Anda di halaman 1dari 26

ILMU SOSIAL DAN PERILAKU

“KEMISKINAN SEBAGAI MASALAH SOSIAL”

KELOMPOK 2

1. ANDI ANUGERAH AYU RAMADHANI (G2U123025)


2. WA ODE RIYAATUN HAJRAH RASYID (G2U123012)
3. RINI INDRIANI (G2U123015)
4. LA ODE HIDAYAT ZAIN INDRAWAN ( )
5. MUH. RIZA AGUSSALIM (G2U123001)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. Definisi Kemiskinan...........................................................................................4
B. Jenis Jenis Kemiskinan.......................................................................................5
C. Faktor Penyebab Kemiskinan.............................................................................6
D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Kemiskinan................................................9
E. Kemiskinan Di Indonesia.................................................................................11
F. Cara Mengatasi Masalah Kemiskinan..............................................................15
BAB III PENUTUP.....................................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sejak awal kemerdekaan telah memberikan perhatian yang lebih
dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Namun hingga sekarang
kesejahteraan masyarakat tersebut menjadi sesuatu yang sulit untuk dicapai,
salah satu permasalahan terbesar terkait kesejahteraan tersebut yaitu masalah
kemiskinan. Masalah kemiskinan telah menjadi problema besar bagi Indonesia
(Sopiah, L., & Haryatiningsih, R, 2023).
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan
di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,
kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Permasalahan kemiskinan
yang cukup kompleks tersebut membutuhkan intervensi semua pihak secara
bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial
dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga
belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat
menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan
kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat
sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan (Itang,
2015).
Kemiskinan merupakan masalah global yang dihadapi dan menjadi
perhatian orang di dunia. Negara miskin masih dihadapkan antara masalah
pertumbuhan dan distribusi pendapatan yang tidak merata sementara itu, banyak
negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun,
kurang memberikan manfaat bagi penduduk miskinnya.
Kemiskinan disebut sebagai masalah sosial, dan bahkan merupakan
masalah sosial yang paling rumit dan sulit, karena kemiskinan mendatangkan

1
berbagai gangguan terhadap kehidupan bermasyarakat. Ini tampak jelas dari
fakta-fakta bahwa sebagian besar kejahatan terkait baik secara langsung maupun
secara tidak langsung dengan kemiskinan. Kasus-kasus seperti pencurian dan
perampokan, misalnya, terkait langsung dengan kemiskinan, sedangkan kasus-
kasus seperti pengangguran dan kondisi kesehatan yang buruk dengan segala
konsekuensinya terkait secara tidak langsung dengan kemiskinan, karena
masyarakat miskin tidak mampu mendapatkan pendidikan yang memadai dan
makanan yang bergizi. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang
dihadapkan pada masalah kemiskinan ini yang tidak bisa diabaikan.
Menurut Badan Pusat Statistik (2023), Indonesia mampu menurunkan
jumlah penduduk miskin setiap tahunnya, jumlah penduduk miskin pada Maret 2023
sebesar 25,90 juta orang penduduk atau sebesar 9,36 persen menurun 0,21 persen dari
September 2022 dan menurun 0,18 persen dari Maret 2022 yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Unicef (2020) menyatakan bahwa kemiskinan erat kaitannya dengan
kondisi ketidakcukupan uang maupun sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
hidup dasar (Bestari,dkk, 2023).
Tingkat kemiskinan Indonesia yang diklaim menurun dari periode 2011
hingga 2022, justru naik menurut Bank Dunia dari 54 Juta Penduduk menjadi 67
Juta penduduk miskin. Sebanyak 13 juta penduduk saat ini berubah setatus
menjadi golongan miskin. Hal ini dikarenakan bank dunia menaikan standar
kemiskinanya jauh di atas standar kemiskinan Indonesia,
Dalam laporan ‘East Asia and The Pacific Economic Update October
2022’, Bank Dunia (World Bank) mengubah batas garis kemiskinan. Basis
perhitungan terbaru mengacu pada paritas daya beli (PPP) 2017. Indonesia saat
ini menghuni 100 besar negara miskin di Dunia, sedangkan menurut World
Population Review (WPR) Indonesia menempati urutan ke 73 sebagai negara
termiskin di Dunia.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang paling berat dalam
pembangunan ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia serta tidak mudah keluar

