KEMISKINAN
Anggota:
Kemiskinan merupakan salah satu fenomena yang kompleks dalam setiap negara. Upaya
untuk mengatasi kemiskinan terbilang rumit karena berbagai macam bentuk penyebab
kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah bersama yang harus
ditanggulangi secara serius, kemiskinan bukanlah masalah pribadi, golongan bahkan
pemerintah saja, akan tetapi hal ini merupakan masalah setiap kita warga negara Indonesia.
Kepedulian dan kesadaran antar sesama warga diharapkan dapat membantu menekan tingkat
kemiskinan di Indonesia. Penulisan paper ilmiah ini menggunakan metode kualitatif dengan
studi literatur dan sumber data sekunder untuk mendeskripsikan secara sosiologis melalui
konsep teoritis apa itu kemiskinan , penyebab dari kemiskinan , serta bagaimana pemecahan
masalah yang sesuai untuk mengatasi kemiskinan.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi secara serius oleh setiap negara di dunia adalah
masalah kemiskinan. Menurut penelitian Andika dan Hastarini (2011), kemiskinan
merupakan masalah kompleks tentang kesejahteraan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan lokasi lingkungan.
Secara kualitatif penurunan angka kemiskinan belum menampakkan dampak perubahan yang
nyata malahan kondisinya semakin memprihatinkan tiap tahunnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Secara kuantitatif, kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana
taraf hidup manusia serba kekurangan atau “tidak memiliki harta beda. Sedangkan secara
kualitati, pengertian kemiskinan adalah keadaan hidup manusia yang tidak layak.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah serius dalam proses pembangunan nasional di
Indonesia. masalah ini seolah-olah tidak dapat dituntaskan secara serius padahal upaya
pemerintah telah memperkenalkan berbagai paket dan program yang melibatkan sejumlah
pakar tentang kemiskinan. Hakekatnya, belum ada keberlanjutan (sustainability) sistem
penanganan kemiskinan baik dalam satu rezim kekuasaan maupun pada saat peralihan rezim.
Berdasarkan uraian tersebut permasalahan dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia
memang terus dilakukan sampai saat ini, baik melalui kebijakan pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Tetapi penurunan penduduk miskin tidak terlalu signifikan dan relatif
masih cukup banyak. Pemerintah sudah berjuang terus menurunkan penduduk miskin
didaerahnya dengan berbagai strategi, baik melalui kebijakan fiskal dalam APBD, maupun
dengan melibatkan masyarakat miskin itu sendiri. Salah satu strategi yang dilakukan adalah
menjadikan penduduk miskin sebagai subjek bukan sebagai objek sehingga penduduk miskin
dapat merasakan manfaat langsung dari pembangunan yang dilakukan.
Penyebab Kemiskinan
Secara sosiologis kegagalan dan keberhasilan yang dialami oleh setiap anggota masyarakat
fungsional adanya, karena kehidupan masyarakat sesungguhnya saling tergantung satu sama
lain dan menyatu dalam keseimbangan, sehingga setiap peran yang ada fungsional bagi
masyarakat. Pada kenyataannya secara individu menjadi berbeda, terutama bagi keluarga
miskin, bahwa persoalan yang dihadapi bukan hanya sebatas memenuhi kebutuhan sehari-
hari, tetapi masa depan anak jauh menjadi lebih penting, jika gagal dalam mengupayakan
masa depan anak sama halnya mewariskan kemiskinan.
Ketidakmampuan seseorang dalam merubah nasib selalu diwarnai dengan berubahnya sikap
dan prilaku hidup seharihari yang mengarah pada budaya miskin, sehingga masyarakat umum
beranggapan bahwa masyarakat miskin adalah kelompok manusia malas yang tidak mau
kerja keras.
Masalah kemiskinan pada dasarnya bukan saja berurusan dengan persoalan ekonomi, tetapi
juga bersifat multidimensional yang dalam kenyataannya berurusan dengan persoalan sosial,
budaya, dan politik. Kemiskinan dapat menjadi mata rantai timbulnya masalah lain seperti
pengangguran, kelaparan, kebodohan, dan lainnya yang menyangkut masyarakat dan
pemerintah. Sumodiningrat (1999: 45)
Orang–orang yang tidak memiliki kemampuan dan kesempatan kerja, akan menjadi
pengangguran, dan itu merupakan juga salah satu penyebab kemiskinan yang terdapat
diperkotaan contohnya di kota DkI Jakarta yang memiliki biaya tempat tinggal yang mahal
serta persaingan yang begitu tinggi. Hal ini juga tidak terlepas dari perilaku masyarakat
Jakarta sebagai bagian dari modernitas. Menurut Parson, “Masyarakat modern memiliki
hubungan kenetralan, yakni hubungan kerja yang tidak langsung, tidak mem-pribadi, dan
tidak berjarak” nilai-nilai tersebut telah menjadikan masyarakat dari luar Jakarta menjadi
masyarakat yang tersingkirkan (SocialExclusion) sehingga mereka menjadi gelandangan,
pengamen, dan pengemis.
Kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial merupakan beberapa faktor yang sering
memicu terjadinya tindakan kriminal. Dampak dari pengangguran terhadap tindakan kriminal
dapat ditinjau lebih lanjut dengan menggunakan Teori konflik Marx. Teori ini berfokus pada
kesenjangan dan akibat dari adanya kelas dalam struktur masyarakat (kelas atas dan kelas
bawah). Penyebab terjadinya pengangguran tidak lepas dari adanya tindakan dari masyarakat
kelas atas yang akhirnya membuat masyarakat kelas bawah tidak memperoleh pekerjaan dan
menganggur. Sebagian yang menganggur tersebut mencari jalan pintas untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melakukan tindakan kriminal.
Dalam rangka mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran, yang merupakan masalah
sosial, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus dapat menciptakan lapangan kerja yang
cukup di setiap daerah, melalui berbagai kebijakan yang memihak kepada rakyat, utamanya
adalah kebijakan yang mampu mendorong dan menyediakan lapangan kerja serta mampu
memeratakan pembangungan yang ada. Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat meningkat
dan angka kemiskinan dapat berkurang. Perlu adanya intervensi pemerintah dalam
kebijakan-kebijakan, seperti memfasilitasi penyediaan layanan dan pembiayaan pendidikan
untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.
Daftar Pustaka
Giyanto, B. (2008). Stategi Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus DKI Jakarta). Jurnal
Borneo Administrator, 4(2).
Solikatun, S., & Masruroh, Y. (2014). Kemiskinan Dalam Pembangunan. Jurnal Analisa
Sosiologi, 3(1).