KELOMPOK 2
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN............................................................................................................4
A. Definisi Kemiskinan...........................................................................................4
B. Jenis Jenis Kemiskinan.......................................................................................5
C. Faktor Penyebab Kemiskinan.............................................................................6
D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Kemiskinan................................................9
E. Kemiskinan Di Indonesia.................................................................................11
F. Cara Mengatasi Masalah Kemiskinan..............................................................15
BAB III PENUTUP.....................................................................................................16
A. Kesimpulan.......................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sejak awal kemerdekaan telah memberikan perhatian yang lebih
dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat. Namun hingga sekarang
kesejahteraan masyarakat tersebut menjadi sesuatu yang sulit untuk dicapai,
salah satu permasalahan terbesar terkait kesejahteraan tersebut yaitu masalah
kemiskinan. Masalah kemiskinan telah menjadi problema besar bagi Indonesia
(Sopiah, L., & Haryatiningsih, R, 2023).
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan
di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah,
kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Permasalahan kemiskinan
yang cukup kompleks tersebut membutuhkan intervensi semua pihak secara
bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial
dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga
belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat
menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan
kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat
sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan (Itang,
2015).
Kemiskinan merupakan masalah global yang dihadapi dan menjadi
perhatian orang di dunia. Negara miskin masih dihadapkan antara masalah
pertumbuhan dan distribusi pendapatan yang tidak merata sementara itu, banyak
negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun,
kurang memberikan manfaat bagi penduduk miskinnya.
Kemiskinan disebut sebagai masalah sosial, dan bahkan merupakan
masalah sosial yang paling rumit dan sulit, karena kemiskinan mendatangkan
1
berbagai gangguan terhadap kehidupan bermasyarakat. Ini tampak jelas dari
fakta-fakta bahwa sebagian besar kejahatan terkait baik secara langsung maupun
secara tidak langsung dengan kemiskinan. Kasus-kasus seperti pencurian dan
perampokan, misalnya, terkait langsung dengan kemiskinan, sedangkan kasus-
kasus seperti pengangguran dan kondisi kesehatan yang buruk dengan segala
konsekuensinya terkait secara tidak langsung dengan kemiskinan, karena
masyarakat miskin tidak mampu mendapatkan pendidikan yang memadai dan
makanan yang bergizi. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang
dihadapkan pada masalah kemiskinan ini yang tidak bisa diabaikan.
Menurut Badan Pusat Statistik (2023), Indonesia mampu menurunkan
jumlah penduduk miskin setiap tahunnya, jumlah penduduk miskin pada Maret 2023
sebesar 25,90 juta orang penduduk atau sebesar 9,36 persen menurun 0,21 persen dari
September 2022 dan menurun 0,18 persen dari Maret 2022 yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Unicef (2020) menyatakan bahwa kemiskinan erat kaitannya dengan
kondisi ketidakcukupan uang maupun sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
hidup dasar (Bestari,dkk, 2023).
Tingkat kemiskinan Indonesia yang diklaim menurun dari periode 2011
hingga 2022, justru naik menurut Bank Dunia dari 54 Juta Penduduk menjadi 67
Juta penduduk miskin. Sebanyak 13 juta penduduk saat ini berubah setatus
menjadi golongan miskin. Hal ini dikarenakan bank dunia menaikan standar
kemiskinanya jauh di atas standar kemiskinan Indonesia,
Dalam laporan ‘East Asia and The Pacific Economic Update October
2022’, Bank Dunia (World Bank) mengubah batas garis kemiskinan. Basis
perhitungan terbaru mengacu pada paritas daya beli (PPP) 2017. Indonesia saat
ini menghuni 100 besar negara miskin di Dunia, sedangkan menurut World
Population Review (WPR) Indonesia menempati urutan ke 73 sebagai negara
termiskin di Dunia.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang paling berat dalam
pembangunan ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia serta tidak mudah keluar
2
dari persoalan kemiskinan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
yaitu antara lain melalui program-program pengentasan kemiskinan seperti,
Program Keluarga Harapan (PKH), Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) dan sebagai-nya yang menghabiskan anggaran negara
mencapai Rp.17 trilun (Rosyadi, I, 2017). Besarnya jumlah penduduk miskin akan
berpotensi menciptakan permasalahan sosial yaitu menurunnya kualitas sumber daya
manusia, munculnya ketimpangan dan kecemburuan sosial, terganggunya stabilitas
sosial dan politik dan meningkatnya angka kriminalitas. Pada gilirannya, kondisi
tersebut menghambat perkembangan ekonomi nasional dan menyulitkan Indonesia
keluar dari ketertinggalan. Oleh sebab itu, Makalah ini fokus membahas mengenai
Kemiskinan dan dampak yang di timbulkannya.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah makalah ini yakni :