2
dari persoalan kemiskinan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
yaitu antara lain melalui program-program pengentasan kemiskinan seperti,
Program Keluarga Harapan (PKH), Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) dan sebagai-nya yang menghabiskan anggaran negara
mencapai Rp.17 trilun (Rosyadi, I, 2017). Besarnya jumlah penduduk miskin akan
berpotensi menciptakan permasalahan sosial yaitu menurunnya kualitas sumber daya
manusia, munculnya ketimpangan dan kecemburuan sosial, terganggunya stabilitas
sosial dan politik dan meningkatnya angka kriminalitas. Pada gilirannya, kondisi
tersebut menghambat perkembangan ekonomi nasional dan menyulitkan Indonesia
keluar dari ketertinggalan. Oleh sebab itu, Makalah ini fokus membahas mengenai
Kemiskinan dan dampak yang di timbulkannya.

3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah makalah ini yakni :
1. Apakah yang dimaksud dengan kemiskinan?
2. Apa saja Jenis-jenis Kemiskinan?
3. Apa saja Faktor Penyebab Kemiskinan?
4. Apa saja dampak yang di timbulkan dari kemiskinan?
5. Bagaimana solusi atau cara menanggulangi kemiskinan?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kemiskinan
Secara umum, kemiskinan merupakan keadaan saat seseorang atau
sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Kecuk
Suharyanto, 2011). Dari definisi tersebut terlihat bahwa kemiskinan
merupakan masalah multidemensi yang sulit untuk diukur sehingga perlu
kesepakatan pendekatan pengukuran yang dipakai. Salah satu konsep
perhitungan kemiskinan yang diterapkan di banyak Negara, termasuk
Indonesia, adalah konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan
konsep ini, penyempitan makna karena kemiskinan hanya dipandang sebagai
ketakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan (Suhariyanto, 2011).
Menurut Hari (2017) dalam Pratiwi dkk (2022) secara ekonomi,
kemiskinan merupakan kondisi yang diakibatkan oleh kekurangannya
sumberdaya yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup serta
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, sumberdaya dalam hal ini
berarti meliputi hal yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
dalam arti yang luas
Menurut Gunawan Sumodiningrat, kemiskinan dapat dibedakan dalam
tiga pengertian yaitu
1. kemiskinan absolut yaitu apabila pendapatan seseorang tidak mencukupi
dari kebutuhan hidup minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang,
kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk hidup dan
bekerja.
2. Kemiskinan kultural yaitu mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat
yang (disebabkan oleh factor budaya) tidak mau berusaha untuk

4
memperbaiki tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak luar untuk
membantunya.
3. Kemiskinan relatif yaitu erat kaitannya dengan masalah pembangunan
yang sifatnya struktural. Yakni kebijaksaan pembangunan yang belum
seimbang menyebabkan ketimpangan pendapatan.

B. Jenis Jenis Kemiskinan


Menurut Djojohadikusumo (1995) pola kemiskinan ada empat yaitu :
a. Pertama adalah persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis
atau turun temurun.
b. Pola kedua adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti
pola siklus ekonomi secara keseluruhan.
c. Pola ketiga adalah seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti
dijumpai pada kasus nelayan dan petani tanaman pangan.
d. Pola keempat adalah accidental poverty, yaitu kemiskinan karena
terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang
menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.
Menurut Sumodiningrat (1999) klasifikasi kemiskinan ada lima kelas, yaitu:
a. Kemiskinan absolut, selain dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar
minimum yang memungkinkan seseorang dapat hidup layak, juga
ditentukan oleh tingkat pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Dengan
demikian, tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara
keadaan yang disebut miskin atau sering disebut dengan istilah garis
kemiskinan. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti pangan, sandang,
kesehatan, papan dan pendidikan.
b. Kemiskinan relative, apabila pendapatannya lebih rendah dibandingkan
kelompok lain tanpa memperhatikan apakah mereka masuk dalam
kategori miskin absolut atau tidak.

