MAKALA
SOSIAL DALAM
H MASYARAKAT
Masalah Kemiskinan
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
PRETTY YALIIN
KATA PENGANGANTAR
Puji Tuhan kami panjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat membuat menyelesaikan
penulisan makalah Tentang Permasalahan Sosial dalam masayarakat
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Sekolah Bidang Study Sosiologi,
Permasalahan Sosial dalam masyarakat adalah salah satu ilmu yang harus kita ketahui,
Sosiologi memegang peranan penting dalam membantu memecahkan masalah-
masalah sosial, seperti kemiskinan, konflik antar ras, delinkuensi anak-anak, dan lain-
lain. Dalam hal ini sosiologi memang tidak terlalu menekankan pada pemecahan atau
jalan keluar masalah-maslah tersbut, namun berupaya menemukan sebab-sebab
terjadinya maslah itu.
Usaha untuk mengatasi masalah sosial hanya mungkin berhasil apabila didasarkan
pada kenyataan latar belakangnya.
Disadari bahwa penyusun makalah ini belum lah sempurna, maka masukakn
yang positif dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan di masa datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaan untuk kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANGANTAR.........................................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................................2
B. Permasalahan............................................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................................................... 4
PERMASALAHAN SOSIAL TENTANG KEMISKINAN DALAM MASYARAKAT.............................................................4
D. Apa itu Kemiskinan ?.................................................................................................................................4
E. Kriteria Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan........................................................................................4
1. Kriteria Para Ahli menurut Edi Suharto (2009).....................................................................................4
2. Kriteria BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)....................................................4
3. Kriteria BPS (Badan Pusat Statistik).....................................................................................................5
4. Kriteria Bank Dunia...............................................................................................................................5
F. Bentuk-bentuk Kemiskinan.......................................................................................................................6
G. Kondisi aktual kemiskinan di Indonesia dan upaya penanggulangannya..................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Mengatasi kemiskinan pada hakekatnya merupakan upaya memberdayakan orang miskin untuk
dapat mandiri, baik dalam pengertian ekonomi, budaya dan politik. Penanggulangan kemiskinan
tidak hanya dengan pemberdayaan ekonomi, akan tetapi juga dengan pemberdayaan politik bagi
lapisan miskin merupakan sesuatu yang tidak dapat terelakkan kalau pemerataan ekonomi dan
terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial seperti yang dikehendaki.
B. Permasalahan
Makalah ini akan membahas tentang masalah-masalah :
Kemiskinan Di Indonesia
Definisi Kemiskinan, Kriteria Kemiskinan dan Penyebab Terjadinya Kemiskinan
Identifikasi Pelayanan Pekerjaan Sosial yang berhubungan dengan kemiskinan
Identifikasi Potensi dan Sistem Sumber di Indonesia Pemecahan Kemiskinan Melalui
Pendekatan-Pendekatan Pemecahan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui pengetahuan mengenai masalah-masalah
kemiskinan dan memberi informasi tentang kemiskinan, selain itu makalah ini juga digunakan
sebagai salah satu syarat memperoleh nilai pada mata kuliah Analisis Masalah Sosial.
iii
BAB II
iv
bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Adapun yang disebut penduduk miskin
adalah jika memiliki rata-rata pengeluaran per kapita setiap bulan di bawah garis kemiskinan.
Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan
garis kemiskinan non makanan (GKNM).
Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita setiap bulan di bawah GK
dikategorikan Penduduk miskin.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disertakan dengan 2.100 kilo kalori per kapita setiap hari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi.
Sementara Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum
untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan
47 jenis komoditi di pedesaan.
G. Bentuk-bentuk Kemiskinan
Bentuk-bentuk Kemiskinan dapat diuraikan berdasarkan beberapa kriteria berikut ini
a. Berdasarkan Dimensinya
Berdasarkan dimensinya bentuk-bentuk Kemiskinan dapat diuraikan menjadi 4, yaitu sebagai
berikut.
1) Kemiskinan akibat globalisasi
Globalisasi yang bercirikan persaingan bebas akan menghasilkan kelompok pemenang
dan kelompok yang mengalami kekalahan. Kelompok yang mengalami kekalahan inilah
yang seringkali terpinggirkan hingga terjerat kemiskinan.