1. Apakah yang dimaksud dengan kemiskinan?
2. Apa saja Jenis-jenis Kemiskinan?
3. Apa saja Faktor Penyebab Kemiskinan?
4. Apa saja dampak yang di timbulkan dari kemiskinan?
5. Bagaimana solusi atau cara menanggulangi kemiskinan?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kemiskinan
Secara umum, kemiskinan merupakan keadaan saat seseorang atau
sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Kecuk
Suharyanto, 2011). Dari definisi tersebut terlihat bahwa kemiskinan
merupakan masalah multidemensi yang sulit untuk diukur sehingga perlu
kesepakatan pendekatan pengukuran yang dipakai. Salah satu konsep
perhitungan kemiskinan yang diterapkan di banyak Negara, termasuk
Indonesia, adalah konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan
konsep ini, penyempitan makna karena kemiskinan hanya dipandang sebagai
ketakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan (Suhariyanto, 2011).
Menurut Hari (2017) dalam Pratiwi dkk (2022) secara ekonomi,
kemiskinan merupakan kondisi yang diakibatkan oleh kekurangannya
sumberdaya yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup serta
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, sumberdaya dalam hal ini
berarti meliputi hal yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
dalam arti yang luas
Menurut Gunawan Sumodiningrat, kemiskinan dapat dibedakan dalam
tiga pengertian yaitu
1. kemiskinan absolut yaitu apabila pendapatan seseorang tidak mencukupi
dari kebutuhan hidup minimum, antara lain kebutuhan pangan, sandang,
kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk hidup dan
bekerja.
2. Kemiskinan kultural yaitu mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat
yang (disebabkan oleh factor budaya) tidak mau berusaha untuk
4
memperbaiki tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak luar untuk
membantunya.
3. Kemiskinan relatif yaitu erat kaitannya dengan masalah pembangunan
yang sifatnya struktural. Yakni kebijaksaan pembangunan yang belum
seimbang menyebabkan ketimpangan pendapatan.
5
c. Kemiskinan struktural, mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat
yang disebabkan oleh faktor budaya yang tidak mau berusaha untuk
memperbaiki tingkat kehidupan meskipun ada usaha dari pihak luar
untuk membantunya.
d. Kemiskinan kronis, disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kondisi sosial
budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang
tidak produktif, keterbatasan sumberdaya dan keterisolasian (daerah-
daerah yang kritis akan sumberdaya alam dan daerah terpencil),
rendahnya derajat pendidikan dan perawatan kesehatan, terbatasnya
lapangan kerja dan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti
ekonomi pasar.
e. Kemiskinan sementara terjadi akibat adanya: Perubahan siklus ekonomi
dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi, Perubahan yang bersifat
musiman, dan Bencana alam atau dampak dari suatu yang menyebabkan
menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyaraka
6
mungkin mereka tidak memiliki kesempatan bekerja karena adanya
diskriminasi.
7
pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu
objek.
3) Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan
cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap
individu.
4) Konsep diri. Faktor lain yang menentukan kepribadian individu
adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang
dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri
konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang
dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri
sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu
dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri
merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
5) Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk
merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa
contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan
prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung
mengarah kepada gaya hidup hedonis.
6) Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang
berarti mengenai dunia.
b. Faktor eksternal
1. Kelompok referensi.
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok
dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi,
sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah
kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok
tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu
pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
8
2. Keluarga.
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan
membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi
pola hidupnya.
3. Kelas sosial.
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang homogen dan bertahan
lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan
jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai,
minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem
sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status)
dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam
lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya.
Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang
sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek
yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu
peranan.
4. Kebudayaan.
Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh
individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala
sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi
ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
9
1. Pengangguran
Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung
pendidikan dan keterampilan merupakan hal yang sulit diraih masyarakat,
maka masyarakat sulit untuk berkembang dan mencari pekerjaan yang
layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka
tidak adanya pendapatan membuat pemenuhan kebutuhan sulit,
kekurangan nutrisi dan kesehatan, dan tak dapat memenuhi kebutuhan
penting lainnya. Misalnya saja harga beras yang semakin meningkat,
orang yang pengangguran sulit untuk membeli beras, maka mereka makan
seadanya.