5
c. Kemiskinan struktural, mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat
yang disebabkan oleh faktor budaya yang tidak mau berusaha untuk
memperbaiki tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak luar
untuk membantunya.
d. Kemiskinan kronis, disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kondisi sosial
budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang
tidak produktif, keterbatasan sumberdaya dan keterisolasian (daerah-
daerah yang kritis akan sumberdaya alam dan daerah terpencil),
rendahnya derajat pendidikan dan perawatan kesehatan, terbatasnya
lapangan kerja dan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti
ekonomi pasar.
e. Kemiskinan sementara terjadi akibat adanya: Perubahan siklus ekonomi
dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi, Perubahan yang bersifat
musiman, dan Bencana alam atau dampak dari suatu yang menyebabkan
menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyaraka

C. Faktor Penyebab Kemiskinan


Menurut Arsyad (2010:300), kemiskinan dapat terjadi karena anggota
Masyarakat tidak atau belum berpartisipasi dalam proses perubahan yang
disebabkan ketidakmampuan dalam kepemilikan faktor produksi atau kualitas
yang kurang memadai. Sementara menurut Sen dalam Todaro dan Smith
(2006: 23), kemiskinan bukan suatu kondisi kekurangan suatu komoditi
ataupun masalah kepuasan dari komoditi tersebut namun kemiskinan lebih
cenderung merupakan kondisi masyarakat yang kurang dapat memaksimalkan
fungsi dan mengambil manfaat dari komoditi tersebut. Menurut Dowling dan
Valenzuela (2010:252-253), masyarakat menjadi miskin disebabkan oleh
rendahnya modal manusia, seperti pendidikan, pelatihan, atau kemampuan
membangun. Mereka juga memiliki modal fisik dalam jumlah yang sangat
kecil. Lebih lanjut, jika mereka memiliki modal manusia dan fisik yang baik

6
mungkin mereka tidak memiliki kesempatan bekerja karena adanya
diskriminasi.

Faktor-faktor penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2013) yaitu:


1) Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan
timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah
yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia
karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas
juga rendah, upahnya pun rendah.
3) Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal. Akibat
keterbatasan dan ketertiadaan akses manusia mempunyai keterbatasan
(bahkan tidak ada) pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali
menjalankan apa terpaksa saat ini yang dapat dilakukan (bukan apa yang
seharusnya dilakukan). Dengan demikian manusia mempunyai
keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia untuk
mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.
Penyebab kemiskinan terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor ekstern dan
intern.
a. Faktor intern
1) Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang
dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang
diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung
pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi,
kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
2) Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi
pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh
dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui
belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari

7
pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu
objek.
3) Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan
cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap
individu.
4) Konsep diri. Faktor lain yang menentukan kepribadian individu
adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang
dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri
konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang
dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri
sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu
dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri
merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
5) Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk
merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa
contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan
prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung
mengarah kepada gaya hidup hedonis.
6) Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang
berarti mengenai dunia.
b. Faktor eksternal
1. Kelompok referensi.
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok
dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi,
sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah
kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok
tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu
pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

8
2. Keluarga.
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan
membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi
pola hidupnya.
3. Kelas sosial.
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang homogen dan bertahan
lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan
jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai,
minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem
sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status)
dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam
lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya.
Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang
sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek
yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu
peranan.
4. Kebudayaan.
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala
sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi
ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Kemiskinan


Kemiskinan pada akibatnya memiliki dampak bagi orang yang
menyandangnya, beberapa dampak atau akibat dari kemiskinan, di antaranya:

9
1. Pengangguran
Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung
pendidikan dan keterampilan merupakan hal yang sulit diraih masyarakat,
maka masyarakat sulit untuk berkembang dan mencari pekerjaan yang
layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka
tidak adanya pendapatan membuat pemenuhan kebutuhan sulit,
kekurangan nutrisi dan kesehatan, dan tak dapat memenuhi kebutuhan
penting lainnya. Misalnya saja harga beras yang semakin meningkat,
orang yang pengangguran sulit untuk membeli beras, maka mereka makan
seadanya.
2. Kriminalitas
Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari
nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa
memedulikan halal atau haramnya uang sebagai alat tukar guna
memenuhi kebutuhan. Misalnya saja perampokan, penodongan,
pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih banyak lagi
contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan
itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk
keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan
dengan Tuhan. Di era global dan materialisme seperti sekarang ini tak
heran jika kriminalitas terjadi dimanapun. Seseorang cenderung
melakukan apa saja jika terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Putusnya sekolah
Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan
dampak kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat
miskin putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Putus
sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat
rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan
mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena
hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya
kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.

10
4. Rendahnya Tingkat Kesehatan
Kesehatan sulit untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi
sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga
kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan yang mahal di klinik atau
rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini
menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar.
5. Menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau Generasi
penerus
Buruknya generasi penerus adalah dampak yang berbahaya akibat
kemiskinan. Jika anak-anak putus sekolah dan bekerja karena terpaksa,
maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan
pada perkembangan mental, fisik dan cara berfikir mereka.

E. Masalah Kemiskinan Di Indonesia


Kasus Kemiskinan Di Indonesia Kemiskinan merupakan salah satu
permasalahan yang belum terselesaikan di negara berkembang khususnya di
Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2023 sebesar
25,90 juta orang penduduk atau sebesar 9,36 persen menurun 0,21 persen dari
September 2022 dan menurun 0,18 persen dari Maret 2022.

11
Melihat angka kemiskinan dari tahun 1999, pada 2018 tingkat
kemiskinan di Indonesia untuk pertama kalinya mencapai angka di bawah dua
digit tepatnya di angka 9,82% pada posisi Maret 2018. Turun jauh dari Maret
yang masih di angka 10,64%. Sempat melesat di era awal pandemi,
kemiskinan cenderung turun setelah pandemi mereda. Tingkat kemiskinan
melanjutkan tren penurunan menjadi 9,36% per Maret 2023 dari sebelumnya
9,57% pada September 2022. Sementara jumlah penduduk miskin di
Indonesia tercatat 25,9 juta penduduk (BPS, 2023)
Jumlah penduduk miskin berkurang sekitar 460 ribu orang dibanding
September 2022, atau turun 260 ribu orang dibanding Maret tahun lalu. Baik
dari segi jumlah maupun persentase, angka kemiskinan nasional pada Maret
2023 merupakan yang terendah sejak awal pandemi Covid-19 melanda.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi turunnya angka kemiskinan
nasional pada Maret 2023, diantaranya: Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) turun, dari 5,86% (Agustus 2022) menjadi 5,45% (Februari 2023),
Nilai Tukar Petani (NTP) naik, dari 106,82 (September 2022) menjadi 110,85
(Maret 2023).
Menurut Friedman dalam Suharto (2014:134) Kemiskinan merupakan
kondisi yang muncul diakibatkan oleh adanya kesempatan yang tidak merata
dalam mengakumulasi dasar kekuatan sosial seperti:
1. Modal produktif
a. Aset (tanah, perumahan, peralatan dan kesehatan)
b. Sumber-sumber keuangan (pendapatan serta kredit yang memadai)
c. Organisasi sosial dan politik (partai politik,koperasi, kelompok
usaha, dan kelompok simpan pinjam)
d. Network atau jaringan sosial
Keterampilan dan informasi untuk mengembangkan hidup
Di Indonesia permasalahan kemiskinan memiliki sifat multidimensional
yang berarti membutuhkan adanya penanganan berdasarkan beberapa aspek
lain dari kemiskinan. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Hari (2017) yang menyatakan bahwa kemiskinan merupakan