2) Kemiskinan terkait pembangunan
Kemiskinan dapat terjadi akibat belum meratanya pembangunan di sejumlah daerah
(terutama yang jauh dari pusat pemerintahan), kurangnya Prioritas pembangunan yang
menyentuh kawasan pedesaan sehingga pesatnya laju pembangunan di perkotaan yang
menyebabkan tersisihnya segolongan warga yang tidak mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan tersebut (mereka ini biasanya berpendidikan rendah dan tidak terampil).
3) Kemiskinan sosial
Kemiskinan sosial mengacu pada kemiskinan yang dialami oleh perempuan anak-anak
dan kelompok minoritas akibat diskriminasi dalam masyarakat.
4) Kemiskinan konsekuensial
Kemiskinan konsekuensial merupakan dampak dari konflik, bencana alam, kerusakan
lingkungan, ataupun ledakan populasi.
v
Kemiskinan massa adalah kemiskinan yang dialami secara massal oleh penduduk dalam
satu wilayah atau kawasan tertentu. Hari ini berarti terdapat begitu banyak warga yang
secara faktual kita mampu memenuhi kebutuhan fisik minimumnya sehingga terpaksa
hidup serba kekurangan serta mengalami kondisi hidup tidak layak bagi harkat dan
martabat kemanusiaan.
2) Kemiskinan non massa
Kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi atau dialami oleh segelintir
warga saja.
c. Berdasarkan penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya, bentuk-bentuk Kemiskinan dapat diuraikan menjadi tiga yaitu
sebagai berikut.
1) Kemiskinan alamiah
Kemiskinan yang disebabkan oleh daya dukung lingkungan yang tidak memadai untuk
menopang kehidupan manusia selayaknya. Daerah yang mungkin menyebabkan
terjadinya kemiskinan alamiah diantaranya adalah daerah yang tandus dan berbatu, tidak
menyimpan potensi tambang.
2) Kemiskinan struktural
Kemiskinan yang disebabkan akibat lemahnya sistem atau struktur sosial di dalam
masyarakat. Masyarakat miskin seolah-olah dibuat tidak berdaya akibat adanya pola
kebijakan dan aturan dari pemerintah selaku penguasa yang dianggap cenderung tidak
berpihak apalagi untuk memperhatikan kondisi masyarakat miskin agar dapat lebih
Mandiri dan berdaya. Fenomena sosial kemiskinan struktural ini bisa dilihat dari
terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap lapangan pekerjaan dan sulitnya
memperoleh pendidikan berkualitas.
3) Kemiskinan kultural
Kemiskinan yang berasal dari merosotnya moral dan mentalitas akibat kebudayaan yang
diyakini dan dianut oleh suatu masyarakat. Fenomena kemiskinan kultural tampak dari
dipertahankannya sifat-sifat tertentu, seperti malas, tidak mau bekerja keras, selalu
menggantungkan hidupnya kepada belas kasihan orang lain, dan pasrah pada nasib tanpa
ada kemauan untuk berusaha dan bekerja. Kemiskinan kultural ini masih dianggap
sebagai masalah sosial yang sangat serius dan harus ditangani agar masyarakat miskin
dapat bangkit berdaya berusaha dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
vi
Lebih lanjut mengenai kondisi kemiskinan di Indonesia dapat disimak dalam tabel berikut.
Tabel : Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, Maret 2015
Perkotaan + Perkotaan +
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Perdesaan Perdesaan
1 2 3 4 5 6 7
Sumatera 2,10 4,27 6.37 9.65 12.78 11.55
Jawa 7,13 8,32 #VALUE! 8.28 14.9 10.68
Bali dan Nusa
0,62 1,56 #VALUE! 11 18.43 15.47
Tenggara
Kalimantan 0,29 0,69 #VALUE! 4.45 7.88 6.42
Sulawesi 0,39 1,73 #VALUE! 6.13 13.99 11.32
Maluku dan
0,12 1,37 #VALUE! 5.71 29.42 22.04
Papua
Indonesia 10.65 17.94 28.59 45.22 97.40 11.22
Dari tabel di atas tampak bahwa persentase Penduduk miskin terbesar berada di Pulau Maluku
dan Papua yaitu sebesar 22,04%. Sementara persentase terendah ada di pulau Kalimantan yakni
6,42%.