2. Kriminalitas
Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari
nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa
memedulikan halal atau haramnya uang sebagai alat tukar guna
memenuhi kebutuhan. Misalnya saja perampokan, penodongan,
pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih banyak lagi
contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan
itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk
keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan
dengan Tuhan. Di era global dan materialisme seperti sekarang ini tak
heran jika kriminalitas terjadi dimanapun. Seseorang cenderung
melakukan apa saja jika terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Putusnya sekolah
Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan
dampak kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat
miskin putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Putus
sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat
rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan
mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena
hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya
kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.
10
4. Rendahnya Tingkat Kesehatan
Kesehatan sulit untuk didapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi
sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga
kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan yang mahal di klinik atau
rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini
menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar.
5. Menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau Generasi
penerus
Buruknya generasi penerus adalah dampak yang berbahaya akibat
kemiskinan. Jika anak-anak putus sekolah dan bekerja karena terpaksa,
maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan
pada perkembangan mental, fisik dan cara berfikir mereka.
11
Melihat angka kemiskinan dari tahun 1999, pada 2018 tingkat
kemiskinan di Indonesia untuk pertama kalinya mencapai angka di bawah dua
digit tepatnya di angka 9,82% pada posisi Maret 2018. Turun jauh dari Maret
yang masih di angka 10,64%. Sempat melesat di era awal pandemi,
kemiskinan cenderung turun setelah pandemi mereda. Tingkat kemiskinan
melanjutkan tren penurunan menjadi 9,36% per Maret 2023 dari sebelumnya
9,57% pada September 2022. Sementara jumlah penduduk miskin di
Indonesia tercatat 25,9 juta penduduk (BPS, 2023)
Jumlah penduduk miskin berkurang sekitar 460 ribu orang dibanding
September 2022, atau turun 260 ribu orang dibanding Maret tahun lalu. Baik
dari segi jumlah maupun persentase, angka kemiskinan nasional pada Maret
2023 merupakan yang terendah sejak awal pandemi Covid-19 melanda.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi turunnya angka kemiskinan
nasional pada Maret 2023, diantaranya: Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) turun, dari 5,86% (Agustus 2022) menjadi 5,45% (Februari 2023),
Nilai Tukar Petani (NTP) naik, dari 106,82 (September 2022) menjadi 110,85
(Maret 2023).
Menurut Friedman dalam Suharto (2014:134) Kemiskinan merupakan
kondisi yang muncul diakibatkan oleh adanya kesempatan yang tidak merata
dalam mengakumulasi dasar kekuatan sosial seperti:
1. Modal produktif
a. Aset (tanah, perumahan, peralatan dan kesehatan)
b. Sumber-sumber keuangan (pendapatan serta kredit yang memadai)
c. Organisasi sosial dan politik (partai politik,koperasi, kelompok
usaha, dan kelompok simpan pinjam)
d. Network atau jaringan sosial
Keterampilan dan informasi untuk mengembangkan hidup
Di Indonesia permasalahan kemiskinan memiliki sifat multidimensional
yang berarti membutuhkan adanya penanganan berdasarkan beberapa aspek
lain dari kemiskinan. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Hari (2017) yang menyatakan bahwa kemiskinan merupakan
12
konsep yang berdimensi ganda (multidimensional), yakni terdiri dari
dimensi ekonomi, politik dan sosial-psikologis. Hal tersebut juga searah
dengan pendapat Tjokrowinoto dalam Pratiwi dkk (2022) bahwa
kemiskinan tidaklah hanya memiliki keterkaitan dengan kesejahteraan
masyarakat melainkan juga berkaitan dengan permasalahan kerentanan
(vulnerability), ketidakberdayaan (powerless), kurangnya peluang akses
lapangan pekerjaan bagi masyarakat, penghasilan yang habis untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, tingginya angka ketergantungan, dan
budaya kemiskinan yang diberikan oleh generasi sebelumnya dan masih
diterapkan hingga saat ini. Kemiskinan dapat diukur melalui penetapan
persediaan sumberdaya dengan penggunaan standar baku yang dapat disebut
dengan garis kemiskinan (poverty line), cara tersebut dinamakan dengan
metode pengukuran kemiskinan absolut.