12
konsep yang berdimensi ganda (multidimensional), yakni terdiri dari
dimensi ekonomi, politik dan sosial-psikologis. Hal tersebut juga searah
dengan pendapat Tjokrowinoto dalam Pratiwi dkk (2022) bahwa
kemiskinan tidaklah hanya memiliki keterkaitan dengan kesejahteraan
masyarakat melainkan juga berkaitan dengan permasalahan kerentanan
(vulnerability), ketidakberdayaan (powerless), kurangnya peluang akses
lapangan pekerjaan bagi masyarakat, penghasilan yang habis untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, tingginya angka ketergantungan, dan
budaya kemiskinan yang diberikan oleh generasi sebelumnya dan masih
diterapkan hingga saat ini. Kemiskinan dapat diukur melalui penetapan
persediaan sumberdaya dengan penggunaan standar baku yang dapat disebut
dengan garis kemiskinan (poverty line), cara tersebut dinamakan dengan
metode pengukuran kemiskinan absolut.
Terdapat ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang mengatur
mengenai indikator kemiskinan yang standar dalam PERMENSOS No. 146
Tahun 2013, yakni sebagai berikut:
1. Tidak memiliki sumber mata pencaharian atau memiliki sumber mata
pencaharian namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
2. Penghasilan hanya dapat digunakan sebagian besar untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana
3. Tidak memiliki akses untuk berobat ke tenaga medis terkecuali
puskesmas atau mendapatkan subsidi dari pemerintah
4. Tidak mampu untuk membeli pakaian satu kali dalam jangka waktu
satu tahun untuk setiap anggota keluarga atau rumah tangga
5. Hanya memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anak sampai
jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
6. Dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan kondisi yang
tidak baik seperti tembok yang telah usang atau yang tidak diplester
7. Lantai terbuat dari tanah atau kayu/semen/keramik dengan kondisi yang
tidak baik

13
8. Atap terbuat dari ijuk/rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi
yang tidak baik
9. Penerangan yang digunakan pada bangunan tempat tinggal bukanlah
berasal dari listrik atau dari listrik tanpa meteran
10. Luas lantai rumah kurang dari 8 m2/orang
11. Sumber air minum yang dimiliki berasal dari sumur atau mata air yang
tak terlindung seperti sungai, air hujan, dll.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Kemiskinan merupakan


ketidakmampuan suatu masyarakat dari sisi ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan dasar baik makanan maupun bukan makanan yang terukur
berdasarkan sisi pengeluaran, sedangkan penduduk miskin merupakan
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah
garis kemiskinan. Terdapat 14 Kriteria Miskin menurut Standar Badan Pusat
Statistik, diantaranya:
1. Luas lantai bangunan pada tempat tinggal berukuran kurang dari 8m2
per orang
2. Jenis lantai pada tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu dengan
biaya atau harga yang murah
3. Jenis dinding pada tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu dengan
kualitas rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau dilakukan secara bersama-
sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga masih tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar yang digunakan untuk memasak makanan sehari-hari
yakni menggunakan kayu bakar/ arang/ minyak tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam dalam satu kali seminggu.
9. Hanya mampu membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya mampu makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari

14
11. Tidak mampu membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas
lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan
dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,-
per bulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga yakni tidak sekolah/ tidak
tamat SD/ tamat SD.
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal
Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak,
kapal motor, atau barang modal lainnya.

F. Cara Mengatasi Masalah Kemiskinan

Kemiskinan dapat ditanggulangi dengan berbagai cara mulai dari


pembagian bantuan secara langsung atau penyediaan lapangan pekerjaan yang
padat karya. Bantuan langsung haruslah bersifat sementara karena tidak akan
mendidik masyarakatdan membuat mereka menjadi malas. Penyediaan lapangan
pekerjaan yang cocok bagi mereka serta bantuan untuk relokasi supaya
mendapatkan fasilitas yang lebih baik tentu saja lebih cocok untuk solusi jangka
panjang. Solusi yang lain adalah transmigrasi, yakni merelokasi ke pulau lain dan
memberikan sebidang tanah untuk digarap. Dengan begitu diharapkan mereka
bisa mengubah nasib. Sudah banyak cerita tentang orang yang tadinya
gelandangan sekarang menjadi kaya raya karena hidup didaerah transmigrasi.
Namun tak sedikit pula yang kembali ke daerah asal dan kembali menjadi
gelandangan.