Adapun ditinjau dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin berdomisili di pulau Jawa
(15,45 juta orang), Sedangkan jumlah terkecil ada di pulau Kalimantan (0,98 juta orang). Selain
itu, juga jelas bahwa sebagian besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan (17, 94 juta
orang) dan sisanya bermukim di kawasan perkotaan (10,65 juta orang)
Masalah tentang peningkatan jumlah kemiskinan di Indonesia juga diiringi oleh meningkatnya
garis kemiskinan titik sesuai data yang diperoleh dari survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS)
pada bulan maret 2014 September 2014 dan Maret 2015 menunjukkan bahwa selama periode
September 2014sampai Maret 2015 garis kemiskinan naik sebesar 5, 91% yaitu dari 312.328,00
per kapita per bulan pada September 2014 menjadi 330.776,00 perkapita per bulan pada Maret
2015.
Sementara pada periode maret 2014 sampai Maret 2015, garis kemiskinan naik sebesar 9,26%
yaitu 302.735.000 per kapita per bulan pada Maret 2012 menjadi Rp 330.776.000 per kapita per
bulan pada Maret 2015 untuk memperjelas mengenai peningkatan garis kemiskinan dapat di
dalam tabel berikut
vii
Pemerintah Indonesia masih terus berupaya untuk mengentaskan masalah kemiskinan melalui
program-program yang ada hingga saat ini. Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor.
15 tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan kemiskinan pada pasal 5 disebutkan bahwa
program percepatan penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut.
a. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga bertujuan untuk melakukan
pemenuhan hak dasar pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat
miskin.
b. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat
miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip
pemberdayaan masyarakat.
c. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi
mikro dan kecil bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku
usaha berskala mikro dan kecil.
d. Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.
viii
Selanjutnya, pemerintah juga melaksanakan berbagai program penanggulangan kemiskinan
dengan memanfaatkan kriteria RTS tersebut. Program terebut, antara lain sebagai berikut.
a. Program Keluarga Harapan (PKH)
Dalam laman resminya (http://pkh.depsos.go.id), dijelaskan bahwa Program Keluarga
Harapan adalah program pemberian bantuan tunai bersyarat (sejumlah Rp 600.000,00
hingga Rp 2.200.000,00 per tahun) kepada RTS yang telah ditetapkan sebagai peserta.
Sebagai persyaratan tambahan RTS adalah sebagai berikut.
1) Memiliki ibu hamil atau balita.
2) Memiliki anak usia 6 -15 tahun yang masih mengenyam pendidikan di jenjang
SD/SMP. anggota keluarganya (ibu hamil dan balita) ke fasilitas kesehatan (Puskesmas,
Posyandu, dan sebagainya) dan menyekolahkan anaknya dengan tingkat kehadiran sesuai
ketentuan. Peserta akan dikenai pengurangan bantuan (Rp 50.000,00 hingga Rp.
150.000,00) dari total nominal bantuannya, jika misalnya tidak memeriksakan diri ke
Puskesmas/Posyandu selama kehamilan atau anak-anaknya tidak mencapai kehadiran
minimal 80% di sekolah pada setiap tahap penerimaan bantuan
b. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) diberikan kepada siswa dan siswi dari keluarga
kurang mampu agar dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Bantuan ini memberi
peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, diharapkan
mampu mengurangi jumlah siswa putus sekolah akibat permasalahan biaya pendidikan.