Terdapat ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang mengatur
mengenai indikator kemiskinan yang standar dalam PERMENSOS No. 146
Tahun 2013, yakni sebagai berikut:
1. Tidak memiliki sumber mata pencaharian atau memiliki sumber mata
pencaharian namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
2. Penghasilan hanya dapat digunakan sebagian besar untuk memenuhi
konsumsi makanan pokok dengan sangat sederhana
3. Tidak memiliki akses untuk berobat ke tenaga medis terkecuali
puskesmas atau mendapatkan subsidi dari pemerintah
4. Tidak mampu untuk membeli pakaian satu kali dalam jangka waktu
satu tahun untuk setiap anggota keluarga atau rumah tangga
5. Hanya memiliki kemampuan untuk menyekolahkan anak sampai
jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
6. Dinding rumah terbuat dari bambu/kayu/tembok dengan kondisi yang
tidak baik seperti tembok yang telah usang atau yang tidak diplester
7. Lantai terbuat dari tanah atau kayu/semen/keramik dengan kondisi yang
tidak baik
13
8. Atap terbuat dari ijuk/rumbia atau genteng/seng/asbes dengan kondisi
yang tidak baik
9. Penerangan yang digunakan pada bangunan tempat tinggal bukanlah
berasal dari listrik atau dari listrik tanpa meteran
10. Luas lantai rumah kurang dari 8 m2/orang
11. Sumber air minum yang dimiliki berasal dari sumur atau mata air yang
tak terlindung seperti sungai, air hujan, dll.
14
11. Tidak mampu membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas
lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan
dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,-
per bulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga yakni tidak sekolah/ tidak
tamat SD/ tamat SD.
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal
Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak,
kapal motor, atau barang modal lainnya.
15
Jumlah penduduk miskin tidakakan dapat dikurangi secara signifikan
tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi orang miskin.Untuk
menurunkan tingkat kemiskinan lebih jauh lagi, pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi merupakan suatu keharusan.
16
sulit menyelesaikan persoalankemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah
untuk pemberdayaan, bahkandapat menimbulkan ketergantungan. Program-
program bantuan yang berorientasipada kedermawanan pemerintah ini justru
dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan
untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya
ekonomi produktif dan mampu membebaskanketergantungan penduduk yang
bersifat permanen. Di lain pihak, program-programbantuan sosial ini juga dapat
menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.
17
Dalam kondisi ideal, maka peningkatan pertumbuhan ekonomi akan
diikuti dengan perluasan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan. Namun
keadaan riiltidak selalu seperti yang diharapkan. Adapun hal-hal yang mungkin
terjadi adalah :
18
belanja negara yang dialokasikan pada sejumlah proyek infrastruktur dan
memberdayakanusaha kecil menengah sektor-sektor produksi, (2) mendukung dan
memfasilitasi gerakan nasional penanggulangan kemiskinan dan krisis BBM
melalui rehabilitasi dan reboisasi 10 juta hektar lahan kritis dengan tanaman yang
menghasilkan energi pengganti BBM kepada masyarakat luas, diantaranya jarak
pagar, tebu, kelapa sawit,umbi-umbian, sagu.
19
difasilitasioleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat atau
memberdayakan forum-forum sejenis yang telah terbentuk.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan diatas, dapat di tarik kesimpulan :
1. Kemiskinan merupakan keadaan saat seseorang atau sekelompok orang tak
mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat
2. Terdapat beberapa factor penyebab kemiskinan diantaranya factor Exteren
( dan Interent
3. Dampak atau akibat dari kemiskinan diantaranya yaitu : pengangguran,
kriminalitas, putusnya sekolah, rendahnya tingkat kesehatan, menurunnya
kualitas SDM
4. Jumlah penduduk miskin di Indonesia berkurang sekitar 460 ribu orang
dibanding September 2022, atau turun 260 ribu orang dibanding Maret tahun
lalu. Baik dari segi jumlah maupun persentase, angka kemiskinan nasional
pada Maret 2023 merupakan yang terendah sejak awal pandemi Covid-19
melanda.
5. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi turunnya angka kemiskinan
nasional pada Maret 2023, diantaranya: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
turun, dari 5,86% (Agustus 2022) menjadi 5,45% (Februari 2023), Nilai Tukar
Petani (NTP) naik, dari 106,82 (September 2022) menjadi 110,85 (Maret
2023).
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat untuk pembaca dalam memahami konsep Kemiskinan
16
sebagai salah satu masalah sosial yang perlu menjadi perhatian penting kita
bersama. Baik Masyarakat sekitar, Pemerintah maupun organisasi lainnya
17
DAFTAR PUSTAKA