Saat ini Indonesia masih harus menghadapi tiga masalah mendasar


dalamupaya mengangkat sebagian besar penduduk yang masih terhimpit
kemiskinan yaitu:

a)Mempercepat pertumbuhan ekonomi.

15
Jumlah penduduk miskin tidakakan dapat dikurangi secara signifikan
tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin.Untuk
menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi merupakan suatu keharusan.

b)Peningkatan pelayanan sosial bagi masyarakat miskin.

Indonesia harus dapat menyelesaikan masalah dalam bidang pelayanan


sosial agarmanfaat daripembangunan lebih dirasakan. Peningkatan dalam
efektifitas dan efisiensi pemberian pelayanan sosial, dapat dicapai dengan
mengusahakan perbaikan dalam sistem kelembagaan dan kerangka hukum,
termasuk dalam aspek-aspek yang terkait dengan desentralisasi. Hal ini akan
membuat penyedia jasa mengenali tanggung jawab mereka dalam menjaga
kualitas pelayanan yang diberikan, disamping memberikan kesempatan bagi
pemerintah dan masyarakat untuk mengawasi aktifitas tersebut.

c) Perlidungan bagi si miskin.

Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Perubahan


sedikit saja dalam tingkat harga,pendapatan dan kondisi kesehatan, dapat
menyebabkan mereka berada dalam kemiskinan, setidaknya untuk sementara
waktu. Program perlidungan sosialyang ada tidaklah mencukupi dalam
menurunkan tingkat resiko bagi keluarga miskin, walaupun memberikan manfaat
pada keluarga yang lebih berada. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan
menyediakan program perlindungan sosialyang lebih bermanfaat bagi penduduk
miskin serta masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan.

Kesulitan-kesulitan tersebut memang masih belum dapat diatasi


olehpemerintah, oleh sebab itu berbagai kebijakan yang diambil pemerintah
untuk mengatasi kemiskinan seringkali mengalami kegagalan. Penyebab
kegagalan yanglain diantaranyaPertama, program-program penanggulangan
kemiskinan selama inicenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial
untuk orang miskin. Haltersebut antara lain berupa beras untuk rakyat miskin dan
program jaring pengamansosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti iniakan

16
sulit menyelesaikan persoalankemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah
untuk pemberdayaan, bahkandapat menimbulkan ketergantungan. Program-
program bantuan yang berorientasipada kedermawanan pemerintah ini justru
dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan
untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya
ekonomi produktif dan mampu membebaskanketergantungan penduduk yang
bersifat permanen. Di lain pihak, program-programbantuan sosial ini juga dapat
menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.

Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program


penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak
tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program
pembangunan yangada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang
penyebabnya berbeda-beda secara lokal.

Sebagaimana diketahui, data dan informasi yang digunakan untuk


program-program penanggulangan kemiskinan selama ini adalah data makro hasil
SurveiSosial dan Ekonomi Nasional oleh BPS dan data mikro hasil pendaftaran
keluargaprasejahtera dan sejahtera I oleh BKKBN. Kedua data ini pada dasarnya
ditujukanuntuk kepentingan perencanaan nasional yang sentralistik, dengan
asumsi yangmenekankan pada keseragaman dan fokus pada indikator dampak.
Pada kenyataannya, data dan informasi seperti ini tidak akan dapat mencerminkan
tingkatkeragaman dan kompleksitas yang ada di Indonesia sebagai negara besar
yangmencakup banyak wilayah yang sangat berbeda, baik dari segi ekologi,
organisasisosial, sifat budaya, maupun bentuk ekonomi yang berlaku secara lokal.
Bisa sajaterjadi bahwa angka-angka kemiskinan tersebut tidak realistis.