Kepada siswa penerima diberikan bantuan sebesar Rp 450.000,00 per tahun (tingkat SD),
Rp 750.000,00 per tahun (tingkat SMP), dan Rp 1.000.000.00 per tahun (tingkat
SMA/SMK), yang dapat dipergunakan untuk keperluan sekolah, seperti pembelian buku
pelajaran, seragam sekolah, alat-alat olahraga dan keterampilan, pembayaran transportasi
ke sekolah, dan keperluan lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Adapun pada
jenjang pendidikan tinggi, program beasiswa juga digulirkan pemerintah dengan nama
Bantuan Belajar Mahasiswa Miskin ber- IPK > 2,5 dan Beasiswa Bidik Misi. Keduanya
bertujuan meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi peserta
didik yang berpotensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi.
c. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin dan hampir miskin. Tujuan Jamkesmas adalah meningkatkan akses masyarakat
tersebut terhadap pelayanan kesehatan yang layak. Bagi rumah tangga sasaran yang telah
memiliki kartu peserta Jamkesmas, bila anggota keluarganya jatuh sakit atau mengalami
gangguan kesehatan, dapat mengakses pelayanan kesehatan berjenjang sebagai berikut.
1) Peserta memeriksakan diri ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) 1, yakni Puskesmas,
Balai Kesehatan Masyarakat, dan jaringannya. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan
ditemukan bahwa peserta memerlukan pelayanan tingkat lanjut, maka Puskesmas dapat
merujuk peserta ke PPK 2. 2) Peserta mendapatkan pelayanan tingkat lanjut di PPK 2,
yakni rumah sakit tingkat Kabupaten/Kota berdasarkan rujukan dari Puskesmas dan
jaringannya. Bila dibutuhkan, dapat dirujuk ke PPK 3. 3) PPK 3 merupakan rumah sakit
tingkat provinsi yang menerima rujukan peserta Jamkesmas dari PPK 2. Pengecualian
berlaku dalam kondisi gawat darurat, di mana peserta dapat langsung ditangani di rumah
sakit tanpa memerlukan rujukan berjenjang. Adapun komponen yang ditanggung
Jamkesmas adalah pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap kelas III di rumah sakit,
obat-obatan, dan alat/ bahan medis habis pakai, serta rujukan spesimen (pemeriksaan
laboratorium) dan penunjang diagnostik lainnya.
ix
memberikan perlindungan pada keluarga miskin. Pendistribusian beras ini diharapkan
mampu menjangkau RTS, di mana masing-masing akan menerima beras minimal 10
kilogram dan maksimal 20 kilogram tiap bulan dengan harga tebus Rp 1.600,00 tiap
kilogram di titik-titik distribusi yang ditetapkan. Program Raskin bertujuan untuk
mengurangi beban /uploads/2014/02/ pengeluaran RTS melalui pemenuhan sebagian
kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras dan mencegah merosotnya konsumsi energi
serta protein.
x
4) Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program
Komponen ini meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai
kelompok lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen,
pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program. Salah satu di antara kisah
sukses pemberdayaan masyarakat
melalui PNPM Mandiri dialami oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Usaha
Bersama di Desa Asrikaton, Malang, Terinsipirasi dari adanya keinginan untuk
mengembangkan produk unggulan desa, kini telah lebih dari satu tahun KSM (hijau daun),
Usaha Bersama di Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, menekuni
produksi keripik buah. Usaha ini dijalankan oleh anggota KSM yang sebagian besar
merupakan perempuan usia produktif yang masih menganggur. Produksi keripik buah
dipilih karena melimpahnya bahan baku khususnya buah nangka di wilayah sekitar yang
belum dimanfaatkan secara maksimal. Dimulai pada bulan September 2011, anggota KSM
mendapat bantuan dari PNPM Mandiri berupa alat produksi yang terdiri atas mesin vakum
buah, freezer, serta spinner. Selain itu, bantuan juga diberikan dalam bentuk modal awal
untuk pembelian bahan baku dan peralatan dapur serta pelatihan pembuatan keripik buah.
Kapasitas produksi yang ada saat ini, telah mencapai 8 kilogram keripik buah yang
dikemas dalam ukuran 100 gram dan 250 gram. Kegiatan yang terkait dengan pengemasan
dan pemasaran dilakukan oleh KSM Usaha Bersama serta dibantu oleh pihak lainnya.
Keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan keripik buah dikelola sendiri oleh anggota
KSM Usaha Bersama. Laba yang ada digunakan untuk gaji anggota KSM yang terlibat
juga untuk penambahan modal. Kini, setiap anggota yang sebagian besar adalah ibu rumah
tangga rata-rata memeroleh penghasilan sebesar Rp 400.000,00 hingga Rp 700.000,00
setiap bulannya. Seiring dengan bergulimya waktu, KSM Usaha Bersama telah menambah
varian buah lain, di antaranya keripik mangga, keripik salak, dan keripik apel. Selain itu,
setelah mempelajari
keinginan pasar, juga mulai dijalankan produksi keripik babyfish (ikan nila) yang secara
tidak langsung semakin membuka peluang untuk mengentaskan warga dari kemiskinan.
5) Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Dalam laman resminya (http://komite-kur.com), dipaparkan bahwa Program Kredit Usaha
Rakyat merupakan kebijakan dari pemerintah untuk mendukung pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK), serta penanggulangan kemiskinan
melalui dukunga permodalan demi menunjang kegiatan ekonomi produktif masyarakat
yang mampu menciptakan lapangan kerja.
Program KUR menyediakan kredit atau pembiayaan modal kerja kepada UMKMK di
bidang usaha produktif dan layak dengan plafon kredit hingga Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) yang dijamin oleh perusahaan penjamin. Penjaminan ini diberikan untuk
membantu UMKMK memenuhi persyaratan perkreditan atau pembiayaan dari perbankan
yang selama ini seringkali dipandang memberatkan, seperti misalnya penyediaan agunan
maupun persyaratan administratif lainnya sesuai ketentuan perbankan. Penjaminan juga
dimaksudkan demi menekan tingkat risiko dan biaya penyaluran kredit agar tingkat bunga
tidak memberatkan UMKMK. Sesuai Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim
Pelaksana Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil,
Menengah, dan Koperasi No. KEP- 20/D.L.M.EKON/11/2010 tentang Standar
Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, disebutkan bahwa KUR
dengan plafon sampai dengan Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dikenakan suku
bunga kredit/marjin pembiayaan, maksimal sebesar/ setara 22% efektif per tahun.
Sementara KUR dengan plafon di atas Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dikenakan suku bunga kredit/marjin
pembiayaan, maksimal sebesar/setara 14% efektif per tahun. Untuk mengakses KUR,
pelaku UMKMK cukup melampirkan identitas diri lengkap serta membuktikan kelayakan
xi
usahanya (usaha haruslah menguntungkan dan memberikan laba sehingga mampu
membayar bunga/marjin dan mengembalikan seluruh hutang/kewajiban pokok
kredit/pembiayaan dalam jangka waktu yang disepakati antara bank pelaksana dengan
penerima KUR dan memberikan sisa keuntungan untuk mengembangkan usahanya).
Untuk semakin memberi kemudahan, maka pelaku UMKMK dapat langsung mengakses
KUR di kantor cabang atau kantor cabang pembantu bank pelaksana. Selain itu, UMKMK
juga bisa memeroleh KUR melalui lembaga yang meneruspinjamkan KUR dari bank
pelaksana, yaitu koperasi sekunder, koperasi primer (koperasi simpan pinjam, unit simpan
pinjam koperasi), Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/ BPRS), lembaga keuangan
nonbank, kelompok usaha, maupun lembaga keuangan mikro pola konvensional atau
syariah. Dengan demikian, UMKMK dapat terus berkembang hingga memperluas
lapangan kerja dan berkontribusi pada penanggulangan kemiskinan. Adanya program
KUR diyakini mampu pula mendorong bermunculannya inisiatif kewirausahaan di
sepenjuru Indonesia.
6) Program Kartu Perlindungan Sosial (KPS)
Dalam laman resminya (http://www.kompensasi.info), menjelaskan bahwa Kartu
Perlindungan Sosial (KPS) diterbitkan oleh pemerintah untuk memastikan agar rumah
tangga miskin dan rentan dapat menerima manfaat dari semua program perlindungan sosial
yang berhak diterimanya sehingga membantu upaya mengentaskan diri dari kemiskinan.
KPS memuat informasi nama kepala rumah tangga, nama pendamping kepala rumah
tangga, nama pasangan, nama anggota rumah tangga, alamat rumah tangga, nomor kartu
keluarga, dan dilengkapi dengan kode batang beserta nomor identitas unik.
