
definitif ini lebih dikenal dengan kemiskinan struktural.

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh
negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti
Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung
tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropa. Pada
masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang
sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan
daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang
rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian:

a) kemiskinan absolut,

4
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan,
papan, pendidikan
b) kemiskinan relatif
Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas
garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan
masyarakat sekitarnya
c) kemiskinan cultural
Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

.
B. Indikator-indikator Kemiskinan

Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara
detail indikator-indikator kemiskinan tersebut.

Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat


Statistika, antara lain sebagi berikut:

1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar (sandang, pangan dan


papan).
2) Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3) Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4) Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
massa.
5) Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam
6) Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7) Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan
8) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9) Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok
marginal dan terpencil).

5
C. Penyebab Kemiskinan

Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah


Kuraiyyim. Yang antara lain adalah:

Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara


global.

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar


perkembangan pendapatan per-kapita:

a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.

b) Politik ekonomi yang tidak sehat.

c) Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:

Rusaknya syarat-syarat perdagangan

Beban hutang

Kurangnya bantuan luar negeri, dan

Perang

. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.

Terlihat jelas faktor ini dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh


karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus
didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan
pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal

Biaya kehidupan yang tinggi.

6
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat
dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa
disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita
di depan publik dan banyaknya pengangguran.

Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.

Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan


jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung
mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih
terbebani oleh pajak negara.

D. Tantangan Kemiskinan di Indonesia

Masalah kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan rendahnya


tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya mutu kehidupan
masyarakat Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sebagaimana
yang ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Indonesia
pada tahun 2002 sebesar 0,692. yang masih menempati peringkat lebih rendah dari
Malaysia dan Thailand di antara negara-negara ASEAN. Sementara, Indeks
Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada tahun yang sama sebesar 0,178. masih
lebih tinggi dari Filipina dan Thailand. Selain itu, kesenjangan gender di Indonesia
masih relatif lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya.

Tantangan lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi


penduduk miskin di pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan. Data Susenas
(National Social Ekonomi Survey) 2004 menunjukkan bahwa sekitar 69,0 %
penduduk Indonesia termasuk penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di sektor
pertanian. Selain itu juga tantangan yang sangat memilukan adalah kemiskinan di
alami oleh kaum perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan
peranan wanita, terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta
masih rendahnya angka pembangunan gender (Gender-related Development Indeks,

7
GDI) dan angka Indeks pemberdayaan Gender(Gender Empowerment
Measurement,GEM).

Tantangan selanjutnya adalah otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai


peran yang sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan masyarakat
dari kemiskinan. Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan pemerintah daerah
dalam penanggulangan kemiskinan. maka tidak mustahil dalam jangka waktu yang
relatif singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat dari kemiskinan pada skala
nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar bagi masyarakat. Akan tetapi
ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap keadaan lingkungan sekitar, hal ini
sangat berpotensi sekali untuk membawa masyarakat ke jurang kemiskinan, serta bisa
menimbulkan bahaya laten dalam skala Nasional.

E. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan

Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan


menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan
pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai acuan bagi
kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan
tahunan.

Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai


Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan
(SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh
stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah
kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah
(KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai
dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong gerakan
sosial dalam mengatasi kemiskinan.

8
Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai
berikut:

a) Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan;

(i) penyediaan sarana-sarana irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah
daerah langka sumber air bersih.

(ii) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah tertinggal.

(iii) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang memiliki pendapatan


rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) .

b) Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana stimulan
untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan
revitalisasi industri.

c) Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan pelayanan
antara lain

(i) pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9 tahun termasuk


tunjangan bagi murid yang kurang mampu

(ii) jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas


dan rumah sakit kelas tiga.

BAB III

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
dapat disimpulkan sebagai berikut:

9
Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita
terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan.
Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak. Pengentasan masalah
kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun
harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat. Ketika terjalin kerja sama yang romantis baik dari
pemerintah, nonpemerintah dan semua lini masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini,
tidak perlu sampai 2030 kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal mungkin.

2. Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang
lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif.
Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan
meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan
moralitas yang standarnya adalah standar global.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Gunarso Dwi.2006. Modul Globalisasi. Banyumas. CV. Cahaya Pustaka

Santoso Slamet, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Unsoed : Purwokerto.

Santoso, Djoko. 2007. Wawasan Kebangsaan. Yogyakarta. The Indonesian Army Press

10
Riyadi, Slamet dkk. 2006. Kewarganegaraan Untuk SMA/ MA. Banyumas. CV. Cahaya
Pustaka

11

Anda mungkin juga menyukai