Pada prinsipnya, pemerintah dalam program pembangunannya telah


menjadikan kemiskinan sebagai salah satu fokus utamanya.
Programumumpembangunan yang berfokus pada pengentasan kemiskinan,
peningkatanpertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

17
Dalam kondisi ideal, maka peningkatan pertumbuhan ekonomi akan
diikuti dengan perluasan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. Namun
keadaan riiltidak selalu seperti yang diharapkan. Adapun hal-hal yang mungkin
terjadi adalah :

 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti dengan pengurangan


kemiskinan.
 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tidak lantas memperluas
lapangan kerja.
 Lapangan kerja yang luas akan tetapi pertumbuhan ekonomi tetap rendah

Dalam mengatasi masalah kemiskinan harus bertumpu pada


peningkatanpertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang
memadai maka lapangan kerja yangtersedia tidak akan cukup atau bisa jadi
tersedia lapangan kerjayang luas namun tidak sanggup untuk menyediakan tatanan
upah yang memadaisehingga tetap tidak sanggup mengatasi masalah kemiskinan.
Namun sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga tidak dengan
sendirinya akan menyediakanlapangan kerja yang berkualitas dan langsung
menyelesaikan masalah kemiskinan.Secara umum, kebijakan yang dirancang
untuk mengatasi masalah kemiskinan diIndonesia umumnya akan selalu
berhadapan dengan tiga tantanganpenting yaitu:

 Tantangan untuk menyediakan lapangan kerja yang cukup.


 Tantangan untuk memberdayakan masyarakat.
 Tantangan untuk membangun sebuah kelembagaan jaminan sosial yang
akanmenjamin masyarakat ketika terjadi ketegangan ekonomi.

Sehingga untuklebih mengefektifkan kinerja program yang telah ada, makaperlu


dirancang sebuah rekomendasi kebijakan yang akan sanggup
untuk mengakselerasi capaian dari program-program tersebut.

Rekomendasi kebijakan pertama diarahkan pada peningkatan pertumbuhan


ekonomi. Program kerja yang dapat dilakukan antara lain: (1) mempercepat

18
belanja negara yang dialokasikan pada sejumlah proyek infrastruktur dan
memberdayakanusaha kecil menengah sektor-sektor produksi, (2) mendukung dan
memfasilitasi gerakan nasional penanggulangan kemiskinan dan krisis BBM
melalui rehabilitasi dan reboisasi 10 juta hektar lahan kritis dengan tanaman yang
menghasilkan energi pengganti BBM kepada masyarakat luas, diantaranya jarak
pagar, tebu, kelapa sawit,umbi-umbian, sagu.

Rekomendasi kedua adalah kebijakan penguatan sistem pendidikan


nasionalyang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja. Kebijakan pendidikan
harusdiintegrasikan dengan kebijakan yang mengatur industri, ketenagakerjaan
dan ilmupengetahuan dan teknologi. Bentuk program kerja yang dapat dilakukan
antara lain:keberadaan kredit mikro bagi para individu miskin yang dirancang
dengan skemayang sedemikian sehingga memacu produktifitas dan daya saing
dari individu miskintersebut. Program ini dilakukan dengan koordinasi Bank
Indonesia melalui berbagaiprogram keuangan mikro bersama bank-bank
pembangunan daerah (BPD) dan bank-bank perkreditan rakyat (BPR) bekerja-
sama dengan lembaga-lembaga keuanganmilik masyarakat seperti Lembaga Dana
dan Kredit Perdesaan (LDKP) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Program kerja lainnya adalah membukaakses tanah olahan bagi para individu
miskin. Untuk keberhasilan program kerja ini,diperlukan suatu kebijakan land
reform yang kondusif.