Dengan memiliki KPS, rumah tangga sasaran berhak menerima manfaat dari Program
Beras untuk keluarga Miskin (RASKIN) dan Program Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Selain itu, pemegang KPS juga mendapatkan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat
(BLSM) sebesar Rp 150.000,00 per bulan. Kartu Perlindungan Sosial dikirimkan langsung
ke alamat rumah tangga sasaran oleh PT Pos Indonesia (Persero)
Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dan percepatannya tentu memiliki
banyak kelemahan yang perlu dibenahi. Salah satunya adalah masih kurangnya upaya
nyata untuk mengikis budaya malas, tergantung, enggan mengambil risiko, acuh tak acuh,
pasrah, dan sering menghambat pemberdayaan masyarakat menuju pengentasan
kemiskinan.
Untuk mengikis hambatan budaya tadi, sejatinya dapat dilakukan sejak dini melalui
sosialisasi kewirausahaan pada lembaga pendidikan formal. Materi pendidikan
kewirausahaan, antara lain telah diintegrasikan dalam mata pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan serta dapat pula disisipkan pada mata pelajaran lain, muatan lokal, ataupun
kegiatan ekstrakurikuler. Diharapkan, pembelajaran kewirausahaan dapat menumbuhkan
semangat kewirausahaan dan jiwa kepemimpinan pada peserta didik (remaja dan pemuda),
sehingga memiliki tekad dan inisiatif untuk merintis usaha mandiri dengan berbekal
kejelian, kreativitas, keteguhan hati, dan kesediaan bekerja keras.
Berbekal kejelian dan kreativitas, remaja dan pemuda diyakini akan cermat
mempersepsikan segala hal dari sudut pandang berbeda. Bahkan tumpukan sampah
sekalipun mampu diubahnya menjadi produk bernilai jual. Sebagai contoh, sampah plastik
bekas kemasan deterjen atau makanan/ minuman dapat dikreasikan menjadi kerajinan unik
(tas dan dompet), serbuk sisa penggergajian bisa dimanfaatkan untuk membuat papan,
kulit pisang atau singkong bisa diolah menjadi keripik gurih, kulit mangga atau semangka
dapat dibuat menjadi manisan yang menggugah selera, dan banyak lagi lainnya.
Tidak cukup hanyajeli dan kreatif, remaja dan pemuda harus pula memiliki keteguhan
hati ketika merintis kewirausahaan, sebab untuk membangun sebuah wirausaha mandiri
yang kokoh dan mapan umumnya memerlukan waktu relatif panjang serta proses berliku.
Untuk itu, wirausahawan muda haruslah dapat menahan nafsu konsumtif. Keuntungan
yang diperoleh hendaknya jangan dihabiskan untuk beragam keinginan atau hal yang tidak
xii
produktif, tetapi dimanfaatkan sebagai modal pengembangan usaha atau simpanan
cadangan pada masa sulit.
Selama berada pada proses merintis suatu usaha, remaja dan pemuda harus siap bekerja
keras serta melakukan beberapa hal sekaligus (multi tasking). Pada awalnya, seorang
wirausahawa muda tentu harus mengandalkan dirinya sendiri, mulai dari pelak sanaan
proses kreatif, produksi, pengemasan, hingga pemasaran produk. Hanya dengan semangat
pantang menyerahlah, wirausaha dapat terus bertahan dan berkembang. Dengan
bermunculannya remaja dan pemuda yang siap berwi rausaha, pengentasan kemiskinan
dari Indonesia tercinta dipastikan akan berlangsung lebih cepat. Bangsa Indonesia pun
akan selang kah lebih dekat lagi menuju cita-cita luhur untuk mewujudkan cita cita
luhurnya, yakni memajukan kesejahteraan umum dan menca pai kemakmuran merata
berkeadilan
xiii
BAB III
PENUTUP
xiv
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER : BUKU SISWA SOSIOLOGI SMA/MA KELOMPOK PEMINATAN IPS KELAS IX (FRITZ H.S DAMANIK
BADDARUDIN) BUMI AKSARA
xv