Rekomendasi ketiga adalah kebijakan yang mengatur pembangunan


suatukelembagaan perlindungan sosial bagi warga negara. Bentuk program
kerjanya antaralain adalah jaminan asuransi, jaminan penanganan khusus untuk
pemberikan kreditbagi para cacat untuk wira usaha dan regulasi lainnya terkait
dengan upah minimumdanfasilitas minimum bagi para pekerja.

Rekomendasi keempat adalah kebijakan yang memungkinkan adanya


aksesuntuk menyuarakan aspirasi dan pendapat dari kalangan miskin. Bentuk
programkerjany yaitupada terbentuknya forum-forum masyarakat miskin yang

19
difasilitasioleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat atau
memberdayakan forum-forum sejenis yang telah terbentuk.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan diatas, dapat di tarik kesimpulan :
1. Kemiskinan merupakan keadaan saat seseorang atau sekelompok orang tak
mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat
2. Terdapat beberapa factor penyebab kemiskinan diantaranya factor Exteren
( dan Interent
3. Dampak atau akibat dari kemiskinan diantaranya yaitu : pengangguran,
kriminalitas, putusnya sekolah, rendahnya tingkat kesehatan, menurunnya
kualitas SDM
4. Jumlah penduduk miskin di Indonesia berkurang sekitar 460 ribu orang
dibanding September 2022, atau turun 260 ribu orang dibanding Maret tahun
lalu. Baik dari segi jumlah maupun persentase, angka kemiskinan nasional
pada Maret 2023 merupakan yang terendah sejak awal pandemi Covid-19
melanda.
5. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi turunnya angka kemiskinan
nasional pada Maret 2023, diantaranya: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
turun, dari 5,86% (Agustus 2022) menjadi 5,45% (Februari 2023), Nilai Tukar
Petani (NTP) naik, dari 106,82 (September 2022) menjadi 110,85 (Maret
2023).

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat untuk pembaca dalam memahami konsep Kemiskinan

16
sebagai salah satu masalah sosial yang perlu menjadi perhatian penting kita
bersama. Baik Masyarakat sekitar, Pemerintah maupun organisasi lainnya

17
DAFTAR PUSTAKA

Annur, A, A, 2013, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kecamatan


Jekulo dan Mejobo Kabupaten Kudus Tahun 2012, EDAJ 2 (4).
Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit
BP STIE YKPN.
CNBC Indonesia. 2023. Artikel : Kurangi Warga Miskin Jadi Salah Satu PR Berat
Jokowi di 2024. https://www.cnbcindonesia.com/research/20230815105857-
128-463031/kurangi-warga-miskin-jadi-salah-satu-pr-berat-jokowi-di-
2024#:~:text=Dalam%20Rencana%20Pembangunan%20Jangka
%20Menengah,ekstrem%20mendekati%200%25%20pada%202024.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1995, Perkembangan Pemikiran Ekonomi DasarTeori
Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Itang. 2015. Faktor-faktor penyebab kemiskinan. Jurnal keislaman, kemasyarakatan
dan kebudayaan. 16 (1) hal. 1-30.
Kecuk Suhariyanto, 2011. “Jumlah Si Miskin,” Kompas.
Pratiwi, dkk. 2022. Upaya Penanggulangan Permasalahan Kemiskinan Ekonomi Di
Indonesia Melalui Perspektif Pekerja Sosial. Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial
ISSN: 2620-3367 (Online) Vol. 5 No. 1 Juli 2022 Hal : 72 - 82
Rosyadi, I. 2017. Identifikasi factor penyebab kemiskinan di pedesaan dalam
perspektif structural. The 6th university research colloquium. ISSN: 2407-9189.
Sopiah, L., & Haryatiningsih, R. 2023. Karakteristik penduduk miskin dan penyebab
kemiskinan di desa sukagalih. Jurnal Riset Ilmu Ekonomi dan Bisnis. 3 (1).
Sumodiningrat, G. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. Jakarta: IMPAC.
World Bank. 2004. Definisi Kemiskinan. Tersedia dalam
http://www.worlbank.org(online) diunduh tanggal 1 Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai